Tittle : Excuse Me.

Rate : M.

Genre : Romance, Family.

Pair : DaeLo.

Author : SkinnCho.

Disclaimer : TS Entertainment.

Warning : BL, Yaoi, INCEST, AU, OOC, Crack Pair, DLDR, RAPE, LEMON, NC21, Miss Typo(s), No Flamers, RnR Please.

Daehyun = 19 thn

Junhong = 8 thn

Chapter 1 : Cute Prey.

# Daehyun Pov.

" Jadi kita punya rumah baru?." Tanyaku pada Appa.

" Nde, rumah kita yang ini akan dijual." Jawab Appa.

" Baiklah, aku akan segera membereskan kamarku." Kataku.

" Daehyunnie…" panggil Appa.

" Nde?."

" Kau tidak keberatan kan dengan hal ini?." Tanya Appa.

Aku tersenyum simpul. " Aniya, aku juga tidak keberatan dengan pernikahan Appa, aku senang punya eomma baru. Appa tidak perlu mengkhawatirkanku berlebihan seperti itu, aku ini sudah dewasa Appa." Kataku.

" Syukurlah kalau begitu."

Besok adalah hari pernikahan Appa dengan seorang wanita bermarga Choi. Aku belum pernah mengenalnya lebih jauh, aku juga tidak terlalu dekat dengan Appa, jadi aku tidak terlalu protes dengan pernikahan Appa.

Dan appa bilang dia sudah membeli rumah baru untuk kita tinggal dengan keluarga istri barunya. Kurasa semua akan baik-baik saja.

" Hmm… Apakah aku akan mempunyai saudara tiri juga?." Gumamku.

.

.

.

.

.

Keesokkan harinya aku sudah harus sibuk mengurusi diriku sendiri, appa sudah menyiapkan kemeja, jas dan lain-lain untukku. Aku juga harus tampil baik dipernikahan Appa. Setelah itu kami berangkat ke gereja dimana mereka akan menikah nanti.

Aku segerea duduk dibarisan depan, dan upacara pernikahanpun segera berlangsung. Kulihat ada seorang anak kecil yang bermain piano tak jauh dari altar, anak itu lucu sekali. Tak lama kemudian pengantin perempuan berjalan masuk ke gereja, dia wanita yang cantik, setelah pernikahan ini aku akan memanggilnya eomma.

Mereka berdua terlihat begitu serasi dan bahagia saat berada di altar. Setelah mereka mengucap janji dan bertukar cincin, kami semua bersorak dan bertepuk tangan saat mereka berciuman. Aku jadi bernostalgia saat pernikah appa dan eomma dulu.

Lalu kulihat anak yang sedang bermain piano tadi berlari memeluk Nyonya Choi dengan tawa lebar. " Mamaaa!." Panggilnya. Lalu kulihat appa menggendong anak itu. Apa bocah itu anak dari istri baru appa? Kalau benar, berarti dia akan menjadi adikku?

Kamipun berfoto di depan gereja bersama.

" Yeobo, apa dia Daehyun yang kau bilang itu?."

" Nde, dia anak laki-lakiku satu-satunya. Daehyunnie kenalkan dia ibu barumu. Jadi panggil dia eomma." Kata Appa.

" Annyeonghasaeyo." Sapaku sambil membungkuk sebentar.

" Dia benar-benar tampan. Ini kenalkan, dia juga anak laki-lakiku satu-satunya, namanya Junhong." Kata eomma.

" Jadi, namamu Junhong ya? kau lucu sekali." Kataku sambil berjongkok di depan Junhong.

Dia tersenyum lebar. " Annyeonghasaeyooo…" sapanya.

" Annyeong!." Balasku. " Mulai sekarang panggil aku hyung, arachi?." Lanjutku.

" Araseo hyung!." Katanya.

Hari itu kami pulang kerumah baru. Hari ini benar-benar melelahkan. Aku ingin istirahat, dan tidur sampai besok. Tapi tunggu… Aku baru ingat adik baruku sepertinya bisa kubuat tontonan, dia begitu imut! Well, aku tidak peduli wlaupun aku gay dan pedo. Yang penting ada mangsa baru.

" Daehyunnie, kamarmu diatas, bersebelahan dengan kamar Junhong." Kata Appa.

" Araseo appa."

" Hyung! Hyung! Ayo kita kesana bersama!." Kata Junhong senang.

" Kajja." Ajakku.

" Hyung, gendong aku!." Pinta Junhong.

Anak ini benar-benar manja sekali, untunglah dia cepat mengakrabkan diri, jadi aku tak perlu berusaha terlalu banyak untuk dekat dengannya.

Aku segera berjongkok agar Junhong naik ke punggungku, lalu aku segera naik ke lantai 2. Kamar Junhongsudah tertata rapid an di design untuk kamar anak-anak. Sedangkan kamarku mungkin sama seperti kamar dirumah lamaku dulu, karena semua barangku sudah kupindah dan ditata sama seperti dulu.

" Waah, kamarku lebih besar dari sebelumnyaa." Kata Junhong.

" Benarkah?." Tanyaku.

" Nde, waaah, aku senang sekali hyung! Ayo sekarang main di kamarmu!." Ajak Junhong.

" Araseo."

Dikamarku mungkin terkesan biasa saja. Tapi masih ada beberapa barangku yang di dalam kardus dan belum kubereskan.

" Hyung, ayo kita main sesuatu." Kata Junhong.

" Kau ingin main apa Junhongie?." Tanyaku.

" Terserah, hyung punya mainan apa?." Tanya Junhong.

Emmm.. mainan yah? Vibrator? BDSM stuff? Haissh! Apa yang kau pikirkan Jung Daehyun! Junhong masih terlalu kecil untuk kau sentuh! Tapi dia terlalu imut untuk sekedar dipandang saja…

" Mainan? Coba hyung cari sebentar." Kataku sambil membuka beberapa kardus untuk mencari mainan yang sekiranya masih kusimpan.

" Hyung ini apa?." Tanya Junhong.

Dan aku begitu terkejut saat melihat Junhong membawa sebuah vibrator yang cukup besar, aku segera mengambilnya dari tangan Junhong.

" Junhongie, kau menemukan ini dimana?." Tanyaku panik.

" Di kotak itu." Jawab Junhong sambil menunjuk sekotak vibrator milikku. Aku segera meringkus dan menaruhnya diatas lemari.

" Memangnya itu apa sih hyung?." Tanuya Junhong.

" Itu… emm.. pokoknya Junhongie tidak boleh menyentuhnya, itu hanya orang dewasa yang tau." Kataku.

" Araseo. Jadi kita mau main apa hyung?." Tanya Junhong.

" Aku hanya menemukan ular tangga, monoppoli, dan catur. Aku lupa menaruh video game-nya dimana…" kataku.

" Baiklah, ayo main monopoli hyung." Kata Junhong.

" Baiklah. Kajja!."

Ditengah kita bermain appa dan eomma datang. " Senang sekali melihat kalian langsung akrab seperti ini." Kata eomma.

" Benar yeobo, dengan begini tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi." Kata appa.

" Memangnya ada apa?." Tanyaku.

" Kita akan merencanakan bulan madu berdua." Kata appa.

Bulan madu? Itu ide yang bagus! Dengan begitu aku bisa menyentuh Junhong sepuasnya!.

" Jinjjayo appa?." Tanyaku.

" Nde, tapi kami sempat mengkhawatirkan kalian berdua." Kata eomma.

" Eh, kalau aku sih tidak apa, aku bisa kok menjaga Junhong selama kalian pergi." Kataku.

" Apa benar Daehyunnie?." Tanya eomma.

" Nde eomma. Percayakan saja padaku." Kataku.

" Gomawo nee. Kau memang anak yang baik." Kata eomma.

" Memangnya rencananya kapan kalian berangkat?." Tanyaku sambil masih melempar dadu bermain monopoli.

" Besok lusa." Jawab appa.

" Eeehh? Secepat itu?." Tanyaku.

" Nde, kami sudah merencanakan semua ini sejak lama." Kata appa.

" Memangnya kalian mau kemana?." Tanya Junhong.

" Junhongie, appa dan eomma ingin pergi selama beberapa waktu, bisakah Junhongie tidak nakal bersama Daehyun hyung selama kita pergi?." Tanya eomma sambil memangku Junhong.

" Kenapa tidak mengajak kita juga?." Tanya Junhong.

" Kali ini hanya eomma dan appa saja. Tapi lain kali kalian berdua pasti diajak. Eotte?." Tanya eomma lembut.

" Baiklah." Jawab Junhong.

" Tapi Junhong janji tidak akan rewel ya?."

" Araseo." Kata Junhong sambil tersenyum lebar.

Keesokkan harinya kami sarapan pagi bersama. Rasanya sudah lama sekali aku tidak satu meja dengan keluarga lengkap.

" Daehyunnie, bisakah kau mengantar Junhong ke sekolah?." Tanya eomma.

" Oh tentu saja." Jawabku.

Setelah sarapan selesai aku mengantar Junhong ke sekolah. Anak ini begitu polos dan menggemaskan, membuatku tidak sabar untuk menyentuhnya. Kenapa dia begitu manis? Apapun yang terjadi dia akan jadi milikku!

" Hyung, nanti sepulang sekolah kita bermain lagi ya?." Tanya Junhong.

" Tentu saja, nanti hyung beri tau permainan yang seru." Kataku.

" Apa itu hyung?."

" Nanti saja kuberi tau, sekarang Junhongie sekolah dulu." Kataku.

" Baiklah."

Setelah mengantar Junhong pulang, aku melanjutkan untuk pergi kuliah pagi. Aku harus menjemput Junhong lagi pukul 11.

.

.

.

.

.

" Baiklah, appa dan eomma berangkat ya " kata eomma yang sudah bersiap untuk naik mobil.

" Semoga bulan madu kalian menyenangkan." Kataku.

" Daehyunnie, jaga Junhong dengan baik." Kata appa.

" Araseo appa."

Kemudian eomma memelukku sebentar. " Jaga dirimu baik-baik, jika ada sesuatu telfonlah kami." Kata eomma.

" Iya eomma."

Setelah memeluk Junhong dan berpamitan akhirnya mereka pergi. Aku dan Junhong kembali masuk ke dalam. Aku tak pernah sesenang ini. Hanya ada aku dan Junhong sekarang.

" Hyung, aku lapar…" Kata Junhong.

" Junhongie ingin makan apa?." Tanyaku.

" Topuki saja." Kata Junhong.

" Baiklah ayo makan topuki." Ajakku.

Setelah membeli topuki tak jauh dari rumah, kami kembali pulang untuk memakannya.

" Hyung ayo makan di kamarmu saja." Kata Junhongie.

" Boleh."

Kamipun memakan topuki itu sambil nonton film. Junhongie benar-benar antusias nonton film. " Hyung! Hyung! Lihat! Seru sekali yaah."

Aduuh dia imut sekali sih! Bahkan dia makan topuki sampai belepotan.

" Junhongie, kesini sebentar." Kataku.

Kemudian Junhong sedikit mendekat padaku. Aku membingkai wajahnya dan mencium bibirnya sambil menjilati topuki yang belepotan di sudut bibirnya.

" Eunghh.. hyu—mmph…" desah Junhong.

Aku masih menikmati bibir plum miliknya, begitu enak dan sensasinya menyenangkan. Setelah kurasa Junhong kembali berontak aku melepaskannya.

" Hyung kenapa menciumku?." Tanya Junhong terkejut.

" Karena bibirmu belepotan topuki, jadi hyung membersihkannya dengan cara yang lain." Kataku.

" Kau mengagetkanku hyung." Kata Junhong sambil mempoutkan bibir kecilnya yang semakin membuatnya imut.

" Junhongie, ku mau tidak bermain permainan yang seru?." Tanyaku.

Seketika mata Junhong langsung berbinar. " Main apa hyung?." Tanyanya antusias.

" Tapi Junhong harus janji jangan pernah bilang pada mama dan papa." Kataku.

" Araseo hyung. Junhong janji tidak akan memberitau siapa-siapa." Kata Junhong.

" Tapi Junhong harus mau di cium lagi." Kataku sambil tertawa kecil.

" Aishh.. baiklah baiklah." Kata Junhong sambil naik ke pangkuanku. Ini akan jadi malam yang menyenangkan!.

Aku kembali membingkai wajahnya dan mulai mencium bibir kecilnya yang merah, perlahan kugigit agar dia membuka mulutnya. Dan tidak menunggu lama lidahku sudah masuk ke dalamnya dan memainkan lidahnya.

" Eungghh.. emmmh.. ahhhh…" desahnya membuat libidoku makin tinggi saja.

Kurasakan dia mulai menarik bajuku, sepertinya dia sudah kehabisan nafas, saking senangnya aku lupa bahwa dia masih kecil dan tidak pernah melakukan ini.

" Haah… haah.. hyungie, itu bukan ciuman!." Katanya.

" Eh? Kenapa bisa?." Tanyaku.

" Ciuman itu seperti ini…" kata Junhong sambil mencium pipiku sekilas. " Atau seperti ini…" katanya lagi sambil mencium bibirku sekilas.

Aku tertawa kecil. " Kau benar-benar masih polos yah… itu Cuma ciuman biasa, yang hyung tadi lakukan itu juga ciuman." Kataku menjelaskan.

" Oh, jadi begitu.."

Kemudian aku memberinya sebuah permen, yang sebenarnya adalah obat perangsang. Akan sangat susah membuat anak sekecil Junhong terangsang akan hal seperti ini.

" Ini makanlah." Kataku.

" Waah.. permen!." Katanya yang langsung memakan permen itu.

" Jadi hyung, permainan apa yang akan kita mainkan?." Tanya Junhong.

Aku mengeluarkan vibrator kecil yang bisa diaktifkan melalui remote control. " Itu apa hyung?." Tanya Junhong.

" Ini mainan yang unik, coba kau lepas celanamu sebentar." Kataku.

Dengan wajah bingung dan penasaran perlahan Junhong menuruti kata-kataku. Kulihat dia sudah melepas celananya, dan hanya tinggal mengenakan celana dalam.

" Hyuungghh.." panggilnya pelan.

" Waeyo Junhongie?."

" Kenapa disini jadi panas? Ennggh.." katanya.

Hohohoho… Sepertinya obatnya sudah mulai bekerja. Great! Semua berjalan dengan baik.

" Sepertinya memang iya, biarkan saja." Kataku. Lalu aku segera memasang vibrator kecil itu kedalam hole mungilnya.

" Hyuuungghh, apa yang kau lakukaan?." Tanya Junhong bingung.

" Junhongie diam saja, setelah ini kau akan merasa enak." Kataku.

" Jinjjayo?."

" Nde. Tunggu saja." Kataku.

Setelah persiapan selesai, aku bersandar di tempat tidur lalu memangku Junhong. " Hyung, sebenarnya kita mau main apa sih?." Protes Junhong.

Tanpa bicara aku langsung menciumnya lagi, Junhong sedikit melawan mungkin karena dia terkejut. Dia sangat menggemaskan untuk diperkosa sekarang. Tapi aku sendiri juga sudah tidak tahan.

Ditengah ciuman kami aku menekan tombol untuk mengaktifkan vibrator yang ada di dalam hole Junhong. Dan seketika itu Junhong tersentak, dan menggeliat kebingungan.

" Kenapa Junhongie?." Tanyaku.

" Benda yang hyung masukkan tadi… ennggh.. ouwwh.. bergetaarhh…" jawab Junhong sambil terlihat frustasi.

" Bagaimana rasanya?." Tanyaku lembut.

" Ouwwh… hyuungh.. sssh.. nngghh!."

Aku mulai menjamah lehernya, dan menjilat leher putihnya yang menggoda. " Ayo katakan pada hyung bagaimana rasanya." Kataku.

" Enngggh… Rasanyaa.. nnnhh… Enaak hyuunggh…" jawab Junhong.

Aku tersenyum nakal. Oh Lord maafkan dosaku karena telah menodai anak sekecil ini.

" Apa Junhongie mau bermain yang lebih enak dari ini?." Tanyaku nakal.

" Mauuuhh.." jawab Junhong.

" Tapi janji tidak akan bilang pada siapapun ya tentang hal ini?." Tanyaku.

" NdeePalli hyuungghh…"

Aku menekan tombol ke titik maksimal, dan Junhong langsung menggeliat keenakan dipelukanku. Desahannya semakin menjadi. Aku benar-benar bahagia melihatnya.

Aku melepas celanaku karena sepertinya milikku sudah menegang. Dan sepertinya Junhong terkejut melihat ukuranku yang termasuk besar itu.

" Hyung apa yang kau lakukan?." Tanya Junhong.

Aku membawa kedua tangan Junhong untuk menyentuh punyaku, dan tangannya terlihat sedikit gemetar.

" Sekarang, coba Junhongie kocok milik hyung." Kataku.

" Ma.. maksud hyung apa?." Tanya Junhong.

Aku segera mengocok penis kecil milik Junhong perlahan, dan membuatnya sedikit mendesah keenakan.

" Rasanya enak kan?." Bisikku, dan Junhong mengangguk. " Sekarang lakukan pada milik hyung, agar hyung juga bisa merasakan rasanya." Lanjutku.

Perlahan tapi pasti Junhong mulai memijat penisku. Benar-benar membuatku semakin terangsang. Membuatku semakin tidak sabar untuk menyodomi hole virgin milik Junhong.

" Enggghh… nikmat sekali." Racauku.

Dan kurasakan pijatan tangan Junhong semakin kencang memijat milikku. " Junhongie, sekarang coba masukkan kedalam mulutmu, jilat dan hisap." Perintahku.

Junhong terdiam sambil melihat penisku. " Kenapa?." Tanyaku.

" Te… Terlalu besar hyung, tidak akan muat." Jawab Junhong.

Junhong benar-benar masih polos. " Coba saja dulu, pasti bisa." Kataku lembut. Kemudian Junhong mulai menjiat kepala penisku. Sensasinya benar-benar nikmat, membuatku melayang sesaat.

" Lebih dalam lagiiihh." Kataku sambil mendorong kepala Junhong perlahan untuk menelan kejantananku, meski aku sedikit kasihan karena membuat Junhong sedikit tersiksa, tapi aku juga ingin menikmati kuluman Junhong juga.

" Ngghh… Ouwwhhh.." desahku.

Aku menarik dan mendorong kepala Junhong lebih cepat untuk melakukan blow job. Dan sepertinya Junhong sudah pasrah saja, dan aku semakin mempercepat dorongan di kepala Junhong hingga…

SPLURRTT!

" Nggghh! Ouwwwhhh!."

Junhong menelan banyak sekali spermaku, dan sepertinya dia masih kaget dengan hal ini.

" Uhuk! Uhuk! Hyungghh! A.. apa itu tadii?." Kata Junhong.

Sperma itu meluber hingga ke dagu dan lehernya sehingga membuatnya semakin fuckable!.

" Itu namanya orgasme, jika nanti kau bisa mengeluarkannya kau akan merasa sangat-sangat enak." Kataku.

" Lalu apa yang harus kulakukan hyung?." Tanya Junhong.

" Sekarang berbalik, dan menungginglah." Perintahku. Dengan sedikit canggung Junhong mematuhi perintahku. Dan sekarang aku disuguhkan dengan pemandangan yang menggairahkan. Hole virgin yang sempit milik Junhong sedang menghadapku, sedikit bergetar karena ada vibrator di dalamnya.

" Se.. seperti ini?." Tanya Junhong.

" Benar sekali. Hmmm.. aku jadi tidak sabar lagi." Kataku.

" Ka.. kau akan melakukan apa hyung?."

" Tentu saja mempenetrasimu, adik kecilku yang manis." Kataku.

" Apa itu?."

" Mungkin di awal rasanya akan sakit, tapi akan sangat nikmat nanti." Kataku.

" A.. aku takut hyuungg." Kata Junhong.

" Tenanglah, kau percaya pada hyung kan?." Tanyaku.

Kulihat Junhong mengangguk pasrah. " Baiklah, ayo kita mulai sekarang." Kataku sambil memposisikan kejantananku di depan hole mililk Junhong.

Perlahan kumasukkan penisku dengan hati-hati, aku tidak ingin menyakiti Junhong di pengalaman sex pertamanya.

" Aarrgghh! Hyunnghh! Appo! Keluarkaan! Sakit sekaliiih!." Jerit Junhong hampir menangis.

" Ssshh… tenanglah, kau harus rilex." Kataku.

" Aniya hyuung! Aku tidak bisa! Ini sakit sekali! Aku ingin berhenti! Aaakkhhh!."

Aku sedikit iba, aku juga lupa bahwa di dalam holenya juga ada vibrator yang masih aktif. " Baiklah, akan kubuat ini lebih cepat." Kataku.

JLEEEBB!

" AAAARRGGHH!." Teriak Junhong saat aku melesakkan penisku masuk ke dalam hole-nya. Memang hanya muat hingga setengahnya saja, tapi sepertinya itu sangat berat bagi Junhong.

Aku diam sejenak memberi waktu pada Junhong untuk terbiasa dengan penisku di dalam hole-nya.

" Eungghh!." Kudengar Junhong melenguh, kurasa getaran di vibrator ini membuatnya kembali terangsang.

" Akan kumulai." Kataku.

Dengan perlahan aku memulai gerakan keluar masuk, merasakan sensasi lubang virgin milik Junhong ditambah dengan gerakan ritmis dari vibrator didalam.

" Ssshh! Nggghh! Lubangmu benar-benar sempit Junhongie… Nnnhh! Nikmat sekaliii." Kataku.

Kulihat tubuh Junhong dibawahku menggeliat tidak nyaman, tetapi pinggulnya bergerak berlawanan dengan arah tusukan penisku. Sepertinya dia menyukai penetrasi pertamanya ini.

" Bagaimana rasanya?." Tanyaku menggoda.

" Nggghh! Enaakk hyuuunggghh! Enaak sekaliiihh! Nnhhh!." Jawab Junhong keenakan.

" Apa kau menyukainya?." Tanyaku lagi.

" Iyaaahh.. ouwwwhh Lagi hyuunghh! Tusuk lagiiih… enaaakk! Enggghhh!." Kata Junhong.

Aku mengganti posisiku menjadi terlentang dan mengangkat Junhong menjadi diatasku. " Nah, jika kau menyukai rasanya, coba naik turunkan badanmu sendiri untuk mencari kenikmatan tadi." Kataku.

Kulihat wajah tak berdaya milik Junhong yang begitu menggemaskan, membuatku ingin sekali memperkosanya dengan kasar.

Perlahan Junhong mulai menaik turunkan badannya, lama kelamaan sepertinya dia mulai ingin bermain sedikit kasar, dia sudah jatuh dalam kenikmatan yang dirasakan lubangnya. Tubuhnya naik turun dengan semakin cepat menghantam penisku yang sudah tegang dan keras. Membuatku juga merasa keenakan.

Aku mengambil remote control dari vibrator tadi, dan menekan tombol maksimal, dan membuat Junhong semakin menjadi-jadi.

" Nnggghh! Ouwwwhh! Enaak hyuuungghh! Lagiiih! Junhong ingin merasakannya lebih dalaamhh.. Ssshhh.. Enaaakk…" kata Junhong.

" Hyung juga ingin merasakan lubangmu lebih dalam lagiih.." kataku.

" Hyung, ada sesuatu yang ingin keluar dari sinii… eungghh.. " kata Junhong sambil memegang penisnya.

Aku mengocok pelan penis Junhong, memijatnya sangat pelan hingga membuatnya terlihat frustasi.

" Keluarkan saja, kau akan merasakan enaknya ejakulasi." Kataku.

" Hyuunghhh! Aaakhhh! Kocok lagiihhh! Lebih cepaatthh! Engghh.. ini enak sekaliih!." Kata Junhong sambil ikut mengocok miliknya.

Aku mengocoknya lebih keras, dan tanganku yang bebas membantu Junhong untuk menaik turunkan pinggulnya dengan kencang, karena aku sudah ingin orgasm juga.

" Eungghhh! Sedikit lagi Junhongiee! Ayo kita keluarkan bersama… sshh…" kataku.

" Hyuungghh! Aku sudah tidak tahaannnh!." Seru Junhong, kurasakan lubangnya menghimpit penisku dengan keras, membuatku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Ouwwhhh! Kurasa aku juga harus klimaks!

SPLURRTT! SPLURRT! SPULRT!.

" AARRRGGHH!." Seru kami berdua. Dan aku berhasil orgasme di dalam hole milik Junhong, dan sperma Junhong belepotan di telapak tanganku.

Junhong langsung ambruk diatasku, nafasnya tersengal-sengal. " Aku lelaah.." katanya.

Aku tersenyum lebar kemudian memeluknya. " Kau boleh istirahat sekarang." Kataku.

Kurasakan dia mengangguk. Walapun aku masih ingin melanjutkan, tapi aku juga harus bisa menahannya, kalau tidak bisa-bisa Junhong tidak bisa berjalan 1 minggu.

" Hyung." Panggil Junhong.

" Nde?."

" Pantatku penuh… Kenapa kau tidak mengeluarkan milikmu dan benda itu?." Katanya.

Aku tertawa kecil. " Biarkan saja, aku suka seperti ini. Lubangmu sangat hangat dan sempit." Kataku.

" Nanti aku ingin main ini lagi hyung…" katanya. Lalu tak lama kemudian dia sudah jatuh tidur.

Aku tersenyum lebar. Junhong sudah jadi milikku sekarang. Dan kurasa hari-hariku akan menjadi sangat menyenangkan sekarang.

Karena iseng, aku kembali menyalakan vibrator itu langsung ke titik maksimal, Junhong tidak terbangun, tapi tubuhnya tersentak sedikit, dan dia mulai bergerak tak nyaman. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh kami berdua. Dan aku menikmati saat-saat penisku menikmati getaran-getaran itu di dalam lubang milik Junhong.

Aku memeluknya erat, aku benar-benar menyayangi adik tiriku yang menggemaskan ini.

" Uggh! Nnhh…" kudengar desahan kecil dari mulut Junhong saat aku orgasme lagi dalam lubangnya. Kemudian aku membiarkan seperti ini hingga aku tertidur, entah akan berapa kali lagi aku akan orgasme dalam lubang adikku ini ketika tidur pulas nanti.

.

.

.

.

.:: To Be Continued ::.