Haruno Sakura. Kau—Uchiha Sasuke—mengenalnya, dia gadis yang pada masa kecilnya dahulu pernah mengatakan cinta. Cinta monyet, mungkin. Saat itu banyak hal dalam otak cerdas seorang Uchiha Sasuke sepertimu. Betapa dirimu merasa sangat muak kepada para gadis seperti dia. Fakta bahwa Haruno Sakura adalah gadis yang sama saja dengan gadis-gadis lain yang setiap hari berisik memanggil-manggil namanya, rasanya begitu jijik dan muak mendapati gadis seperti itu menjadi teman satu tim bersama dengannya.
Kemudian malam itu datang. Malam dimana seorang Haruno Sakura mengutarakan segala hal demi dirimu. Betapa ia ingin memberikan kebahagiaan kepadamu setiap hari jika kau mau tetap tinggal di desa ini bersamanya, bersama teman-teman yang—menurutnya—adalah saudara. Bohong. Sasuke tau itu hanya kebohongan dari mulut anak-anak seumuran dengannya belaka, Sasuke tahu suatu hari nanti Haruno Sakura akan menjadi orang yang sama saja dengan semua orang yang sudah meninggalkannya. Orang-orang yang pernah mengatakan betapa mereka begitu menyayangi sosoknya. Lagi pula Haruno Sakura hanya menyukai fisiknya saja. Sama seperti gadis lain.
Hanya saja lambat laun saat kau memperhatikannya diam-diam dalam tim tujuh, Haruno Sakura ternyata terlihat berbeda dengan yamg lainnya. Dia lebih menyebalkan. Dia suka sekali hampir saja mengacaukan konsentrasimu.
Semenjak kejadian dirumah Naruto, kau memilih untuk patroli sesering mungkin, bahkan kau melakukan patrol setiap hari, kamudian setelahnya kau hanya berdiam diri dirumah seperti sekarang ini. Enggan bersahabat dengan dunia lagi; istilahnya.
Bertahun-tahun meninggalkan desa, membuatmu nyaris melupakan segala hal tentang desa, kecuali Uzumaki Naruto—musuh besarmu. Sampai suatu hari ketika berada dimarkas orochimaru, Haruno Sakura hadir sebagai perempuan yang sudah lain—secara fisik—dimatamu,hanya saja ketika mata kalian bertemu, entah mengapa kau merasakannya kembali. Tatapan itu masih saja semenyebalkan dulu.
Betapa seorang Uchiha Sasuke dibuat muak dengan tatapan mata itu, betapa kau tidak suka melihat perempuan keras kepala yang masih saja tidak mau menyerah atas perasaan memuakan yang kau kira sudah hilang seja beberapa tahun silam. Kau benci mengakui semuanya, dalam hati sempat terlintas betapa kuat tatapan mata dari pancaran hati seorang Haruno Sakura.
Sekarang segala hal berputar begitu kencang, saking kencangnya hingga membuat Uchiha Sasuke tidak yakin siapa dirinya saat ini.
Dulu roda membawa Sakura berpacu mencari sosoknya, namun kini roda melindas Sasuke yang dulu tak tersentuh.
Fakta bahwa Seorang Uchiha Sasuke kini menjadi sosok yang mencari orang yang dulu mencarinya mati-matian.
Kendali seorang Uchiha sudah hilang bersama sosok itu. Haruno Sakura lagi-lagi mengacaukan konsentrasinya
Mungkin benar adanya, dalam hidup ini kita seperti roda sepeda yang tengah berputar, Sasuke pernah menjadi ban depan—dimana sosok Haruno Sakura menjadi ban belakang yang senantiasa mengejar—kemudian segalanya seperti sulap simsalabim… Sasuke seperti dipukul pimgsan, kemudian terbangun dengan menjadi ban balakang yang seharusnya mengejar ban didepannya... namun lagi-lagi sulap terjadi…
…Ban depan yang harusnya dikejar sudah menghilang jauh-jauh hari ketika Sasuke tidak sadarkan diri.
DISCLAIMER : NARUTO milik MASASHI KISHIMOTO
Dimana Sakura is Mine
RATED T
WARNING : masih banyak typo(s), fic ini masih banyak kekurangan.
FLAME? WHAT A FLAME?
Fic ini saya persembahkan untuk teman dunia maya saya tersayang : Nur Laili Sakanti
Kakashi Hatake memandang senja yang dipenuhi awan hitam. Otaknya berusaha mencari solusi dari segala hal yang saat ini sedang menjadi perenungan dari beberapa orang disekitarnya.
Segala hal terjadi diluar kendali dan kuasanya. Ketika ia bertanya tentang siapa yang patut disalahkan dari semua ini, sesuatu dalam dirinya merasa bahwa dialah orang yang juga turut andil dalam musibah besar yang menimpa murid perempuan kesayangannya. Faktanya orang lain juga melakukan hal yang sama. Mereka menyalahkan dirinya masing-masing. Semua orang merasa bersalah.
Kemudian opsi selanjutnya—yang sampai sekarang menjadi alasan paling kuat—tentang siapa yang bersalah adalah sang keturunan terakhir Uchiha.
Dimana letak kesalahan pemuda itu jikalau saat yang bersamaan dengan musibah itu, dia sedang tidak sadar? Dia tidak patut disalahkan. Pemuda itu bahkan tidak tahu apa-apa.
Mungkin beberapa orang masih menyimpan catatan kelam tentang bagaimana perlakuan buruknya terhadap Haruno Sakura, tapi bukankan itu hanya kepingan masalalu saja? Bukan pokok utama dari segala hal yang saat ini menyiksa semua orang seperti ini? Bukannya bodoh, tentu saja Kakashi menyadarinya, bagaimana perasaan tersiksa seperti ini juga dirasakan oleh orang yang selama ini disalahkan? Sasuke juga tersiksa, bahkan bisa saja lebih tersiksa.
Kakashi tersenyum sendu dibalik maskernya. Seperti ini 'kah jalan dari kedua muridnya? Saling mencari tetap akhir? Haruskah? Lalu untuk apa dulu Sakura harus berjuang?
Meskipun turut andil bersembunyi dibalik topeng diam, Kakashi ingin sekali membuat murid perempuan kesayangannya memetik hasil dari yag perjuangannya selama ini.
"Aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri,"
Kakashi menoleh, memandang seseorang yang tengah memandang datar kearahnya,
"Aku tahu kau menyayanginya, tapi bagaimana dengan perasaanya selama ini pada pemuda itu pun kau menyadarinya, iya 'kan? Kazekage Gaara?"
Putaran takdir yang seperti bumi berevolusi membawa segala hal dalam dunia kelam ini menjadi tidak benar-benar abadi. Seperti halnya orang baik berhati malaikat yang menjelma signifikan menjadi malaikat berhati keji. Namun inilah hidup… semua orang selalu merasa pantas menghakimi. Memberi sangsi dari setiap titik masalalu kelam perbuatan-perbuatan jahatnya.
000
Gaara memperbaiki posisi tidurnya, selama ini ia ikut andil dalam hal ini. Perasaan ambigunya pada gadis itu memkasa keegoisan ini menutup mata hatinya sendiri. Uchiha Sasuke, nama itu membuat segala hal yang sudah rapi dalam hidupnya goyah. Gaara tidak kenal kata takut, bahkan kematian yang siap ia terima dalam peperangan pun bukan hal yang perlu dipusingkan. Namun segala sesuatu yang ada didunia ini pastilah akan kembali kepada jalan yang sudah ditetapkan oleh Kami-sama sejak awal.
Perasaan ini timbul dari pertemuan-pertemuan singkat mereka.
Pertama kali melihat cara bertarung seorang Haruno Sakura, membuat bekuan dalam netra lumut Gaara mencair sedikit demi sedikit, rasa kagum itu timbul secara alami, kemudian berubah menjadi mata pisau yang sekarang menggores hatinya perlahan-lahan.
Sakura dan masalalunya bukanlah hal yang besar. Gaara bisa menerima segala pembicaraan betapa Sakura dulu pernah setengah mati mencintai missing-nin yang saat itu bergabung dalam Aliansi. Namun fakta bahwa lelaki itu masih menjadi prioritas dalam hidupnya, membuat Gaara tidak yakin apakah harus tetap menyimpan perasaan ini kepada gadis itu.
Kami-sama sudah mengatur segala hal yang ada dalam hidup masing-masing setiap orang, dan Gaara jelas melihat bagaimana gadis berhati malaikat bersayap itu pada hari itu kehilangan sayap-sayap indah yang membuat Gaara pertama terpesona. Musibah yang membuat segala hal dalam hidupnya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Musibah yang menimpa gadis itu, musibah pada dirinya.
"Sakura punya jalan takdirnya Gaara…"
Gaara menatap perempuan itu tanpa emosi, "Berhentilah berada ditengah jalan takdirnya."
Gaara memandang datar perempuan yang terpaut beberapa tahun lebih tua darinya tanpa berniat mengemukakan apa yang ingin ia suarakan sebagai pembelaan. Baru kali ini ia merasa kalah sebelum berperang.
Gaara tahu dan sangat mengetahuinya dengan baik. Ia turut andil, dan juga menjadi orang yang pertama kali menyetujui hal yang sekarang sedag menjadi pisau-pisau kecil dalam benaknya. Betapa ia gusar ketika perkiraannya tentang lelaki itu meleset begitu jelas. Gaara menyetujui kegilaan ini, bersembunyi dibalik topeng persahabatan dengan gadis itu, kelakuan licik inilah yang membuat segalanya berputar-putar.
Temari memandang jade hijau pucat milik adiknya, ia tahu bahwa pemuda itu sangat tersiksa dengan segala hal yag mulai berputar-putar pada garis yang bukan rencana matangnya. Kami-sama memang adil dalam segala hal, tetapi Temari yakin Gaara sedang tidak merasa berada dalam lingkum keadilan Kami-sama. Biarlah semua ini berjalan, ia yakin adiknya sudah dewasa.
Ooo
"Kau sudah bangun?" sudah menjadi rutinitasnya untuk datang kemari semenjak kejadian itu. Menjadi sosok malaikat. "Baru saja," jeda…
"Gaara? Kau pernah bilang aku boleh meminta apapun kepadamu 'kan" gadis itu memandang kosong langit-langit ruangan,
"…Ya?"
"Aku ingin.."
"…"
"… aku ingin bertanya apakah…"
Gaara memandang lembut surai panjang gadis yang kini tengah berbaring diatas ranjang, tangannya hendak menyentuh surai sang gadis yang halusnya seperti kain sutra.
Tangannya menggantung diudara, butuh waktu untuk membuat paru-parunya kembali bekerja sementara jantungnya berpacu secepat pasir luruh dari suatu ketinggian.
Hari ini sudah tiba ketika gadis itu berkata…
"Bagaimana kabarnya?"
Ooo
"Aku ingin memancingnya kepermukaan," Kakashi mengalihkan atensinya dari icha-icha paradise, memandang sosok pemuda berwajah datar dengan senyum yang selalu menyebalkan.
"… ini permintaanya sendiri, kau tidak boleh seenaknya," mencoba sebiasa mungkin sambil membaca icha-icha paradisenya, Kakashi merasa kata-katanya malah aneh barusan.
"Aku bilang aku hanya ingin memancingnya kepermukaan, tadi malam aku sudah membicarakan hal ini secara serius dengan Naruto, dia sama denganku, aku hanya menyampaikan ini karna kau adalah guru kami, aku bukan meminta persetujuan, juju saja aku merasa sangat aneh dengan jalan main dari keadaan ini, awalnya gadis itu yang meminta, kemudian ketika semua berjalan dengan lancer menurut kita semua, meskipun memilih seperti itu, namun kita bisa lihat bahwa itu bukanlah jalan kebahagiaan yang sesungguhnya, maaf kalau aku sangat cerewet sensei, tapi dengan melihat caranya merangkak sampai bisa berlari agar bisa diakui oleh bajingan itu membuat aku yang tidak punya perasaan saja terenyuh ketika keberadaannya diakui meskipun dalam keadaan yang kurang menyenangkan, aku juga merasakannya, pemuda suna itu sangat tulus kepadanya, namun aku dan kau atau bahkan kita semua sebenarnya tahu bahwa itu bukanlah hal yang membuatnya merasa utuh untuk bahagia."
Kemudian hening sehening-heningnya.
Kakashi merasa kaku, Sai memang benar. Pemuda dengan sedikit koleksi perasaan itu bahkan merasakan hal sedetail barusan.
"… apa rencana kalian?" Sai agak terkejut namun dengan cepat wajahnya menjadi datar.
"Pertemukan mereka dengan cara sepesial."
OOO
"Ini gila…" Tsunade bergumam disela-sela kesadarannya yang patut dipertanyakan, sementara Sizune dengan telaten menuang sedikit demi sedikit sake kedalam gelas atasannya,
"jika Sasuke mengatakan ingin bertemu dengannya sekali lagi, berarti kita akan membawanya kesana dengan rencana Sai dan Naruto barusan," Kakashi menatap satu persatu orang yang ada diruangan itu. Gaara terlihat mengeraskan wajahnya terang-terangan.
Sai setia menjadi pendengar sambil menyandarkan kepalanya.
"B-bagaimana kalau Uchiha-san itu tidak mau menerima keadaan yang ia lihat saat ini?"
Uzumaki Hinata bertanya dan keheningan menjawab.
"…Aaa… aku akan menemui Sasuke besok pagi, aku akan mengajukan penawaran menarik untuknya, ah iya, sudah hampir dua minggu aku tidak bertemu dengannya karna insiden pemukulan pagi-pagi dirumahku,"
Hening.
"Serahkan saja padaku."
To be continued…
Gomen sebelumnya, aku lagi sibuk kuliah sampai semua fic dalam akun ini bener-bener keteteran parah separah parahnya parah #plak
Mungkin setelah ini di bio bakalan aku tulis kalau aku semi-hiatus. Padatnya jadwal kuliah dan kegiatan luar kuliah(belum lagi tugas) bener-bener menyita waktu. Apa lagi karna sebentar lagi aku bakal menempuh magang 1, bakalan bertambahlah kesibukanku didunia nyata. Untuk magang 1, itu adalah mata kuliah yang wajib ditempuh dengan bobot 2sks. Denagn adanya magang 1, 2, 3… mahasiswa tidak dikenai kewajiban PPL. Pasti yang kuliah keguruan ngerti.
Di chap kemarin aku ngomong ini chap akhir, tapi daripada aku malah nggak post-post akhirnya fic ini aku perpanjang masa aktifnya(?) dulu ya? Gomen buat yang bener-bener kecewa sama aku, silahkan flame karna aku ngerasa aku author payah yang nelantari ficnya separah ini. untuk yang masih bingung, di chap-chap selanjutnya aku bakal sedikit demi sedikit menjelaskan kok.
Untuk yang penasaran soal Gaara yang tiba-tiba nongol, sabar dulu ya?
Terimakasih banyak untuk yang sudah mereview chap kemarin :*
tanggapan review :
Q : mana update buat sakurabito?
A : aku sedih kalo inget fic itu, belum nemu feel lagi, sabar ya?
Q : kok kurang panjang?
A : hehehe kemampuannya masih segini… map yak?
Q : update kilat dong
A : :'( aku maunya sih gitu, tapi gimana lagi, kegiatanku banyak gomena
Q : Sakura mana?
A : chap depan bakalan tau kok
Q : kok aku nggak dapet feelnya?
A : heheh gomen, bakal aku perbaiki
Q : chapter depan terakhir?
A : nggak jadi hehe maaf kalo aku plinplan gimana dong ya, ini aja nyolong2 waktu buat bikin segini hiks
Q : happy ending?
A : YES :D
Untuk typo/EYD/blab la bla… maaf ya? kalau ada salah tinggal ngomong aja jangan sungkan
Semarang 22/10/2014/02.00 WIB
Cho lolo
