Baddest Male

Summary:

Park Chanyeol ialah seorang lelaki tampan yang mapan. Mansion, jaguar, dan wanita adalah hidupnya. Ia sangat tahu bagaimana cara bersenang-senang dengan uangnya. Hidupnya baik-baik saja bahkan nyaris sempurna sampai akhirnya Byun Baekhyun mantan kekasihnya datang dan memintanya merawat bayi mereka. Apa kau bercanda?

Rated:

T+ (dianjurkan untuk 15 tahun ke atas)

Cast :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

And other EXO member.

Apa hal terbaik yang Park Chanyeol lakukan di pagi hari setelah sex panasnya dengan wanita?

Jawabannya ialah menerima telepon kebencian dari Kim Jongin.

Pembicaraan itu diputus secara sepihak oleh Jongin. Chanyeol mengerang kesal dibalik selimutnya. Ia buru-buru melompat turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia mengancing kemejanya dengan hati-hati sambil melihat tubuh sempurnanya di depan cermin besar.

Chanyeol duduk di pinggir ranjang. Ia mengambil jam tangan mahalnya di meja dan melingkarkannya ke pergelangan kirinya. Ia menggapai jaket kulitnya dan memakainya lalu keluar dari hotel meninggalkan wanita yang menemaninya kemarin malam dan tak berbalik lagi. Urusan cinta satu malamnya sudah selesai dan ia harus bertemu Kim Jongin.

Di depan hotel, mobil mewahnya sudah terparkir dengan rapi. Chanyeol tersenyum kearah petugas hotel yang menunggunya di depan. Setelah itu ia melompat naik ke jaguar mewahnya. Satu-satunya benda yang berhasil membuat Chanyeol mengeluarkan banyak uang untuk memolesnya selalu tampak seksi agar bisa menggaet para wanita.

Jaguar mahal itu memasuki sebuah mansion mewah. Chanyeol memarkirkan kekasihnya—si jaguar—berjejer dengan tujuh mobil mewah lainnya. Pria itu kemudian berjalan santai ke dalam mansionnya yang bergaya artistik dengan beberapa lantai. Luasnya bisa mencapai puluhan atau mungkin ratusan hektar. Fasilitasnya sangat luar biasa. Tempat gym pribadi, kolam renang, teater, hingga lapangan golf dengan karpet hijau—Chanyeol memang cukup kaya untuk memiliki semua ini.

Ada banyak kamar di rumah sebesar ini namun hanya ada dua kamar khusus yang di desain untuk pemiliknya. Satu kamar Chanyeol dan satu kamar lagi milik Jongin yang masing-masing menghadap ke taman belakang dengan pemandangan yang sangat indah.

Bagaimana bisa Chanyeol tinggal serumah dengan Kim Jongin?

Dua lelaki itu bersahabat sejak tinggal di Amerika. Mereka memutuskan kembali ke Korea setelah lulus dari universitas dan melanjutkan bisnis masing-masing milik keluarganya. Maka dari itu tak heran bagaimana mudahnya Chanyeol menghamburkan uangnya.

Mereka memutuskan tinggal bersama karena merasa memiliki banyak kesamaan dan cocok berteman. Mereka bekerja di bidang bisnis yang sama, lalu sama-sama menyukai privasi hingga mereka memutuskan tinggal di tempat yang agak jauh dari keramaian. Karena itu mereka sepakat membeli pondok tua yang agak jauh dari perkotaan dan mengubahnya menjadi mansion mewah yang layak ditinggali. Persamaan lainnya mereka sangat pandai menghabiskan uang untuk ke pesta, memoles barang mewahnya seperti kendaraan yang harganya milyaran, sampai menghamburkan uang untuk wanita. Tapi Jongin lebih melibatkan perasaan saat berurusan dengan wanita. Terbukti dari setianya ia tinggal disisi Kyungsoo selama hampir setahun. Tidak seperti Chanyeol yang hanya mempunyai hubungan satu malam.

Chanyeol mendengar suara mesin mobil. Mungkin saja Jongin sudah pulang dari liburannya. Ia segera melesat ke parkiran, dan benar saja. Mobil mercy sahabatnya itu baru tiba.

"Hei Kim Jongin!"

Wajahnya sangat senang saat melihat Chanyeol berjalan kearahnya dengan senyum sumringah yang menurut Jongin bodoh. Chanyeol bersemangat memberikan sebuah pelukan sampai ia sadar sesuatu di bagian bawahnya sakit luar biasa. Wajahnya bahkan memerah karena menahan sakit.

Jongin menendang kelaminnya.

Chanyeol memegang bagian yang sakit dengan ekspresi menyedihkan. Tubuhnya melengkung menahan sakit. Sialan.

"Apa-apaan kau?"

"Itu bayaran karena kau memberiku DVD yang tidak-tidak!"

Dengan geram Jongin meninggalkan temannya tanpa rasa kasihan sedikit pun. Ia membawa ransel besarnya masuk ke dalam rumah. Chanyeol memanggilnya namun pria itu memilih untuk menjadi tuli hingga akhirnya Chanyeol putus asa dan menutup mulutnya.

Sebuah mobil lain terlihat memasuki pekarangan. Seorang pria tampan dengan tubuh tinggi tegap melepas kacamata hitamnya dan melenggang santai ke arah Chanyeol.

"Kau baik-baik saja?"

Chanyeol menoleh dan mendapati Sehun sedang menepuk punggungnya prihatin.

"Apa melihatku seperti ini masih baik-baik saja menurutmu?", balas Chanyeol dengan nada bicara setengah membentak. Sehun terkekeh pelan. Pria itu melipat kedua tangannya di dada dan menonton Chanyeol. Menurutnya ini sangat menarik.

"Kali ini apa yang kau lakukan sampai Jongin menghancurkanmu? Biasanya ia hanya meninjumu. Tebakanku kali ini kau sudah keterlaluan"

Chanyeol menegakkan tubuhnya dengan susah payah. Ia merasa lebih baik walau tidak dipungkiri masih merasa nyeri di bagian bawahnya.

"Menurutku dia terlalu sensitif"

"Jadi apa yang kau lakukan?"

"Aku hanya memberinya sebuah film bagus untuk ditonton selama liburan ke puncak dengan Kyungsoo tapi ia malah memberiku hadiah tendangan"

Sehun mengernyit. Ia memandang Chanyeol cukup lama sampai akhirnya menyeringai misterius. Ia kemudian berbisik pelan di telinga Chanyeol.

"Apa latarnya menggunakan ranjang dengan artis telanjang?"

"Kau sangat pintar"

"Tentu saja Jongin menghajarmu. Kau harus berterimakasih karena ia tidak membunuhmu", Sehun tertawa keras.

"Jongin pasti mendapat tamparan dari Kyungsoo, kata putus, lelaki kurang ajar atau semacamnya. Kau pikir Kyungsoo sama seperti wanita lain yang pernah kau tiduri?"

"Jadi aku salah?"

"Menurutmu bagaimana? Pantas saja Jongin pulang lebih cepat dari tanggal seharusnya"

Sehun terkikik menyadari kebodohan Chanyeol sedangkan temannya itu hanya mengumpat kesal. Sehun berusaha memberinya kata penghiburan sebelum masuk ke dalam.

"Tenang saja, Jongin tidak akan bisa marah terlalu lama denganmu"

Kata penghiburan itu tidak sepenuhnya benar. Buktinya Jongin mogok bicara dengan Chanyeol. Ini bahkan sudah tiga hari. Jongin sengaja berangkat pagi sekali agar tidak bertemu Chanyeol dan pulang lewat tengah malam. Chanyeol sudah meminta maaf tapi temannya itu tidak menggubrisnya sama sekali. Pria itu benar-benar menyesal. Jika ia tahu Jongin akan seperti ini, ia tidak akan bertindak iseng dengan DVD sialan itu.

Tapi mengingat efek perbuatan Chanyeol, sangat pantas ia mendapat sikap dingin Jongin. Bayangkan saja ia menghancurkan acara lamaran Kim Jongin untuk kekasihnya. Sehun yang menjadi penengah berusaha menanyakan kejadian yang sebenarnya terjadi dan melaporkannya pada Chanyeol. Maknae itu bahkan memberikan Chanyeol pukulan di kepala karena menurutnya Chanyeol memang teman terburuk yang pernah ada.

Saat liburan di puncak waktu itu, Jongin sudah menyiapkan rencana untuk melamar Kyungsoo dengan cara romantis. Taman, lilin, bunga, dan cincin. Tapi karena merasa gugup, ia memutuskan untuk menonton film terlebih dahulu sebelum mengungkapkan isi hatinya. Teringat film rekomendasi yang Chanyeol berikan, Jongin memutuskan untuk menontonnya dengan Kyungsoo. Sialnya itu video porno. Harusnya Jongin tahu ada yang tidak beres saat Chanyeol tiba-tiba turun dari tangga di pagi hari dan memberikannya sebuah DVD. Chanyeol memang tidak pernah bisa dipercaya dalam hal apapun. Alhasil Jongin sudah ditolak bahkan sebelum ia mengutarakan niatnya untuk mengajak Kyungsoo naik ke pelaminan.

-Baddest Male-

Chanyeol masih mengingat kalimat kutukan yang diberikan Jongin dengan jelas pagi tadi. Ia mengatakan agar Chanyeol berhati-hati karena dosa-dosanya akan datang dengan balasan yang tidak pernah ia bayangkan. Chanyeol menganggap itu angin lalu karena ia yakin Jongin tidak benar-benar berniat mengatakannya. Ia mungkin terbawa emosi karena Chanyeol membahas soal Kyungsoo.

Kalimat seperti.

"Sialan!"

"Semoga kau cepat mendapat hukum karma"

Diucapkan Jongin berulang kali hingga Chanyeol yang tidak tahan memilih keluar dari rumah dengan mobil kesayangannya.

Dan disinilah Chanyeol berada sekarang. Di sebuah toko roti untuk sarapan. Bukan hanya sarapan, ia juga membuktikan kalau segala ucapan Jongin soal hukum karma bukan hanya omong kosong.

"Chanyeol, aku hamil"

Chanyeol mengedip beberapa kali. Ia bahkan masih tidak mengerti kenapa ia duduk satu meja dengan wanita di depannya.

Kalian bingung? Baiklah, aku—Chanyeol—juga sama bingungnya. Jadi mari kita berbalik ke satu jam yang lalu saat aku baru bangun tidur. Dengan langkah malas aku turun dari tangga menuju dapur untuk sarapan. Dan betapa terkejutnya aku melihat Jongin masih ada di rumah pada jam delapan pagi. Pria itu sedang mengoles mentega untuk roti tawarnya. Biasanya Jongin sengaja berangkat ke kantor pagi sekali untuk menghindariku. Apa Jongin sudah tidak marah lagi? Mencoba mencairkan suasana dingin di meja makan, aku mengajaknya membahas soal Kyungsoo dan tanpa aku pikirkan sebelumnya itu hanya memperburuk keadaan. Jongin tersulut emosi dan mengeluarkan sumpah serapahnya. Dengan menahan geram aku mengambil mantel dan kunci mobil lalu melesat pergi untuk sarapan di luar.

Dan secara tidak sengaja aku bertemu wanita ini. Ia mengatakan bahwa ia adalah mantan kekasihku. Aku tidak bisa mengingatnya karena begitu banyak wanita yang pernah ku ajak berpacaran atau hubungan one night stand.Melihat wajahnya yang cantik, aku langsung pura-pura menyapanya dengan senyum ramah. Mungkin dengan sedikit obrolan singkat, aku bisa mengajaknya berkencan. Masa bodo ia pernah berhubungan denganku atau apa.

Ternyata keputusanku untuk menerima ajakannya bicara adalah salah besar. Setelah ia mengatakan bahwa ia hamil, aku langsung mengingatnya dengan jelas. Dia adalah Byun Baekhyun. Mantan kekasihku yang ke—entahlah aku tidak bisa mengingatnya. Tapi aku ingat pernah berpacaran dengannya. Aku mengenal Baekhyun saat acara amal di sebuah hotel. Acara itu dikhususkan untuk para pengusaha yang ingin menyumbangkan uangnya. Kebetulan acara itu adalah acara yang di atur teman dekatku Kris, sehingga mau tidak mau aku harus datang menghormati undangannya. Baekhyun adalah salah satu MC-nya. Wanita ini cerdas dan berwawasan luas. Ia juga baik hati dan perhatian pada sekitarnya. Awalnya Chanyeol hanya iseng mendekatinya, tapi tak disangka wanita ini langsung tertarik padanya dan mereka memutuskan untuk berkencan.

Kutatap wanita di depanku. Baekhyun bisa dikatakan cantik. Dia punya rambut lurus dengan panjang sebahu yang dibiarkan tergerai dengan warna coklat gelap. Tubuhnya langsing dan kulitnya bersih. Aku bisa tahu kalau ia merawat tubuhnya dengan sangat baik. Pagi ini ia mengenakan dress selutut berwarna pastel dipadu blazer berawarna soft pink. Kakinya mengenakan sepatu high heels dengan warna senada.

Tapi saat ini aku tidak punya waktu untuk terhipnotis pada kecantikannya, melainkan pada apa yang barusan dia katakan padaku.

"Kau bilang apa?", kataku pada akhirnya.

Wanita itu menghela nafas. Meraih cangkir tehnya dengan tangan gemetar lalu meneguknya dengan gugup.

"Aku hamil"

Aku nyaris tertawa. Nyaris. Tapi sebelum itu, aku harus memikirkan hal ini baik-baik. Dari sekian banyak masalah soal wanita, aku memang sering mendengar kalimat semacam ini. Mengatakan mereka hamil dan menuntut pertanggungjawabanku. Disaat aku meminta bukti bahwa yang mereka kandung memang anakku, mereka justru menangis tersedu-sedu lalu mengataiku keparat dan semacamnya.

Aku bukanlah orang bodoh atau kelewat polos seperti Jongin yang mungkin akan bertekuk lutut setelah mendengar wanita mengatakan "Aku hamil anakmu" lalu berjalan ke altar dan lonceng gereja pun berbunyi. Setelah itu dengan lantang berikrar di depan pendeta dan Tuhan, "Aku bersedia."

Tidak. Aku bukan orang yang seperti itu.

Aku adalah Park Chanyeol. Seorang CEO perusahaan besar dengan penghasilan ratusan juta. Asetku dimana-mana, aku bahkan memiliki pulau pribadi. Kalian bisa katakan kalau aku seorang bajingan. Aku tidak keberatan soal itu. Tapi kalian lupa kalau aku tidak bodoh. Aku salah satu lulusan terbaik universitas terkenal di Amerika. Aku tidak akan termakan omong kosong seperti yang wanita ini katakan sekarang.

Jika ada wanita yang mengaku hamil, aku tekankan mereka hanya ingin memerasku. Saat aku membawanya ke rumah sakit untuk tes DNA, tidak pernah satupun terbukti itu bayiku. Sekalipun ia hamil, itu bukan anakku.

Kali ini wanita di depanku akan mengalami hal yang sama dengan wanita-wanita lainnya. Aku akan menyeretnya ke rumah sakit hingga semua kebohongannya terbukti.

Aku ingat berkencan dengan Baekhyun dua bulan yang lalu. Kami putus karena ia melihatku mencium wanita lain. Walau sudah ku tekankan kalau aku tidak pernah serius dalam berhubungan, kurasa wanita ini terbawa perasaannya sendiri. Samar-samar aku mengingat ia menamparku di depan banyak orang dan menangis tersedu-sedu. Ia mengatakan menyesal mempercayaiku dan menyerahkan semuanya. Mungkin aku pernah tidur dengannya hingga ia begitu emosional saat meminta putus. Entahlah, ingatanku benar-benar payah.

"Kau yakin bayi yang kau kandung adalah anakku?"

"Aku sudah tahu kau akan bilang begitu"

"Menurutku pertanyaan yang ku berikan masuk akal. Kita sudah berpisah lebih dari dua bulan dan hal apapun bisa terjadi"

Wanita itu mendesah berat. Aku tidak yakin benarkah yang aku lihat, tapi aku yakin ia sedang menahan geram.

Salah satu alisku naik sebelah, "Kau tidak berpikir aku akan termakan umpanmu kan?"

Wanita itu tersenyum, "Aku yakin ini bayimu karena aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun setelah putus darimu"

Aku menatap wanita di depanku. Berharap menemukan gerak-gerik mencurigakan yang aku yakini ia sedang berbohong. Tapi wanita ini terlalu tenang.

"Kau bisa tes DNA jika kau mau"

"Tentu kita akan tes untuk membuktikannya, tapi jika tidak terbukti—"

Dia memotongku. Masih dengan tersenyum tenang, "Aku tahu konsekuensinya. Melihatmu populer di kalangan wanita, aku yakin aku bukan wanita pertama yang mengaku hamil anakmu"

"Well, thank you"

"Itu bukan pujian"

Senyumku langsung menghilang. "Jadi apa yang kau inginkan jika itu memang anakku? Pernikahan?"

Wanita itu menggeleng. Aku mengernyit heran.

"Uang? Rumah? Mobil?", Aku tidak suka menikah karena terpaksa tapi aku sungguh tidak keberatan jika materi yang ia inginkan. Aku bisa menyiapkan semuanya. Bahkan jika ia menginginkan aku membiayai hidupnya dan bayinya, aku bisa melakukannya, jika perlu hingga anak itu tumbuh dewasa. Tapi jawaban yang aku terima selanjutnya sungguh melukai harga diriku.

"Aku tidak ingin menikah denganmu Chanyeol, kau jelas-jelas adalah suami terburuk di muka bumi. Kau bahkan tahu itu"

Mendengar cara wanita ini bicara, aku yakin ia masih dendam padaku. Soal aku berselingkuh darinya di masa lalu. Mungkin setelah ia tahu aku bermain-main dengan banyak wanita, ia punya banyak alasan untuk membenci dan menolakku. Setelah apa yang ia berikan, aku justru membalasnya dengan luka.

"Lalu?"

"Sejujurnya aku baru tahu aku hamil seminggu yang lalu. Ternyata kandunganku sudah hampir dua bulan. Aku tidak menyangka aku akan hamil anakmu. Aku bahkan tidak memimpikannya seumur hidup. Lagipula aku belum siap menjadi seorang ibu"

"Jadi kau akan menggugurkannya?", Suaraku sedikit bergetar. Aku merasa asing dengan suaraku sendiri. Apa wanita ini benar-benar berniat membunuh bayi yang tidak berdosa? Sekalipun aku bajingan, aku tidak pernah berpikir membunuh seseorang.

"Aku tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, lagipula aku masih terlalu muda untuk punya anak"

"Kau bercanda? Kau sudah dewasa, kau sudah dua puluh empat tahun. Kau hanya mengarang alasan karena kau tidak menginginkan anak itu"

"Aku menginginkannya, sungguh. Tapi tidak sekarang. Aku baru memulai karirku, aku belum sukses dan melakukan sesuatu yang ingin ku lakukan"

"Well, itu egois namanya"

"Jika aku melahirkan bayi ini, aku akan sibuk bekerja, aku tidak akan punya waktu untuk mengurus—"

"Kau bisa berhenti dari pekerjaanmu. Jika itu memang anakku, aku berjanji akan memenuhi kebutuhan kalian berdua. Percayalah"

"Sudah ku bilang aku tidak butuh pernikahan ataupun uang"

Aku masih belum mengerti arah pembicaraan ini. Jika ia tidak menginginkan pernikahan, uang, atau pertanggungjawabanku, lalu untuk apa ia mengatakan ini padaku?

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Jika kau tidak ingin aku menggugurkan bayi ini, aku mau kau yang merawatnya"

Aku tertawa mendengar omong kosong yang Baekhyun katakan. Aku tidak pernah berpikir untuk merawat bayi manapun.

"Kau bercanda? Apa kau pikir aku bisa merawatnya?"

"Chanyeol, mungkin kau memang bukan suami yang baik, tapi aku yakin kau bisa menjadi ayah yang baik"

"Bagaimana bisa kau berpendapat seperti itu?"

"Ingat saat kau mengajakku ke salah satu panti asuhan anak penderita kanker? Kau tersenyum saat bersama anak-anak, memeluk mereka, bermain dengan mereka, memastikan mereka baik-baik saja, bahkan kau menyumbangkan uang pribadimu untuk beberapa panti asuhan"

Aku terdiam. Aku memang sering mengeluarkan uangku untuk melakukan hal dermawan, sekalipun aku suka menghamburkan uang demi hal yang tidak berguna, tapi aku masih memiliki hati nurani saat melihat banyak orang miskin ataupun menderita di sekitarku.

"Aku bicara seperti ini karena kau ayahnya. Jadi kau berhak memutuskan. Bila kau ingin aku melahirkan anak ini, aku tidak keberatan, tapi jika tidak—"

"Jangan gugurkan dia"

Aku tidak tahu mengapa aku bisa bicara seperti itu. Entah bibirku bergerak sendiri atau apa. Tapi mendengar wanita ini akan menggugurkan bayinya yang juga bayiku, tidakkah artinya kami berdua akan membunuh nyawa tidak berdosa? Itu mengerikan. Aku tidak bisa tinggal diam saat tahu satu nyawa bergantung padaku. Entah itu anakku atau bukan, yang jelas aku harus menyelamatkannya terlebih dahulu.

"Anak siapapun itu, tetap saja kau tidak bisa membunuhnya", kataku dengan tenang.

"Aku tahu bahwa kau akan mengasuh anak ini", Baekhyun tersenyum lagi.

"Baekhyun, kau baik-baik saja?"

Kilatan di mata Baekhyun berubah begitu saja. Aku sedikit terkejut atas perubahan itu, namun aku tetap berlagak tidak terjadi apapun. Tidak banyak hal yang berubah dari wanita ini, ia tetap menawan seperti biasa. Mungkin karena alasan itulah aku betah berhubungan cukup lama dengannya. Baekhyun adalah satu-satunya wanita terlama yang aku kencani. Sekitar enam bulan.

"Tentu baik", Wanita itu kembali menghirup tehnya dan memandnag keluar jendela.

"Jadi kapan kita ke rumah sakit untuk melakukan tesnya?", tanya wanita itu.

"Secepatnya"

-TO BE CONTINUED-

Hai~ hai~

FF baru telah tiba. FF baru telah tiba. Hatiku gembira hehe.

Untuk sementara ini hanya chapter perkenalan ya, jika responnya bagus, author akan melanjutkan FF ini.

Berhubung FF author "ANTIFAN" sudah mau mendekati tamat, author berencana membuat FF pengganti.

Author juga mohon maaf buat yang nunggu "Love by Accident", author bener-bener ngeblank buat ngelanjutin FF itu T-T

Jujur author lemah kalau nulis FF School Life. Tapi gaya-gayaan buat bikin FF dengan tema sekolahan. Saya expertnya di FF yang banyak konflik hoho.

Tapi kalau ada ide, akan diusahakan lanjut. Mohon maaf –bow—

Ngomong-ngomong "Baddest Male" ini terinspirasi dari salah satu novel online karya seorang author dengan nama pena "Prince"

Special thanks buat beliau. Karyanya sangat menginspirasi.

Saya meminjam ide cerita, tapi untuk keseluruhan, alurnya berbeda kok.

Terimakasih untuk perhatiannya, mohon review ya. Semakin banyak review, peluang untuk dilanjut semakin besar hehe.

Salam dua jari –peace—hehe apalah ini.

Pai pai!~