"Lima menit! Jangan terlambat atau aku akan masuk UGD!"
Ucapan—atau mungkin teriakan—terakhir dari si menyebalkan itu terus menari-nari di kepalanya. "Cih. Keparat. Sialan kau, Mells. Kau mengancamku, heh?"
Jadi saat ini—Senin pagi, pagi-pagi sekali, laki-laki bersurai merah kecokelatan itu sudah menjadi bagian dari lalu lintas Tokyo yang sibuk. Bunyi klakson dan deru mesin kendaraan berdengung di telinganya seperti orkestra yang diaransemen gagal, lalu lintas benar-benar padat. Dan tentu saja ia tidak bangun sepagi ini untuk menyaksikan pertunjukan membosankan itu. Kalau saja ia tidak menerima telepon menyebalkan dari si menyebalkan itu, mungkin sekarang ia masih menikmati indahnya pagi di balik selimut tebal; bermimpi.
Terkutuk kau karena sudah mengganggu hidupku, Mello.
.
.
.
Amai (Sweet)
by
sakhi
.
Death Note © Tsugumi Ohba & Takeshi Obata
.
Warning: AU, missed typo(s), possibly OOC, sedikit sho-ai
.
Selamat membaca!
.
.
.
Laki-laki itu mendengus sebal.
"Sampai juga," ujarnya sembari mengembuskan asap rokok terakhirnya untuk pagi ini dengan dramatis sebelum membuangnya ke keranjang sampah. Si menyebalkan itu tentu akan memakinya jika ia membawa asap rokok ke apartemen mewah miliknya.
Ia sempat melirik isi kantung plastik yang dibawanya sebelum memutar kenop berbahan alumunium khas apartemen mahal itu.
"Hanya karena tidak mengkonsumsi benda manis ini seharian si blonde menyebalkan itu bisa masuk UGD? Yang benar saja."
Ia berhasil masuk, tidak dikunci seperti biasa. "Mells?"
Merasa seseorang memanggil namanya, si empunya nama mengalihkan pandangan dari bocah berambut perak yang masih tertidur dengan pulasnya, bocah yang sedari tadi ia pandangi.
"Ah, Matt, kau sudah sampai. Maaf, aku benar-benar butuh sesuatu yang manis. Jadi—"
"Jadi kau memandangi Near? Seharian?"
"…"
"…"
"Keparat kau, Matt. Ini tidak seperti yang kau lihat!"
"Kau baru saja menjelaskannya, Mells!"
