Kecemburuan
By: Lixryth Rizumu and Kumo-Usagi
Disclaimer: Yamaha Corp
Pairing: Hibiki Lui and Suzune Ring
Rate: T
Genre: Romance
Word: 1350 (story only)
Warning: Typo, EYD berantakan, sudut pandang orang ketiga
Matahari bersinar dengan cerah dari ufuk timur. Tampak banyak siswa-siswi yang tengah berjalan menuju ke arah gedung sekolah mereka, tak terkecuali pemuda dengan rambut cream acak-acakan dan gadis dengan rambut biru muda panjang yang tengah berjalan beriringan diantara beberapa siswa-siswi yang lainnya.
Mereka berdua selalu berjalan beriringan di setiap paginya jika ingin berangkat ke sekolah, membuat hampir semua orang di sekolah sangat hapal dengan kebiasaan rutin mereka yang selalu diperlihatkan setiap pagi, berjalan beriringan.
Tak jarang tatapan iri dilemparkan oleh beberapa siswa maupun siswi. Maklum, mereka berdua termasuk cukup populer di sekolah itu. kedua insan itu asik bercakap-cakap dan sewaktu-waktu, sang pemuda akan memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dari gadis disebelahnya karena warna merah mulai menghiasi wajah pemuda itu.
Meskipun mereka berdua populer, tetapi kepopuleran mereka sangatlah berbeda, sang gadis populer karena kebaikan dan juga kecantikannya, sedangkan sang pemuda karena sikapnya yang selalu mencolok dan juga ketampanannya. Berbeda, maka dari itu banyak yang mengatakan kalau mereka berdua saling melengkapi satu sama lain.
Akhirnya mereka berdua tiba di kelas yang sudah mulai ramai. Tampak pemuda dengan rambut silver menghampiri pasangan yang baru sampai di depan kelas. "Yo!" sapanya dengan sangat singkat.
Pemuda yang dikenal dengan nama lengkap Hibiki Lui itu menolehkan kepalanya kecil, dan membalas sapaannya. "Yo juga. Tidak biasanya kau sudah sampai di sekolah sebelum aku dan Ring?" Ibu jari tangan kanannya menunjuk gadis yang berdiri tegak di belakangnya.
Sementara gadis yang ditunjuk itu hanya tersenyum manis. "Selamat pagi, Utatane-san," sapanya dengan sopan seraya membungkukkan sedikit badan rampingnya.
Senyum lebar terbentuk di wajah Piko ketika Ring menyebut namanya. Piko tidak mempedulikan ucapan Lui, dan mendekati Ring. "Pagi juga, Ring! Seperti biasa, kau sangat mempesona hari ini." Piko mengulurkan tangannya dan memainkan rambut panjang Ring. "Sayangnya pemuda yang selalu mengantarmu setiap hari tidak begitu mempesona," ujarnya jahil.
Seketika wajah Ring dan Lui memerah karena alasan yang berbeda. "E―eh? Umm… terima kasih, Utatane-san," ujar Ring seraya tersenyum kecil dengan muka yang memerah malu. Tentu saja hal itu membuat wajah Lui semakin merah karena menahan amarahnya yang hampir meledak.
Kedua alis Lui berkerut dengan sebal. Seketika, tangannya meraih tangan mungil milik Ring, dan menariknya pergi. "Jangan pernah mendengarkan orang yang mengatakan kalau aku tidak mempesona, Ring!" ucap Lui berbohong, sebenarnya Lui ingin mengatakan kalau Ring tidak boleh mendengarkan pujian dari orang lain, kecuali dirinya seorang.
"Eh? Maaf Lui…" ucap Ring dengan nada lirih. Keheningan melanda Ring dan Lui, sampai pada akhirnya Ring memberanikan diri untuk berbicara. "Err… Lui, kita belum menaruh tas sekolah kita," ujarnya dengan nada yang sangat polos, menambahkan kesan imut pada Ring.
Lui memijat keningnya. "Ah, kau benar. Sepertinya pikiranku sedang perang saat ini. Maafkan aku." Lui menyentuh pelan pipi Ring yang lembut, dan mengusapnya perlahan. "Ayo kita taruh tas kita."
Wajah gadis manis itu kembali bersemu merah. Ring mengangguk kecil dan Lui kembali memegang tangan mungil gadisnya. Kali ini dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dalam hening mereka berdua berjalan ke dalam ruangan kelas mereka.
Iris coklat Lui melirik gadis yang menggenggam tangannya dengan erat. Begitu menyadari rona merah masih menyelimuti pipi Ring, senyuman tipis terukir di wajahnya. Lui sedikit lega begitu mengetahui kalau dirinya masih bisa membuat Ring merona seperti ini.
Kelas masih ramai seperti biasa ketika dua remaja itu melangkah di dalam kelas. Ring berjalan ke arah mejanya yang berada di deretan paling depan, sementara Lui berjalan menuju mejanya yang berada di paling belakang.
Genggaman tangan remaja tersebut terlepaskan, sedikit membuat Lui merasa kehilangan kehangatan dan juga kelembutan Ring. Ring juga merasakan hal yang sama, namun mau bagaimana lagi? Meja meraka memang sangat jauh, dan mereka tidak mungkin berpegangan tangan hingga sekolah usai.
"Sampai nanti saat jam makan siang," ucap Ring sambil tersenyum manis dan dibalas oleh anggukan singkat dari Lui. "Ingat, jangan membolos pelajaran," lanjutnya sambil mencubit pipi Lui dengan pelan.
"Iya,iya, tenang saja, Tuan Putri!" canda Lui sambil tertawa kemudian melepaskan tangan Ring dari pipinya dan berjalan ke mejanya.
Pemuda berambut silver yang sudah menempati kursinya di sebelah Lui langsung menyahut, "Meskipun kau bilang kalau kau tidak akan membolos pelajaran, pasti kau akan tertidur di tengah pelajaran seperti sapi―ah, tidak, seperti kerbau, 'kan?" ujar Piko seraya tersenyum mengejek.
"Heh, bukannya kau juga seperti itu?" ujar Lui dengan nada sinis, sementara di meja paling depan banyak anak laki-laki atau perempuan yang mengerumuni Ring. Itu sudah menjadi rutinitas bagi seorang Suzune Ring setiap pagi.
Lui memperhatikan Ring dari kursinya. Kilatan penuh cemburu terlihat dari sorot matanya begitu pandangannya tertuju kepada teman-teman Ring yang mulai memainkan rambut panjangnya, berbicara dengan jarak yang dekat, dan juga hal-hal lainnya. "Oh ayolah, itu Ring milikku!" gumamnya kecil.
Piko hanya memperhatikan perilaku Lui, senyum jahilnya kembali terlihat. "Hei, kau tidak mau kesana dan menarik pacarmu pergi?" tanya Piko dengan senyum yang mengejek dan dihadiahi oleh sikutan yang Lui daratkan di area tulang rusuknya.
"Buat apa aku kesana? Lagipula Ring sedang bersenang-senang dengan temannya, mana mungkin aku akan pergi kesana!" Lui memalingkan wajahnya ke arah lain, dan mulai mengutuk Piko yang sudah menangkap basah dirinya. Diam-diam, bola matanya bergulir ke kanan dan memperhatikan Ring yang masih sibuk dengan temannya.
"Dasar T-S-U-N-D-E-R-E!" ujar Piko dengan senyum yang mengejek dan mengeja kata-katanya.
.
Bel istirahat makan siang sudah berbunyi. Ring mengambil bento yang dibungkusnya dengan kain warna biru muda dan berjalan keluar kelas dimana Lui sedang menunggunya.
Senyum Lui mengembang. "Seperti biasa, bento di dalam kain biru muda." Lui mengambil bento milik Ring dan menarik tangan mungil gadis itu. "Aku hanya membeli roti, aku boleh minta bento-mu seperti biasa, 'kan?" tanya Lui dengan mata memohon. Yah, masakan buatan Ring memanglah masakan yang terenak menurut Lui.
"Boleh kok," ucap Ring dengan wajah yang memerah. Mereka kembali berjalan melewati koridor kelas dua.
"Suzune-san!" seru seorang laki-laki dengan rambut biru laut dari arah kelas 2-A.
"Ah, Shion-senpai. Selamat siang," sapa Ring sembari tersenyum.
"Ada waktu?" tanya kakak kelas yang bermarga Shion itu.
"Maaf, tapi dia sedang bersamaku saat ini," ucap Lui mengintrupsi dan menarik tangan Ring menuju atap sekolah.
Ring menatap tangan Lui yang menggenggamnya dengan erat. "Lui? Kau kenapa?" Kepalanya berputar dan memperhatikan Shion Kaito yang menatapnya dengan bingung. "Aku merasa kasihan dengan Shion-senpai."
Lui mulai geram. Tangannya melepas dengan kasar tangan Ring, dan dirinya duduk di salah satu anak tangga terdekat dan bersandar di dinding. "Aku lelah." Lui memijat pelan pangkal hidungnya.
"Lui? Kau kurang beristirahat? Ini, bento-ku untukmu semua!" ucap Ring dengan panik. Sepertinya Ring salah menangkap perkataan Lui tadi.
"Kau salah menangkap perkataanku," ucap Lui sambil berdiri dan memeluk Ring dengan posesif dan mencium keningnya lembut.
Seluruh wajah Ring memerah dalam sekejap selain karena tiba-tiba Lui menciumnya, juga karena Lui sama sekali tidak sadar tempat dia mencium Ring. Tempat umum. "Umm, Lui, kalau aku salah menangkap, lalu Lui kenapa?" ujar Ring dengan wajah bingung.
"Aku cemburu, kau tahu?" bisik Lui tepat di telinga kanan Ring dan membuat gadis itu semakin merona. Mungkin kecemburuan bisa membawa suatu berkah bagi seorang Hibiki Lui, buktinya ia bisa mencium kening pacarnya di depan umum dan membuktikan bahwa Ring itu hanya miliknya seorang.
"Cemburu? Cemburu karena apa?" Ring mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Lui yang terlihat memerah karena amarahnya. "Apa… aku berbuat kesalahan?"
"Ah, lupakan saja kalau aku mengatakan hal itu lagi. Ayo, kita makan! Perutku sudah tidak tahan lagi!" ujar Lui mengalihkan pembicaraan dari masalah tadi dan menggandeng dengan penuh kasih sayang tangan milik kekasih tercintanya, Ring.
Ring hanya mengangguk singkat dan tersenyum manis. Langkah kakinya terus mengikuti langkah kaki Lui, kemanapun Lui melangkah. Keduanya merasa nyaman seperti ini, nyaman jika mereka berdua menghabisi waktu bersama.
"Tenang saja, aku hanya akan jatuh cinta kepada Lui, kok," ujar Ring pelan namun masih dapat didengar jelas oleh Lui.
"A―aku sudah mengetahui hal itu!" seru Lui dengan wajah yang memerah. Pemuda itu kemudian memalingkan wajahnya―menyembunyikan senyuman senang di bibirnya.
End
Bonus :
"Jangan pernah mendengarkan orang yang mengatakan kalau aku tidak mempesona, Ring!" ucap Lui berbohong, sebenarnya Lui ingin mengatakan kalau Ring tidak boleh mendengarkan pujian dari orang lain, kecuali dirinya seorang.
"Eh? Tapi 'kan, Lui memang tidak mempesona," ucap Ring dengan nada polos miliknya dan membuat Lui berakhir di pojokan dengan aura mengenaskan.
"Ternyata aku tidak mempesona… kenapa aku tidak menyadarinya?" ujar Lui dengan nada yang dramatis.
End of Bonus
Rizu : Yosh, ini hasil dari collab pertamaku dengan Kumo-Usagi! Yeay!
Kumo : Ini juga collab pertamaku dengan Lixryth Rizumu! Waiii! Aku dapet fic ini dar―*dibekep*
Rizu : *bekep Kumo* cerita ini berisi tentang kecemburuan, dan setiap chapter pair-nya akan berbeda!
Kumo : *dibekep* *angguk-angguk disko*
Rizu : Sebenarnya Kumo yang merencanakan fic tentang cemburu… apakah ada sesuatu? #plak
Kumo : Ada cinta yang kurasakan! *malah nyanyi* sebenarnya ide dapet pas lagi bengong dan membayangkan… gimana ya kalau Kaito (Vocaloid) atau engga Len jealous… gitu!
Rizu : Hee… *muka curiga* #lah
Kumo : A―apa? *blush* *nak*
Rizu : Bukan apa-apa… Yah, akhirnya mimpi Kumo untuk collab denganku terwujudkan! #hoek
Kumo : *sniff* *sniff* aku terharu-ssu akhirnya bisa collab sama Rizu-nee… QwQ
Rizu : *jawdrop* beneran?
Kumo : Ha'i dechu…
Rizu : O―oke… nah, kepada semua yang sudah baca sejauh ini, terima kasih banyak! Jangan lupa me-review, ya!
Kumo : Setiap review yang masuk akan sangat kami hargai
Rizu : Yah, yang penting uangku engga habis untuk menghargai :9
Kumo : *large sweatdrop*
Rizu : Terima kasih sudah membaca, jangan lupa me-review! Sampai bertemu di chapter selanjutnya!
Kumo : Jaa! Sekali lagi terima kasih banyak! *lambai-lambai tangan*