Dinding-dinding Sepi

Story by Kim Jonghee

Jung Daehyun

Byun Baekhyun

Summary:

Di sana kau berdiri dengan senyum bahagia terkembang. Tak perduli apa dan siapa, dirimu yang polos hnaya tahu dunia itu semenyenangkan duniamu.

Disclaimer:
Para cast milik Tuhan dirinya sendiri juga orang-orang yang mencintai mereka. Plot gsring milik yang buat cerita.

Dinding-dinding Sepi

Menelusur tiap jengkal permukaan dari ruang sepi nan dingin di antara kegelapan. Menggali kenangan manis yang tersembunyi di dinding-dindingnya yang membisu bersama waktu. Jari jemari itu terhenti di pembaringan berbalutkan sprai putih. Ia terjatuh berlutut dengan kepala tertunduk. Lengan kanan masih setia beradadi atas single bed, sementara lengan lainnya sudah beranjak meremas dada sebelah kiri. Sesak juga menyakitkan. Itu yang kini dirasanya saat ini.

Deru mesin mobil berhenti mendesing seiring dengan seseoranga yang muncul dari balik pintu penumpang. Bola mata itu menjelajah, mengamati setiap detail lingkungan yang akan menjadi tepmat barunya. Senyum terkembang seraya meyakinkan hati bahwa inilah pilihannya. Inilah yang akan menjadi jalan hidupnya, yang telah menantinya sejak keberangkatannya meninggalkan sekolahnya tercinta.

"Eommaaa!" teriakan mendengung menghangatkan dihembuskan angin yang bersiur lembut memanjakan. Di ujung sana, seorang anak- laki-laki berusia tak lebih dari tujuh tahun berlari dengan boneka beruang dipelukan.

Yang dipanggil kian melebarkan senyum indah penghibur diri. Setidaknya, disini, ada seseorang yang mengharapkannya. Yah … itulah salah satu yang alasan seorang Byun Baekhyun memilih jalan ini.

"Ah, tidak apa-apa kan aku panggil begitu?" sesampainya di depan Baekhyun, anak itu mendongak menatap Baekhyun penuh harap.

Baekhyun merunduk demi menyelarasakan tingginya dengan si anak. "Tentu saja, TaeTae sayang. Apapun yang bisa membautmu senang," sambut Baekhyun diiringi usakan sayang di kepala anak laki-laki itu, Kim Taehyung. Ah, bukan, Byun Taehyung. Karena sekarang, Baekhyunlah yang bertanggung jawab penuh atas anak itu.

Memeluk erat Byun Baekhyun setelah melayangkan senyum termanisnya, Taehyung kecil, hanya tahu bahwa Baekhyun adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini.

"Eomma, ayo masuk! Taehyung mau memperlihatkan kamar Taehyung. Tadi Taehyung merapikan juga menghiasnya bersama Park Ahjussi. Eomma harus melihatnya." Menarik-narik lengan Baekhyun, Taehyung begitu bersemangat dengan apa yang telah dikerjakannya seharian ini.

Terkekeh pelan, Baekhyun beranjak berdiri lalu mengikuti arah kemana Taehyung membawanya. "Hei. Hei, hei! Pelan-pelan saja," tegur Baekhyun mengingatkan Taehyung yang mulai hyperactive.

"Ayo, cepat eomma!" tak mengindahkan peringatan sang Ibu—sekaligus ayah non biologisnya—Taehyung menjejak langkah cepat tanpa melihat jalanan. Alhasil, jatuh tersandung batu jadi hal tak terhindarkan.

Bruk!

"Aish! Gwaenchanayo? Sudah kubilang kan?" dirungkupi perasaan khawatir, Baekhyun menghampiri Taehyung lalu meraih lututnya yang membentur tanah. Tak begitu parah, hanya lecet kemerahan selebar uang koin bersarang di sana.

"Sshh … pasti sakit yah, Taehyungie?"

"Aniyo," sahut Taehyung diiringi cengiran khas anak kecil. Melihatnya, membuat Baekhyun tak sanggup memarahi anak itu.

"Hah, kau ini," desah Baekhyun bersematkan senyuman memaafkan. "Ayo!" ajaknya dengan punggung menghadap Taehyung. Anak itu hanya memiringkan kepalanya tidak mengerti. "Kau ingin menunjukkan kamarmukan? Ayo, eomma gendong sampai ke kamarmu."

"Woahhh! Benarkah?" tanpa diperintah lagi, segera saja Taehyung memeluk erat leher Baekhyun dari belakang. Kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Baekhyun.

"Heehhh, ternyata kau berat juga yah, Taehyungie?" berkata Baekhyun seraya terkekeh pelan. Satu, dua langkah menjejak tanah. Matanya melirik sekilas ke arah Taehyung.

"Hemmm … bukankah itu bagus. Di usiaku sekarang ini, pertumbuhanku tidak terhambat seperti beberapa anak kebanyakan."

"Ahaha, nae Taehyungie tahu banyak rupanya."

"Saenim bilang, kalau ingin tumbuh besar, aku harus makan yang banyak. Nanti, eomma buatkan Taehyungie makanan yang banyak, ne?"

"Ahaha, yang penting bukan seberapa banyak makanan yang kau telan Taehyungie, tapi seberapa banyak asupan gizi yang diterima tubuhmu," sanggah Byun Baekhyun bersama kekehan kecil mengiringi.

Merenggut meresa kalah, Taehyung membuang muka dengan bibir mengerucut. Tak sadar, Baekhyun tak mungin melihat aksi ngambeknya dengan posisi seperti itu. "Aish … eomma curang!" dengusan berbalaskan tawa kecil Baekhyun membuat Taehyung kian mengerucutkan bibirnya.

"Maaf, maaf. Eomma memakan omongan eomma sendiri. Nae Taehyungi jangan ngambek lagi, ne? Wajah tampanmu bisa luntur nantinya."

"Heehhh! Benarkah eomma?" seperti dongeng pengantar tidur, begitulah Baekhyun menghibur Taehyung.

"Begitulah. Makanya, ayo tersenyum lagi? Bukankah Teahyungie ingin menunjukkan kamar kebanggaan Teahyung pada eomma."

Berhasil. Setidaknya begitlah setelah mendengar reaksi Taehyung selanjutnya. Sepertinya anak itu tidak tahan berlama-lama ngambek.

"Ne! Ne, tentu saja eomma!"

Perjalanan itu tak sepanjang jarak antara Seoul ke Incheon. Begitu singkat, namun teramat berharga, karena selama itu, kedekatan antara Baekhyun maupun Taehyung terjalin dengan sangat intens antara orang tua dengan anaknya. Lembayung senja di kanvas cakrawala menjadi latar kebahagian keduanya di sore itu.

"Waahhh! Sudah sampai eomma. Lihat kamarku, baguskan? Aku sendiri yang menghiasnya." Baekhyun tertawa kecil menanggapi celotehan bersemangat Taehyung. Byun Baekhyun menghampiri Taehyung yang lebih dulu duduk di single bad berbalutkan sprai bergambar kartun kesayangan si kecil TaeTae.

"Em, kata Taehyung Park Ahjussi ikut membantu?" goda Baekhyun seraya mencolek dagu Taehyung. Anak itu malah menggembungkan pipinya lucu.

"Iya. Tapi kan tetap saja yang manghias lebih banyak itu Taehyungie eomma," jawab Taehyung bersikukuh. Belum lagi kedua lengannya yangia lipat di depan dada.

"Ah, arraseo! Taehyungie memang pintar," puji Baekhyun seraya mengusak sayang rambut Taehyung. "Cha! Istirahatlah, eomma buatkan makam malam paling enak untuk Taehyung dulu, ne?"

"Ish! Apa eomma tidak lelah? Eomma kan baru sampai." Teahyung berujar sedih.

"Aniyo. Melihat Taehyung tersenyum senang, rasa lelah bukan apa-apa bagi eomma." Beranjak setelah mendapat anggukan pasti Taehyung sebagai jawaban. Tungkai-tungkai Baekhyun menapak jejak di dinginnya lantai rumah.

Malam hari di lingkungan yang baru, tak begitu nampak keceriaan yang mengumbar iri pada sekitar. Hanya kehangatan sederhana di selasar dapur milik keluarga kecil itu. Si kecil Taehyung makan dengan lahap sementara Baekhyun memperhatikan dengan seksama tingkah menggemaskan anak non biologisnya itu.

Sesekali lengannya terjulur, mengusap ujung bibir Taehyung yang terkotori bumbu kimchi. Atau berkali-kali mengusak rambut Taehyung mengingatkan. Anak itu, makan begitu lahap hingga berkali-kali tersedak. Baekhyun tersenyum saja melihatnya.

"Pelan-pelan Taehyungie."

"Eomma, tidak makan?"

Baekhyun menggeleng. "Kenapa?" si kecil Taehyung bertanya dengan alis bertaut. "Kalau eomma tidak makan, terus sakit, nanti siapa yang akan menemaniku makan, tidur juga bermain?"

Lagi. Hal yang disukai Baekhyun dari Taehyung. Anak itu, manis, polos juga menggemaskan. "Tentu saja pitu tidak akan terjadi. Eomma akan selalu sehat untuk menemani TaeTae, makan, tidur, juga bermain. Taehyungie harus makan banyak biar bisa main sepuasnya bersama eomma." Penuturan Baekhyun dihadiahi cengiran khas seorang Taehyung. Hal lain yang menjadi candu Byun Baekhyun pada anak itu.

"Anak pintar. Ayo selesaikan makanmu."

Dunia masih tetap sama, bahkan saat kau menutup mata selamanya, dunia tetaplah tempat dimana semua kehidupan berpijak. Tak perduli dengan seluruh perasaan yang mendera hati, mengerogot jiwa, ataupun menelan raga rapuh yang dititipkan.

Begitu Baekhyun mendongak, menatap ke arah single bed yang masih tetap sama, begitupun dengn suram yang merungkupi ruang itu. Tetap sama. Dunianya bukan negeri dongeng yang hanya dengan menutup mata, maka semua akan kembali seperti semula. Baekhyun sadar itu. Tanpa sadar, bulir-bulir itu lolos membasahi pipi. Menodai pencitraan juga pertahanan yang selama ini berusaha di bangunnya. Semua percuma saja, karena Taehyung sudah mengambil alih semuanya.

"Eomma," panggil Taehyung yang berdiri diambang pintu kamar Baekhyun takut-takut.

"Ne, waeyo Taehyungie?"

"Aku … tidak bisa tidur," jawab si kecil Taehyung seraya mengeratkan pelukan pada boneka beruang kesayangannya. Baekhyun tersenyum kecil.

"Kemarilah, tidur dengan eomma," ajak Baekhyun menyibak selimut.

Menggeleng lemah, bibir Taehyung mengerut menggumamkan sesuatu. "Langit-langit kamar eomma tidak ada bintangnya." Dengan polos, Taehyung menunjuk langti-langit kamar Baekhyun. Awalnya, Byun Baekhyun tidak mengerti, hingga ia menyadari sesuatu.

"Baiklah. Ayo kita tidur di kamar TaeTae, ne?" langsir dari hangatnya selimut tebal Baekhyun, pemuda itu mulai menapaki dinginnya lantai rumah barunya.

Taehyung tersenyum sumringah saat sang ibu non biologis menghampirinya lalu menggendongnya susah payah. "Nah, apa yang membuat TaeTae eomma tidak bisa tidur, hm?" bertanya sembari mencubit gemas hidung Taehyung, kemudian keduanya larut dalam tawa di malam hari.

"Aku hanya merasa asing, itu saja kok."

Baekhyun menanggapinya dengan setengah bergurau. "Bilang saja kau memang ingin tidur dengan eomma, hm?" katanya lelu tertawa kecil.

"Ish! Memangnya tidak boleh yah?" Taehyung melancarkan aksi ngambek demi untuk menutupi kebenaran dari perkataan sang Ibu.

"Ahaha, siapa yang bilang tidak boleh?" makin senang saja Baekhyun menggoda Taehyung.

"Ish!" jadilah sisa perjalanan menuju kamar Taehyung berakhir dengan Taehyung yang setengah ngambek. "Sudah sampai. Tidurlah, eomma akan menemanimu."

Dengan hati-hati, Baekhyun membaringkan tubuh kecil Taehyung. Kemudian membaringkan tubuhnya sendiri di samping si kecil. Menyembunyikan kepalanya di dada Baekhyun, Taehyung mendongak sebentar.

"Janjinya? Eomma tidak boleh pergi sebelum Taehyung tidur?" pintanya. Rasanya, Taehyung ngambek menguap bersama kantuk yang menjerat.

"Tentu saja." Janji Baekhyun disertai anggukan menyakinkan. Detik berikutnya, senandung pengantar tidur menenangkan hati berhasil membawa Taehyng ke alam mimpi dalam hitungan menit. Walaupun Taehyung sudah tertidur pulas, Baekhyun enggan meninggalkannya. Menikmati wajah polos Taehyung saat tertidur, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Byun Baekhyun. Tak jarang, Baekhyun ikut tertidur di samping Taehyung hingga pagi menjelang.

Dinding-dinding itu masih tetap sama. Langit-langitnya juga masih sama. Hanya saja, suasana juga perasaan pemiliknya yang berubah. Kehangatan yang dulu memenuhi kamar Taehyung, kini mulai memudar dengan muram yang mulai menjalar. Baekhyun tidak ingi semua itu terjadi. Namun apa daya, dirinya hanya seorang asing di mata Taehyung.

Baekhyun … tak mampu berbuat banyak. Atau sesuatu paling buruk akan menimpanya dan itu sama dengan merenggut kehidupannya. Kehilangan Taehyung, sudah jadi mimpi buruk yang sering ditemuinya tiap malam. Dan Baekhyun tak ingin semua itu jadi kenyataan.

Bekhyun beranjak dari tempatnya, kembali ke dapur menunggu kedatangan Taehyung sepertinya lebih menyenangkan ketimbang membuka kenangan penoreh luka rasa bersalah. Semua salahnya. Coba saja kalau pagi tadi Baekhyun tidak memulai pertengkaran dengan Taehyung, mungkin Taehyung tidak akan menghilang seperti ini.

Sudah selarut ini, dan tanda-tanda keberadaan Taehyung belum juga tercium. Baekhyun tidak tahu harus mencari kemana lagi. Semua tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi Taehyng sudah didatanginya. Dan dari sekian banyak itu, tidak ada satupun yang memberikan petunjuk. Taehyung seolah menghilang begitu saja.

Berjalan lesu, seolah seluruh sarafnya sudah mati rasa, Baekhyun keluar dari kamar Taehyung.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?"

Mendongak dengan mata membulat, Baekhyun mendapati Taehyung tengah memandnag dingin ke arahnya. Pemandangan ini … bukan fatamorgana yang diciptakan otaknya kan?

"Taehyungie?" gumam Baekhyun yang kemudian berlari memeluk tubuh ringkih Taehyung. Baekhyun baru sadar, tubuh Taehyung tak seberisi dulu. Ini kah hasil dari bertahun-tahun Baekhyun mengurus Taehyung? Byun Baekhyun payah. Ia malah membuat anak itu semakin kurus serta menderita.

"Mianhae. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Berjanjilah unutk tidak pergi lagi. Kumohon. Apapun yang kau inginkan." Erat memeluk Taehyung, Baekhyun menangis keras di perpotongan leher Taehyung. Ingninnya Taehyung melawan, membantah atas keinginan sepihak Baekhyun. Namun, melihat Baekhyun seperti ini …. Tak biasanya Baekhyun menangis sekeras ini. Terakhir Taehyung melihatnya, saat ia mulai mengenal dunia yang sesungguhnya.

"Hey! Kau sudah makan? Biar kusiapkan makam malam untukmu."

"Tidak perlu. Aku sudah makan. Aku lelah," sahut Taehyung masih dengan nada dinginnya.

"Baiklah. Biar kubuatkan susu untukmu yah?" Biarpun begitu, Baekhuyn tetap mencoba. Mencoba mengembalikan kepercayaan Taehyung padanya.

"Aku bilang tidak perlu. Aku hanya ingin tidur." Menghentak keras lengan Baekhyun yang berada dibahunya, Taehyung berbalik tak memperdulikan keberadaan Baekhyun sama sekali.

"Ahjussi! Ahjussi maukan menemaniku tidur malam ini?" bertanya penuh harap, nada berbicara Taehyung sungguhlah berbeda saat berbicara dengan Baekhyun.

"Ten-tentu saja, asal saja … ayahmu mengijinkan." Meringgis tidak enak hati, Daehyun merasa serba salah dengan posisinya di tengah kala itu.

Baekhyun merenggut tak suka. Ia baru sadar ada orang lain di dalam rumahnya. Perasaan tidak sukanya berganti terkejut kala atensinya menilik seseorang yang dipanggil ahjussi oleh Taehyung.

"Dia bukan ayahku."

Belum cukup dengan kejutan yang dibawanya, kejutan lain Taehyung berikan kala frasa terlontar bersama dinginnya nada bicara yang mengiringi. Bersamaan dengan waktu yang bergerak lambat bagi Baekhyun, Taehyung berlalu tanpa memperdulikan perasaan Baekhyun saat itu. Merangsek masuk ke kamarnya lalu membanting pintu sebagai bukti lain ketidak peduliannya pada Baekhyun.

"Byun Taehyung!" panggil Daehyun setengah berteriak. Ia menghampiri pintu bercat coklat kayu itu lalu mengetuknya pelan.

Tak ada sahutan atau tanda dari keberadaan Taehyung. Selanjutnya, dinding bisu kembali menjadi penonton setia tragedy duniawi yang tak pernah ada habisnya. Tenggelam dalam sepi, melebur bersama hening, kemudian menyatu dalam pekatnya sang malam.

Fin

A/N:

Hiks! T.T

Makin gajelah fict saya ini. Gak tahu mau dibawa kemana… #eaaa

Ahaha, tapi biarlah. Karena saya suka, sebisa mungkin fict ini tetap berlanjut. :')

Selama saya senang, kenapa harus menghentikan sesuatu yang sudah berjalan.

Nah, di sini udah malam menjelang pagi. XD

Jaljayo~~~ ^_^

Big Thanks to:

Thank's to:

kimyori95, r , indah byunjungkim, chae121, HanDik, Han YuRi - MilkHunHan, juga Guest yang telah meramaikan FF abal saya. Sekali lagi Terimakasih~ ^_^