Author Note :

Aa··· banyak yang tanya, kenapa Issei yang datang? Simpel, karena saya tak mau menghilangkan peran serta Issei yang notabenenya main charakter Highschool DxD.

Oke, langsung saja! Selamat membaca.


Pervious Chapter :

Rias melebarkan matanya saat melihat siapa yang menginterupsi acara pertunangannya dan mengajak tunangannya bertarungan.

"Ise··"

Naruto DxD : Return of The Burning Dragon

Disclaimer : Naruto & Highschool DxD isn't mine.

Rate : M(for save)

Genre : Romance , Adventure , Supernatural.

Pair : Naruto Uzumaki x Gremory Rias.

Warning : AU, OOC , Bahasa Ng'gak Baku , Alur maksa , Typo(s) , Extreme-Strong!Naru , Smart!Naru.

Summary : Dia adalah yang akan bangkit , Dia yang akan bangkit dari neraka terdalam. Dan dia yang melambangkan kehancuran, karena suatu alasan Tuhan menyegel jiwanya dalam sebuah Sacred Gear yang kemudian dikenal dengan nama [Flamed Burn].

Don't like? Don't read!

Chapter 7 : Semangat Juang.


Issei. Yah, pemuda itulah yang berani menginterupsi acara pertunangan antar Iblis Kelas Atas tersebut.

Mendadak suasana menjadi riuh dengan bisikan-bisikan dari setiap iblis yang hadir di acara pertunangan.

"Siapa dia?"

"Apa yang dia lakukan?"

Yah, seperti itulah kebanyakan.

Rias Gremory. Gadis itu cuma bisa menatap budak terbarunya itu dengan tatapan yang bercampur antara heran, khawatir dan heran lagi? Ya, ia memang heran. Ia tak habis pikir dengan pemuda coklat yang sekarang sudah naik ke atas panggung tersebut, atas dasar apa ia melakukan tindakan yang nekat itu? Menantang calon tunangannya yang jelas-jelas berada pada tingkatan yang jauh diatas pemuda bernama lengkap Hyodou Issei tersebut. Apa dia sudah bosan hidup?

"Maou-sama, mohon maafkan kelancangan saya ini. Saya cuma ingin menyelamatkan majikan saya, Rias Gremory-sama dari pertunangan yang tidak diinginkannya." Ujar Issei pada seorang pria muda berambut crimson yang sedang duduk dengan tenang di kursi kebesarannya. Ucapan Issei sontak membuat suasana tempat pertunangan itu menjadi semakin ramai.

Sirzech. Sirzech Gremory, atau yang sekarang telah berganti marga menjadi Lucifer tersebut tersenyum saat melihat tekad kuat yang ada pada budak adiknya itu.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan." Ucapnya tenang dan sukses membuat keadaan yang tadinya ramai menjadi sunyi, sepertinya mereka terkaget mendengar jawaban yang keluar dari iblis terkuat saat ini tersebut.

"Hey? Kenapa? Dia cuma ingin bertarung, kan? Lagipula aku yakin Riser Phenex-kun tak akan keberatan untuk bertarung melawannya. Bukan begitu?" Sirzech mencoba mengklarifikasi ucapannya, dengan pertanyaan diakhir kalimatnya yang ia tujukan pada anak ketiga Lord Phenex sekaligus calon tunangan adiknya itu.

Sedangkan di sisi Riser. Sebenarnya ia tak mau untuk bercapek-capek bertarung di hari pertunangannya, namun dilain sisi ia tak mau kehilangan harga dirinya sebagai seorang iblis bangsawan jika menolak tantangan dari seorang iblis kelas rendah yang ia ketahui sebagai salah satu budak iblis tunangannya itu.

"Ise·· kenapa kau melakukan ini?" Rias sepertinya masih bingung dengan motif dan tujuan Issei melakukan hal sejauh ini.

"Sudah merupakan tugas seorang bawahan untuk melindungi atasannya, kan?" Issei berujar dengan mantap, tak ada keraguan sedikit pun yang bisa ditemukan pada perkataannya.

"Baiklah, aku terima tantanganmu." Akhirnya Riser menerima tantangan dengan penuh rasa percaya diri.

Dan disinilah mereka sekarang, di aula Mansion Gremory yang sebenarnya terlalu luas untuk sebuah aula.

Hyodou Issei dan Riser Phenex. Berhadapan untuk sebuah pertarungan yang menentukan.

"Silahkan dimulai!" Seorang yang sepertinya penanggung jawab pertandingan mendeklarasikan dimulainya pertandingan.

"Buchou, izinkan aku promosi!"

Rias mengangguk oleh permintaan budaknya itu.

Promosi. Salah satu kemampuan khusus dari bidak [Pion]. Dengan berpromosi [Pion] bisa mendapat karakteristik dari bidak lain.

[Promotion : Bishop]

Dengan berpromosi menjadi [Bishop], Issei dapat merasakan energi sihirnya meningkat.

"Baiklah. Dragon Booster!"

Crink!

Cahaya merah menyilaukan menyelimuti tangan kiri Issei, perlahan cahaya meredup meninggalkan sebuah gaunlet merah dengan sebuah batu hijau di punggungnya. Itulah Boosted Gear. Sebuah Sacred Gear tempat bersemayamnya salah satu Heavenly Dragon , Welsh Dragon Ddarig.

[Boost!]

Kekuatan telah digandakan. Ditambah promosinya pada [Bishop] menjadi modal yang lumayan untuknya memulai pertarungan.

Sedangkan di sisi Riser, ia masih berdiri tenang dengan sebuah seringai di wajahnya.

[Boost!] Kekuatan di gandakan lagi. Sekarang ia telah siap, dengan pose andalannya ia mengumpulkan energi sihir berwarna merah untuk ditembakan.

"Aku akan menghabisimu dalam satu serangan!"

[Dragon Shoot!]

Duuarr!

Tembakan Issei mengenai Riser dengan telak. Bahkan hampir mengenai Iblis lain yang menonton jika saja mereka tidak memasang sihir pelindung.

Asap pekat yang semula membumbung pada pusat ledakan kini telah hilang menampilkan Riser yang sedang dalam keadaan yang buruk, tubuh sebelah kanannya hilang. Benar-benar lenyap!

Issei yang nafasnya terengah-engah tersenyum melihat hasil perbuatannya.

Namun··

Tubuh sebelah kanan Riser yang hilang memunculkan api, tak lama kemudian api hilang menampilkan tubuh Riser yang kembali pada keadaan semula.

Issei terbelalak kaget melihat kejadian yang menurutnya mustahil tersebut.

"Haha·· percuma saja, kau takan bisa mengalahkanku. Karena aku··· burung phoenix abadi!"

Woost!

Bersamaan dengan teriakannya, sayap api muncul dan membentang di punggungnya.

Wusst!

Riser dengan sayap apinya menerjang ke arah Issei.

Dught!

Sebuah pukulan dengan telak mendarat pada rahang Issei membuatnya terhunyung sessat.

Tak cukup sampai disitu, Riser mengarahkan lututnya tepat pada ulu hati Issei.

"Ghh!" Issei berlutut memegang ulu hatinya yang terhantam lutut kanan Riser.

"Ise!" Rias berteriak melihat keadaan budaknya yang sukar dibilang baik-baik saja.

"Lihat? Aku bahkan tak perlu menggunakan api untuk mengalahkanmu." Ucap Riser pongah seraya berjalan meninggalkan Issei yang masih meringis kesakitan.

"A-apa yang kau katakan, heh?" Terlihat Issei yang dengan tertatih-tatih mencoba bangkit dari jatuhnya.

"Aku takan kalah dari orang sepertimu!" Teriak Issei.

[Welsh Dragon Over Booster!]

Cahaya merah menyilaukan menyelimuti tubuh Issei seiring dengan suara mekanik yang dikeluarkan gaunlet-nya. Perlahan cahaya memudar menampilkan Issei yang tubuhnya dilapisi sebuah armor berwarna merah penuh aksen serta berlian berwarna hijau di beberapa tempat.

'A-apa ini?' Tampaknya Issei sendiri kaget dengan perubahan yang dialaminya.

[Tekad. Sacred Gear merespon tekad kuat mu dan memberikan kekuatan lebih padamu.] Jawab sebuah suara yang berdengung di pendengarannya. Ya, itulah sang Sekiryuutei , Red Dragon Emperror, Welsh Dragon·· Ddarig.

'Kekuatan?'

[Ya, kekuatan. Tapi dengan ststistik dasarmu yang sekarang, mode ini takan bertahan lebih dari lima detik.]

'Itu lebih dari cukup!'

-V-

Hitung mundur dimulai. Dengan boost dipunggungnya Issei melesat ke arah Riser yang sepertinya masih terkaget dengan perubahan pada lawannya.

Dught!

Sebuah pukulan sukses Issei daratkan pada pipi kiri Riser. Pukulan yang cukup keras untuk membuat Riser mundur beberapa langkah.

-IV-

4 Detik!

Riser terbang dengan sayap apinya.

Woosht!

Muncul dua buah tornado api yang mengapit Riser dari kiri dan kanan.

"Musnahlah!"

Bllarr!

Bersamaan dengan teriakannya, tornado yang semula mengapitnya pecah dan menyambar ke segala arah dengan cepat.

-III-

3 Detik tersisa!

Issei yang seolah tak gentar dengan api yang siap membakarnya memasang kuda-kuda seperti biasa-kamehameha-energi merah terkumpul pada celah di kedua tangan Issei.

Merasa sudah cukup, Issei menembakan energi merah itu lurus kedepan.

[Dragon Shoot!]

-II-

Tinggal 2 Detik!

Tembakan yang Issei lancarkan meluncur lurus ke depan.

Duarr!

Sungguh serangan yang dahsyat! [Dragon Shoot] Issei meledak saat menemui targetnya-Riser-menimbulkan ledakan energi merah menyilaukan serta gelombang kejut pada seluru area.

-I-

Detik terakhir!

Gelombang api Riser menyelimuti Issei bersamaan dengan meledaknya [Dragon Shoot] Issei.

"Arrght! Ini panas sekali!" Teriak Issei yang sedang 'dipanggang' hidup-hidup dengan armornya yang mulai kehilangan kepadatan.

Sedangkan di sisi Riser. Super sekali! Terlihat Riser yang terbaring dengan organ tubuh yang tak lengkap, cacat deh pokoknya!

Namun seperti biasa, api segera berkobar dan mengembalikan organ tubuh yang sebelumnya lenyap. Seperti yang diharapkan dari seorang yang menganggap dirinya abadi.

-0-

Waktu habis! Hitung mundur selesai.

Issei. Yang masih terselimuti api, kehilangan kepadatan armornya secara total.

[Bertahanlah sebentar lagi, partner!] Ddarig menyemangati host-nya. Tentu saja, ia tak mau partnernya itu hangus terbakar di dalam kobaran api.

Whuust!

Sebuah cahaya putih tiba-tiba menerobos api dan membawa Issei pergi.

Tap!

Cahaya kembali muncul di tempat penonton dimana para siswa dan siswi Academy Kuoh [Student Council & Ocult Research Club] berada.

Cahaya redup, menampilkan sosok Naruto yang sedang menggendong Issei dengan bridal style. Bridal style? Ya, sebenarnya terselip rasa risih dalam benak Naruto menggendong seorang lelaki dengan posisi yang··· ah, sudahlah.

"Asia, tolong obati dia." Ucap Naruto seraya menurunkan Issei dari gendongannya.

Sedangkan Issei? Jangan ditanya, ia masih syok dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Yang ia ingat, tadi ia dengan kerennya menantang calon tunangan majikannya lalu bertarung sebelum dipanggang di dalam api. Lalu setelahnya ia sudah berada di sini, di tempat semula ia berada beseta teman-temannya.

"Ha'i, Naruto-san." Asia dengan segera duduk bersimpuh untuk menyembuhkan Issei.

"Ah ya·· terima kasih Sekiry-ah tidak, terima kasih Hyodou Issei." Naruto tersenyum sekilas sebelum kembali menghilang dalam sebuah kilatan putih.

Flash!


Naruto kembali muncul di tempat pertarungan. Berbeda dengan sebelumnya, ditempat itu ia telah disambut Nii-sama nya dan tentu saja kekasihnya··· Rias.

Naruto yang sadar akan kehadirannya, dengan reflek memasang posisi berlutut.

"Lucifer-sama·· mohon ijinkan saya untuk menggantikan tempat dari Hyodou Issei untuk bertarung disini. Saya, Namikaze Naruto. Siap menerima apapun resiko atas perbuatan saya kali ini." Ucap Naruto tanpa ragu sedikit pun.

Sedangkan Riser yang melihat kehadiran Naruto memasang seringai petarung di wajahnya, sepertinya ia masih memiliki dendam atas kekalahannya beberapa waktu lalu di Dunia Manusia.

"Namikaze Naruto·· apa kau tahu, dengan tindakanmu ini bukan tak mungkin kau akan diusir dari Dunia Bawah selamanya?" Tanya Sirzech seraya mencoba mencari keraguan dari iris sapphire yang sedari tadi ia perhatikan. Namun nihil, tak ada secercapun keraguan ataupun rasa takut yang ia dapatkan dari mata sebiru lautan itu.

"Asal anda tahu, rasa cinta saya pada Rias lebih mendominasi daripada emosi lain yang mungkin ada pada orang seperti saya." Naruto mengambil jeda extra untuk menarik nafas.

"Saya akan melakukannya, apapun resikonya." Naruto memasang senyum menyegarkan pada kekasihnya, Rias yang terus menatapnya dengan pandangan khawatir.

Sudah diputuskan. Ronde kedua, Namikaze Naruto melawan Riser Phenex. Duel antara Iblis Kelas Tinggi.


Terlihat keduannya berhadapan di Aula yang anehnya sudah kembali utuh, seolah tak pernah ada pertarungan sebelumnya.

"Mari kita lanjutkan, Namikaze." Riser sepertinya sudah tak sabar untuk kembali melawan pemuda hybrid Namikaze-Gremory tersebut.

"······" Diam. Tak ada sedikit pun suara yang keluar dari bibir pucat Naruto. Pucat? Yah, bukan cuma bibirnya tapi wajahnya juga sudah sepenuhnya kehilangan rona sehat. Juga keringat dingin yang senantiasa merembes keluar dari pori-pori kulitnya. Terlihat jelas ia sedang tak dalam kondisi fisik yang baik.

Sedangkan di tempat penonton, bisikan-bisikan kembali terdengar setelah kedatangan Naruto.

"Bukannya itu si Namikaze gagal?"

"Riser pasti bisa mengalahkan Iblis tanpa bakat itu dengan cepat."

Begitulah bisikan-bisikan para iblis saat melihat Naruto yang menantang Riser.

"Apa maksudnya Iblis tanpa bakat?" Issei. Yang masih mendapatkan penanganan medis dari [Twilight Healing] Asia, bertanya entah pada siapa.

"Namikaze Naruto. Berasal dari persilangan Namikaze dan Gremory." Issei mengalihkan direksinya pada sumber suara. Yang ternyata adalah sang Kaichou Kuoh Academy, Sona Sitri.

Tentu saja, sebagai Iblis Berdarah Murni dari keluarga Sitri. Sudah sepantasnya ia tahu banyak hal, mengingat keluarga adalah keluarga yang 'kutu buku'.

"Namikaze Minato, adik dari Lord Namikaze. Disebut-sebut sebagai Iblis terkuat di zamannya, karenanya juga clan Namikaze yang tidak termasuk kedalam 72 pilar mendapat gelar 'House'. House of Namikaze, sejak saat itu semua anggota Namikaze mendapat pangkat Extra-Demon." Jelas Sona. Namun tentu saja belum cukup jelas untuk iblis sekaliber Issei Hyodou.

"Extra-Demon? Arrght! Semua tentang Iblis membuatku bingung." Issei mencak-mencak sembari menggaruk kepalanya prustasi. Tentu saja, sejak di reinkarnasi menjadi Iblis beberapa waktu lalu banyak sekali hal yang harus-secara paksa-ia pelajari, mulai dari sejarah, tingkatan, sampai pekerjaan Iblis. Dan semua itu tentu saja membuat otak kerdilnya mengalami 'over kapasitas'.

"Extra-Demon, Iblis kelas top yang tidak termasuk pilar." Sona memperbaiki letak kacamatanya dengan elegan.

"Namikaze Minato dan Kushina Gremory, yang secara kebetulan juga merupakan adik dari Lord Gremory. Saling jatuh cinta satu sama lain, lalu menikah dan mempunyai keturunan. Keturunan mereka, diharapkan untuk menjadi seorang Iblis penuh bakat dan talenta seperti kedua orang tuanya. Namun, harapan memang cuma harapan. Namikaze Naruto, anak dari pasangan Iblis kelas ultimate sayangnya tak seperti yang banyak orang harapkan. Di cap sebagai 'Iblis gagal' karena hanya mewarisi gerak cepat dan otak jenius khas Namikaze, Namikaze Naruto selalu di diskriminasi oleh Iblis lain yang menganggap dirinya lebih kuat." Sona mencoba membuat penjelasannya untuk semudah mungkin dimengerti oleh orang-orang sekelas Issei. Dan mendapat respon anggukan bukan hanya dari Issei, tapi semua yang ada disana plus Akeno yang entah kapan datangnya.

Kembali ke pertarungan.

Keadaan masih sama, Riser masih berdiri dengan seringainya. Disisi lain, Naruto tetap berdiri namun kali ini sambil menutup kedua matanya.

'Kenapa? Bukankah aku sudah melatihnya selama dua minggu terakhir ini?' Tampaknya Naruto sedang berkonsultasi dengan partner jadi-jadiannya.

[Yah, kau memang sudah melatihnya. Tapi tidak sampai tahap akhir, bukankah sudah kubilang perlu satu minggu lagi sebelum kau bisa menguasainya?] Sepertinya mereka sedang memperdebatkan taktik untuk pertarungan kali ini.

'Bagaimana kalau Balance Breaker? Harus kuakui aku memerlukan besi rongsok itu agar tak terbakar api si pirang brengsek itu. Atau bagaimana kalau 'itu', dengan itu aku bisa membuat si pirang brengsek itu hancur dengan cepat.'

[Kau jug-]

'Jangan mulai!' Ya, ini memang bukan waktu yang tepat untuk memulai sesi perdebatan konyol yang sering mereka lewati.

[Jangan bodoh! Kau tak boleh menggunakan Balance Breaker dan 'itu' disaat kondisimu sudah seperti mayat hidup begini.] Kali ini Faverius terdengar serius.

Mendengar ucapan partnernya itu, sebuah senyum aneh mengembang di bibir Naruto.

'Tak boleh bukan berarti tak bisa, kan?'

[Jangan bodoh! Konsekuensinya terlalu besar, bahkan tak mustahil kau akan mati sesudahnya.]

Menyadari apa yang ada di pikiran hostnya, Faverius mencoba menyadarkannya dengan memberi tahu akibat pemakaiannya.

'Kalau itu harga yang harus kubayar untuk kebahagiaan Rias, kurasa tak masalah.'

[Cinta telah membuatmu gila, partner! Tapi, menurutku dia takan pernah bahagia jika kau gugur untuknya secepat ini.]

'Heh, kurasa kau benar. Lalu, apa yang seharusnya kulalukan?'

[Kau bisa menggunakan teknik pemberian ayahmu itu.]

Ah ya! Ia lupa, pertemuan dengan ayahanda-nya.

Saat latihannya di alam Sacred Gear, beberapa hari lalu.


Flashback.

"Hey Fave? Apa kau tahu sesuatu tentang orang tuaku?" Naruto. Dengan tubuh yang 'berkobar' bertanya pada seekor naga yang dengan setianya berdiam di sisinya.

Faverius memutar bola mata besarnya, sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu.

"Berapa umurmu?" Sebuah suara berat keluar dari mulut Naga dengan warna hitam dominasi itu.

Naruto menghitung dengan jarinya, entah apa yang dia hitung. "Delapan belas, mungkin."

"Bagus. Sekarang sudah cukup." Faverius bangkit dari duduknya seraya merentangkan sepasang sayapnya.

Clink!

Sebuah cahaya putih menyilaukan menyelimuti seluru area bersamaan dengan direntangkannya sayap berduri Faverius.

Dari cahaya Naruto dapat melihat samar-samar sebuah siluet seseorang muncul di samping Faverius.

Flash!

Duught!

Siluet itu dengan cepat melesat dan menendang dagu Naruto hingga terpental ke udara.

Flash!

Kembali, sosok siluet itu menghilang. Kali ini muncul tepat di atas Naruto yang masih terlontar. Dengan cepat pula sosok itu mengarahkan kaki kanannya untuk kembali menendang Naruto dan mengirimnya ke bawah.

Namun···

Trak!

Dengan cekatan Naruto berhasil menangkap kaki kanan yang hendak menendangnya dengan kedua tangannya. Mencoba memanfaatkan momen, Naruto melakukan akselerasi dengan berputar 360 derajat di udara sebelum membanting sosok yang tadi menyerangnya ke tanah.

Tap!

Sosok itu berhasil menyeimbangkam tubuhnya dan mendarat dengan mulus di tanah.

Tap!

Di sisi lain, Naruto juga berhasil mendarat dengan sempurna di tempatnya semula. Memasang posisi siaga, Naruto menyipitkan matanya untuk lebih jelas melihat seorang yang menyerangnya di balik cahaya yang mulai meredup.

Dapat ia lihat, rambut kuning, tubuh tegap, wajah yang··· tampan.

Itu seperti dirinya, kecuali bagian rambut, tentunya.

"Sepertinya Sirzech telah melatihmu dengan baik, yah? Naruto." Ucap sosok di seberangnya tersebut.

"Dari mana kau tahu namaku? Siapa kau?" Tanya Naruto bertubi-tubi. Tentu saja, ini terlalu membingungkan untuknya.

Pertama, Faverius yang bicara sok misterius lalu muncul cahaya dan sosok ini, yang tanpa sebab langsung menyerangnya dan ternyata sangat mirip dengannya dari segi penampilan. Ya, penampilan. Tidak sikapnya, karena ia tak pernah menyerang seseorang tiba-tiba tanpa izin.

"Hm? Karena aku yang memberikan nama itu, tentunya." Ujar sosok tersebut seraya berjalan mendekati Naruto.

Tunggu dulu?! Memberi nama? Bukankah itu tugas dari seorang···

"Ja-jangan bilang kau adalah···" Naruto menunjuk sosok yang berjalan mendekatinya dengan jari yang gemetar.

Sosok itu mengangguk sembari tersenyum penuh arti.

Ya, ternyata sosok itu adalah ayahnya, Namikaze Minato.

"Tak ada pelukan untuk ayahmu, eh?" Tanya sosok itu.

Buagght!

Bukan bunyi sebuah pelukan, tentu saja.

Naruto meninju perut ayahnya dengan keras.

"Kau tak tahu betapa tersiksanya aku memiliki seorang ayah sepertimu! Semua menaruh harapan yang tinggi pada seorang putra pahlawan, tapi aku tak sama sepertimu! Aku bukan seorang hebat dan jenius sepertimu! Orang-orang menghina dan menjauhiku hanya karena aku tak sama sepertimu! Aku tak memiliki banyak teman, hanya Rias, Sona, dan Sairaorg yang mau bergaul denganku. Aku··· aku··" Naruto menangis tersendu-sendu.

"Tidak, tidak begitu." Sosok itu memegang pundak Naruto.

"Kau jauh lebih spesial dari pada aku, semua hanya masalah waktu."

"Maksudmu?" Naruto menyeka air matanya dengan tangan kanannya.

"Kau··· Anaku, tentu saja mewarisi semua kekuatanku. Bahkan lebih dari itu, dengan darah Gremory kekuatanmu bahkan bisa melebihiku." Ya, itu cukup masuk akal. Contohnya saja Sirzech, dan mungkin juga Rias. Power of Destructionnya berada pada tingkatan yang jauh diatas pemilik seharusnya, keluarga Bael. Mungkin itu karena faktor darah Gremory yang mengalir pada mereka.

"Lalu?"

"Aku menyegelnya." Minato mengambil jeda extra hanya untuk melihat ekspresi kaget anak semata wayangnya.

"Kekuatan Iblismu. Bukan sesuatu yang bisa kau kendalikan dengan mudah, untuk itulah aku menyegelnya."

"Kau? Menyegel kekuatanku? Sampai kapan?"

"Ya, aku tahu kau diberkahi sebuah kekuatan oleh Tuhan. Dengan itu aku menyegel kekuatan iblismu pada Sacred Gear itu beserta sedikit kesadaranku untuk menonaktifkan segelnya. Aku berencana menyegeknya sampai dimana kau cukup umur untuk bisa mrngendalikannya. Tujuh belas tahun, harusnya. Kau tujuh belas tahun, kan?"

"Aku··· delapan belas tahun."

Sontak kedua pasang mata mengalihkan direksinya pada objek yang terlupakan, seekor Naga yang kini sedang berusaha menyembunyikan kepalanya dengan sepasang kaki depannya.

"Ehehe··· kurasa tidak terlalu telat, kan?" Nada itu jelas terdengar gugup.

"Dasar Naga buluk!" Teriak Naruto menggelegar.

Sungguh luar biasa.

"Nah, sekarang aku akan melepas segelnya." Minato meletakan tangannya pada dahi Naruto.

Clink!

Sebuah sinar seperti mengalir masuk pada diri Naruto.

"Sekarang kau sudah memiliki apa yang seharusnya kau miliki, kekuatan iblismu beserta buku panduan pemakai."

"···Eh?"

"Lupakan. Aku··· minta maaf, atas nama diriku dan Kushina tidak bisa menemanimu sampai kau dewasa. Bukannya memberimu sesuatu, kami malah membuatmu berada dalam keadaan tak menyenangkan. Sekali lagi, mohon maafkan kami." Tubuh Minato perlahan memudar lalu terurai menjadi cahaya.

"Terima kasih, ayah."

Flashback off.


'Kau benar, Fave. Sudah saatnya mereka menyesal telah menghina seorang anak pahlawan.' Naruto memasang seringai di bibir pucatnya.

Wuust!

Riser melesat ke arah Naruto dengan kedua tinjunya yang sudah terlapisi api.

Namun··

Dught!

Brak!

Bukan, suara itu bukan berasal dari Naruto. Melainkan Riser yang terpental secara ajaib dan menabrak dinding hingga menghasilkan sebuah retakan 'jaring laba-laba' pada dinding tak bersalah yang mau tak mau harus menjadi landasannya.

Penonton. Terutama para tetua, terkejut melihat apa yang baru saja terjadi. Tentu saja, mereka tahu teknik itu. [Gravity Shockwave] salah satu cabang kekuatan khusus keluarga Namikaze, [Gravity Manipulation]. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, teknik itu dikeluarkan seorang 'Iblis Produk Gagal'.

'Oh yeah! Itu keren sekali.' Naruto, walaupun nafasnya terengah-engah, masih sempat untuk menyampaikan kekagumannya.

[Bodoh! Menggunakan teknik itu memakan energi yang sama saat kau memakai Balance Breaker!]

'Begitukah? Lantas bagaimana? Baru teknik itu yang sudah terunduh sempurna oleh otakku.'

[Begitu ya? Kalau begitu terserahmu saja.] Faverius melepaskan tanggung jawab sepenuhnya pada Naruto. Sepertinya ini situasi yang rumit, bahkan untuk Naga sepertinya.

Mendengar ucapan naganya. Alih-alih takut dan was-was, Naruto malah makin melebarkan seringaiannya.

"Waktumu telah habis, Phenex." Suaranya terdengar rendah dan dalam.

Flash!

Menggunakan [Flash God Step] andalannya, Naruto muncul di belakang Riser.

[Gravity Shockwave]

Dught!

Kembali. Riser secara ajaib terpental jauh, menimbulkan luka-luka disekujur tubuhnya yang tentu saja di regenerasi dengan cepat.

"Ah, kekuatan regenerasimu itu membuatku kesal, tahu?" Dengan langkah pelan Naruto berjalan ke arah Riser yang masih berusaha bangkit.

"Akan kubinasahkan kau, Namikaze!" Teriak Riser yang sudah berhasil bangkit dan kini terbang rendah dengan sayap apinya.

"Omong kosong."

Deg!

Sebuah suara rendah tanpa emosi dapat ia dengar dari belakangnya. Dengan gerakan patah-patah Riser menengokan kepalanya hanya untuk menjumpai Naruto yang sudah siap memukulnya dengan tinjunya yang terselimuti api berwarna putih.

Dught!

Naruto memukul pipi Riser yang secara kebetulan sedang melihat kearahnya hingga terbang lurus kedepan.

Flash!

Tak cukup sampai disitu, Naruto kembali muncul di jalur terbang Riser.

Duagght!

Dengan kekuatan penuh. Menggunakan kaki kirinya yang terselimuti seika, Naruto menendang Riser hingga terpental keudara.

Flash!

Lagi! Kali ini Naruto muncul di atas Riser dengan seika yang membentuk mata bor di tangan kanannya.

Dugh!

Blarr!

Sebuah combo! Naruto sukses menghantamkan tinju kanannya pada perut Riser dan membuatnya 'melandas turun' dan menghasilkan kerusakan parah pada 'medan landasnya'.

Gerakan itu. Yah, Naruto meniru gerakan ayahnya yang ia gunakan untuk menyerangnya pada pertemuan mereka.

Merasa belum puas, Naruto yang masih di udara menyatukan dan membuat celah antara keduanya. Dengan cepat seika terkonsentrasi dan terkumpul pada celah di tangannya.

[Holly's Fire Ball]

Serangan penghabisan! Bola api Naruto yang beraliran suci melesat ke arah Riser.

Namun··· setelah itu semuanya menjadi gelap baginya.


Naruto POV

Lemas. Satu hal yang mebdominasiku saat ini, selain bingung tentunya.

Bingung. Tentu saja, yang kuingat aku sedang menghajar Phenex habis-habisan. Aku tak tahu kenapa, mungkin aku lepas kendali, lagi.

Dan sekarang aku sudah berada disini, sebuah tempat penuh bau obat-obatan. Aku tak tahu dimana, mungkin Rumah Sakit, yah? Kenapa aku tak tahu? Itu karena aku belum membuka mataku sama sekali, aku rasa aku terlalu lemas untuk melakukannya.

"Berapa lama lagi?"

"Saya tak tahu, tapi saya harap anda bisa lebih bersabar."

Dapat kudengar sayup-sayup seseorang mengobrol. Ah! Aku tahu suara itu, Rias. Tapi dengan siapa ia bicara dan apa yang dibicarakannya aku tak tahu.

Dengan perlahan kubuka mataku. Silau! Kukerjapkan mataku beberapa kali untuk mencoba menyesuaikan mataku dengan cahaya.

Putih. Sebuah ruangan dengan interior serba putih adalah hal yang pertama kali bisa dilihat indera pengelihatanku. Benar, sepertinya ini sebuah ruang perawatan Rumah Sakit.

Dan··· Crimson. Ah, itu Rias. Dia berdiri dan mengobrol dalam posisi membelakangiku.

"Enggh." Berniat memanggil Rias, hanya sebuah erangam lemah yang mampu kukeluarkan. Ah, sepertinya keadaanku sekarang benar-benar buruk.

Mendengar eranganku, Rias sontak berbalik ke arahku serta duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang.

"Naruto-kun? Naruto-kun! Kau sudah siuman." Rias kelihatannya sangat senang, memangnya seberapa parah kondisiku ini?

Aku mencoba bangkit untuk sekedar duduk di ranjang, namun tak bisa. Sekujur tubuhku benar-benar terasa lemas.

"Jangan paksakan dirimu, Naruto-kun. Kau masih harus banyak beristirahat." Rias tersenyum lembut. Ah, manis sekali.

"Tunggu sebentar, aku akan memanggilkan dokter." Rias pun berlalu dan menghilang di balik pintu.

Cklek.

Pintu kembali terbuka. Bukan Rias, melainkah seorang tinggi berambut hitam yang masuk ke ruangan ini.

Itu Sairaorg! Ya, kami adalah teman. Sairaorg adalah salah satu Iblis seangkatan yang mau berteman denganku, selain Rias dan Sona tentunya.

Dan, kami cukup akrab. Katakanlah persamaan yang membuat kami dekat. Persamaan? Yah, dulu kami disebut dengan 'dua iblis gagal' oleh Iblis lain.

"Naruto! Aku langsung kesini saat Rias bilang kau sudah sadar." Ah, jadi Rias yang memberitahunya.

"Kau tahu? Para tetua memintamu untuk mengikuti Rating Game antar Iblis Muda sebagai perwakilan dari Extra-Devil."

Jadi begitu, setelah pertarungan itu para tetua brengsek itu mulai mengubah cara pandangnya padaku. Dan··· Rating Game antar Iblis Muda? Sepertinya menarik, ditambah Sairaorg lah Iblis Muda nomor satu saat ini. Yah, kurasa sekarang sudah saatnya untuk memunculkan 'mereka'. Siapa 'mereka'? Mereka adalah orang-orang yang bersedia menjadi pengikutku, dengan sedikit permainan kata tentunya. Walaupun belum di reinkarnasi, tapi mereka cukup setia padaku.

Cklek.

Pintu kembali terbuka, kali ini Rias dan seorang lagi yang berdandan ala dokter di Dunia Manusia masuk keruanganku.

"Kau sudah sadar? Apa kau merasa tubuhmu kaku? Itu normal, karena kau sudah dua minggu tak bergerak." Dokter itu menerangkan.

Tunggu dulu! Dua minggu?! Lagi?

Naruto POV End.


-Skip Time-

Terlihat Naruto dan Rias sedang duduk bersama di sebuah sofa di Apartement Naruto. Sudah tiga hari sejak Naruto diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit Dunia Bawah. Dan sudah tiga hari pula Rias tinggal di Apartementnya, tentu saja secara sepihak Rias yang secara mutlak memutuskan dan seperti biasa ia tak bisa menolak.

Saat ini mereka tengah menunggu kontak dengan Mesphito Pheles, seorang Extra-Devil yang sekarang menjadi ketua asosiasi penyihir untuk memberikan daftar dokumen penyihir yang ingin membuat kontrak dengan Naruto.

"Rias·· apa kau tahu bagaimana keadaan Riser Phenex setelah pertarungan itu?" Jujur ia merasa bersalah dan menyesal telah membuat babak belur atau mungkin membunuh Riser dengan api sucinya. Tapi apa hendak dikata? Penyesalan selalu datang terlambat, kan?

"Dia hidup. Souji Okita-san berhasil menyelamatkannya dari bola api anehmu. Bisa kamu jelaskan?" Rias meminta penjelasan. Tentu saja, karena sampai saat ini ia tak tahu apa-apa soal kekuatan kekasihnya itu.

Naruto, yang sedang menyortir evil piecenya jujur merasa lega mendengar Riser masih hidup. Souji Okita, [Knight] Nii-samanya itu memang memiliki kecepatan yang luar biasa. Andai saja ia punya budak seperti itu.

Naruto meletakan dua buah [Knight], dua [Bishop], dan satu [Rook] di atas meja.

"Nanti aku jelaskan." Ujarnya pada Rias yang meminta penjelasan soal kekuatannya.

"Itu·· untuk mereka, ya?" Tanya Rias saat melihat beberapa bidak yang Naruto letakan di atas meja.

Yah, Rias adalah salah satu yang tahu perihal calon budak iblisnya.

Mendengar pertanyaan kekasihnya, Naruto menganggukan kepalanya singkat.

Tiba-tiba muncul sebuah lingkaran sihir di lantai Apartement, memunculkan hologram seorang pria paruh baya berwarna rambut campuran merah-biru sedang duduk dengan elegan di sebuah kursi. Ya, itulah Mesphito Pheles.

[Hallo, Naruto-kun dan·· ah, ada Rias-chan juga. Ternyata rumor yang mengatakan kalian tinggal serumah itu benar.] Ujar pria yang juga berwarna mata merah-biru tersebut berbasa-basi.

Naruto menganggukan kepalanya. Ia tak suka basa-basi, ia lebih suka To the Point.

[To the point seperti biasa, heh? Baiklah, aku akan kirim dokumen penyihir yang ingin membuat kontrak denganmu.] Orang itu terlihat menggerak-gerakan jarinya sebelum akhirnya lingkaran sihir lain muncul di lantai apartement. Lingkaran sihir itu memunculkan setumpuk dokumen.

[Pertarunganmu dengan Riser Phenex-kun beberapa waktu lalu sepertinya berakibat pada banyaknya tawaran. Sampai jumpa lain waktu.] Lingkaran sihir menghilang dari lantai Apartemen.

Ah, jadi begitu. Pertarungannya dengan Phenex itu cukup menarik perhatian para penyihir. Namun kali ini ia tak berniat membuat kontrak, ia hanya berniat untuk mencari calon anggota keluargannya.

Naruto mengambil dokumen paling atas dan melihatnya. Sebuah senyum mengembang di bibirnya, dengan tangan lainnya ia mengambil sebuah bidak dari papan. Bidak [Queen].

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Naruto seraya menyerahkan dokumen di tangannya pada Rias.

"Jadi·· Ratu?"

Naruto menganggukan kepalanya.

"Kamu yakin."

"Tidak. Aku sangat yakin, Hime."

To Be Continued.


Author Notes:

Oke! Sekian chapter 7.

Ya, Naruto akan ikut andil dalam Rating Game Iblis muda. Dan sudah diketahui, [Queen] Naruto berasal dari golongan penyihir. Tapi, jujur untuk bidak lain saya masih tak tahu. Mungkin kalian-reader-punya saran untuk bidak lain? Jika iya tolong beritahu saya, tapi kalau bisa jangan yang terlalu overpower, karena saya ingin buat Naruto bermain memakai taktik, bukan kekuatan.

Yah, cukup sekian. Akhir kata, seperti biasa mohon reviewnya!

See you in next chap··