Kala itu, kala dirinya masih belum menjadi apa-apa. Dan baru menyandang status sebagai trainee, Annie hanya menganggap orang itu sebagai orang gila. Pemuda idiot tak berakal. Menyebalkan.

sampah.

Orang gila yang penuh ambisi, tapi sayangnya tak memiliki keterampilan, dan sangat ceroboh.

Sampah, dimata Annie yang perfeksionis—dan, oh tentu saja, super berbakat.

Bagi Annie—saat itu— orang itu hanyalah batu kerikil baginya dalam melaksanakan rencana yang sudah tersusun rapih—terencana selama bertahun-tahun.

Tak ada yang spesial, karena yang Annie kira, dia hanya akan jadi mayat kaku yang membusuk—sama seperti orang-orang konyol lainnya yang mengharapkan akhir indah— setelah Annie melakukan kewajibannya.

Setelah Annie berhasil.

Ha. Tapi semua terpatahkan saat jatuhnya Dinding Maria untuk yang kedua kalinya.

Kala itu, saat Annie menatap kedua iris kehijauan milik seekor titan gila yang justru menghabisi sesamanya—Annie pun tahu.

Siapa yang akan berada diatas, dan siapa yang akan berakhir menjadi sampah.

Karena begitulah pembagian peran yang tak adil, oleh takdir.


Harusnya semuanya jadi baik-baik saja.

Harusnya misi kecil itu berhasil.

Harusnya ia mampu melenyapkan si sampah yang akan menghancurkan rencana mereka.

Harusnya.

Tapi kenyataannya sekarang, semua sudah hancur.

Rencananya.

Identitasnya.

Dan bahkan mungkin nyawanya, kini.

Eren dihadapannya bukan lagi Eren, si bocah ambisius yang bodoh. Bukan lagi Eren yang memedulikan kawannya—menjunjung tinggi kemanusiaan. —bukan.

Eren dihadapannya adalah titan gila yang haus akan nyawanya. Dipenuhi dendam, amarah, dan kekecewaan.

Kecewa pada dirinya, kecewa atas peran yang telah Annie ambil.

Annie tertawa miris. Memang siapa saja yang sudah ia jadikan mayat kaku—ia bunuh?
Bukankah mereka hanya sampah-sampah kecil tak berguna?
Orang konyol yang percaya pada dongeng klasik—pada kebahagian di akhir sebuah kisah.
Kenapa Eren harus begitu peduli pada fakta, kalau dialah yang menyingkirkan sampah-sampah itu?

Tapi lihat sekarang. Annie tak berdaya dibawah cengkraman titan Eren. Annie tak berdaya berhadapan dengan sampah yang seharusnya ia singkirkan. Terlebih, saat Eren mengoyak kepala titannya—hendak menelan tubuh aslinya bulat-bulat.

Tapi mana, rasa sakit yang menyayat—rasa sakit yang akan hadir sebelum ia bertemu dengan kematiannya? Rasa sakit yang akan mengakhiri semuannya.

Annie menunggu.

Menunggu akhir dari peran busuknya.


.

"Meskipun seluruh dunia membencimu, ayah akan selalu berada di pihakmu."

.


Setetes cairan terkutuk itu akhirnya lolos dari celah kelopak matanya yang tertutup. Mengalir bebas, tertarik gravitasi.

Ahh, sepertinya peran Annie belum selesai. Sepertinya ajal tak akan menjemputnya sekarang. Karena masih ada peran lain yang harus Annie jalani. Peran busuk lainnya.

Setelah ini kau hanya akan jadi sampah. Annie tertawa hambar dalam hati—penuh ironi. —Tapi bukankah kau memang sudah menjadi sampah sejak awal permainan ini. Sampah busuk yang terbalut Kristal berkilau.

.

.

.

Fin.


Disclaimer: I don't own Shingeki no Kyojin / Attack on Titan, Hajime Isayama does. No bennefits or some commercial advantages had been taken from making this fanfiction.


A/N:

Pelampiasan bosen yang menghantui saat liburan. Aaaa, galau abis, karna list anime saya yang setumpuk belom bisa direalisasikan ditonton gara-gara internet lemot orz

Dan btw, karna saya gak gitu ngikutin manganya, jadi ini sesuai headcanon saya setelah nonton animenya. Umm, sejenis AR?

Terakhir, adakah yang sudi mereview;;