Beautiful Witch

Chapter 1

Pair : Haehyuk

Rate: T

Warning: Genderswicth

Summary : Donghae akan melakukan apa saja agar kakaknya Donghwa lepas dari kutukan, bahkan jika ia harus memberikan jiwanya pada penyihir sekalipun.

Ini adalah Verendenia, sebuah dunia dengan berbagai keajaiban dan negeri di dalamnya. Semua hal yang ada di sana adalah keindahan seperti kerajaan, kastil, Pangeran tampan , dan Putri yang cantik. Dengan keaadan kontur alam yang indah mulai dari padang rumput yang luas, padang bunga yang indah, pinggir pantai yang menajubkan, hutan pinus raksasa, sampai gunung es abadi. Semua hal itu tentu membuat siapapun yang hidup disana bahagia, sebuah tempat yang sempurna untuk hidup yang sempurna.

Tapi jangan lupakan satu hal yang penting, tak ada yang sempurna di dunia ini bahkan juga di Verendenia. Sebuah dunia dongeng tidak akan lengkap tanpa adanya sihir.

Atau dapat kita katakan Penyihir.

Penyihir bukanlah seorang baik hati selayaknya ibu peri yang mengabulkan permintaanmu dengan sihirnya, atau seseorang yang akan memberikanmu hadiah karena menjadi anak yang baik hati. Penyihir adalah seseorang yang akan menngubahmu menjadi binatang menjijikkan sesuka mereka. Seseorang yang akan menjebakmu masuk kedalam permainannya yang tak berujung, menyiksamu secara perlahan dengan mantra dan ramuan mereka. Seseorang yang menganggapmu sebuah bahan percobaan tak berharga.

Penyihir itu jahat, sangat jahat.

Seluruh negeri di Verendenia menentang keberadaan mereka, menganggap mereka adalah manusia-manusia keji, atau bahkan mereka sudah tidak dianggap manusia lagi. Sihir mereka adalah hal paling ditakuti semua orang, darah mereka adalah hal terkutuk bagi semua orang. Selayaknya hukum alam, musnahkan apapun yang mengancammu. Seluruh negeri membuat aturan yang sama, musnahkan semua penyihir yang ada tidak terkecuali. Dan cara membunuh seoarang penyihir yang paling efektif tentu saja membakarnya hingga menjadi abu.

Seberapa hebatnya pun seorang penyihir, tetap saja mereka adalah kaum minoritas. Tak akan ada yang mau menikah dengan seoarang penyihir kecuali ia juga penyihir. Apalagi mereka adalah buruan semua negeri bukankah sudah cukup membuat para penyihir terancam musnah. Ada saat di mana mereka hampir menghilang, sampai sebuah sihir baru ditemukan.

Sebuah sihir hitam.

Sihir hitam yang terlahir karena kebencian dan rasa dendam. Sihir hitam yang tidak hanya menyeret orang yang kau sihir tapi juga menyeret serta dirimu dalam kegelapan. Sudah tak ada lagi akal sehat yang berfungi. Saat seorang penyihir menggunakan sihir ini maka ia bukan lagi penyihir.

Melainkan ia adalah monster.

###

Donghae tersentak saat suara serta getaran hebat terjadi, ia diseret dari mimpinya membuatnya tersadar. Keributan yang terdengar diluar sudah cukup menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Aish, jangan lagi!" Umpatnya kesal seraya bangun dari pebaringannya.

Seperti yang diduga saat ia diluar semua orang begitu sibuk menyiapkan senjata, semua senjata tepatnya. Mereka tidak akan bermain-main untuk yang satu ini, terlalu beresiko. Tidak peduli jika ini masih tengah malam, mereka tetap waspada.

"Apalagi sekarang Hyung?" Tanyanya malas sebenarnya, ia termasuk seseorang dengan mood buruk saat bangun tidur.

"Seseorang mengamuk karena kemarin kita membakar saudaranya kurasa." Jawab orang yang ia panggil Hyung tadi.

"Tidak bisakah ia menunggu hingga besok pagi, aku baru tidur 2 jam astaga!"

"Berhenti merengek Donghae, perhatikan dia kurasa aku mencium sihir hitam." Kata orang itu serius sambil menunjuk seseorang di luar benteng tempat mereka mempersiapkan serangan.

Di sana, tepat ditanah lapang depan benteng pertahanan terdapat seoarang wanita dengan rambut panjang menjuntai. Dengan gaun dan jubah serba hitam sudah menjelaskan bahwa dia adalah seorang penyihir. Tapi jika di perhatikan lagi ada yang tidak beres dengan penyihir itu., wajahnya yang sedikit tertutupi rambut itu terlihat begitu pucat ah bukan hanya wajah tapi seluruh tubuhnya. Kukunya yang panjang dan hitam terlihat mengerikan. Dan yang paling menakutkan adalah matanya.

Matanya sepenuhnya menghitam.

Donghae tersentak saat menyedari hal itu, ini berbahaya.

"Kangin Hyung siapkan panah api."Ujar Donghae dingin menatap targetnya.

Kangin yang mengerti langsung berteriak pada seluruh prajurit panah.

Suasana menjadi hening seketika.

"Tembak."Ujar Donghae masih dengan nada yang sama.

"SEKARANG!"Teriak Kangin lantang lantas ribuan panah api pun dilepaskan, menuju satu target di depan sana yang diam tak bergerak.

Sedikit lagi rombongan panah itu menghantam tubuh Sang Penyihir saat kabut hitam pekat melahap ribuan panah itu tanpa sisa, seakan menghilangkan busur panah itu kedimensi lain. Semua orang terdiam, seakan menunggu apa yang akan terjadi di balik kabut hitam itu. Kangin memincingkan matanya saat melihat sosok itu masih diam di tempatnya, tak tersentuh seujung jaripun dengan ribuan panah kiriman pasukan Donghae.

Penyihir itu mendongak seakan menatap tajam pada satu Pangeran didepan sana sebelum mengeluarkan mantra-mantra dari mulutnya. Begitu rumit dan begitu pelan alunan matra itu hingga hampir tak terdengar. Pelan tapi pasti tubuhnya yang memucat semakin memucat dan memucat hingga nyaris menghitam. Alunan matranya semakin mengeras dan akhirnya diakhiri teriakan yang melengking hebat, bukan lengkingan manusia normal tapi selayaknya lengkingan monster yang siap melahap apapun didepannya hingga tak bersisa.

Semua orang terdiam, ngeri menatap objek musuh mereka di depan sana. Aura mencekam membuat nyali prajurit mereka sesaat menghilang digantikan oleh ketakutan. Penyihir itu kembali menatap semua orang, menyeringai lalu tiba-tiba saja menjelma menjadi debu bergabung dengan udara dan menghilang.

"Apa, kemana dia?!" Kangin panik, penyihir yang menghilang begitu saja bukan pertanda yang baik percayalah.

Donghae mengedarkan tatapannya waspada, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"AAARGKKKK" teriakan prajurit membuat perhatian mereka teralih, terlihat prajurit itu kesakitan dan terus berteriak hingga detik berikutnya tubuh prajurit itu memucat dan menyusut seakan semua isi dalam tubuhnya dihisap entah kemana meninggalkan tubuh kering keronta bagai tengkorak yang terlapis kulit yang menghitam. Bukan hanya satu prajuri, tapi dua, tiga, dan terus menyalur keprajurit yang lain di sekitarnya. Semua orang lekas panic dan tak tahu harus bagaimana.

" Hyung…"Donghae tersadar dari pemandangan mengerikan itu melihat kearah Kangin.

"Mundur Donghae, mundur!"

Tanpa perlu diperintah dua kali Donghae berlari ke bagian benteng atas dengan Kangin yang ada di belakangnya, mencoba menghiraukan teriakan mengerikan dari para prajuritnya yang kini tergeletak tak bernyawa. Dia sempat menoleh kebelakang dan melihat penyihir itu kembali memadatkan tubuhnya mencekik tubuh prajurit di depannya hinggga mati sebelum kembali melebur dengan udara. Donghae bersumpah ia melihat penyihir itu menyeringai padanya sebelum menghilang.

Donghae dan Kangin terengah saat sampai di benteng atas dengan beberapa prajurit di sekitas mereka. Mereka mengedarkan pandangan mereka waspada, menggenggam erat pedang besi mereka. Suara tawa menakutkan membuat Donghae tersentak, sebelum tubuhnya terdorong jatuh menghantap lantai batu.

"DONGHAE!"

Donghae merasa lehernya serasa terbakar dan ditekan dengan menyakitkan, nafasnya mulai sesak dan tubuhnya tak bisa digerakkan. Saat ia membuka matanya ia melihat udara disekitarnya menghitam sebelum berubah padat menjadi tubuh wanita berjubah hitam. Tangan pucat kehitaman itu semakin menekan leher Donghae, berniat mencekik Pangeran itu hingga mati.

Sesak, panas, sakit….

Donghae ingin meronta dan berteriak tapi tak bisa, tubuhnya seakan berubah menjadi batu. Ia bahkan tak bisa berbuat banyak saat Penyihit itu mendekatkan wajahnya padanya, mensejajarkan mata mereka. Dalam sekejab mata Donghae terkunci oleh mata hitam menyeluruh itu, ia merasa tubuhnya kebas. Mata itu seakan menyedotnya, membawanya kekegelapan yang terdalam menghisap jiwanya tanpa sisa. Tapi tidak, jiwa donghae masih ada bahkan ia bisa merasakan matanya seperti ditusuk oleh pedang, menyakitkan hingga kekepalanya sebelum melebur hilang begitu saja. Untuk sesaat semua hitam lalu tiba-tiba saja semua kembali normal.

Merasa tubuhnya bisa digerakan lagi, Donghae segera menembuskan ujung pedangnya tepat didada menyihir itu dan menendangnya menjauh dari tubuhnya.

"BAKAR DIA!" Perintah Kangin saat melihat tubuh penyihir itu tergelatak tak melawan. ratusan anak panah api dan puluhan obor langsung berhamburan mengantam tubuh wanita itu. Dengan tubuh yang mulai terbakar dan darah hitam yang keluar dari tubuhnya penyihir itu kembali menatap Donghae dan tertawa puas setelahnya. Tawa yang mengantarkan tubuhnya menjadi abu.

"Gwencana ?"

Donghae melirik Kangin sejenak, mengangguk lemah dan kembali melihat tubuh terbakar itu. ia memegang lehernya mengingat kejadian mengerikan barusan.

'Apa itu tadi ?'

###

Donghae melajukan kudanya secepat yang ia bisa, bahkan Kangin yang ada dibelakangnya sulit untuk mengejar. Roran sudah terlihat dari jauh, bangunan istana putih nan megah itu sudah terlihat membuat Donghae lagi-lagi memberi isyarat pada kudanya untuk berlari lebih cepat. Tiga hari yang lalu seroang prajurit utusan memberinya kabar buruk, memintanya agar kembali ke istana, kembali ke Roran.

Pintu besar kamar itu terbuka terlihat Donghae yang melangkah cepat mendekati kerumunan orang di sekitar tempat tidur megah itu. Semakin ia dekat dengan kerumunan itu semakin pelan ia berjalan. Kerumunan yang tau akan kehadirannya lantas menyingkir memberinya jalan untuk mendekat pada sosok yang kini terbaring diam di tempat tidur. Dia bisa mendengar tangis ibunya yang begitu pilu di samping sosok itu. Dengan lemah Donghae berlutut menyebelahi ibunya yang tak berhenti menangis. Pangeran itu mencengkram seprai sutra, menahan air matanya, menahan rasa sesak yang ia rasakan didadanya.

"Hyung…."

Pada akhirnya air mata itu keluar begitu saja tanpa bisa dicegah, ia tidak peduli jika ia laki-laki, ia tidak peduli jika ia Pangeran. Sekarang yang ia pedulikan hanya orang yang terbaring kaku di hadapannya. Berbagai pertanyaan berputar dikepalanya.

Kenapa Hyungnya terbaring di sana ?

Kenapa Hyungnya tak bicara ?

Kenapa Hyungnya tak bergerak ?

###

"Kutukan ?" Donghae bertanya tak percaya pada Raja (ayahnya) dan namja muda didepannya. Ia sekarang ada di ruang kerja ayanhnya.

"Melihat dari keadaan Donghwa sekarang itu merupakan kutukan, aku tak tau ia mendapat kutukan apa tapi yang jelas ia tidak bisa bergerak selayaknya orang mati namun jantungnya masih berdetak."

"Kalau begitu lakukan sesuatu ! Kenapa kalian biarkan ia seperti itu?!"

"Donghae!" Suara tegas ayahnya membuat Donghae tak jadi meninggikan suaranya.

"Kau tau Yesung tidak bisa melakukannya, ia tak punya kekuatan layaknya penyihir di luar sana"

Donghae menunduk, ayahnya benar Yesung hanya manusia biasa sepertinya yang punya keterbatasan. Yesung hanyalah seorang ilmuan yang meneliti sihir hampir setengah dari hidupnya. Ia hanya bisa menganalisa tanpa bisa mempraktekannya. Tapi tidakkah dua orang didepannya itu juga harus mengerti bahwa ia sekarang sedang benar-benar kalut. Ia benar-benar marah, kecewa, dan takut sekarang.

Hyungnya dikutuk ? yang benar saja.

"Tapi Hyung bisa mati jika dibiarkan begitu Ayahanda, dia bisa mati." Suara itu begitu pelan, namun Raja dan Yesung masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Ayah tahu, semua orang di istana ini tahu. Bahkan ibumu tak berhenti menangis sejak Donghwa ditemukan tak sadarkan diri."

"Bagaimana hal ini bisa terjadi ?"

"Itulah yang kami pertanyakaan sampai sekarang. Kutukan hanya dapat dilakukan saat penyihir berhadapan langsung dengan targetnya, hal ini tidak bisa dilakukan dalam radius yang jauh karena terlalu banyak kekuatan yang dibutuhkan bahkan hanya untuk mengutuk target dalam jarak terdekat sekalipun. Sedangkan kita tahu tak pernah ada sekalipun penyihir yang berani masuk ke Roran, mereka pasti akan mati bahkan sebelum masuk keperbatasan." Yesung membenarkan posisi kaca matanya, ia lalu meliahat kearah Donghae.

"Ini sangat aneh sihir kutukan dilakukan melalui mata dengan mata, dan Donghwa bahkan belum pernah berhadapan dengan penyihir seumur hidupnya."

Yesung benar, kakaknya itu merupakan putra mahkota karenanya keberadaanya di istana sangat dibutuhkan. Berbeda dengannya yang merupakan Pangeran kedua, ia bisa melakukan apapun yang ia mau. Ia bahkan bergabung dengan pasukan diperbatasan berhadapan langsung dengan penyihir. Jadi seharusnya ia yang memiliki resiko lebih besar mendapat kutukan bukan ? ia yang berresiko lebih banyak berhadapan dengan mata penyihir.

Tunggu dulu, mata ?

Donghae tersentak seakan bangun dari tidur yang panjang. Ingatannya kembali memutar memori saat serangan penyihir terakhir kali. Mereka berhadapan mata dengan mata.

"Yesung, apa kutukan bisa dilakukan dengan perantara ?"

"Bisa tapi perantara yang dibutuhkan harus memiliki ikatan batin dengan target, ikatan batin inilah yang akan berfungsi sebagai perantara. semakin kuat ikatan batin yang terjalin maka semakin mudah kutukan akan menembak target. Tapi hal ini membutuhkan kekuatan yang sangat besar dan kemungkinan besar memerlukan-"

"Sihir hitam." Donghae menutup kalimat Yesung.

Raja dan Yesung melihat kearah Donghae yang rubuh berlutut di lantai, baru mereka akan membantu pemuda itu bangkit tapi tiba-tiba saja lirihan pemuda itu terdengar.

"Bukan aku…"

"Donghae ?"

"Sejak awal bukan aku yang ia incar, harusnya aku curiga." Donghae mencengkram tanganya erat. Sekarang ia merasa benar-benar bodoh dan sekarang ia tahu arti tawa puas dari penyihir itu.

###

Yesung tidak heran saat menemukan Donghae menunggunya diruang kerjanya. Pangeran itu terus menyalahkan dirinya karena membiarkan penyihir itu menjadikannya perantara mengutuk kakaknya. Berkali-kali semua orang mencoba menghibur Donghae, bahkan Sang ratu malah memeluknya tak menyalahkannya. Semua ini tidak bisa diprediksi, sihir terlalu rumit untuk orang-orang seperti mereka.

Kerajaan mengerahkan semua tabib hebat yang mereka punya untuk mencoba menyembuhkan Pangeran Donghwa, meski di lubuk hati mereka yang terdalam tahu bahwa itu sia-sia. Semakin hari detak jantung Donghwa semakin melemah.

"Apa yang kau lakukan di sini Pangeran? ini sudah sangat larut."

"Hyung apa tidak ada yang bisa kita lakukan ?" Bukannya menjawab Donghae malah balik bertanya, ia tidak akan berbasa-basi saat ini.

Yesung berjalan mengambil buku besar di rak bukunya lalu duduk membuka buku itu perlahan.

"Hyung!"

"Penyihir di bagi menjadi 3 klan Barthe, Endo, dan Croi. Barthe adalah klan yang suka sekali menggunakan kekuatan mereka, mereka senang menindas. Klan penyihir yang akan menyiksamu dulu sebelum membunuhmu dengan kejam. Barthe juga merupakan klan yang paling sering kita temui karena jumlah mereka yang lebih banyak dari klan lainnya. Endo merupakan klan yang ahli pada ramuan karena kekuatan sihir mereka lebih lemah dari dua klan yang lainnya, mereka juga terkenal licik dan tidak dapat dipercaya. Dan yang terakhir adalah Croi, klan ini merupakan yang paling sering bentrok dengan Barthe karena kekuatan sihir mereka yang sama kuat, namun Croi lebih tak terduga dan cerdas dalam mengembangkan kekuatan mereka, bahkan mereka yang menciptakan sihir hitam."

"Hyung, aku kesini bukan untuk mendengarmu mendongeng aku-"

"Berbeda dengan dua klan yang lain Croi cenderung tidak peduli pada manusia biasa seperti kita, mereka hanya akan menyerang saat diganggu." Seakan tak peduli Yesung meneruskan dongengnya."Bagimana menurutmu ?" Tiba-tiba saja Yesung bertanya.

"Apanya?"

"Croi?"

Donghae mengernyit tidak mengerti.

"Mereka tidak membenci kita, mereka hanya tidak peduli pada kita. Saat membaca ini lalu aku terpikir, bisakah kita meminta bantuan dari mereka? atau mungkin kita bisa membuat kesepakatan dengan mereka."

Yesung diam sejenak membiarkan Donghae mencerna apa yang ia katakan.

"Mungkin ini terdengar gila, tapi kutukan penyihir mungkin saja…..mungkin bisa di cabut oleh penyihir yang lain."

Baru saja Donghae akan menyela tapi Yesung mendahuluinya

"Tapi klan Croi sangat jarang, ada yang bilang mereka menetap di hutan terlarang, ada yang bilang mereka menyebar entah kemana, dan ada yang mengatakan bahwa mereka sudah leyap." Yesung menghela nafas.

"Aku tidak mengatakannya karena ini masih belum pasti Donghae, kemungkinan terbesar adalah mereka lenyap, jika mereka menyebar maka akan dibutuhkan waktu lama untuk mencari klan ini sedang kita hanya memiliki waktu sempit. Dan jika kita mencari mereka di hutan terlarang terlalu beresiko untuk sesuatu yang belum pasti seperti ini." Yesung menunggu respon Donghae tapi tak datang.

"Lagi pula kita tidak bisa membedakan mana Barthe, mana Endo, dan mana Croi dalam sekali lihat. Kalau pun kita bertemu Croi belum tentu mereka mau membantu kita, karena terlepas dari klan mereka Croi tetap saja penyihir. Dan kau tahu seperti apa sifat penyihir." Ilmuan itu menepuk pundak Donghae, secara tidak langsung meminta maaf pada Pangeran muda itu.

Donghae melihat Yesung sejenak sebelum keluar dari ruang kerja Yesung tanpa mengucapkan kata apapun. Yesung hanya dapat menghela nafas saat Donghae tak terlihat lagi, ia tau ia akan menyesal mengatakan semua itu pada Donghae.

Dan ilmuan itu tidak terkejut saat keesokan harinya asistennya Ryewook dengan panic dan terengah-engah mengatakan padanya bahwa Pangeran Donghae menghilang.

TBC

Hallo, saya author baru disini jadi tolong dimaklumi jika ffnya tidak memuaskan hehehe

Maaf jika panjang, membosankan dan Hyuk juga belum ada disisni.

and thanks for reading