Ini bukan cerita pertama sih, dua tahun yang lalu saya punya akun, namun sekarang sudah lupa karena jarang buka. Jadi anggap aja ni cerita pertama saya. Hm... mengapa saya buat begini? Karena saya pecinta ...Incest. Dan jika anda bertanya maka jawabannya ...tidak, di dunia nyata tidak. Kalau manga sih ada banyak saya yang incest...tentunya di Komputer.

Jadi saya buat dulu warningnya: berisikan sesuatu yang terlarang, incest. Dan tidak direkomendasikan bagi yang tidak suka dengan genre seperti ini. Rated M, karena mengandung interaksi seksual. Sasaran pembaca...15 tahun ke atas(meskipun begitu kalian tetap membaca bukan?)

Disclaimer: Not own anything.


Aku tidak tahu...

Aku tidak tahu kapan perasaan ini muncul di dalam hatiku. Berdebar semakin kencang sesaat aku melihat wajahnya...

Ini terlarang. Aku tahu..

Sinar Matahari pagi menyinari dari balik jendela. Membuat mataku terbuka untuk sesaat...

Aku ingin kembali tidur, kembali ke dalam dunia mimpi di mana aku bisa hidup dalam keinginanku. Namun aku tidak bisa melakukannya lagi, sebagaimana layaknya, sebagaimana inginnya...namun aktivitas pagi menanti. Banyak hal yang harus kulakukan, seperti; membangunkan sosok yang tidur di sampingku.

Rambut kuning itu menutup matanya yang terlelap. Wajah yang menunjukan ekspresi tenang yang hanya bisa kulihat saat ia tertidur. Dan jika ia terbangun, aku tidak bisa melihat raut wajah itu, meskipun aku ingin sekali, namun itu bukanlah Naruto yang kutahu. Yang selalu ribut, dan tidak sabaran. Garis kecil memanjang bagaikan kumis kucing tertampang di wajah kecoklatannya.

Ia saudara kembarku...Uzumaki Naruto.

Tanganku secara tidak sadar mulai menuju ke wajah itu, dan mengelusnya dengan lembut. Aku bisa merasakan bentuk wajahnya yang mengencang, lebih terlihat...karena dia sudah dalam masa puber. Aku bisa melihat betapa tumbuhnya ia selama ini. Dahulu saat kami masih berusia 8 tahun tinggi masih sama, dan sekarang? Dia yang lebih tinggi dariku...

Di saat itu wajahnya bagaikan cerminan wajahku. Aku tidak tahu, dan aku tidak bisa berhenti melihat wajah itu secara terus menerus.

Aku menarik tanganku sedikit sesaat setelah mendengar gumamam dari mulutnya. Sesaat aku merasa takut ketika ia merasakan apa yang kulakukan. Dan kemudian aku menghela nafas yang sepertinya aku tahan..

"Naruto-kun..."

Panggilan itu bukan bagaimana seharusnya kakak-adik menyapa. Namun hanya aku yang tahu, hanya diriku. Dan aku hanya memanggilnya seperti itu di saat ia tidur.

Aku merayap ke atas tubuhnya. Dan menempelkan dadaku ke dadanya, merasakan payudaraku yang menempel ke dadanya yang rata dan keras. Kedua tanganku memegang wajahnya. Nafasku bagaikan tidak teratur, aku bisa merasakan di saat ia menarik nafas dan mengeluarkannya.

Sangat panas...

Menggairahkan..

Aku ingin memilikinya sendiri. Hanya untukku, bukan untuk orang lain... aku merasa cemburu di saat gadis-gadis fan-girls itu mendekati Naruto. Kemarahan yang tidak ku ketahui ternyata sudah terpendam di dalam hatiku sejak lama. Di saat mereka berbicara manis di hadapan saudaraku, ataupun di saat mereka tidak sengaja melakukan kontak fisik yang membuat saudaraku tersipu malu.

Mereka hanya mengincar ketenaran. Mereka hanya ingin disisi baik anak dari Yondaime.. Ayahku.

Mereka tidak mempunyai perasaan yang sama sepertiku.

Dan...

Aku melihat matanya terbuka..

"Kakak?"

"hmm?"

"m,mengapa...Kakak di atasku?" Ia bertanya dengan lugunya. Dan aku pun tersenyum..

'karena adikku merupakan kasur ternyaman se-Duniiaaa.."

Aku tahu dirinya tidak nyaman. Aku mengerti, seorang gadis yang sedang dalam masa pertumbuhannya berada di atas seorang pemuda yang dalam masa pubernya. Aku bisa merasakan sesuatu yang keras yang kurasakan di antara selangkanganku. Kurasa tidak hanya dia yang bangun pagi... namun juga adik kecilnya.

Aku tidak pernah mengerti mengapa di saat ia bangun pagi, yang di bawahnya juga ikut bangun. Aku pernah bertanya akan hal itu pada dia, namun dengan wajah memerah, ia mengatakan itu hal yang wajar.

"kakak~ sudah berapa kali kubilang, jangan tidur di kasur yang sama denganku. Kakak kan punya kamar sendiri..."wajahnya sedikit kesal"lagipula kita sudah umur berapa? 13 tahun. Bukankah ini saatnya untuk pisah kamar? Tahu nggak teman-temanku di Akedemi mengejek aku gara-gara itu!"

Ya..aku mengerti. Namun aku tidak mau. Ibu pernah menasehatiku akan hal itu, namun bagaiakan tuli, aku tidak mendengarnya. Aku lebih nyaman dengan tidur bersama Naruto daripada sendirian. Dan Ibu pun tidak membicarakan lagi tentang hal itu. Karena kami saudara. Karena kami tidak mungkin melakukan hal yang...aneh.

Semenjak kami lahir, Ayah sudah tiada bersama kami. Meninggalkanku, Naruto, dan Ibu. Semua itu karena serangan yang dilakukan Pria bertopeng itu. Kyuubi pun tersegel ke tubuhku dan Naruto. Sedangkan Ibu bisa bertahan dengan sedikit porsi dari Kyuubi. Hidup pun kami jalani bertiga. Aku pernah melihat beberapa Pria dari Klan penting yang ingin mendekati Ibu, namun...bagaikan tidak ambil pusing, Ibu menolak mereka mentah-mentah.

Aku tahu para Dewan yang penuh akan orang tua itu menginginkan hal itu. Dengan alasan membuat kembali Klan Uzumaki dan seterusnya. Bahkan hal itu pernah menyangkutku dan Naruto. Namun Hukum yang telah di ciptakan Hokage ketiga telah menahan semua hal itu.

"hei.."

"hm?"

"sampai kapan kakak seperti ini? Aku mau bangun."


Normal POV.

Naruto berusaha menggerakan tubuhnya dari gadis yang menindihnya. Ia bisa merasakan benda lembut yang bersentuhan dengan dadanya. Ia tidak mengerti, dan tidak mau mengerti. Hal seperti ini membuatnya terkadang Frustasi. Kelakuan saudara kembarnya terkadang membuatnya di ujung batas kesabaran.

Hal seperti ini bukanlah sesuatu yang wajar. Terlintas di benak Naruto...ini adalah sifat Kakaknya. Sifat bagaimana Uzumaki Naruko menunjukan kasih sayang sebagai saudara. Jujur ia merasa senang akan hubungannya yang baik dengan saudara sedarahnya, namun seberapa begonya dirinya, Naruto bisa merasakan sesuatu yang berubah secara berangsur-angsur. Dari cara bicara, nada bicara, dan...kontak fisik yang semakin...sering.

Ia melihat mata berwarna biru itu yang menatapnya dengan penuh akan emosi. Warna biru yang sama dengan ia miliki. Dan wajahnya yang tidak jauh dari wajah dirinya membuat hal itu semakin...aneh.

Pakaian itu juga tidak membantu. Alih-alih pajama, namun betapa tipisnya kain tersebut membuatnya terganggu, belahan yang terlihat dengan jelas itu sering sekali membuat dirinya frustasi tanpa henti.

"mau nggak ya?"

Naruto mengeluarkan nafas lelah, dan dengan tidak ada cara lagi. Ia pun memegang kedua tangan Naruko dan membaliknya ke bawah beserta tubuhnya, dan sekarang gilirannya yang di atas. "HA, mau nggak mau, tetap aku yang menang!" Naruto membiarkan senyum menyeringai menghias wajahnya. Memberikan senyuman keberhasilan terhadap saudara perempuannya.

Kedua tangannya berada di atas kepalanya, lurus, dan ia pegang dengan erat. Merasakan perlawanan, Naruto semakin mengencangkan pegangannya.

"..."

Naruto tiba-tiba terdiam. Ia masih memegang kedua tangan itu, ia tidak merasakan lagi perlawanan... Matanya menatap Naruko.

Wajah gadis itu kini terhias dengan warna merah, pandangannya di palingkan beserta wajahnya ke arah lain, untuk menyembunyikan ekspresinya saat ini. Namun, tetap saja Naruto masih bisa melihat hal itu dengan jelas.

Mata Naruto bergerak...ia membeku. Ia tidak pernah menyadari betapa cantiknya saudaranya...tubuhnya yang membentuk dengan indah, bagaikan sesuatu yang suci, sesuatu yang harus di simpan di dalam peti terdalam. Kulit putih mulus...bibir merah muda yang tipis... dan juga dada itu. Tidak terlihat besar bagaikan apa yang ia lihat di majalah...namun cocok untuk di tangan. Pas di genggaman...dirinya.

"Naruto-kun..."

Naruto bisa mendengar suara itu..nada itu. Nada sensual yang membuatnya merinding dengan sensasi yang aneh. Sensasi asing yang perlahan merangkak dari perut ke dadanya.

Naruto bisa merasakan dan mendengar nafas Naruko yang sudah berubah tempo. Naruto tahu ini bukanlah posisi yang nyaman.

"..maaf..." Naruto dengan niat yang cepat kemudian hendak bangun dari tubuh Naruko. Ia telah membuat kakaknya marah, terlihat dari wajah memerah itu, sejujurnya ia tidak tahu itu marah, atau malu. Namun Naruto tahu, dirinya yang salah akan hal ini. Namun..ketika hendak beranjak, ia tidak bisa bergerak lebih dari itu.

Kedua tangan memegang bajunya dengan erat, hingga terlihat seperti akan robek.

"kak?-"

Dan kali ini kerah bajunya yang di tarik oleh Naruko. Dan membawanya ke bawah dengan cepat...

Naruto melebarkan matanya, dan menarik wajahnya dengan cepat. Jemarinya gemetar dan perlahan memegang bibirnya...

"kakak?"

"Naruto, Naruko turun sekarang juga! Sampai kapan kalian mau tidur!"

Dan tanpa banyak kata...Naruto kemudian berlari menuju pintu dengan wajah memerah. Naruko hanya menghela nafasnya, namun kemudian memegang bibirnya, senyum tercipta di bibir tersebut.

"...rasanya...enak..."


Sekian dan terimakasih, ini merupakan chapter pertama dari Forbidden. Jadi yang suka hal seperti ini, silahkan datang, dan jika tidak...ya udah.

Type your review...here.

VVVVVVVV

VVVVVVVV

VVVVVVV

VVVVVVVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVV

VVVVVVV

VVVV

V