KaiHun shipper, aku balik lagi bawa FF baru! Bukannya nerusin My Girl/Lovely Complex, haha. Beribu maaf buat yang nunggu kedua FF itu, aku belum dapet mood buat lanjutin keduanya. Pengennya bikin yang baru terus, haha.

Oya, maaf aku masih nyantumin Kris disini. Aku bener-bener gamau ngilangin dia dari FFku(?) meskipun dia bukan lagi bagian dari alien-alien kesayangan, tapi tetep aja dia salah satu biasku T_T

Big thanks juga buat yang udah review 'Kim's Brother' seneng banget banyak yang suka^^ ditunggu review selanjutnya, haha.


.

.

.

HE'S BEAUTIFUL

Cast: Kim Jongin, Oh Sehun, Kris, Chanyeol, etc.

Genre: Drama, Romance

Rated: T

Author: Ohorat

Disc: FF ini murni dari otak saya. Bikinnya dadakan(?) jika ada kesamaan di ff lain, mohon maaf.

Jangan copas, Tuhan maha melihat, lho. Haha.

Warning: Boys Love. Yaoi. Typo(s)

.

.

.

.

"Kris Wu! Diamlah!" Sehun melempar sebuah bantal ke arah dinding kamarnya yang merupakan dinding kamar kakak sepupunya juga. Ia terus menggerutu karena kamar sebelahnya begitu berisik. Suara-suara bising seperti gitar listrik dan gebukan drum, semuanya bersatu membantu membangunkan tidur cantiknya, membuat ia menggeram menahan kesal.

Ayolah, Oh Sehun, ini sudah lewat jam 10 pagi. Kenapa kau begitu pemalas?

Tapi ini hari Minggu, sekolah libur. Jadi tak ada yang bisa ia lakukan selain tidur panjang. Itupun karena orang tuanya sedang berkunjung ke rumah nenek kemarin lusa. Sekarang tinggallah dirinya, dan sepupunya yang menyebalkan itu. Semenjak orang tuanya pamit pergi ke China, Kris selalu mengajak beberapa temannya untuk latihan band di kamarnya. Oh Tuhan, bukankah ini rumah Sehun? Pantas saja jika ia sangat-sangat kesal.

"Oh, jangan lagi..." lirih Sehun saat ia mendengar sebuah lagu rock yang sudah 2 hari ini mengganggu telinganya. Ia beringsut didalam selimut tebalnya. Namun, suara bising itu semakin memekakan telinga. Surai cokelatnya ia acak frustasi sebelum bangkit dan berjalan menuju kamar Kris.

BRAK!

Pintu 'neraka' itu terbuka. Musik berhenti dan semua mata disana menatap Sehun yang tengah berdiri di ambang pintu dengan penampilan yang... sangat tidak keren. Rambut acak-acakan, wajah kusut yang memperlihatkan betapa kesalnya dirinya, dan juga piyama pink bermotif boneka rilakkuma. Sungguh manis.

"Bisakah kalian tidak mengganggu tidurku?!" katanya setengah berteriak.

"Pfftt..." terdengar kekehan dari Kris dan beberapa temannya. Dahi Sehun bertaut, bukannya mereka harus takut karena sudah ia marahi?

"Apa yang kalian tertawakan?!"

Kris meredakan tawanya, "Kau lucu sekali dengan piyama pink itu, Sehun-ah."

Dan tawa pun meledak dari teman-teman Kris. Tentu saja itu membuat wajah Sehun memerah. Ia marah dan juga malu. Jadi, mereka itu menertawakan dirinya?

"DIAM! AKAN KULAPORKAN KAU PADA EOMMA KARENA SUDAH MENGGANGGU KENYAMANAN DIRUMAH INI!" teriaknya membuat semua terdiam, namun sepertinya tidak lama. Setelah Sehun kembali ke kamarnya, terdengar tawa yang lebih menyebalkan.

.

.

.

"Lucu sekali dia!" ucap Kris sambil memetik senar gitarnya. Kini semuanya sudah tenang, tidak ada yang menertawakan namja lucu itu.

"Apa dia sepupumu?" tanya salah satu temannya, ia menyandarkan tubuhnya di sofa kamar Kris.

"Ya. Dia itu sangat konyol, bukan?" namja berambut pirang itu kembali terkekeh.

"Sepertinya aku pernah melihatnya." Ucapnya sambil menerawang ke atas langit-langit.

"Tentu saja bodoh! Dia itu adik kelasmu. Kalian sekolah di SMA yang sama." Sembur namja tinggi dengan telinga agak lebar yang sedari tadi duduk di kursi drum.

Namja berkulit tan itu menatapnya seakan bertanya, 'Benarkah?'

"Chanyeol benar. Dia itu adik tingkatmu, Jongin. Apa Sehun tidak sepopuler itu sampai kau tidak mengenalnya?" tanya Kris dengan senyum menyebalkannya.

Jongin terdiam. Ia masih mengingat-ingat apakah ia pernah bertemu Sehun sebelumnya saat disekolah? Karena wajah itu benar-benar tidak asing untuknya.

.

.

.

Hening sekali pagi ini. Tubuh Sehun sudah terbungkus rapi dengan seragam SMA-nya, kini ia terlihat sibuk menikmati sarapannya. Begitu juga dengan Kris, sesekali ia menatap namja di depannya. Sepertinya Sehun masih kesal karena kejadian kemarin. Tapi, Kris tidak bermaksud untuk mempermalukannya, kok. Sungguh.

"Sehun-ah, aku minta maaf atas-"

Sehun menyelanya, " Tidak mau."

"Kenapa? Aku kan-"

"Ucapan maafmu tidak akan mengobati kesalku. Aku ingin kau mentraktirku bubble tea selama 3 hari." Ujarnya datar namun membuat Kris melotot tak percaya.

"Yang benar saja? Kau-"

"Jika kau ingin kumaafkan, turuti kemauanku itu. Jika tidak, tanggung saja resikonya." Sehun menantang Kris dengan tatapannya. Tentu saja itu membuat Kris kesal. Harusnya ia tidak menertawakan Sehun kemarin.

"Kau benar-benar-"

TOK! TOK! TOK!

Lagi-lagi ucapan Kris terpotong, membuatnya menggeram kesal. Sehun menoleh ke arah pintu, siapa yang bertamu pagi begini?

Kris pun beranjak, ia membuka pintu dan mendapati teman bandnya tengah berdiri di ambang pintu. Ia memakai seragam SMA seperti yang Sehun kenakan dibalik jaket tebalnya.

"Jongin? Ada apa?" tanya Kris heran, tumben sekali anak ini bertamu sendiri. Pagi-pagi pula.

"Power bank-ku ketinggalan. Aku ingin mengambilnya." Jawabnya santai.

"Oh, tunggulah didalam. Akan ku ambilkan."

Dan Jongin pun memasuki rumah milik sepupunya Kris itu. Ia mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu dengan nyaman.

Sehun memberekan piring dan gelasnya, namun tidak mencucinya. Ia pikir, itu pekerjaan Kris. Setelah mengambil ranselnya, ia berjalan ke ruang depan untuk memakai sepatu yang bisa ia gunakan ke sekolah. Namun, sepertinya ada yang aneh. Sepatu siapa ini?

Sehun menoleh ke belakang, tepat dimana Jongin duduk santai di sofanya.

"Siapa kau?" Sehun memperhatikan seragam berwarna kuning itu, "Kenapa kau memakai seragam sekolah sepertiku?

"Aku kakak kelasmu." Jawab Jongin masih terdengar santai.

Sehun masih menatap Jongin tidak percaya, bukankah ia salah satu teman Kris yang kemarin menertawakannya? Jadi, dia satu sekolah dengannya?

"Kau sudah mau berangkat, Sehun-ah?" sebuah suara muncul memecah keheningan diantara keduanya. Kris menuruni tangga kamarnya sebelum kemudian menyerahkan power bank milik Jongin.

"Gomawo." Ucap Jongin dan hanya dibalas anggukan oleh Kris.

Namja berambut pirang itu menatap seragam Sehun dan Jongin, "Ah, kenapa kalian tidak berangkat bersama saja?"

"Apa? Aku? Dengan namja ini?" Sehun menunjuk Jongin tidak sopan dengan telunjuknya. Jongin terlihat sedikit kesal, bagaimanapun juga ia adalah kakak kelasnya.

"Memangnya kenapa? Bukankah kalian satu sekolah?"

"Tidak mau!" tolak Sehun. Ia segera memakai sepatunya. Begitupun dengan Jongin, ia juga memakai sepatunya dengan cepat.

"Kris, kami berangkat dulu!" belum sempat Sehun memprotes dengan kata 'kami', Jongin menggenggam lengan Sehun dan menariknya menuju motor besarnya yang terparkir manis didepan rumah Sehun.

"YA! APA-APAAN KAU?!" Sehun berusaha melepaskan cengkaram tangan Jongin yang cukup kuat. Ia tidak terima jika diseret seperti ini.

"Diamlah. Kita akan berangkat sekolah bersama." Jongin masih menahan lengan Sehun saat ia mengambil helm miliknya.

"Bersama? Kau pikir kau siapa? Naik bus, itu lebih baik daripada bersamamu!"

"Terserah kau saja," Jongin memakai helmnya sebelum melepaskan lengan Sehun lalu menaiki motornya. "15 menit lagi kelas dimulai, aku jamin kau tidak akan sampai dalam waktu 15 menit."

Dan motor itu pun melaju kencang meninggalkan Sehun yang menganga tidak percaya. Jongin meninggalkannya?

"Sialan kau!" Sehun berteriak menumpahkan kekesalannya. Senin paginya sudah berantakan.

Sehun segera berjalan menuju halte bus yang cukup jauh. Sesekali ia melirik jam tangannya, Ia jadi menyesal karena tidak ikut bersama Jongin. Hey, jangan berpikir macam-macam. Ia hanya tidak ingin terlambat dan mendapat hukuman dari sekolah.

.

.

.

Sehun masih terduduk di halte bus. 7 menit berlalu, dan belum ada tanda-tanda bus selanjutnya berhenti. Rasa panik menghantui dirinya sejak tadi, ia benar-benar sial hari ini. Mungkin kesialannya akan bertambah saat ia datang ke sekolah dengan terlambat dan mendapat hukuman.

Namun sepertinya itu tidak akan terjadi. Sebuah motor yang tadi sempat meninggalkannya, kini berhenti tepat dihadapannya. Dahi Sehun bertaut, bukankah dia...

Jongin membuka kaca helmnya lalu menatap Sehun, "Naiklah, kita hampir terlambat."

Sehun menatapnya tidak percaya. Kenapa Jongin berada disini? Bukankah tadi ia meninggalkannya? Lalu kenapa ia kembali dan menyuruhnya untuk berangkat bersama? Ada apa dengan hari ini, oh Tuhan?

.

.

.

Tbc...

.

.

.

FF dadakan, maaf kalo kecepetan. Dimohon dengan sangat kritik/saran, bukan bash.

Kalo banyak reviewnya, aku lanjut, deh hehe. So, jangan jadi hantu yaaa ^^