Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Bhatara Yura

Genre: Drama/Romance/Family/Friendship

Mainchara: UchihaSasuke/HarunoSakura/UzumakiNaruto

Warning! Sasuke vers RTN, AU, OOC, Typo?


Sakura menatap tajam Sasuke yang kini sedang duduk di depannya ini. Sedangkan yang ditatap hanya balas menatap datar tanpa merasa bersalah sedikit pun. Sasuke lalu melirik sekilas ke arah gadis yang ada di balik punggung Sakura itu, dan langsung bertatapan dengan mata bulatnya yang berwarna biru kehijauan itu.

Mata Keila langsung membulat takut, dan segera bersembunyi di balik punggung Sakura kembali. Apa sebegitu menakutkannya aku? Tanya Sasuke dalam hati. Namun dia juga lebih memilih mengacuhkan gadis itu, dan menatap Sakura lagi.

"Sasuke.." ucap Sakura datar namun dengan suara yang menusuk, lengkap dengan aura tajam yang rasanya ingin membunuh Sasuke saja. "Hn?" jawab Sasuke tetap cool.

"Mengapa kau membuat gadis ini ketakutan?!" desisnya tajam.

...

.

.

.

.

Hello Celeb!

.

.

Flamers? Go Away!
DLDR!

.

.

Enjoy it~

.

.

.

.

...

Sakura menunggu jawaban Sasuke dengan tidak sabar. Sedangkan Sasuke hanya diam saja. "Cepat jawab aku Sasuke!" tegas Sakura. Namun Sasuke tidak berkutik. Beberapa detik berlalu, Sasuke tidak menjawab, membuat Sakura meledak seketika.

"HEI KAU PIKIR KAU SIAPA?! Dengar! Posisimu disini tidak ada bandingannya ketimbang aku, mengerti!? Jadi jawab aku!" mendengar ucapan Sakura, seolah Sasuke merasa disindir. Lalu dia siapa? Elak Sasuke dalam hati. Sasuke menghela napasnya, lalu menatap Sakura malas.

"Simple saja. Dia tidak mau berbicara." Jawab Sasuke akhirnya. Sakura melotot mendengar ucapan Sasuke. A-apa?! Jadi.. karena itu? Sakura menggeram dalam hati. "Lalu jika dia tidak berbicara, kau melakukan apa?" tanya Sakura dengan nada yang sedikit tenang namun masih terdengar ada nada tinggi ditengah kalimatnya.

Sasuke mengangkat bahu, lalu buang muka. "Menurutmu apa?" Sasuke balik bertanya. Ingin rasanya Sakura memukul kepala bokong ayam Sasuke itu. "Jangan membuatku semakin emosi Sasuke." Tekan Sakura.

Sasuke menatap datar Sakura, lalu melirik gadis itu sekali lagi. "Aku tidak melakukan apapun." Jawab Sasuke jujur, namun Sakura yang sudah terlalu menancapkan sifat ngeatif Sasuke terlalu dalam, langsung menyangkalnya.

"Bohong! Kau pasti melakukan sesuatu yang tidak baik-kan pada gadis ini?!" bentak Sakura. emosi Sasuke tersulut, dengan tatapan tajam dia menatap Sakura yang kini berdiri di belakang mejanya itu. "Hei! Dimana-mana, jika orang bertemu dengan orang asing, pasti akan bertanya 'siapa kau?' aku sudah berbaik hati untuk tidak memarahinya langsung tapi dia tidak menjawab! Apa salahnya jika aku membentak?!" balas Sasuke membentak.

Gigi Sakura bergemeletuk kesal, "Jangan membentakku Sasuke." Desis Sakura. Sasuke tertawa –sinis. "Kau pikir aku peduli? Kau siapa, hah? Jangan memerintahku se-enaknya Sakura." desis Sasuke tak kalah tajam.

Mata Sakura memicing tajam, "Kau orang baru! Kau tidak tau apa-apa! Kau bahkan tidak tau mengapa gadis ini tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu!" bentak Sakura emosi. Sasuke merasa direndahakan, egonya mulai bermain, dia langsung berdiri, dan menantang Sakura.

"Oh ya? Memangnya kenapa jika aku orang baru?! Aku juga tidak peduli dengan kau, Naruto atau siapapun itu!" bentak Sasuke. "Sudah kukatakan, kau tidak tau apa-apa! Bisakah kau mengerti itu?!" bentak Sakura. Sasuke tersenyum sinis, "Untuk apa aku pengertian pada kalian hah?" tanya Sasuke meremehkan. Wajah Sakura merah padam mendengar ucapan Sasuke.

"DIA BISU BRENGSEK!"

Deg

Mata Sasuke membalak lebar. Gadis yang kini sedang diperdebatkan itu, kini menangis tersedu-sedu menarik jubah Sakura, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mengatakan seolah berhenti, jangan bertengkar.

Sasuke menatap gadis yang kini sedang menangis tersedu-sedu itu. Dalam hati kecilnya, dia merasa bersalah dengan gadis kecil itu, namun ego-nya masih terlalu tinggi untuk mengakuinya, bahkan untuk mengucapkan sebuah kata yang sangat berarti pada gadis itu.

"Sekarang, kau bisa mengerti mengapa dia tidak 'mau' menjawab?!" tanya Sakura dingin.

"Aku tidak tau jika dia bisu."

Mulut dan hatinya berkata lain, dia mengucapkan kata-kata itu dengan dingin, namun samar terdengar getaran di nadanya. Seolah, dia benar-benar merasa bersalah –setidaknya, karena telah melukai perasaan gadis kecil itu.

Namun, Sakura sudah tidak peduli lagi. Sakura menunduk, menenangkan Keila yang menangis itu, tanpa menghiraukan Sasuke lagi. Dia menggendong Keila keluar dari tendanya. Meninggalkan Sasuke yang masih terbatu ditempatnya itu.

.

.

Naruto mendengus kasar, kini dia sedang mengasah pisau yang biasanya dia gunakan untuk berburu se-ekor Rusa bersama Neji. Malam telah tiba, Hanya Sasuke dan Sakura-lah yang tidak ada di meja makan. "Apa kau kesal karena Sakura tidak ada di meja makan?" tanya Ino sambil meletakan semangkuk sup di samping Naruto.

Semenjak kedatangan Sasuke, Naruto terlihat lebih dingin dan 'sedikit' lebih uring-uringan ketimbang biasanya. Yah, Ino memahami perasaan Naruto juga sih. Ino tau kalau Naruto sangat menyukai Sakura, dan itu mulai dari pertama kali mereka bertemu.

Namun, diantara mereka semua, Naruto dan Sakura-lah yang paling misterius. Naruto, yang terlihat serampangan, bodoh, supel dan ceria, terkadang bisa berubah drastis ketika ditanyai, 'boleh kutau keluargamu seperti apa?'

Pertanyaan yang sesungguhnya sangat sensitif bagi Naruto. Dan reaksi pertama yang dikeluarkan-nya ketika mendengar pertannyaan itu adalah,

"Bukan urusanmu." Ucapnya ketus, dengan tatapan yang menusuk. Pada akhirnya, mereka semua tidak ada yang berani menanyakan hal itu pada Naruto. Tapi, disisi lain, jika kalian sudah mengenal Naruto yang mudah akrab, kalian seperti melihat orang lain ketika melihat Naruto yang seperti itu. Seolah, Naruto itu memiliki kepribadian ganda.

Sedangkan Sakura? Hinata dan Ino yang paling dekat saja tidak tau, apalagi yang lainnya. Sakura hanya tersenyum kosong ketika ditanyai hal yang lebih dalam mengenai urusan pribadinya.

"Makanlah, selagi masih hangat." Ucap Ino kalem, sambil duduk disebelah Naruto. ucapan Ino membuyarkan lamunannya mengenai Sasuke dan Sakura.

"Ya," sahutnya singkat. Ino tersenyum tipis. Dia menatap langit yang cukup cerah hari ini. Suara kayu terbakar didepan Ino –dibelakang Naruto, karena Naruto sedang memunggungi nya- menambah kesan tentram disekitar mereka –mungkin untuk Ino. Ditambah suara asahan pisau dari Naruto

"Sebentar lagi, basecamp ini akan bubar ya?" pertanyaan Ino membuat gerakan tangan Naruto terhenti seketika. "Maksudmu?" tanya Naruto dengan alis berkerut, dia lalu berbalik dan menatap dengan tanda tanya kepada Ino, Ino berbalik dan langsung bertemu mata dengan Naruto. dia tersenyum kecil, lalu menarik napasanya sambil menatap langit lagi. Naruto masih menuggu jawaban Ino.

"Kau tau? Pemerintah semakin liar, semakin banyak korupsi. Terutama di wilayah sini. Apalagi wilayah ini sangat terpencil, kemungkinannya sangat kecil untuk membuat wilayah ini maju." Ucap Ino, Naruto masih diam mendengarkan.

"Bahkan, untuk membayar kiriman setiap bulan untuk kebutuhan penduduk sini saja, sudah tidak mampu. Apalagi ditambah kita?" tanya Ino sambil tersenyum, namun senyumnya terlihat sedih dan putus asa. Ino manatap Naruto sekilas, lalu mengerutkan alisnya, "Hey! Cepat makan sup mu! Kau tadi tidak makan sedikitpun, dan aku sudah susah payah membuatkannya untukmu." Ino memperingatkan.

"Bai-" Mata Naruto dan Ino melotot, ketika melihat sup-nya sudah ada yang menikmati. "Kau lamban, jadi aku memakannya duluan." Ucapnya dengan wajah yang terlihat sangat kelaparan.

"Jadi, urusanmu sudah selesai?" tanya Ino dengan raut wajah menggoda. Sakura, mengerutkan alisnya. "Sudah." Jawabnya singkat. Naruto berdehem keras, menandakan untuk Ino jangan melanjutkan percakapan ini. Ino yang mengerti tanda itu, lalu mengalihkan pembicaraan.

"Apa serius basecamp ini akan di bubarkan?" tanya Ino dengan raut wajah sedih juga serius, "Aku pasti akan merindukan penduduk sini dan anak-anak itu." tambahnya.

"Kau kan tidak suka anak kecil?" celetuk Naruto, dan langsung mendapat jitakan kecil dari Ino. Nafsu makan Sakura, mendadak hilang karena ucapan Ino. memang benar, Basecamp ini akan terancam hilang, karena pemerintah sudah tidak sanggup membayar mereka semua. bahkan untuk jumlah bayaran yang kecil sekalipun. Hal ini, mengingatkan Sakura kepada Keila..

Dan juga terhadap pertengkarannya dengan Sasuke barusan.

"Mungkin.." jawab Sakura sekenanya.

"Apa kau tidak bisa meng-handle nya seperti biasa Sakura-chan?" tanya Naruto sambil membenarkan posisi kayu api unggunnya agar tidak mati. Hanya inilah satu-satunya penghangat mereka selain selimut yang ada di atas kasur dan jaket mereka. Namun terkadang, jaket dan selimut mereka masih kalah dengan angin malam di tengah gurun seperti ini.

"Tidak bisa, ini urusan politik, kita yang hanya relawan bisa tidak bisa melakukan apapun selain berdiam diri menunggu keputusan mereka." Jelas Sakura. "Tapi, aku berharap mereka tidak menutup basecamp ini." tambah Ino.

Keadaan menjadi hening,

Pikiran Sakura masih terbayang antara pertengkarannya dengan Sasuke, dan Keila. Dan ini membuatnya sangat frustasi.

.

.

Sasuke merenung di belakang tenda kamar tidurnya yang gelap. Tidak ada seorang pun disana, karena Sasuke tidak menyadarinya. "Kudengar dari jauh, kau dan Sakura saling membentak. Apa masalahnya se-serius itu?" tanya suara bariton itu datar. Sasuke melirik sekilas ke samping kanannya.

Terlihat Neji sedang berdiri bersandar pada pohon kecil yang ada disampingnya itu, sambil menyilangkan kakinya. Sasuke lalu menghisap sesuatu di balik jari telunjuk dan tengahnya itu. Neji mengikuti gerak-gerik Sasuke yang terlihat cukup tenang itu. "Aku tidak tau jika kau merokok."

"Kau tau apa tentang diriku?" tanya Sasuke dingin dan menusuk. Namun Neji tidak menanggapi sindiran Sasuke yang cukup tajam itu. Neji hanya mengangkat bahu, memaklumi sifat Sasuke. "Kau tetap tidak berubah juga." Tambah Neji, "Memang perlu?" tanya Sasuke sinis. Neji mendengus, "Yah, setidaknya berubah itu lebih baik-kan?"

"Terserah." Jawab Sasuke singkat. keadaan hening. Disini tidak ada yang bisa mengerti Sasuke, karena dia orang baru. Namun, Neji tau bagaimana sifat Sasuke, karena sejak kecil dia (dipaksa) berteman dengan bocah sok keren dan yang paling senang dikerumuni wanita ini. tepatnya ketika dia berumur 15 tahun. Waktu itu Sasuke sudah kelas 10.

"Kau tau.." ucap Neji mengawali pembicaraannya. Sasuke melirik sekilas ke arahnya, "Sakura sangat menyayangi anak itu." lanjut Neji. Sasuke masih diam.

"Dia menemukan gadis itu sekitar setahun yang lalu, saat pertama kali Basecamp ini dimulai." Tambahnya. "Lalu?" tanya Sasuke tanpa minat, sedangkan Neji hanya tersenyum tipis. "Awalnya Sakura menemukan gadis itu bersama seorang mayat wanita. Gadis itu selalu mendekap tubuh yang berlumuran darah itu tanpa mau melepaskannya. Badannya kurus-kerontang, rambutnya lusuh dan dan dia terlihat sangat lelah."

Sasuke mengernyit jijik mendengar cerita Neji. "Menjijikan." Ucapnya tajam, Neji hanya membalasnya dalam senyuman tipis, "Kau pikir siapa wanita itu?" tanya Neji, tentang pendapat Sasuke. Sasuke hanya dia tidak menjawab pertanyaan Neji. "Dia Ibunya, asal kau tau." Mata Sasuke membalak, "Kematian yang sama bukan? Bedanya dia sendirian." Tambah Neji tanpa memperdulikan ekspresi Sasuke kali ini.

Sasuke membisu, "Awalnya dia tidak mau jauh dari ibunya, dia terus menangis dan menggeleng saat kami menemukannya dan mengajaknya pergi. Hingga seminggu kemudian dia baru mau ikut dengan kami, dengan syarat, ibunya dikuburkan dengan layak." Lanjut Neji.

"Gadis kecil itu, sama sekali tidak berbicara, awalnya Sakura dan kami mengiranya dia tidak mau berbicara karena trauma, namun kenyataannya dia memang bisu." Tambahnya.

"Tapi dia bisa mendengar." Neji berucap lagi. "Nasibnya sungguh mirip, namun untungnya dia masih bisa 'terselamatkan', yakan?" tanya Neji seolah memukul telak hati Sasuke kali ini. Neji lalu mendesah pelan, dan meregangkan ototnya. "Kurasa sudah cukup ceritanya." Neji mulai beranjak pergi.

"Sudah malam, sebaiknya kau lekas istirahat, Sakura tidak suka keterlambatan." Neji bersuara dengan sedikit keras. Namun Sasuke mengacuhkannya. Beberapa lama Sasuke diam, hingga dia tiba-tiba mendengus.

Dasar sok tahu..

.

.

Sakura terbangun pukul empat pagi. Kelopak matanya menghitam karena dia baru saja tertidur pukul 2 pagi, dan dia harus bangun pukul 4 pagi untuk mengurus kebutuhan anak-anak asuhnya. Namun, samar dia mendengar sebuah suara air yang mengalir. Sakura mengerutkan alisnya, tidak ada orang yang bisa bangun sepagi ini selain aku.

Pikir Sakura, lalu siapa dia?

Sakura beranjak dari kasurnya, menyisir rambutnya dengan jari lalu berjalan menuju pintu tendanya, dia melangkah menuju ke bagian belakang perkemahan dan melihat seseorang sedang menuangkan se-jurigen besar air kedalam sebuah bak raksasa itu.

"Siapa kau?" tanya Sakura setengah mengantuk.

Gerakan tangan orang itu terhenti seketika, jarak yang sedikit lebih jauh membuat Sakura tidak bisa melihat wajahnya ketika dia tengah berbalik memandang dirinya. Tanpa menjawab pertanyaan Sakura, orang itu menyelesaikan tugasnya, lalu pergi meinggalkan Basecamp itu dengan segera.

Sakura yang terkejut, hanya bisa berkata "H-Hei.. Tunggu dulu, siapa.. kau?" perkataan terkahirnya memelan ketika orang itu menghilang dari hadapannya.

Sakura berjalan menuju bak raksasa itu, dan melihat isinya sudah penuh. Wajah Sakura terlihat sangat terkejut, karena dibutuhkan 25 jurigen bolak-balik dari sungai kemari untuk memenuhi isi bak ini. Dan sepertinya orang tadi mengerjakan tugas ini sendirian.

Sakura menatap lagi ke arah perginya orang misterius itu, dia tersenyum simpul. Yah.. siapapun dia, aku sungguh ber-terimakasih padanya. Ucapnya tulus.

Karena dengan begitu, dia tidak perlu uring-uringan dengan Naruto dan Neji tentang masalah mengangkut air ini. Karena para lelaki itu selalu saja mengeluh ketika Sakura menyuruh mereka untuk mengisi air di bak ini.

Sakura berbalik dan berjalan menjauh dari bak itu sambil meregangkan ototnya yang terasa sangat kaku.

Awal yang baik di hari yang baik bukan?

.

.

.

.

.

TBC
_

A/N:

Yosh! Chapter 3 apdet, apakah alurnya kecepetan? Kurasa nggak kan yah? #nyengir #digetok
Maafkan daku karena telat apdet, habisnya bulan-bulan terakhir, full ujian, jadi tidak bisa menulis cerita ini dengan waktu yang tepat. 3 bulan yah aku g apdet? #ketawagaje #dibantai

Yah.. pokoknya kalo ada typo atau masalah lainnya katakan saja. Saya baru nulis cerita tapi kalo baca sering, jadi butuh sarannya dari para pembaca senior lainnya. Terimakasih waktunya, kalo ada pertanyaan, tanya aja.. nanti akan kuusahakan untuk menjawab.

Last...
Mind to Riview? Thx before.. :3

.