Suara setetes air menggema di seluruh ruang hampa. Menciptakan riak air berwarna putih dalam kegelapan, menjadi satu-satunya warna yang mampu dilihat.
Sasuke membuka matanya, dan kehampaan seperti sebelum-sebelumnya yang ia dapatkan.
Bisa dirasa olehnya jika bobot tubuhnya bertambah drastis. Membuatnya terjatuh dan masuk pada genangan air dingin yang seolah mengisi paru-parunya.
Namun, saat ia berkedip..
Tak ada kehampaan, tak ada riak air.
Ia ada pada salah satu bangku di dalam kelas yang amat dikenalnya.
Duduk sendirian di kelas yang kosong dan gelap, sama seperti sebelum-sebelumnya.
Sesaat, langit bergemuruh. Menciptakan kilatan-kilatan cahaya yang sekilas masuk ke dalam kelas.
Sasuke mulai beranjak dan memejamkan matanya, lelah.
Langkahnya yang perlahan itu menggema di kolidor, menjadi satu-satunya musik yang bisa di dengar selain rintik hujan yang semakin deras.
Kilat-kilat mengerikan kembali muncul pada langit yang gelap. Memaksa Sasuke melihat sosok lain yang berdiri di tengah hujan, sendirian. Menunduk dalam dengan darah merah kehitaman yang membasahi pakaian serba putih miliknya.
Sasuke memejamkan mata, ia sudah hapal apa yang akan terjadi. Ia mencoba untuk menutup mata dan berbalik, atau setidaknya 'terbangun'. Namun semua percuma, semua akan tetap seperti ini –seperti sebelum-sebelumnya.
Onyx kelam sang Uchiha mulai sembab. Ia berlari, mencoba menggapai sosok yang tetap tak bergerak dari tempatnya. Membiarkan hujan membawa darah yang masih terus mengalir tersebut. Membiarkan sosok yang selalu suci ternoda oleh warna merah menakutkan.
Dan sebuah senyum tulus dari balik sayap putih tersebut membuat jantung Sasuke berdetak sakit ketika sang malaikat mulai berurai menjadi cahaya. Meninggalkan beberapa helai bulu putih indah bercahaya yang mulai meredup.
Rontok dan mulai hangus karena ternoda warna merah dari darah yang bercampur air hujan.
Meninggalkan sosok Uchiha Sasuke yang entah sejak kapan terkapar tak berdaya diguyur hujan, pada genangan merah darah.
Mimpi yang selalu sama, seperti sebelum-sebelumnya..
.:===========:.
.: Disclaimer :.
Naruto by : Masashi Kishimoto
Miracle of Destiny by : Yun Ran Livianda
.: Rated : M :.
.: Genres :.
Romance - Fantasy - Drama
Pair : SasuNaru
WARNING :
TOLONG BACA CATATAN YUN DIAKHIR TULISAN
AU, Yaoi - Boys Love, Slash, typo(s) dan miss typo tak dapat dihindari, bahasa sesuka diriku, semoga tidak abal dan aneh, dkk.
Cerita dibuat hanya untuk kesenangan belaka.
.:===========:.
Sasuke berjalan melewati lorong, tak peduli pada berpasang-pasang mata yang menatapnya kagum, terpesona -bahkan liar. Tidak jarang juga ada tatapan iri dan benci dari pada siswa –toh, Si Revan tak peduli. Tas hitam kesayangan digenggam di atas bahu. Bayangan hitam di bawah matanya terlihat jelas karena warna kulitnya yang pucat –dan semakin pucat akhir-akhir ini.
Suara serangga khas musim panas terdengar samar-samar dari pohon-pohon yang ada di kebun sekolah. Walau jarum pendek yang ada pada jam di menara sekolah belum genap pukul 9 pagi, siratan sinar mentari sudah mampu membuat gerah.
Dengan tatapan mata tajam namun terkesan kosong dan wajah datar, Sasuke memasuki kelasnnya yang ada dilantai 2. Duduk ditepi jendela yang terlihat sangat terang karena cahaya matahari terpantul dari lapangan basket. Dengan mimik wajah tak berubah, Sasuke memfokuskan tatapannya pada pohon sakura besar yang ada tepat di samping lapangan. Bayangannya hampir memayunggi separuh lapangan basket.
Sinar matanya mulai menyenduh.
Dari kelas ini sampai pohon itu adalah tempat yang selalu hadir dalam mimpinya sejak kecil.
Dulu, Sasuke kecil selalu bertanya mengapa ia bermimpi aneh? Apakah teman-temannya juga memiliki mimpi hal yang sama anehnya?
Sama menakutkannya?
Ketika Sasuke masih kecil, Mikoto; Itachi bahkan Fugaku selalu memiliki jawaban untuknya. Dan sekarang Sasuke bukan anak kecil lagi. Tak ada satu pun jawaban dari keluarganya yang kini bisa memuaskan dirinya. Ingin mencari sendiri jawabannya, tapi kemana?
Setidaknya, Sasuke ingin tahu mengapa ia begitu bergantung pada mimpi itu? Seolah-olah hidupnya akan berakhir setiap kali ia terbangun dari mimpi buruknya.
"Kau masih insomnia? Noda hitam di bawah matamu semakin tebal, bagaimana kalau sampai membengkak?" pemuda bersurai silver duduk di atas meja Sasuke. Sang Revan menoleh sejenak karena pemuda bergigi runcing itu sedikit menggeser tasnya. "Kau tak mencoba berbicara dengan dokter tentang ini?" Suigetsu, sahabat Sasuke semenjak di sekolah ini mencondongkan wajahnya, menuntut diperhatikan.
Sasuke memasang headset dan memalingkan wajahnya kembali keluar jendela. "Seandainya itu berguna." Jawabnya acuh.
Sebuah bola basket yang melambung tinggi menarik perhatiaannya. Seorang pemuda pirang yang melemparnya sambil tertawa lebar, seolah tak peduli pada teman-teman di sekelilingnya yang berwajah muram. Sekali lihat Sasuke sudah bisa menduga pemuda itu sedang belajar memasukkan bola ke dalam ring.
"Serius, tak berhasil?" Suigetsu tetap bertanya meski Sasuke tak lagi melihatnya tapi di balik benda yang menutupi telinga Bungsu Uchiha itu, pemuda bermata ungu tersebut tahu jika Sasuke mendengarkannya.
"Hn." Sasuke menjawab sekenanya. "Sui, kau tahu siapa anak itu?" tanyanya sambil menempelkan ujung jari telunjuknya pada permukaan kaca. Sama sekali tak melihat sabahatnya walau sekedar melirik.
Suigetsu memincingkan matanya, berusaha melihat beberapa siswa yang sedang ada dilapangan basket. Kemeja putih musim panas yang bersinar saat terpapar sinar mentari menyilaukan matanya. "Siapa?" Suigetsu menjajarkan posisi kepalanya dengan Sasuke agar bisa memastikan orang yang ditunjuk pemuda pendiam di sampingnya.
"Yang pirang." Sasuke mengambil jarinya dari permukaan kaca tapi matanya tetap terpaku pada sosok asing yang membuatnya cukup merasa penasaran.
Suigetsu mengerutkan dahinya. "Uzumaki Naruto? Iya, 'kan?"
"Anak pindahan?" Kini Sasuke bisa melihat sebelah alis sahabatnya yang baik sebelah.
"Kau bicara apa?" Pemuda silver itu menegakkan tubuhnya dan menatap Sasuke dengan sorot aneh. "Bukankah musim semi lalu kau yang menerimanya saat penerimaan siswa baru?"
Sasuke berkedip, dan serta merta tatapannya menajam. Tak bisa menerima informasi yang baru saja didengarnya barusan.
"Kau lupa? Saat itu kita sedang piket bersama, dibagian administrasi." Sedetik kemudian tatapan heran Suigetsu melembut. "Sasuke, sebaiknya kau berhenti dari OSIS tahun ini. Insom-mu mungkin sudah akut sampai sulit mengingat sebagian memori. Jangan terlalu memaksakan diri." Setelahnya Suigetsu menepuk bahu bungsu Uchiha dan lekas kembali ke kelasnya ketika bel masuk berbunyi.
Sasuke menatap punggung sahabatnya yang mulai keluar kelas. Rasanya, ada yang ganjal disini.
Dan saat Sasuke kembali menatap ke lapangan basket, sudah tak ada siapapun di sana. Hanya debu yang terlihat samar karena terbawa angin.
Hikari no Miko
"Naruto, kau tidak makan siang?" Kiba menyatukan bangkunya dengan bangku Naruto. "Mau berbagi denganku?"
Naruto melirik kotak bekal yang ada di atas meja Kiba. Tak lama kemudian Lee dan Gaara membawa kursi untuk duduk bersama mereka, dengan bekal masing-masing. Naruto tertawa lebar sambil menggaruk kepalanya. "Aku bangun kesiangan tadi, jadi tidak sempat membuat bekal."
"Berbagi dengan kita saja. Tiga bekal dimakan berempat. Bagaimana?" Gaara melihat wajah temannya satu per satu meminta persetujuan.
Sebelum Kiba dan Lee menjawab, Naruto bicara lebih dulu. "Ah, tak perlu. Aku beli makanan di kantin saja."
"Kau yakin?" Kiba mengerutkan dahinya sedih. "Tidak apa, Naruto. Kiba berbagi saja."
Lee mengangguk. "Lagi pula kita teman sejak SMP, 'kan?" Senyum pemuda beralis tebal itu berkilauan.
Naruto beranjak dari kursinya. "Sudah, sudah. Aku beli makanan di kantin saja. Kalian makan saja dulu." Ucapnya sambil keluar dari kelas.
Diambang pintu kelas, Naruto menengok teman-temannya yang sudah mulai makan dan terlihat saling bicara.
Teman sejak SMP? Naruto mendengus geli, lalu tersenyum pedih.
Ingatan palsu semacam itu bukan Naruto yang menanamnya dalam otak mereka. Seperti ketika kau menanam bunga dan disekitarnya akan muncul rumput liat. Jika bunga itu adalah ingatan dasar manusia disekitarnya, maka ingatan tentang Naruto adalah rumput-rumput liat itu. Semua terjadi dengan alami, sesuai Dewa mengatur naskah untuknya.
Itu sebabnya ketika Naruto menyelesaikan misinya untuk berbaur dengan manusia demi menjalani ramalannya berakhir, para manusia akan melupakan dirinya. Layaknya rumput liat yang dicabut.
Sesederhana itulah hubungan Naruto dengan para manusia. Namun Naruto tak pernah meremehkannya, Naruto menghargai setiap kejadian yang dialaminya bersama manusia. Karena pada dasarnya dirinya pun juga manusia, dan mungkin akan kembali menjadi manusia.
Hanya saja, Naruto tak benar-benar yakin soal menjadi manusia kembali.
Di satu sisi, Naruto sudah cukup dengan kehidupannya sebagai seorang Malaikat Pengganti. Naruto bahagia bisa membantu para roh untuk bisa mati dengan tenang sebelum menjalani proses reinkarnasi. Namun disisi lain, Naruto juga ingin memiliki kehidupan seperti manusia. Mengalami jatuh bangun, menjalin ikatan, membuat banyak kenangan dengan orang-orang yang berharga. Dan yang sangat penting, bisa menjadi apa yang dirinya inginkan.
Manusia berbeda dengan malaikat yang memiliki takdir tetap semenjak mereka lahir. Manusia itu bebas. Mereka bebas untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Takdir yang mengikat mereka hanyalah kelahiran dan kematian, selebihnya mereka dibebaskan untuk berbuat apapun dalam hidup. Sebebas sayap malaikat yang dikepakan di langit biru.
Naruto menginginkannya. Menginginkan hidup seperti manusia, seperti kebanyakan para malaikat dan iblis inginkan.
Namun Naruto tak akan mengeluh. Menjadi malaikat bukanlah sebuah kesialan.
Naruto menghentikan langkah kakinya. Sekitar lima meter di depannya, banyak gadis bergerombol. Berteriak memanggil-manggil nama seseorang. Naruto tertawa, merasa lucu. Manusia benar-benar tahu bagaimana caranya menikmati hidup, tak peduli itu mengganggu orang atau tidak.
Merogoh saku celananya, Naruto mengeluarkan ponsel dan menelpon salah satu temannya. "Kiba, aku tidak bisa kembali ke kelas sekarang. Ada gerombolan gadis yang menghalangi jalan. Aku akan mencari tempat untuk makan siang."
Naruto tersenyum ketika melihat tangga.
Hikari no Miko
Menghela nafas, lelah. Sasuke sama sekali tak habis pikir dengan tingkah para gadis di kelasnya –bahkan dari kelas lain juga. Mereka tak pernah menyerah untuk mendekati dirinya. Dikelilingi banyak gadis yang menawarinya makan siang bersama sungguh merepotkan. Demi Dewa, dia bukanlah artis.
Sasuke mengangkat kotak bekalnya di depan dada. "Maaf, aku sudah bawa bekal sendiri dan akan memakannya sendiri." Sasuke berusaha untuk melewati kerumunan gadis-gadis itu.
Namun seseorang memegang lengannya. "Sasuke-kun." Sasuke melirik gadis di belakangnya. Ketika gadis bersurai indigo panjang itu mendekatinya, gadis yang lain mundur untuk memberi ruang walau wajah mereka terlihat kurang suka. "Sa-Sasuke-kun, makan siang bersamaku saja. A-aku juga bawa bekal sendiri. A-aku tak akan merepotkan Sasuke-kun."
Hyuuga Hinata, putri sulung Kepala Sekolah. Sebenarnya dia gadis yang cantik dan manis selain keberadaannya yang cukup diakui oleh seluruh sekolah, hanya saja Sasuke memang tak tertarik dengannya.
"Ketika aku bilang akan memakannya sendiri, itu artinya aku akan makan sendiri." Sasuke melepaskan tangan Hinata dengan cara menarik tangannya sendiri. "Aku permisi." Sasuke berjalan cepat meninggalkan kerumunan gadis-gadis itu.
Dengan wajah datar Sasuke berjalan di lorong. Ketika akan menaiki tangga menuju atap, Suigetsu menyusul langkahnya.
"Wah, Sasuke. Kau biasanya tak sekasar itu." Pemuda berambut ungu pucat itu menyeruput jus kotaknya. "Apa karena kau masih insomnia, mangkanya kau gampang emosi dan makin dingin?" Sasuke tak menanggapi, hanya terus berjalan dengan wajah datar. "Kalau aku mana bisa mengabaikan gadis seperti mereka." Suigetsu mengambil yakisoba dari kantung kresek dan memakannya. "Sayangnya aku kalah popular darimu."
Sasuke menaiki dua tangga sekaligus untuk mendahului Suigetsu. Ia berdiri di depan Suigetsu sambil memutar knop pintu menuju atap. "Kalau begitu ambil saja kepopuleranku. Aku tak butuh semua itu." Setelahnya Sasuke lekas keluar ruangan dan menutup pintu menuju atap di depan wajah Suigetsu.
Ceklek.
Suigetsu masih mengunyah roti di depan pintu seperti orang bodoh. Namun kita sadar pintu atap dikunci, dia berteriak histeris. "KENAPA KAU KUNCI PINTUNYA, BODOH?!"
.
Sasuke menatap datar pintu yang baru saja dikuncinya. Sama sekali tak peduli dengan Suigetsu yang menggedor pintu sambil berteriak. Ketika langkah kaki Suigetsu terdengar menjauh, kakinya terasa lemas. Pada akhirnya Sasuke jatuh terduduk.
Siapa yang peduli dengan gadis-gadis itu?
Siapa yang butuh dengan kepopuleran?
Sasuke hanya ingin hidupnya normal dan baik-baik saja.
"Siapa?"
.
Naruto menyedot jus jeruk kotaknya dengan suara berisik. Dia baru saja menghabiskan beberapa bungkus roti dan sudah kenyang. Jadi jelas bukan lapar yang menjadi alasan mengapa Naruto mengerutkan dahinya sampai kedua alisnya nyaris bersatu begitu.
Naruto masuk dalam kehidupan manusia dengan membawa sebuah kenangan palsu. Meski palsu, kenangan yang ada pada memori orang lain juga ada padanya. Seperti halnya Gaara, Kiba dan Lee yang memiliki ingatan tentang pertamanan mereka semasa SMP, Naruto juga memiliki ingatan yang sama.
Dan setiap Naruto bertemu dengan seseorang, Naruto pasti memiliki kenangan dengan orang tersebut walau hanya sekilas. Tapi… mengapa Naruto sama sekali tak memiliki ingatan apapun tentang pemuda di sampingnya?
Naruto melirik kemeja musim panas pemuda yang sejak tadi hanya diam. Ada segaris pita ungu pada dasar kerahnya, tertanda bahwa pemuda itu kelas dua. Kakak kelasnya.
Oh, mungkin mereka memang belum pernah bertemu, mungkin itu alasan mengapa mereka tak memiliki ingatan yang sama.
Berarti ini kali pertama bertemu?
Naruto memiringkan sedikit kepalanya.
Memangnya untuk apa Naruto bertemu dengan orang baru dalam penugasannya? Ini tak pernah terjadi sebelumnya –selama lebih dari 160 tahun ini.
"Namamu Naruto, 'kan?" pemuda itu masih memandangi kaleng jus tomat miliknya.
'Dia tahu namaku?' batin Naruto heran. Naruto menatap pemuda berwajah datar di sampingnya tanpa berkedip.
Mereka menghabiskan makan siang bersama sejak Sasuke mengunci pintu atap tadi. Tanpa bicara apapun dan membuat suasana semakin canggung.
Pemuda itu menoleh. "Kau tak mendengarku?"
Naruto buru-buru menatap jus kotaknya ketika ketahuan menatap wajah kakak kelasnya. "I-iya, senpai. Uzumaki Naruto." Naruto melirik pada pemuda pendiam di sampingnya. "Nama senpai… siapa?"
Pemuda itu mengerutkan dahinya. "Kau tak mengenalku?"
Naruto mengerjap lucu pada kakak kelas berambut hitam kebiruan itu. "Huh?"
Pemuda itu meneguk jus tomatnya canggung. "Aku melihatmu bermain basket pagi tadi, aku pikir kau siswa pindahan. Tapi temanku bilang, kami yang menerimamu ketika penerimaan siswa musim semi lalu… jadi kupikir kau tahu tentangku. Namaku Uchiha Sasuke." Sasuke hampir membenturkan kepalanya karena sudah banyak bicara.
Naruto terpaku mendengar penuturan Sang Kakak Kelas.
Naruto yakin sudah membaca semua berkas-berkas penugasannya kali ini. Naruto bersumpah tak memiliki ingatan apapun tentang pemuda di sampingnya ini.
Namun kenapa, kenapa bisa ada cerita seperti itu?
Sasuke sadar tentang pandangan heran Naruto padanya. Dengan gugup Sasuke bertanya. "A-apa aku salah?"
Pertanyaan Sasuke menyadarkan Naruto dari lamunannya. "Hahahaha." Naruto tertawa canggung sambil menggaruk pipi. "Maaf, senpai. Tapi aku orangnya pelupa."
Sasuke tersenyum tipis pada Naruto. "Tidak masalah. Aku juga tidak mengingatnya." Sasuke meraba dada kirinya. Ada desir aneh pada tubuhnya ketika Naruto tertawa.
Naruto menatap dalam Sasuke. "Senpai... tidak mengingatnya?"
Apa mereka sama-sama tak memiliki ingatan bersama walau ada cerita seperti itu?
Sasuke menggeleng. Sambil merapikan kotak bekas makannya Sasuke menjawab. "Tidak. Akhir-akhir ini aku kurang tidur. Ada yang bilang kurang tidur bisa membuatmu jadi pelupa."
Apa ini tanda? Firasat?
Naruto terkekeh geli. "Menjadi pelupa bukan berarti melupakan ingatan yang sudah ada, 'kan? Tidakkah itu aneh?"
"Aneh?" Sasuke menunduk dalam. Wajahnya sampai tertutup rambutnya sendiri.
Benar. Sasuke itu aneh. Orang normal mana yang mempunyai mimpi sama setiap tahun? Orang normal mana yang memikirkan mimpinya sampai separah Sasuke?
Sasuke tak berniat menjawab. Dia berdiri dan mulai menuju pintu.
Ketika kunci pintu sudah terbuka Naruto kembali bicara. "Bagaimana… Bagaimana kalau ingatan itu memang tidak ada?"
Sasuke menoleh. Menatap tajam Naruto yang mulai berdiri dengan kantong plastik kecil berisi sampah. "Apa?"
Naruto tersenyum lebar. "Bagaimana kalau ingatan itu memang tidak pernah ada? Sasuke-senpai, ayo kita lebih sering bertemu untuk membuat kenangan bersama."
Sasuke terpaku ditempatnya ketika melihat airmata Naruto yang mengalir deras bagai sungai.
Naruto berjalan mendekat kearah Sasuke. Awalnya Naruto memang ragu namun ketika sudah di depan Sasuke, Naruto menyandarkan kepalanya pada bahu Sasuke. "Sasuke-senpai, ayo kita lebih sering bertemu mulai dari sekarang."
Mendengar isak tangis Naruto, Sasuke tak kuasa menahan tangannya sendiri yang membelai punggung pemuda pirang yang ternyata lebih pendek darinya. Sasuke tersenyum lembut. Ini pertama kalinya Sasuke merasakan hatinya sangat hangat. Ia merasa sangat senang. Rasanya ada ribuan kupu-kupu yang terbang bersamaan dalam perutnya.
"Hn. Aku tak masalah. Ayo lebih sering bertemu." Sasuke yang kehilangan kendali akan dirinya sendiri mulai memeluk Naruto.
Naruto yang terisak juga tertawa bersamaan dan membalas pelukan Sasuke.
Akhirnya… Akhirnya… Akhirnya takdir Naruto akan mulai berjalan.
Naruto yakin, Sasuke adalah orang yang selalu ditunggunya selama ini. Selama lebih dari 160 tahun.
Bersambung…
Wahhhhhh.. kapan terakhir saya update story ini? Sekitar seabad lalu, ya? Hihihihi..
Maaf banget buat update-nya yang super lama.. #membungkuk
Di chap ini Sasuke udah ketemu ama Naruto.. Jadi nggak butuh waktu lama sampai ramalan Naruto berjalan, mungkin.
Kyuu : Kalo apdetnya lama lagi, otomatis ramalannya juga masih lama. *pasang wajah cuek*
Yun : Mau cekek, Kyuu? Sini sayang?
Kyuu : #mundur
Yun : Oh, ya. Kyuu… banyak banget readers yang penasaran ama ramalanmu. Emang ramalanmu apaan?
Kyuu : Itu… anu… #gugup Rahasia! Ho'oh! Rahasia!
Yun : …rahasia?
Kyuu : Iya dong. Kan nggak asik gitu kalo dibongkar sekarang.
Yun : Oh, bener. Iya deh..
Kyuu : *Seketika nangis dan pundung di pojokan* Kertas ramalannya aja ilang.. TwT
Jika berkenan abaikan drama nggak penting diatas. ==
Jawab beberapa pertanyaan aja yukk..
Yun, saya lupa ama ceritanya!
Hastaga. Kan chap sebelumnya nggak Yun hapus, baca lagi gih. #nyariribut
Yun, saya kurang paham ama ceritanya. Bisa bantu jelaskan?
Jadi, jaman dulu itu Mina ama Fuga nemu jamur yang seharusnya nggak mereka ambil. Oke, Yun sekarang nggak akan mengelak kalo cerita itu emang nggak masuk akal. Dan karena waktu itu Kushi ama Miko lagi hamil, jamur yang awalnya mau dijual malah dimakan. Jadilah mereka dapat hukuman Dewa. Kyuu ama Naru dibawa pengawasan Malaikat ama Iblis secara langsung. Sasuke dapet mimpi buruk. Miko yang stress mikirin Sasu. Dan yang punya beban tersendiri karena mereka inget ama kehidupan sebelumnya.
Yun, apa yang bisa ngilangin mimpi buruk Sasuke itu Naruto?
Yup. Dan yang bisa bikin Naruto jadi manusia juga Sasuke.
Itachi kok kesannya kaya tahu segalanya, sih?
Karena dia inget, kaya penjelasan di atas.
Yun, di chap lalu Kyuu bilang udah ambil nyawa ortunya (MinaKushi) kok disini masih hidup?
Waktu itu masa lalu. Engg.. jadi setting yang sekarang itu kehidupan kedua MinaKushi, begitu~
Yun ucapkan super sorry karena memang dulu waktu Yun nulis cerita ini semuanya tanpa persiapan, jadinya abal deh.
Mau tau nggak kenapa Yun apdetnya lama?
Itu karena Yun lagi pertimbangkan buat hapus story ini, lalu tulis ulang dengan persiapan yang lebih siap (?)
Tapi toh akhirnya Yun berpikir, abal biarin aja deh.. Yang penting tamat. Karena Yun tahu ada orang yang menanti kelanjutan cerita ini.
Sekali lagi Yun ucapkan maaf, cerita ini akan terus berlanjut sampai tamat tanpa berbaikan. Maaf ya..
Untuk fanfic Love Me, Please belum bisa Yun lanjut. Kasusnya sama kaya ff ini. Itu ditulis tanpa persiapan yang benar-benar matang dan sekarang Yun bingung harus dihapus lalu ditulis ulang atau dilanjut aja dengan semua keabalannya. Dilanjut pun bakal susah.
Sial-nya Yun masih belum bisa memutuskan.
Sekali lagi, maafkan Yun yang abal ini.
Yun ucapkan banyak-banyak terimakasih pada semua readers yang mau aja baca tulisan abal Yun. Yun emang masuk beberapa fandom baru dan ada rencana nulis orific, tapi selama ide untuk SasuNaru ada Yun nggak akan ninggalin kapal :"
Yun nantikan review dan salam kangen kalian semua..
MUAACCCHHHHHH… :* #civok
