.

Wedding Proposal In 22nd

By; FlameShine!

.

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

.

.

.

slight!

Kaisoo

Hunhan

and others

Rate: M

Genre : Romance, Fluff, Marriage life,Drama,hurt/comfort

Lenght : 19 of ?

Disclaimer : Cast milik Sang Pencipta . This My Fanfiction. Story line belong to me.

WARNING !

TYPO as usual

kesalahan pada beberapa kata yang hilang itu terjadi pada FFn.

GS for Uke/OOC ./SMUT/ BED SCENE/ MATURE CONTENT / Not for children / NO BASH / DLDR/

.

oOo

.


"Sajangnim!"

"Sajangnim, Maaf." Sekretaris Ahn mulai menepuk pelan bahu Chanyeol. Pria yang jauh lebih muda darinya itu tampak sangat terlelap meskipun hanya dengan meletakan kepala ditepian ranjang rawat sang istri dengan tetap menggenggam erat jemari mungil yang pucat itu.

"Sajangnim." Akhirnya setelah panggilan ketiga dan tepukan yang sedikit lebih kuat dari yang pertama, Chanyeol menggeliat pelan sembari mengucek kedua bola matanya.

"Maaf harus membangunkan anda Sajangnim, tapi sekarang sudah pukul enam lewat lima. Kita punya jadwal pukul delapan nanti." Ekspresi tak enak hati langsung terpatri diwajah Sekretaris Ahn ketika melihat Chanyeol menghela nafas dengan sangat kasar.

"Bisakah anda mengatakan pada Paman Jongdae, bahwa aku sama sekali tidak bisa menghadiri acara itu? Aku tak bisa meninggalkan Baekhyun dalam keadaan seperti ini, aku sungguh tak dapat melakukan apapun sebelum istri ku sadar, Sekretaris Ahn."

"Tapi ini acara sangat penting Sajangnim. Bahkan Tuan Jongdae mengundang seluruh relasi kita yang ada di Jepang. Para investor asing juga akan hadir, bagaimana mungkin anda tidak hadir sementara acara pengangkatan ini diadakan untuk anda? -"

"hhh Baiklah." Sekretaris Ahn akhirnya mengalah untuk tidak melanjutkan ucapannya ketika Chanyeol hanya terdiam dengan sorot mata yang memohon. "Saya akan coba menanyakan ini pada beliau, keputusan terburuknya, acara pengangkatan Sajangnim sebagai CEO akan dibatalkan."

Aku tidak peduli.

"Saya permisi keluar sebentar, Sajangnim." Sekretaris Ahn pamit melangkah keluar ruangan seraya sibuk dengan telepon genggamnya, memberitahu pihak perusahaan bahwa calon orang nomer satu mereka tidak akan menghadiri acara itu.

Chanyeol menghela nafasnya sekali lagi, kemudian bangkit dari duduknya, berpindah lebih dekat pada sang istri. Ia sampirkan surai panjang Baekhun yang sedikit menutupi wajah cantiknya, disamping telinga.

"Selamat pagi, Sayang. Kau tau aku habis melakukan apa? Hm… membatalkan acara pengangkatan CEO yang baru di perusahaan kakek. Jika kau baik-baik saja saat ini, mungkin kau sudah menjambak rambut ku berulang kali lalu mengomel sepanjang waktu, mengingat kau sepertinya sangat bangga jika aku menjadi CEO. Aku jadi teringat pertengkaran terakhir kita Baek, aku benar-benar tidak berhak atas perusahaan itu, aku bahkan tidak dididik untuk memilikinya, sayang. Maaf, Aku tak bisa jujur pada mu, bahwa aku menanggung beban disaat seorang Park memimpin perusahaan Kim, rasanya dada ku seperti dihimpit batu ketika aku mendengar para pemimpin direksi mencemooh ku, mengatakan aku sangat tidak pantas menerima jabatan itu dibanding kandidat diluar ikatan darah. Tapi aku juga merasa demikian, sangat tidak adil mereka yang telah membangun perusahaan itu bertahun-tahun tetapi hanya dengan sekejab mata semua itu jatuh kepada ku hanya karena status ku sebagai cucu dari seorang Kim. Sekalipun jika perusahaan itu harus jatuh pada cucu Kim, orang itu bukanlah aku, Baek. Tapi hanya Kim Jongin seorang. Baekhyun-ku sayang, maafkan aku jika kau bangun nanti, kau mendapati aku bukanlah sebagai seorang CEO yang kau harapkan. Karena aku sungguh tidak bisa meninggalkan mu untuk sesuatu yang bukan milik ku."


,,,

oOo

,,,


"Aku benar-benar bahagia kesempatan seperti ini akhirnya datang juga. Sungguh kerja yang bagus, Bang! Aku berani bertaruh jika acara itu dibatalkan hari ini. Tinggal menunggu kabar bahwa si lemah Park Chanyeol itu tidak akan hadir dengan alasan istri terkasihnya sedang terbaring tak berdaya dirumah sakit! -"

"HAHAHAHAHA bisakah kau bayangkan itu? Mungkin sekarang dia tengah menangisi Baekhyun. Aku jadi semakin berharap bayi sialan itu benar-benar gugur! Sungguh tak terbayangkan melihat seorang Park Chanyeol hancur menjadi sehancur-hancurnya!"

"Jadi rencana kita ini, bukan bertujuan untuk melenyapkan bayi yang dikandung Baekhyun itu?" Kening pria paruh baya itu menyerngit tanda bingung akan ucapan seseorang dihadapannya ini.

"Seperti niat awal sih tidak. Tapi jika itu terjadi anggap saja itu hadiah terbaik untuk kita. Karena yang aku inginkan agar hari ini acara bodoh itu tidak terlaksanakan. Supaya citra Park Chanyeol semakin buruk dimata semua direksi. Aku sudah mendengar sebagian besar jajaran direksi sangat berat hati menerima keputusan mendadak penggantian pimpinan ini, sehingga mereka tidak menyukai Chanyeol karena dengan mudahnya menyerobot posisi itu. Cih, bocah sialan itu sudah merasa hebat hanya karena telah menyelamatkan kondisi keuangan perusahaan yang merosot beberapa waktu yang lalu, itupun hanya sekali!"

"Tapi bagaimana jika Tuan Jongdae, mengganti acara ini dilain hari?"

"Itu tidak akan mungkin terjadi! Semua direksi pasti akan menolak itu karena ketidakprofesional Chanyeol. Dia sudah dicap buruk dan sudah dipastikan pihak perusahaan akan menanggung malu yang besar karena pembatalan ini. Seluruh relasi dari Jepang dan Invesor asing tidak akan menyetujui penggantian dalam waktu dekat. So, mari biarkan saja untuk sementara perusahaan itu ditangani oleh Sehun dan kembarannya beserta ibunya si tukang ikut campur itu, karena bagiku sangat mudah untuk menyingkirkan tikus-tikus kecil itu! Yang statusnya sangat berbahaya mengancam posisi kita saat ini adalah Park Chanyeol dan dia akan tamat sebentar lagi. Kita tinggal menunggu, duduk manis dan melihat semua berjalan lancar sesuai rencana kita."

"Dan-" hening menyergap diantara kedua orang itu.

"Aaah sebaiknya bayi itu benar-benar mati, jika tidak, itu akan menyulitkan rencana ku untuk Baekhyun selanjutnya! -" "Kau akan tetap berada di pihak ku hingga akhir kan, Bang?" Pria paruh baya itu terkekeh mendengar pertanyaan itu terlontarkan.

"Apapun untuk mu." Pria bernama Bang Yongguk itu tersenyum mantap menatap seseorang dihadapannya yang tengah tertawa penuh nada kekejaman.

"Bagus. Kau berada diposisi yang benar." Orang itu pergi setelah memberikan beberapa tepukan dibahunya.


,,,

oOo

,,,


"Baekhyun harus sadar sesegera mungkin, Yeol. Kondisi bayi kalian benar-benar lemah. Jika Baekhyun tidak sadar dalam 24 jam kedepan, aku tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi pada bayi dalam kandungannya. Terjatuhnya Baekhyun menyebabkan terjadinya pengentalan darah, kami telah berusaha menanganinya namun hal ini menyebabkan janin tidak mendapatkan oksigen maupun nutrisi. Dia tidak akan bisa bertahan jika ibunya tidak menerima nutrisi apapun. "

"Lalu apa yang harus aku lakukan Aunty?"

"Cobalah bicara padanya, bisikan kata-kata motivasi untuknya. Karena Baekhyun butuh dorongan untuk sadar, dan kita berharap semoga dengan doa dan motivasi dari mu, menguatkan Baekhyun untuk membuka matanya kembali."

Chanyeol mengerang seraya menarik rambutnya kuat-kuat. Ia memandang sendu kearah sang istri setelah menutup pintu dengan pelan. Masih sama, mata bulan sabit yang berhiaskan bulu yang lentik itu masih setia terpejam. Ucapan bibinya didepan pintu tadi kembali terngiang. Ia tak sanggup membayangkan bila harus kehilangan bayi mereka.

Langkah kaki Chanyeol perlahan mendekati Baekhyun yang tengah terbaring lemah. "Sayang. Kau mengeluh beberapa hari yang lalu bahwa tidurmu dimalam hari tidak pernah cukup karena permintaan bayi kita, tapi kali ini kau sudah membayarnya, tidurmu sudah terlalu lama, sayang. Baekhyun, bangunlah."

Hening. Baekhyun masih tidak merespon apapun. Chanyeol mendongakan kepalanya, buru-buru menghapus cairan bening itu sebelum sempat terjatuh.

"Kau tau, bayi kita tengah berjuang, Baek. Dia berusaha bertahan demi kita. Ku mohon, kuatkan dirimu, buka mata mu, sayang. Jangan biarkan dia meninggalkan kita. Jangan biarkan kita kehilangan dia. Baekhyun-"

"Ku mohon~" Chanyeol menggenggam erat tangan Baekhyun, berharap dengan itu ia bisa menyalurkan ribuan kekuatan untuk sang istri. Ia kembali terngiang kata-kata Heechul, Chanyeol harus mempersiapkan hati untuk menerima kemungkinan terburuk yang terjadi pada janin dikandungan Baekhyun. Larut dalam lamunan, Chanyeol tak menyadari seseorang memasuki ruangan.

"Chanyeol." Chanyeol mengangkat kepalanya yang ia tenggelamkan pada lengan, berusaha meredam tangis. Lalu menoleh ke suara lembut penuh kasih sayang itu.

"E-eomma, B- Baek…hyun…" Suho terenyuh ketika mendapati menantunya mengadu sembari terisak tertahan. Wanita cantik 40 tahun itu melangkah lebih dekat, mengusap sayang surai menantu satu-satunya itu. Kedua tangan Chanyeol lalu melingkar diperut sang ibu mertua, menumpahkan tangisnya dalam rengkuhan itu.

"Tak apa-apa, nak. Baekhyun pasti baik-baik saja." Suho membalas pelukan itu dengan membungkukan tubuhnya, memberi tepukan menenangkan dibahu Chanyeol yang bergetar.

"Tapi dia tidak mendengarkan ku eomma."

"Baekhyun pasti mendengar suara mu sayang, dia sedang berusaha menguatkan diri untuk membuka matanya. Percaya pada eomma." Jemari cantik itu perlahan mengusap airmata yang mengalir dikedua pipi sang menantu.

"Ssst, Baekhyun tak boleh mendengar kau menangis, itu akan menyulitkannya. Kuatkan dirimu Chanyeol. Jangan menyerah nak, Chaa~ ayo kita bangunkan Baekhyun bersama." Suho buru-buru menghapus cairan bening disudut matanya. Berusaha membohongi bathinnya sebagai seorang ibu, yang mana dialah yang lebih hancur melihat anak satu-satunya harus mengalami penderitaan seperti ini, namun ia harus lebih kuat untuk menopang Chanyeol.

"Baekhyun, ini eomma nak. Kau bisa mendengarkan suara eomma, kan?"

"Sayang, ku mohon. Buka mata mu Baek." Chanyeol membelai surai panjang Baekhyun perlahan, sebelah tangannya masih menggenggam tangan Baekhyun, mengecup tangan pucat itu berkali-kali.

"Baek, eomma disini nak, eomma bersama mu. Kuatkan diri mu sayang, tak apa-apa sayang semua baik-baik saja, bayi mu akan baik-baik saja. Bukalah mata mu, kau pasti bisa, putri ku."

Hening menyergap cukup lama. Baekhyun tak merespon apapun. Suho akhirnya tak mampu lagi menahan tangis. Wanita itu tertunduk membenamkan wajahnya disamping kepala Baekhyun, meredam suara tangisnya.

Tak ada yang membuat hati Chanyeol begitu teriris saat ini selain mendengar tangis sang ibu mertua. Bolehkah ia menyerah sesaat? Sungguh, Ia tak kuasa mendengar ibu mertuanya bergetar menangis seperti itu. Chanyeol tidak mampu menenangkan, karena ia tau itu sia-sia, dia sendiri bahkan tak bisa melakukan apapun untuk menenangkan hatinya. Chanyeol akhirnya memilih bangkit, suara derit kursi membuat Suho menoleh. Menantunya itu perlahan melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Chanyeol! Kau mau kemana?" Langkah kaki yang gontai itu tak berhenti, bahkan Chanyeol enggan untuk menoleh. Terus melangkah menjauhi ibu dan anak itu.

"eomma…" Suho tersentak kaget mendengar suara yang amat lirih disebelahnya.

"B-baek? Kau sadar nak?" Suho segera menghapus lelehan airmata dipipinya, lalu semakin mendekatkan diri pada Baekhyun.

"eomma" suara lirihan itu lenyap. Hanya tergantikan oleh gerak bibir Baekhyun yang lemah.

"eomma disini Baekhyun sayang, Chanyeol!" Chanyeol berhenti didepan pintu. Namun sekali lagi ia tak mengindahkan panggilan itu. Tangannya terayun untuk membuka gagang pintu.

"Chanyeol, Baekhyun sadar. Cepat panggilkan Heecul unnie!"

Pria tampan itu akhirnya tersadar dari lamunan, ketika nama Baekhyun sampai kegendang telinganya. Ia berbalik arah kemudian berlari menghampiri sang istri.

"Baek, syukurlah kau bangun. Ini aku sayang"

"Chan… yeol, aku takut…"

"Aku bersama mu Baek, jangan takut."

Aku yang lebih takut Baekhyun, takut kau tak pernah bangun kembali.

"Chanyeol, Suho. Bisakah kalian tinggalkan kami sebentar, biarkan kami memeriksa keadaan Baekhyun. Tunggulah diluar, Baekhyun akan baik-baik saja." Heechul dan rombongan dokter ternyata sudah berada dikamar mengelilingi mereka.

"Aunty, ku mohon sembuhkan Baekhyun, selamatkan bayi kami."

"Berdoalah nak, kami akan melakukan yang terbaik untuk mereka."


,,,

oOo

,,,


"Chanyeol, pergilah ke kantin, kau dari semalam belum makan. Jangan abaikan kesehatan mu, Yeol." Suho menepuk pelan bahu Chanyeol, menantunya itu tertunduk lemah dengan bertumpu pada kedua sikunya.

"Aku belum bisa pergi eomma, sebelum memastikan Baekhyun baik-baik saja."

"Baiklah, eomma akan menyuruh maid untuk mengantarkan mu makanan, tapi kau harus janji untuk memakannya. Eomma tak mau kau jatuh sakit. Mengerti?" Chanyeol hanya memangguk lemah memberi respon atas perintah sang ibu mertua. Tak berselang lama, pintu kamar terbuka, Heechul muncul dari dalam kamar lalu membuka masker yang ia kenakan.

"Unnie, bagaimana keadaan uri Baekhyunnie? Tak terjadi sesuatu kan? Bayinya baik-baik sajakan?"

"Tenangkan dirimu Myun, Baekhyun masih sangat lemah. Dia sempat sesak nafas, dan aku duga itu karena trauma, cobalah untuk menenangkan dirinya. Kita berharap setelah ini kondisinya membaik agar dapat memastikan keadaan bayinya." Heechul menggenggam lembut lengan rekan sekaligus sahabatnya itu.

"Chanyeol, masuklah. Baekhyun tak berhenti memanggil namamu. Setelah ia tenang bujuklah ia agar mengkonsumsi asupan yang kami berikan. Itu akan sangat membantu untuk menguatkan kondisi janinnya."

Chanyeol mengangguk lalu beranjak pergi setelah mengucapkan terima kasih pada Heechul dan pamit kepada kedua ibu itu. Baru selangkah kakinya tergerak, ponselnya berdering nyaring. Chanyeol berniat mengabaikan panggilan itu namun ketika sebuah nama penting muncul dilayar ponsel, mau tak mau akhirnya Chanyeol mengangkatnya.

"Ya, Paman?"

"Chan, paman sebenarnya tidak ingin menambah beban mu dengan berita ini, tapi sungguh paman tidak bisa menundanya. Bisakah kau ke kantor sebentar saja? Mungkin dengan sedikit bujukan para direksi bisa memaafkan kesalahan kita kali ini. Paman mohon, nak" Chanyeol merasa hatinya tercubit mendengar kalimat yang dilontarkan Jongdae. Ia kemudian tertawa sumbang.

"Paman bilang apa? Kesalahan? Coba sebutkan kesalahan apa yang aku lakukan sehingga aku harus memohon-mohon untuk dimaafkan! Paman, istri ku diambang kematian, dan aku tak bisa meninggalkannya, apa itu yang mereka sebut kesalahan!"

"Chanyeol, dengarkan paman. Kita saat ini berada pada posisi yang sulit, ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan kita, bagaimanapun kakek mu tidak akan pernah menyetujui orang lain yang memimpin, nak. Ada darah Kim yang mengalir didalam tubuh mu, kau berhak atas ini. Kau tau, bahwa paman sudah tidak mampu lagi. Mungkin umur paman juga tidak akan lama lagi. Paman mohon kali ini, kita buang harga diri kita demi almarhum kakek mu. Paman yakin mereka akan mengerti, Yeol."

Mereka tidak akan pernah mengerti!.

"Maaf paman, tapi saat ini Baekhyun lebih membutuhkan ku. Paman bisa berikan itu pada yang lebih berhak. Paman masih punya satu orang lagi yang benar-benar mengaliri darah Kim seutuhnya. Kim Jongin, paman. Bukan Park Chanyeol. Maaf, Baekhyun sudah menunggu ku, aku harap paman bisa mengerti keputusan yang aku ambil. Terima kasih."

"Chan, tunggu-!"

Plip. Sambungan itu terputus.

Chanyeol menghela nafasnya, berat. Berharap dengan melakukan itu bebannya sedikit terangkat.

Maafkan Chanyeol, kakek.


,,,

oOo

,,,


Taemin tertawa riang keluar dari sebuah taxi yang berhenti didepan sebuah rumah sakit. Sepanjang perjalanan Kai tak berhenti membuatnya tertawa dengan berbagai lelucon lucu. Ia sampai memegang erat perutnya, karena sepertinya sang bayi didalam sana juga ikut merespon lawakan lelaki yang akan menjadi ayahnya itu.

"Hati-hati Taenna, kau bias terjatuh bila tertawa terus seperti itu" Kai membimbing Taemin dengan merangkulnya dari samping.

"Sudah ku bilang jangan memanggil ku dengan panggilan aneh seperti itu, hitam! Lagi pula memangnya siapa yang membuat aku tertawa seperti ini tuan muda?" Kai terkekeh kecil ketika melihat wajah cantik itu cemberut menggemaskan.

"Aneh? Kau tau kalau itu adalah panggilan sayang ku untuk mu, aku romantis kan? Lagi pula itu mempersingkat, tak perlu repot memanggil Taemin noona~ Taemin noona setiap saat. Taenna lebih praktis."

"Kau ini!" Sebuah cubitan manja mendarat dilengan kekar Kai. Sang lelaki tersenyum ketika memandang wajah keibuan wanita disebelahnya ini bersemu merah.

"Ughh baby, lihatlah mommy mu ini heum, tak ingatkah umurnya sudah berapa, daddy goda sedikit saja, meronanya seperti anak perawan. Padahal kan mommy sudah tidak –" "AWW."

Kali ini cubitan Taemin tidak main-main. "Berani bicara macam- macam pada anak ku?" Kai yang semula membungkuk mengelus perut besar Taemin, menelengkan kepalanya, mendelik pada Taemin.

"Apa!" Tanya Taemin dengan nada super galak.

"Tidak, kau tambah cantik jika marah seperti itu, Taenna." Kai semakin menggoda Taemin dengan memberinya sebuah wink nakal.

"YA!"

"AW" Dua teriakan yang berbeda. "Kemari kau, bocah sialan! Beraninya menggoda ku seperti itu!" Kai sedikit berlari sembari mengusap kepala yang baru saja menjadi korban pukulan keras wanita cantik itu. Ia tertawa lepas sambil menyesuaikan jaraknya dengan Taemin. Tidak bisa jauh juga tidak bias dekat, karena jika Taemin menangkapnya saat ini, kepalanya akan berakhir dengan sebuah jambakan.


,,,

oOo

,,,


"Kyungie, kau baik-baik saja?" Raut wajah Jo Insung terlihat sangat khawatir ketika mendapati langkah Kyungsoo yang terhenti dibelakangnya.

"Kyung-" Pria tampan itu akhirnya mengerti setelah mengikuti kemana arah pandangan wanita mungil dihadapannya ini. Sorot mata Kyungsoo hanya membiaskan pandangan penuh kesakitan, raut wajahnya juga berubah, seakan memperlihatkan ribuan guratan kesedihan.

"Oppa, aku pernah berangan-angan menjadi seperti wanita itu." Setelah sekian lama kedekatan mereka, Kyungsoo akhirnya memberanikan diri, memanggil dokter itu dengan sebutan Oppa, saat ini ia sedang butuh seseorang untuk menopangnya dari keterpurukan ini, ia butuh orang dewasa yang mau mendengar segala cerita hidupnya yang memilukan, penderitaan yang tak pernah henti datang dan kesakitan yang tak bisa disembuhkan.

"Aku pernah berangan, kisah ku adalah kisah wanita yang paling bahagia, suami yang mencintai ku, kasih sayang yang berlimpah, keluarga kecil yang harmonis. Aku fikir semua wanita berhak akan itu, tetapi mengapa Tuhan tidak mengizinkannya untuk ku, Oppa? Oppa lihat, bagaimana suaminya berusaha membuat dia tertawa, bagaimana wanita itu tersenyum senang, bagaimana cara suaminya membelai perutnya dengan sayang ketika ia meringis kesakitan, mungkin bayi mereka sedang menendang. Bagaimana binar bahagia terpancar dikedua mata mereka saat merasakan gerakan bayi mereka didalam perut. Mengapa wanita itu bisa merasakannya sementara aku tidak, Oppa?" Mata Kyungsoo masih memandang lekat interaksi sepasang suami istri itu.

"Aku sungguh ingin merasakan bagaimana rasanya ayah dari bayi ini, menyentuh perut ku dengan lembut penuh kasih sayang. Aku ingin merasakan bagaimana matanya berbinar bahagia ketika jagoan kecil ini menendang. Mengapa dia tidak memikirkan itu sedikitpun? Aku rela dia tidak menganggapku, membuang ku atau mengabaikan ku, tapi tidak dengan bayi ini, Oppa. Anak ku berhak lahir dengan kasih sayang seorang ayah. Hiks." Akhirnya tangis yang sedari ia tahan itu, luruh jua. Kyungsoo menumpahkan segala kesakitan yang ia pendam dengan pecahan tangisan yang menyayat hati bagi yang mendengarnya. Ia berusaha meredam suara tangis, dengan kedua telapak tangannya.

"Kyung, kau tahu, kau bahkan lebih hebat dari wanita manapun didunia ini. Akan ada kebahagiaan yang tak terduga yang akan Tuhan siapkan untuk mu. Bersabarlah sayang. Biarkan aku menjadi orang itu, Kyungsoo. Izinkan aku untuk menjadi orang yang mewujudkan angan mu, jagoan kecil kita memang berhak mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Dan jika kau bersedia, aku yang akan melaksanakannya untuk mu, dan si kecil." Jo Insung bawa sebelah tangannya untuk mengelus lembut perut Kyungsoo yang sudah membesar. Wanita mungil itu terenyuh merasakan ketulusan disetiap sentuhannya.

"Oppa~….."

"Tak apa Kyung, kita bisa membahasnya nanti. Yang penting sekarang adalah, hapus airmata mu, tunjukan pada wanita manapun bahwa kau adalah wanita yang sangat bahagia. Seorang ibu yang berjuang melawan kesakitan demi mengantarkan buah hatinya melihat dunia. Kau yang terhebat."

"Oppa…. Hikss. Terima kasih Oppa." Kyungsoo mengusap airmatanya menggunakan punggung tangan, sembari mengucapkan banyak kata terima kasih. Menggemas seperti anak kecil sehabis menangis. Hal itu membuat Jo Insung tak tahan untuk tertawa kecil.

"Nah, seperti ini lebih baik. Jadi…. Ayo sebutkan angan-angan mu yang lain, dan biarkan Oppa yang super ganteng ini mewujudkannya." Jo Insung akhirnya tersenyum lega, mendapati kembali Kyungsoo yang tertawa riang. Sesuatu yang sudah menjadi candu baginya. Wajah mungil yang manis berhiaskan senyuman indah milik Do Kyungsoo seorang.


,,,

oOo

,,,


"Ya! Tiang listrik tampan, kenapa lama sekali ha?" Chanyeol mendelik tak suka kearah Luhan yang tengah menyuapi sang istri dengan semangkuk bubur kacang.

"Kau itu, ingin meledek atau apa? Oh, tapi terima kasih telah menyebutku tampan. Kau tau mata tak pernah bisa berdusta." Balas Chanyeol tak kalah sengit.

"Kau tau betapa berisiknya istri manja mu ini, merengek ingin bertemu dengan papaboo secepatnya." Luhan sengaja menyebut papaboo dengan nada mengolok. "Tapi kalau malah datang sejam setelah jam yang kau janjikan! Aissh suami macam apa kau ini." Masih tak ingin kalah dalam berdebat, Luhan punya seribu satu cara untuk mengajak Chanyeol berduel.

"Tak apa Luhan, jangan memarahi Chanyeol seperti itu. Chanyeol pasti sangat lelah. Aku mengerti suami ku ini pasti banyak pekerjaan dikantor, kau lupa sekarang dia sudah jadi CEO diperusahaan kakek Kim ? A, sayang sekali aku melewatkan acara penobatan itu." Tanpa sadar Baekhyun mengerucutkan bibirnya.

"Tapi Baek-" Luhan ingin membenarkan sesuatu. Sepertinya Baekhyun belum tahu mengenai hal ini.

"Luhan." Nada panggilan Chanyeol terdengar aneh. Sorot matanya memandang Luhan penuh kalimat tersirat. Luhan yang memang tipe wanita peka, akhirnya mengerti.

"Ada apa?" Baekhyun bertanya bingung. "Kenapa tiba-tiba diam?"

"Aaaa itu… iya, iya aku lupa. Hehehehe Chanyeol pasti lelah. Kau tau kan pekerjaan CEO itu tak sekeren namanya. Chanyeol pergilah ke kantin, kau pasti lapar." Luhan meletakkan mangkok bubur itu diatas nakas, lalu bangkit dari dari kursinya, mendorong Chanyeol keluar kamar.

"eh…eh?" Chanyeol bingung, Luhan menyeretnya tiba-tiba.

"Kenapa malah mengusir ku?" Chanyeol bertanya kesal setiba mereka diluar ruangan

"Kau hanya akan menciptakan ribuan kebohongan dihadapan Baekhyun. Lebih baik kau pergi sebentar untuk membuatnya lupa akan status CEO palsu mu itu. Kau tau itu akan menyakitinya."

"Sudah sana pergi" Luhan mendorong sekali lagi bahu tegap itu.

"Sayang, ada apa ini?" Mendengar suara sang suami dari arah belakang, Luhan sontak membalikan tubuhnya.

"Nah, kebetulan sekali kau disini, Sehun bawalah Chanyeol pergi sebentar, Hyung mu ini butuh menjernihkan kepalanya sejenak. Tapi ingat, jangan lama-lama, Okay." Luhan menyempatkan untuk mengecup pipi Sehun sekilas sebelum menghilang dibalik pintu.

"Hyung, kau masih punya aku untuk menumpahkan segalanya." Bertahun-tahun hidup bersama kakak lekakinya itu menjadikan Sehun orang paling memahami Chanyeol. Ia mengerti Chanyeol kini tengah menanggung beban dipundaknya, sendirian. Dan Sehun tau apa yang akan dia lakukan untuk membuat hyungnya membagi beban itu.


,,,

TBC

,,,


Haiiii… Jangan tanyakan diriku kemana selama ini wkwkwkwk. Sudah lama tak bersua, bagaimana kabar kalian readersdeul? Semoga baik-baik saja ya. Ga papakan sampai disini dulu, karena yu ga mau nulis panjang2 ntar yang ngereview segitu2 aja, orangnya pun juga itu itu aja, kita para author sempat bahas masalah siders, masalah paling sensitive, Yu ga bisa marah sih kalau ngomongin siders, walaupun yg ngereview, jumlah followers atau yg ngefavorit itu perbandingannya jauh banget. Tapi kalau boleh jujur, Yu ngerasa kecewa banget, Cuma ya mau diapain lagi, yu udah berusaha merayu para siders dengan rayuan maut super manis juga sider munculnya satu-satu, apalagi kalau marah2 wkwkkwkw sidersnya makin ogah menunjukan pesonanya. Ahh sudah lah, biarkan para sider tobat dijalannya masing-masing hehehehe.

Ohiya seinget Yu reader FF ini ada beberapa yang berasal dari Malaysia, Yu lupa siapa aja, Cuma ingetnya Hana (karena namanya sama kaya reader somplak yu, wkwkwk)

Yu besok berangkat ke Malaysia, siapa tahu ada kesempatan berjumpa dengan readers yu yang dari sana. Yu bakal stay di Kuala lumpur, Genting Highland sama China town, sampai hari sabtu. Trus bakal ngehadirin undangan Moonlight Festival di KLCC tanggal 15 September.

Buat hana-ssi kalau kamu di KL, kita boleh kontak-kontakan buat ketemuan disana ya, hehhehe kapan lagi coba ketemu sama author jaman Joseon begini wkwkwk. Buat yang lain juga yang stay disana mau ketemuan bisa chat Yu diline (id ; realsy1216 ) atau dm instagram ( at chanbaekyuu ) Semoga bisa meet up yak hehehhehe. Ohiya doain Yu ada waktu berlebih pas di genting, buat mampir ke Hat Yai yak. Wkwkwkwk ngebet banget pen ngeliat uke-uke cantik disana, siapa tau bisa ketemu yang secantik Baekhyun, karungin trus bawa pulang wkwkwkw.

Oke deh, sampai jumpa lagi akhir September yaaa readers ku,,, Oh iya akhir September Yu ikut FF games CIC loh, oke kalau kalian reader setia pasti bakal mudah banget ngenalin tulisan yu gimana, hohohohoho selamat mencoba, dan semoga menang! Yeay

See you~

-YU-

September 12, 2016