I Just Love You © My Lavender

Naruto © Masashi Kishimoto

Pair : NaruHina

Warning : AU, miss Typo, Ooc banget.

Rated : T

.

.

Chapter 1 :

Deal ! –

.

.

Normal pov

"A-ampun ! A-aku sedang ti-tidak ada u-ang ! ku-kumohon lepaskan aku !"

Ujar seorang pemuda dengan gagap, dari salah satu sudut gang yang cukup sepi. Dua orang yang sedang menyudutkannya semakin geram, akibat pernyataan pemuda tersebut. Satu diantara 2 orang tersebut mencoba mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Rupanya, pemuda itu sedang di rampok oleh kedua pria berbadan besar yang memakai penutup kepala. Pemuda berambut pirang itu sangat takut sehingga ia berkali-kali berteriak minta tolong, namun tak ada satu pun orang yang merespon.

"Mau minta tolong berapa kali pun, tidak akan ada yang menolongmu bocah !" ucap perampok 1.

"Serahkan barang-barang mu !" sambung si perampok 2.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang dari arah depan gang. Lalu dengan sigap melayangkan jurus-jurus beladirinya pada kedua perampok tersebut, lalu setelah perampok itu pingsan, orang itu menelfon polisi.

"Te-terimakasih. Kau penolongku. Namaku Uzumaki Naruto. Kau benar-benar pemuda yang tangguh."

Dengan mata berbinar Naruto yang tadi hampir di rampok itu hanya bisa berterimakasih sambil memegang kedua pundak orang yang telah menolongnya."Namamu siapa?" tanya Naruto.

Orang yang menyelamatkannya, hanya bisa mencoba melepaskan pegangan Naruto, lalu menjawab. "Tadi kau bilang apa?"

"Aku tadi tanya namamu."

"Sebelum itu."

"Oh ! kau adalah pemuda yang–"

"Aku ini perempuan ! Namaku Hinata ! Hyuuga Hinata !"

Ucap orang itu di depan kuping Naruto, dengan uratnya yang menyembul di salah satu pelipisnya. Naruto hanya bisa menatap tak percaya pada orang yang yang di depannya saat ini. Padahal dari penampilannya, orang itu benar-benar seperti laki-laki. Terlihat dari pakaiannya, yang memakai topi sehingga rambutnya terlihat pendek. Lalu memakai celana panjang model abri, dan memakai kaus oblong panjang hitam yang sedikit kebesaran. Naruto langsung menyadari sesuatu yang ganjal pada bagian tubuh Hinata.

Hinata yang merasa di perhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala, langsung membulatkan matanya akibat menyadari bahwa Naruto sedang melihat bagian tubuhnya. Yang tidak lain adalah, bagian dada Hinata. Wajah Hinata langsung memerah, ia malu sekaligus marah pada pemuda yang baru beberapa menit lalu ia selamatkan.

"Kau benar. Kau perempuan." Jawab Naruto sambil meneguk ludahnya. Hinata yang mendengar hal itu langsung semakin geram. Ia benar-benar gemas dengan Naruto. Ia gemas ingin segera meremukkan tulang lembut yang dimiliki oleh Naruto.

Well ! Sepertinya Naruto sudah membuat Hinata menjadi benar-benar marah. Walau Hinata sudah memakai baju layaknya lelaki. Tapi tetap saja, ia tidak bisa menutupi bagian dadanya yang tidak rata. Hinata menampilkan lagi uratnya di salah satu pelipisnya. Lalu menyiapkan tinjunya. Tangannya sudah gatal untuk kembali meninju orang. Naruto terkesiap dengan perubahan aura Hinata. Ia menatap ngeri pada Hinata yang sudah tidak sabar untuk memukulnya.

"Kau benar-benar menyebalkan !" geram Hinata dengan menekan setiap kata yang ia lontarkan.

Hinata kembali melayangkan tinjunya pada Naruto. Hingga membuat Naruto, harus menahan sakit di perutnya. Karena rupanya, Hinata meninju pada bagian perut. Naruto tidak tahu, ternyata Hinata sedang mengalami PMS, sehingga membuat Hinata yang sensitive menjadi marah. Mungkin ini adalah kecerobohan Naruto, karena secara polos mengucapkan hal itu dengan menatap 'sesuatu' yang tidak wajar dimiliki laki-laki.

"Seharusnya aku tidak menyelamatkanmu !"

Hinata mengambil tas ranselnya lalu pergi dari gang tersebut dengan perasaan kesal. Ia sebenarnya belum puas menghajar Naruto, tapi ia tak tega. Karena Naruto masih meringis sambil memegangi perutnya akibat pukulannya Hinata.

Seharusnya tak ku tolong dia tadi ! kalau jadinya seperti ini !

Dalam hati Hinata terus saja mengoceh tak karuan. Ia memang kesal karena di bilang laki-laki oleh setiap orang yang ia temui. Terlebih dari kecil ia terus disangka laki-laki karena penampilannya yang tidak sama dengan anak perempuan lainnya. Tapi saat ini Hinata seorang siswi SMU, jadi mau tak mau ia harus memakai rok yang menurutnya seperti kekurangan bahan. Walau ia harus memakai rok, sifat tomboynya tidak akan mudah hilang begitu saja. Sore ini, setelah pulang dari latihan karatenya, Hinata jadi kehilangan moodnya yang senang akibat ulah Naruto.

.

.

.

Pagi ini Naruto sudah siap dengan seragam Sekolah baru nya. Dasi yang sudah terpasang dengan rapih, dan juga buku-buku yang sudah tertata rapih di dalam tasnya. Sepertinya Naruto sudah stand by untuk berangkat sekolah. Ibu Naruto –Kushina– memanggil anaknya untuk segera turun dan sarapan pagi. Hari ini adalah hari pertama Naruto masuk sekolah baru. Jadi, ia harus bangun pagi karena di sekolah itu banyak peraturan yang ketat dan mewajibkan semua muridnya datang tepat waktu.

"Pagi Okaa-san."

Sapa Naruto lalu mengecup pipi ibunya yang sedang menata piring-piring di atas meja makan.

"Jangan suka cium pipi ibu tiba-tiba dong." Ucap Kushina dengan wajahnya yang merona.

Setelah meletakkan makanan serta piring di atas meja dengan rapih. Kushina akhirnya duduk bersebrangan dengan arah Naruto. Meja itu hanya di isi oleh 2 orang anggota keluarganya. Kursi utama untuk kepala keluarga itu kosong. Tak ada yang mengisi selama 11 tahun. Tuan Namikaze rupanya sudah tiada saat Naruto berumur 5 tahun. Akhirnya Naruto hanya tinggal memiliki satu anggota keluarga–ibunya. Setelah lama tidak memakai marga Uzumaki, Kushina akhirnya mengubah marga anak serta dirinya menjadi Uzumaki, karena suaminya telah lama meninggal.

Tak terasa, Kushina sudah melalui masa 11 tahun tanpa suaminya. Kushina hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai guru Tk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ternyata, anaknya kini sudah besar. Bahkan ia merasa, baru kemarin ia melahirkan Naruto, tapi sekarang anaknya itu sudah sebesar dirinya.

Ruang makan yang hanya berisi dua orang, itu hanya makan dalam diam. Tak ada perbincangan ringan yang mereka lakukan. Mereka hanya sibuk menikmati makanan yang di suguhkan Kushina. Walau seperti itu, Kushina maupun Naruto, mereka berdua sedang memikirkan hal yang sama. Memikirkan orang yang sudah 11 tahun tidak menduduki bangku utama, yang terkadang sering kali membuka pembicaraan ringan di ruang makan itu.

.

.

.

Tampak dari lorong yang cukup sepi, seorang perempuan berambut soft pink sedang berlari menuju kelas yang ia tuju, namun tertabrak dengan pria pirang yang berjalan berlawanan arah di pertigaan lorong itu.

"Ma-maafkan saya." Ucap pria itu yang tidak lain adalah Naruto. Naruto mencoba membantu perempuan itu bangun dari jatuhnya.

"I-iya. Saya juga minta maaf."

Gadis itu membungkukkan badan sebentar lalu berangsur pergi meninggalkan Naruto. Walau baru sebentar bertemu, tapi Naruto langsung suka dengan gadis lembut berambut pink itu. Mungkin inilah yang namanya, cinta pandangan pertama buat Naruto. Entah mengapa ia jadi teringat perempuan yang kemarin menyelamatkannya. Cewek tomboy beriris mata lavender yang jago bela diri, dan sempat mengira bahwa cewek itu adalah laki-laki. Jika di bandingkan, cewek barusan dengan Hinata berbeda sekali.

"Berbeda ya dengan cewek yang kemarin."

Gumam Naruto seraya menatap ke arah perempuan berambut soft pink itu.

.

.

.

Hinata berjalan dengan malas menuju kelasnya. Entah mengapa ia masih Bad mood. Mungkin karena kejadian kemarin. Kejadian menyebalkan yang ia dapat setelah menolong seseorang. Sungguh pemuda yang kemarin itu tidak punya rasa terimakasih ! tapi, walau seperti itu, Hinata tidak begitu memikirkan orang tersebut. Karena…ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan orang yang bernama Naruto.

"Sasuke-kun~!"

"Kyaa ! Sasuke-kun~!"

Tiba-tiba suara gemuruh menggema di lorong yang beberapa menit lalu sepi dari orang-orang. Rupanya, ada gerombolan fans yang sangat mengangungkan orang bernama Sasuke. Seorang laki-laki yang mencoba meniti karirnya di dunia entertaiment. Pangeran sekolah yang terkenal dengan gayanya yang cool dan juga cuek. Tapi Hinata juga perempuan, ternyata diam-diam, Hinata si cewek tomboy itu menyukai Sasuke. Terlihat dari wajahnya yang memerah kala, mata Onyx Sasuke bertemu dengan iris Lavendernya.

Wajah Hinata semakin memerah saat sasuke sedikit memberi senyum tipisnya. Membuat sebagian dari fans Sasuke hanya bisa mengigit jarinya karena iri dengan Hinata. Setelah mendapat sesuatu yang tak terduga, semua fans Sasuke langsung menatap tajam pada Hinata. Membuat Hinata hanya bisa bergidik ngeri pada segerombolan fans Sasuke itu.

"Dasar cewek tomboy !"

Gumam salah satu fans itu dengan nada sinis sambil menatap tajam Hinata. Hinata yang mendapat perlakuan tersebut langsung menjulurkan lidahnya. Sehingga para fans itu menjadi semakin gemas terhadap Hinata.

"Wee…iri ya? Kasian deh."

Sepertinya Hinata sedang bermain api dengan para fans Sasuke. Wajah para fans itu memerah, lalu mata mereka melotot seperti Susana (?). Dan mengambil ancang-ancang untuk mengejar Hinata.

"Huaaa…"

fufufufu, rasakan itu Hinata.

.

.

.

Naruto yang sedang berjalan-jalan melihat sekeliling sekolah tiba-tiba saja mendengar sesuatu yang bising. Seperti sebuah debaman kaki yang banyak. Dan seperti sedang mengejar sesuatu. Tanpa sadar, ternyata arahnya menuju ke dirinya. Lalu Naruto melihat gadis yang kemarin ia temui, gadis tomboy yang sekarang berpakaian layaknya perempuan.

Naruto langsung kaget plus merasa aneh. "Ada apa ini?"

"Hey kau duren ! awas !"

Hinata memberikan isyarat non verbal untuk menjauh, karena di balakang Hinata sudah ada segerombol orang-orang penggila Sasuke. Naruto yang kurang mengerti dengan ucapan Hinata malah pergi menghampiri Hinata.

Nih orang bodoh atau apa sih ! disuruh ngejauh malah datang kesini !

Hinata ngoceh dalam hati, dengan posisi masih berlari menghindar dari para cewek-cewek itu. Naruto menghampiri Hinata lalu berhenti secara mendadak di depan Hinata. Membuat Hinata juga ikut menghentikan berlarinya.

"Kau ! kubilang untuk pergi, malah menghampiri ku ! dasar bodoh !"

"eh? Benarkah ?"

Hinata hanya bisa menjambak rambutnya yang dikuncir. Hinata mendengar langkah kaki orang-orang itu semakin mendekat. Hinata menoleh kebelakang jarak antara dirinya dan juga orang-orang itu hanya tinggal 5 meter lagi.

"Hah ! sudahlah ayo ikut aku !"

"eh? Ke-kemana? Hey ! hey…"

Hinata menarik tangan pemuda pirang itu, tanpa izin dari orangnya. Hinata kesal, seharusnya ia mungkin sudah sampai kelasnya karena dapat kabur dari kejaran para gadis penggila Sasuke. Tapi ia harus mengutuk pemuda ini. Karena menghalangi jalannya, bukannya menghindar malah mendekat. Itu semakin membuat Hinata kesal.

"Hey cewek tomboy. Jangan lari !" ujar para fans itu.

Hinata yang mendengar semakin mempercepat larinya sambil masih memegang tangan Naruto. Naruto yang di tarik tangannya hanya bisa mengikuti. Naruto tidak mengerti apa yang terjadi, pokoknya dia hanya mengikuti kemana gadis itu akan pergi, karena tangannya masih di pegang dengan erat.

.


.

Seorang gadis indigo itu berlari sekuat tenaga, entah kemana arah tujuannya. Pemuda yang di tariknya pun hanya bisa mengikuti dari belakang.

"Aha ! aku tahu kita harus sembunyi dimana !"

Gadis yang bernama Hinata itu langsung mengubah jalurnya untuk pergi menuju pertigaan jalan menuju kelasnya. Hinata melihat ada sebuah pintu yang bertuliskan 'Ruang ganti perempuan' tanpa memperdulikan orang yang di gandengnya ia langsung nyelonong masuk. Pemuda itu kaget bukan main, karena saat ini ia masuk ke ruang ganti khusus perempuan. Ia tahu bahwa ini mungkin suatu pelanggaran tapi, mengingat siapa yang membawanya, ia langsung tau kenapa.

"Hahaha. Lucu ya orang-orang bodoh itu, ngiri cuman gara-gara di kasih senyum sama Sasuke-kun. Hahaha bodohnya mereka."

Ucap Hinata dengan terkikik geli. Sementara Naruto yang berada di sampingnya hanya heran melihat gadis itu.

"Kau ti-tidak apa-apa?"

"Aku? Tentu saja."

Hinata masih menjawab ala kadarnya dengan santai. Ia masih belum sadar bahwa yang berbicara adalah seorang laki-laki. Setelah beberapa detik kemudian, Hinata langsung berjengit kaget karena tersadar, ia membawa seorang laki-laki ke dalam ruang ganti baju.

"Kau ! kenapa bisa di sini ?!"

"Aku? Aku ditarik oleh mu." Jawab Naruto dengan polosnya.

"Ihh ! bukan begitu ! kenapa kau juga ikut-ikutan masuk ! aku kan hanya menghindar dari orang-orang penggila Sasuke."

"Bukannya karena–"

"Sudahlah ! aku tidak ingin membahasnya lagi. Aku tahu ini semua salahku." Hinata mengerucutkan bibirnya sambil menggerutu tak karuan. Setelah beberapa menit di dalam ruangan itu, Hinata memutuskan untuk segera keluar.

"Baiklah. Ayo pergi dari sini, ku rasa orang-orang itu sudah tidak ada." Ajak Hinata dengan mendekatkan kupingnya ke daun pintu. Mendengar apakah orang-orang itu sudah tidak ada.

Mencoba meyakinkan ucapannya, Hinata mengitip sebentar keluar pintu. Dan ternyata dugaannya benar, orang-orang itu sudah menghilang tanpa jejak. Akhirnya Hinata sudah bisa bernafas lega. Dan langsung keluar dengan perasaan tenang.

"Akhirnya bisa terbebas juga." Hinata bernafas lega seraya mengangkat kedua tangannya keatas. Hinata melirik kearah Naruto yang masih di dalam ruang ganti itu. "Hey kau ! keluar !" ujar Hinata.

"Memangnya sudah aman?" tanya Naruto memastikan.

"Sudahlah cepat keluar !" Hinata kembali berujar dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Baiklah…" jawab Naruto dengan menghela nafasnya. Naruto teringat sesuatu yang terdapat di dalamnya, dan langsung merogoh-rogoh tas nya. "Oh iya, aku ingin memberikanmu ini." Naruto menyodorkan satu buah cup cake buatannya. "Ini sebagai tanda terimakasih sekaligus maaf ku." Hinata yang melihat satu buat cup cake itu langsung menyeryitkan keningnya.

"Tak perlu. Aku tidak mau." Jawab Hinata ketus.

"Ayolah terima. Ini kesempatan untukku karena ternyata kita bisa bertemu lagi. Dan bahkan ternyata satu sekolah."

Hinata kembali menatap Naruto dengan enggan. Ia ingin menerima, tapi egonya melarang. Akhirnya dengan terpaksa Hinata menerima cup cake buatan Naruto. Karena sebal dengan tampang innocent milik Naruto. Hinata perlahan membuka kantung pembungkusnya lalu mulai mengigit kecil cake tersebut. Senyum tipis terbentuk di bibir Hinata, Naruto yang melihatnya tersenyum puas.

"Wah enak sekali. Kau beli dimana?" tanya Hinata lalu melahap habis cake tersebut.

"Aku bikin sendiri. Bagaimana? Enak bukan?"

"Iyaa…" jawab Hinata lalu menjilati jarinya karena ketagihan. Naruto hanya bisa tersenyum senang.

Naruto melihat secuil cake menempel di sudut bibir Hinata. Lalu tanpa seizin Hinata, Naruto langsung mengambilnya, kemudian mengelap bibir Hinata dengan sapu tangannya. Wajah Hinata merona ketika mendapat perlakuan tersebut dari Naruto.

"Kau makan seperti anak kecil. Belepotan." Ledek Naruto dengan tersenyum lembut. Wajah Hinata semakin memerah. Belum pernah ada laki-laki yang baik padanya, selain kakak laki-lakinya. Hinata memalingkan wajahnya karena malu. Pemuda pirang itu hanya bisa tersenyum. "Kau ternyata manis ya? Maaf kemarin aku menganggapmu laki-laki." Wajah Hinata benar-benar merah bak kepiting rebus. Ia sama sekali tidak pernah dipuji manis oleh siapapun, karena sifat tomboynya.

Suara bel masuk menggema di sekolah. Membuat Hinata tersadar bahwa saat ini ia sedang di sekolah.

"Ah sudah bel ! sebaiknya kita masuk kelas. Makasih atas cakenya. Jaa~"

Hinata nyelonong pergi meninggalkan Naruto yang masih terbengong.

.

.

.

.

Akhirnya pulang sekolah pun tiba. Semua murid menghambur keluar dengan perasaan senang. Karena bisa keluar dari tempat yang namanya 'Sekolah'. Naruto telah memutuskan masuk ekskul tata boga karena hobinya yang sangat menyukai memasak. Naruto berhenti di gerbang sekolah karena menunggu seseorang. Ia ingin bertemu Hinata. Ia ingin meminta untuk di ajarkan bela diri oleh Hinata karena ia sempat mendengar bahwa Hinata ternyata ketua klub Judo.

Alasan Naruto hanya simpel. Ia hanya ingin bisa melindungi dirinya sendiri, kalau tiba-tiba kejadian seperti kemarin terulang kembali. Akhirnya orang yang ditunggu-tunggu datang.

"Eum…Hinata !"

Panggil Naruto pada Hinata. Orang yang di panggil pun hanya bisa celingak celinguk, mencari dimana suara tersebut berasal. Naruto melambai lambaikan tangannya, membuat Hinata mengetahui posisi Naruto.

"kau? Mau apa lagi?" tanya Hinata ketus.

"Tolong ajari aku Judo." Ujar Naruto to the point.

"Tidak mau. Untuk apa? Kenapa kau tidak masuk klub itu saja?"

"Aku tidak di perbolehkan."

"Kenapa?"

Naruto menghela nafasnya lalu mengajak Hinata pulang bareng, sekalian menceritakan kenapa ia tidak perbolehkan. Setelah mendengar semuanya dan juga Naruto sudah memasang tampang menyebalkannya. Akhirnya Hinata menyetujuinya tapi dengan satu syarat. Naruto harus mengajari Hinata bagaimana caranya memasak. Karena ternyata Hinata ingin memasak, demi mengambil hati sang pangeran sekolah, yang sempat ia dengar, menyukai perempuan yang jago masak.

"Janji ya? Kau harus mengajariku memasak. Dan aku akan mengajari kau Judo secara diam-diam."

"Baiklah aku janji. Tapi kenapa kau ingin memasak? Apa alasannya?" tanya Naruto dengan penasaran.

"I-itu bukan urusan mu ! memangnya kenapa? kau tidak mau?"

Hinata kembali menampakkan kembali uratnya di salah satu pelipisnya, membuat Naruto bergidik ngeri melihatnya.

"Baiklah. Kalau kau tidak ingin memberitahukan alasannya." Ujar Naruto dengan takut-takut. "Jadi kita deal ya?" lanjut Naruto.

"Oke, deal." Seru Hinata mantab.

Bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Mereka bedua berjabat tangan untuk menyetujui janji mereka selama 1 bulan kedepan. Matahari tenggelam menjadi saksi bisu antara janji mereka. Dan dari sinilah jalan cerita mereka berdua akan dimulai.

.

.

.


To Be Continued


Hai minna-san. Saya kembali membawa fic yang terinspirasi dari sebuah comic judulnya 'Secret base' dan saya lupa siapa yang buat haha XD. saya akan bikin fic ini jadi multichap. Maaf kalo saya bakal ngaret updatenya, hoho.

saya minta reviewnya untuk cerita ini. Kalau ada yang review berarti saya akan meneruskannya, kalau tidak, saya tinggal hapus saja. Gampang kan ? hehe :p.

Ohh iya buat yang minta sequel multichap dari 'Yesterday' maaf saya belum bisa publish. Karena saya mau cari ide-ide segar dulu buat bikinnya jadi monggo tunggu ;). Dan buat abduh dan juga kak Ichirou Ryota saya belum bisa mewujudkan keinginan kalian buat bikin cerita bunuh2an yang kalian sarankan jadi mohon pengertiannya ya...

Saya ucapkan terimakasih buat kalian yang udah membaca fic saya.

Arigatou gozaimashita.

.

.

.

.

.

Review please~