Tittle : MY BAD BOY
Cast : Jung Yunho (28), Kim Jaejoong (19), Park Yoochun (27), Kim Junsu (18), Shim Changmin (16), Cho Kyuhyun (16), And other cast
Genre : Romance/Family/NC21/MPREG
Marga disesuaikan dengan kebutuhan cerita.
Buat yang ga suka dari fanfic nadal yang seblumnya, mending cabut dari sekarang kali yah. Dari pada ngoceh yang ga jelas, karena nadal sendiri bukan termasuk orang yang LEGOWO di larang keras mengcopas!
Pagi-pagi sekali terlihat namja anggun dengan kemeja tipis yang hanya menutupi tubuhnya sampai paha atasnya sedang sibuk melakukan kegiatan rutinnya di dapur dengan membawa-bawa perut besarnya. Saking asiknya sampai-sampai dia tidak menyadari seseorang yang datang dengan wajah kantuknya dibelakang.
"pagih boo.." ucap namja tampan yang sedang mengucek matanya.
"oh, pagi Yunnie" ucap namja cantik itu tanpa menoleh karena terfokus dengan masakannya.
Dari belakang, laki-laki yang dipanggilnya Yunnie atau tepatnya Yunho itu memeluknya.
"Yunnie, jangan ganggu aku jika sedang memasak" ucap namja cantik itu.
"ini pelukan di pagi hari boo" Yunho langsung mengecup bibir cherry milik istrinya "dan ini morning kiss untukmu hehehe"
"ya! Ini masih pagi, cepat lepaskan aku, tidak puas apa semalam kau sudah membuatku pingsan"
"bukankah itu sudah kewajiban dari seorang Jung Jaejoong hm? Kau mau jadi anak nakal lagi?"
"sudahlah jangan meledekku dengan membawa-bawa masa lalu" ucap Jaejoong sambil menaruh nasi goreng dan memanyunkan bibirnya "ayo kita makan, sepertinya aegya yang habis di tengok appanya sudah lapar"
"jinja? Wooaaaahhhh yang benar saaaaaja" Yunho langsung berjongkok dan memandangi perut besar istrinya "hey jagoan appa, kau ini rakus atau apa ha?"
"sudah ayo beruang besar nanti keburu dingin nasi gorengnya" ucap Jaejoong dan Yunho langsung mengecup perut besar itu dan kembali berdiri.
Jaejoong menuntun Yunho menuju meja. "tapi aku masih inging mengobrol dengan aegya" rengek Yunho dengan gaya yang dibuat kekanakan,
"ya! Umurmu sudah berapa Jung, kenapa tingkah kenakananmu melebihiku?!" cerocos Jaejoong sewot.
"hey kau ingin jadi anak nakal lagi? Awas saja kau Jung Jaejoong" ucap Yunho dan merangkap tubuh kecil Jaejoong dengan tubuhnya.
YUNHO POV
Jaejoong dan uri aegya, mereka adalah segalanya bagiku. Mereka sudah mengisi hari-hariku selama hampir satu tahun belakangan ini. Banyak hal lucu, aneh, menyebalkan yang selalu Jaejoong lakukan saat masa ngidamnya dulu. Apapun permintaannya harus di lakukan, hal hampir tidak ada bedanya dengan kepribadiannya saat 4 tahun lalu. Saat umur Jaejoong masih menginjak 18 tahun dan masih menjadi anak sekolah. Mengingat kejadian konyol bersama Jaejoong 4 tahun lalu membuatku ingin tertawa. Padahal dulu aku sangat benci jika harus berurusan dengan bocah nakal dan menyebalkan sepertinya. Tapi lambat laun perasaan itu tumbuh sejak pertemuan tidak di sengaja itu.
YUNHO POV End
_Flash Back_
Matahari sudah benar-benar muncul, keadaan pagi yang menjelang siang membuat seorang namja cantik terburu-buru dengan penampilan yang masih sedikit berantakan dan juga rambut yang terlihat seperti belum ditata sama sekali.
"Joongie! Jangan buat keributan pagi-pagi begini! Appamu bisa marah nanti!" teriak seorang namja lain yang lebih tua dan terlihat cantik. Dari penampilannya terlihat seperti nyonya rumah. Pagi-pagi sudah terdengar suara gaduh dari tangga lantai dua sebuah rumah mewah dan menampakan namja cantik yang turun dengan tas punggung yang di seretnya. Namja cantik itu langsung berlari kemeja makan dan menyambar sepotong roti dan juga susu.
"uhuk!" karna terburu-buru membuatnya justru tersedak.
"pelankan makanmu!" ucap sang umma yang mencubit pahanya.
"ow! oppo ommo! Oko torboro-boro…(aw !appo umma! Aku terburu-buru…)" rengek namja cantik yang di panggil Joongie atau Jaejoong dengan mulut yang masih penuh dengan roti dan susu.
"kau ini, selalu kesiangan, bagaimana kau bisa mandiri bangun sendiri.. kau sudah besar kau harus belajar melakukannya" cerocos sang umma panjang lebar.
"umma kenapa tidak membangunkankuuuu… hah sudah lah aku sudah terlambat" ucap namja cantik itu dan mengecup pipi sang umma kemudian mengambil sepotong roti dan berlalu begitu saja. "dah umma aku berangkat, sampaikan selamat pagi pada appa!" teriak namja cantik itu kemudian.
"dia telat bangun lagi?" tanya seorang pria dari belakang sambil merapikan dasinya yang tak lain adalah suami dari namja cantik itu.
"ya, selalu seperti itu.. dan kelakuan buruknya menurun dari mu, woonie" ucap sang istri sedikit menyindir sambil merapikan dasi sang suami.
"kau ini, selalu saja membawa-bawa masa lalu, itu aku saat masih mencari jati diriku bummie-ah" ucap sang suami sambil mengecup pipi sang istri.
Sementara itu, namja cantik yang tak lain anak dari pasangan tersebut sudah mengayuh sepeda kesayangannya dengan tergesa-gesa. Angin yang menerpanya semakin membuat tatanan rambutnya tidak berbentu, di tambah dengan peluh yang sedikit demi sedikit menetes. Tidak di hiraukan bunyi klakson kendaraan bermotor yang berbunyi akibat kelakuannya yang sembarangan mengambil jalan. Tidak mau ambil pusing, dia justru membesarkan volume pada headfreenya.
TIIINNN TIIIIINNNNNNNN!
Dari arah samping tiba-tiba saja muncul sebuah motor sport yang membunyikan klaksonnya.
"UMMAAAA!"
BRUUKKK!
Akibat tidak dapat menahan keseimbangan dan juga jarak antara sepedanya dan juga motor itu hanya tinggal sedikit membuatnya membuat Jaejoong kaget dan justru terjatuh begitu saja.
"ah mianhae…" ucap pengendara motor itu yang turun melepas kaca beserta maskernya dan menghampiri Jaejoong. Namun saat hendak membantu Jaejoong bangun, justru Jaejoong menepis tangan pengendara motor tersebut. Dengan wajah yang memerah Jaejoong bangkit dan melepas headfreenya.
"Ya! kau tidak lihat aku yang sebesar ini hah! Kalau tidak bisa mengendarai motor, jalan kaki saja atau naik kendaraan umum bisakan!"
"ya! kau ini bisa kan sopan sedikit?! Aku ingin menolongmu, kau sendiri yang tiba-tiba muncul!" ucap pengendara motor itu di balik helm yang kacanya terbuka.
"hish! Sudahlah lupakan! Aku tidak punya banyak waktu untuk berdebat dengan orang sepertimu" Jaejoong yang nampak masih kesal langsung membetulkan posisi sepedanya dan langsung berlalu meninggalkan si pengendara motor tersebut.
"dasar menyebalkan" gerutu pria berhelm tersebut dan langsung melajukan motornya melewati Jaejoong begitu saja.
"sombong sekali mentang-mentang membawa motor" racau Jaejoong sendiri.
"lima! Empat! Tiga!" teriak seorang guru dengan membawa sebatang kayu.
"seosangnim tunggu!" teriak Jaejoong dari kejauhan. Di lihat temannya yang berlarian memasuki gerbang sekolah yang hendak di tutup. "ya! tunggu aku!"
"Dua! Satu!" pintu gerbang langsung ditutup.
"seosangnim!" Jaejoong langsung turun dari sepedanya dan memegangi pegar sekolah.
"seosangnim, aku hanya baru telat hari ini, ijinkan aku masuk ne?" ucap salah satu siswa dengan wajah memelas.
"tidak, ini sudah peraturan, siapa suruh kalian datang terlambat" ucap guru itu dengan wajah sombong.
"Song seosangnim, ijinkan kami masuk, lagi pula kami hanya telat sedikt, masa kau tidak member kami keringanan?" rengek Jaejoong.
"yaahhh, kau lagi. Dengar ya, kau ini sudah sering telat masuk, membuat masalah di sekolah. Tidak ada toleransi mengerti" ucap guru tersebut sambil menunjuk-nunjuk kening Jaejoong dengan kayu dari dalam pagar.
Jaejoong yang diperlakukan seperti itu hanya bisa memajukan bibirnya dan meneripa dengan pasrah. Memang benar dirinya sering datang terlambat dan membuat kekacauan di sekolah. Mau bagaimana lagi mau membantah, tapi memang itu kenyataannya.
"aku akan memberi keringanan bagi kalian, tapi hanya hari ini saja" ucap guru Song sambil membukakan gerbang sekolah.
Sontak siswa yang terlambat langsung cepat-cepat masuk kedalam melewati guru Song begitu saja.
"ya! siapa bilang aku membiarkan kalian masuk dengan cuma-cuma?!" teriak guru Song dengan galak. Langsung saja beberapa murid tersebut menghentikan langkahnya. Kemudian guru Song berjalan dan berdiri didepan murid-murid tersebut termasuk Jaejoong. "kalian aku perbolehkan masuk, dengan satu syarat" mendengar kalimat persyaratan dari guru Song, wajah pasa siswa seperti terlihat harap-harap cemas. "kalian push up 50 kali" ucap guru Song mutlak.
"tapi seosang-"
"jika ada yang ingin protes, akan aku tambhkan menjadi 60 kali, bagaimana? Pilih yang mana?" ucap guru Song memotong ucapan salah satu murid.
"baik seosangnim" ucap para siswa dengan malas. Dengan segera mereka memposisikan tubuh dengan tertelengkup. Termasuk juga dengan Jaejoong yang sudah tertelungkup membiarkan sepedanya.
"hais menyebalkan sekali, kenapa harus ada aturan bel berbunyi beberapa menit sebelum pelajaran di mulai?! Merepotkan saja" gerutu Jaejoong memasuki kelasnya.
"ya hyung!" ucap namja bertubuh tinggi yang tengah duduk di salah satu kursi.
"hng?" sahut Jaejoong malas kemudian duduk di samping namja jangkung itu.
"dihukum? Kali ini apa?" tanya namja itu langsung tanpa babibu.
"push up 50 kali, gila kan? Rasanya aku ingin pulang saja" ucap Jaejoong lagi dan memposisikan bagian tubuh atasnya bersandar diatas meja.
"kau sendiri yang bodoh, kenapa selalu terlambat? Jangan beri aku alasan seperti sebelumnya bahwa jam wekermu mati"
"ya Changmin-ah, aku semalam mengerjakan tugas sampai larut malam, dan parahnya umma tidak membangunkanku. Daannn aku… tidak mendengar jam wekerku berbunyi. Tapi tapi tapi ini semua karena pengendara motor sialan yang hampir menabrakku" ucap Jaejoong lirih di akhir kalimat.
"paling-paling kau yang membuat kesalahan sampai-sampai pengendara motor itu hampir menabrakmu, itu kan sudah kebiasaanmu" ucap Changmin enteng dan tidak memperdulikan ungkapan Jaejoong yang lainnya.
"terserahlah" ucap Jaejoong Jaejoong kesalyang masih pada posisinya.
"tadi kau bilang mengerjakan tugas guru tua itu? Tumben sekali? Apa karena takut di hukum karena tidak mengerjakannya? Aku saja tidak mengerjakan"
"tumben sekali, paling-paling kau akan mencontek kan?"
"enak saja, aku pantang mencontek, guru tua bangka itu masuk masa pensiun"
"hah masa bodoh, lebih baik tidak ada yang mengajar hari ini, aku lelah"
"siapa bilang? Ada yang akan menggantikannya"
"haish, kenapa haruuuusssss…." Rengek Jaejoong menyembunyikan wajahnya.
"kepala sekolah dataaaaangggg" teriak seorang berkacamata tebal. Seluruh siswa langsung membetulkan posisi duduknya. Dengan malas Jaejoong kembali duduk dengan menyender kursi.
Terlihat seorang guru dengan wajah keriput dan kacamata yang cukup tebal memasuki ruang kelas.
"tidak ada siapapun yang mengikutinya" ucap Jaejoong pelan.
"dia masih diluar, tidak mungkin dia tidak datang dihari pertamanya" balas Changmin.
"hari ini, guru Choi sudah masuk masa pesiunnya, dan beliau tidak akan mengajar lagi di kelas ini. Sebagai gantinya kalian akan di bimbing oleh guru baru" ucap Kepala sekolah tersebut dan sejenak berhenti kemudia menghadap pintu. "Jung seosangmin, silahkan masuk"
Seseorang yang di panggil Jung seosangnim itu masuk, dengan tubuh tegap dan gagah serta pakaian layaknya seorang guru tidak membuatnya terlihat culun, melainkan terlihat gagah dan berwibawa.
"wuuuuuuuuu!" langsung saja para siswa dalam kelas itu bersorak menyambut kedatangan guru baru pengganti guru Choi.
Jaejoong yang awalnya tidak tertarik sama sekali, dengan malas menolehkan kepalanya pada pusat perhatian.
"astagaaahhhhh… mimpi apa aku semalam?" ucap Jaejoong yang menghadap pada Changmin dan menutupi wajahnya.
"kau kenapa?"
"dia orang yang aku maksud yang hampir menabrakku tadi pagi, dan parahnya aku membentaknya" cicit Jaejoong.
"ckckck, kau ini benar-benar, hyung. Welcoe to the hell Kim Jaejoong" ucap Changmin dengan nada kasihan.
"annyeonghaseyo, aku Jung Yunho yang akan menggantikan Choi seosangnim mulai hati ini, semoga kita bisa bekerja sama sebagai siswa dan guru" ucap Yunho dengan senyumnya.
"baiklah, kau bisa memulai proses mengajar Jung seosangnim. Permisi" Yunho langsung sedikit membungkukan badannya dan kepala sekolah meninggalkan kelas.
"baiklah, kita akan langsung mulai belajar sesuai dengan jadwal. Mengingat kalian adalah siswa tingkat akhir yang akan melaksanakan ujian, aku harap kalian lebih berkonsentrasi" ucap Yunho dengan tegas.
"ne, seosangnim" ucap para murid kompak.
Sepanjang pelajar Jaejoong hanya menundukan kepalanya, menoleh sesekali untuk mencatat. Tidak seperti biasanya Jaejoong yang biasanya mengajak Changmin mengobrol dalam waktu belajar, kini terlihat lebih diam tenang dan tak banyak dilakukannya selain menulis.
"tolong berhenti menulis dan perhatikan" ucap Yunho dan berbalik menghadap para murid.
Yunho memperhatikan satu persatu para murid yang mulai menghentikan gerakan tangannya dari depan kelas.
"kau, yang di bangku tengah. Kau tidak mendengar ucapanku?" ucap Yunho dingin. Para siswa yang mendengar nada bicara Yunho pun mulai tegang.
"yah, Kim Jaejoong. Seosangnim bicara padamu" bisik seseorang yang duduk di sebrang meja Jaejoong dan Changmin.
"kau masih tidak mendengarku?" ucap Yunho lagi.
"ah? Ye? A aku?" ucap Jaejoong gelagapan dan menghadap kearah Yunho dengan wajah gugup.
Yunho yang melihat gelagat Jaejoong, berusaha bersikap biasa dan seperti tidak terjadi apa-apa.
"bisa'kan kau berhenti menulis dulu dan memperhatikan sejenak?"
"ah, ye.." ucap Jaejoong pelan.
Pelajaran kelmbali dilanjutkan, Yunho masih menjelaskan mengenai mata pelajaran matematika. Semua siswa berfokus pada penjelasan sang guru. Tidk dengan Jaejoong, tatapannya memang pada papan tulis, namun pikirannya terbang menuju kejadian tadi pagi yang selalu mengganggunya.
"apa kalian semua mengerti?" tanya Yunho setelah member penjelasan.
"ne seosangnim" ucap para siswa kompak. Tapi Jaejoong masih diam dengan pikirannya.
Yunho yang memperhatikan kelakuan Jaejoong langsung menghampiri mejanya. Dan….
TUK!
"aw! Sshhh.." ringis Jaejoong memegangi kepalanya yang baru saja di petung oleh sebuah penghapus. (ini kelakuan guru nadal ni yang doyan mentungin kepala temen)
"kau melamun di kelasku?" tanya Yunho langsung.
"a ani, aku memperhatikan tadi, seosangnim"
"bagus kalau begitu, sekarang kau kerjakan soal nomor 3 sekarang"
"mmm mwo?" tanya Jaejoong bingung.
"kau bilang kau tadi memperhatikan? Sekarang kerjakan" ucap Yunho menaru sebuah spidol di hadapan Jaejoong.
Dengan gemetar Jaejoong mengambil spidol itu dan berjalan kedepan kelas. Sesekali dia melirik pada Changmin.
"apa yang kau lihat kesini?" ucap Yunho dingin dengan tangan yang di lipat didada dan berdiri tepat disamping kersi Jaejoong.
Changmin yang melihat tatapan Jaejoong padanya hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah yang diuat memelas.
Jaejoong kembali menghadap kepapan tulis, dan akan mulai menulis. Tapi di urungkan.
"aku tidak mengertiii.." cicit Jaejoong.
"keluar dan jangan masuk sampai pelajaran berakhir" ucap Yunho mutlak.
"seosangnim-"
"keluar atau kau merasakan pantatmu panas oleh sebilah kayu?"
"aku memilih kayu, asalkan jangan keluarkan aku" ucap Jaejoong pelan dan memelas.
Yunho langsung menghampiri Jaejoong dan mengabil kayu dimejanya yang sebenarnya dipakai untuk menunjuk pada papan tulis.
"berbalik" Jaejoong menurut saja dan menunduk memjamkan matanya.
PAAAK! PAAKK! PAAKK! PAAAKK! PAAKK!
Terdengar 5 kali pukulan kayu yang menghantam pantat mulus milik seorang Kim Jaejoong. Semua siswa dalam ruangan termasuk Changmin hanya memandang nanar dan ngeri akibat pemandangan didepan mereka. Ternyata guru yang awalnya mereka pikir ramah ketika menunjukkan senyum lima jarinya di awal pertemuan, tidak disangka dia adalah orang yang tegas dan tidak segan-segan memberikan hukuman.
"kembali kebangkumu, dan aku tidak ingin hal ini terulang lagi. Ini berlaku bagi semuanya, arraso?"
Beberapa siswa menganggukkan kepalanya. Dan Jaejoong berjalan menuju bangkunya dengan mengusap pantatnya. Sepertinya pantatnya akan terdapat garis-rasi merah dan menghalangi pemandangannya di depan cermin kamar mandi rumahnya -,-
Suasana kantin terlihat ramai, pasalnya, semua siswa sedang beristirahat dan menikmati makan siangnya di kantin sekolah, termasuk juga dengan beberapa guru yang menikmati makan siangnya dan berkumpul dalam beberapa meja.
"menyebalkan sekali guru baru itu baru juga masuk, sudah memukul pantatku. Kan sakiiittt" cerocos Jaejoong tanpa menyentuh makan siangnya. "dia pikiri dia-"
Changmin justru langsung menyumpal mulu Jaejoong dengan sepotong daging.
"berhenti bicara dan makanlah, dia datang, kau tidak ingin kena masalah lagi kan jika dia mendengar cehanmu"
"hng hng hng" sahut Jaejoong malas dan sedikit malas.
Jaejoong langsung memakan makanannya saat guru barunya atau Jung Yunho datang memasuki kantin bersama dengan guru berjidat lebar.
"sok akrab sekali si guru baru itu" ucap Jaejoong setengah berbisik pada Changmin.
"diamlah hyung, jangan ganggu aku jika sedang makan" ucap Changmin kesal.
"ah lain kali kau harus menjadi guru yang sedikit lunak pada murid, jangan terlalu galak" ucap guru berjidat lebar.
"aku hanya tegas, tidak galak. Siapa suruh dia melamun saat pelajaranku" ucap Yunho.
"mereka membicarakanku" Jaejoong langsung mengerutkan wajahnya. "ayo kita pergi dari sini" ucap lagi dan kali ini mengguncangkan lengan Changmin yang hendak memasukan makanan kedalam mulutnya.
"hyung diam lah, kau menggangguku"
"ish! Makan saja sendiri, aku mau pergi" ucap Jaejoong kesal dan bengun dari tempatnya.
"makananmu untukku saja ya?" ucap Changmin tanpa dosa.
"terserah" ucap Jaejoong pada akhirnya dan pergi meninggalkan kantin.
"menyebalkan sekali, kenapa harus dia yang menjadi guru pengganti Choi seosangnim? Kenapa tidak orang lain saja?!" gerutu namja cantik sambil masuk kedalam rumahnya.
"hey hey hey ada apa ini pulang-pulang sudah berisik, tidak pagi tidak sore, selalu saja membuat ribut. Tidak bisa apa mulut itu kan sumpal dulu" ucap sang umma yang protes dengan gerutuan sang anak.
"umma tidak akan mengerti" ucap Jaejoong malas.
"sudah sana kau bersihkan tubuhmu yang bau itu, palli" ucapsang umma memukul pantat Jaejoong dengan tangan kosong.
"aa! Umma jangan pukul pantatku" daripada ditanya yang tidak-tidak Jaejoong langsung menuju lantai dua kamarnya.
"dasar, dari kecil tidak pernah berubah, bagaimana nantijika berkeluarga, apa jadinya" racau sang umma melihat kelakuan anak semata wayangnya.
"bisa gawat kalau umma tahu pantatku abis dipukul, bisa panjang lebar aku dimarahi" racau Jaejoong dalam kamarnya.
Jaejoong merogoh kantung celananya saat dirasakan getar handphone.
From: Changmin
Hyung, bagaimana dengan pantatmu? Apa merah-merah?
"hais, pertanyaan macam apa itu, lebih baik tidak usah dibalas" ucap Jaejoong dan melempar tasnya ke kasur. Kemudian berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Sambil bergumam dengan mendengarkan musik handphone di kamar mandi, Jaejoong membuka baju dan perlahan menurunkan celana sekolah serta celana boxer sekaligus.
"mmmmm meraahhhh" lirih Jaejoong mengusap pantatnya dan kemudian berlanjut membersihkan diri.
Cukup dengan beberapa menit Jaejoong berkutat di dalam kamar mandi kemudian keluar hanya dengan menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Sambil berjalan santai Jaejoong mengetik pada handphonenya.
To: Changmin
Pertanyaan yang tidak perlu kau tanya juga kau pasti sudah tahu kalau pantatku akan memerah. Pokoknya aku mau belajar matematika denganmu nanti. Aku malas jika nanti ditanya lagi dan aku tidak mengerti.
Tak berapa lama Jaejoong mengirim pesan. Handphonenya langsung berbunyi menandakan pesan masuk.
From: Changmin
Baiklah, kapan-kapan kau kerumahku saja.
Setelah membaca pesan Changmin, Jaejoong langsung menaruh handphone disampingnya kemudian merebahkan tubuhnya dan terletap dan juga hanya menggunakan handuk.
"ya, hyung. Tumben kau tidak terlambat hehehe, apa guru baru itu memberikan pengaruh yang baik pada hyungku ini?" goda Changmin yang langung merangkul pundak sahabatnya yang baru saja duduk.
"aku tidak mau menambah cap merah pada pantatku, aku hanya berusaha untuk tidak kesiangan"
"wooaahhh, di bangunkan dengan Kim ahjumma lagi?"
"ani"
"lalu?"
"aku tidak mandi" jawab Jaejoong sekenanya.
"ya! menjauhlah kau dariku!"ucap Changmin yang langsung mendorong Jaejoong.
"ish berlebihan sekali kau, aku sudah pakai parfum banyak"
"aku mau pindah bangku saja" ucap Changmin mengambil tasnya dan pindah ke bangku sebrang yang kosong.
"terserah kau saja lah"
Pelajaran berjalan seperti biasa, Jaejoong mulai bisa mengikuti cara belajar Jung Yunho guru baru dalam kelasnya. Tapi tetap saja perasaan kesal masih menyelimuti dirinya. ingin rasanya masa sekolah ini berakhir dan tidak ada lagi alasan baginya untuk bertemu dengan guru yang paling menyebalkan dalam hidupnya.
Hari ini Jaejoong pulang dengan berjalan kaki, dikeluarkannya sebatang rokok dari dalam tasnya kemudian menyalakannya. Baru satu hisapan rokok tersebut sudah berpindah tangan.
"kau tahu aturan anak sekolah dilarang merokok?" ucap Yunho yang sudah turun dari motornya dan merebut rokok tersebut.
"ye seosangnim" entah mengapa Jaejoong yang biasanya tidak mendengarkan ucapan guru malah ciut yang hanya karena ucapan Yunho.
"jika aku melihatmu seperti ini lagi, baik di sekolah maupun di luar sekoah, akan aku panggil orang tuamu" Jaejoong hanya mengangguk takut mendengar ocehan Yunho. Kemudia Yunho menbuang dan menginjak rokok tersebut. "belajarlah yang benar, ingat pada ujianmu" ucap Yunho kemudian meninggalkan Jaejoong yang sudah menatapnya kesal.
"apa yang ada pikiran bocah, sekolah belum selesai sudah berani merokok" gumam Yunho sendiri saat berjalan menuju rumahnya.
Begitu sampai dirumah, Yunho langsung meletakan tasnya dimeja.
"umma, dimana anak manja itu?" tanya Yunho pada umma yang sedang berkutat didapur.
"adikmu bilang, dia akan puang telat hari ini, ada yang ingin dia cari ke took buku, dia sudah bilang pada umma"
"kenapa dia tidak mengatakan apa-apa padaku?"
"mungkin dia lupa, sudah, aku bersihkan tubuhmu itu"
"ne" ucap Yunho mengecup pipi sang umma kemudian lari menuju kamarnya.
"kalian berdua sama saja manjanya" ucap umma Jung sambil menatap punggung anak sulungnya.
TOK TOK TOK
"tunggu sebentar" Kim ahjumma berlari kecil menuju pintu utama kediaman mereka.
CLEK
"annyeong ahjumma, Jaejoong hyung ada?"
"oh, Changmin-ah. dia sudah sampai dari tadi, ada di kamarnya. Masuklah"
"ah, yee.." Changmin menurut saja dan masuk kedalam rumah Jaejoong.
"kau susul saja dia diatas. Sepertinya kau belum pulang?"
"aku habis membeli komik ahjumma hehe"
"dasar kau ini, sudah sana"
"aku permisi" dengan tidak sopan Changmin langsung melesat menuju lantai dua kamar Jaejoong. Memang sudah biasa Changmin bermain kerumah Jaejoong, sehingga menganggap rumah Jaejoong sebagai rumahnya sendiri.
"hyuuunnnng" teriak Changmin yang langsung masuk kedalam kamar Jaejoong.
"ya, bisa tidak kau mengetuk dulu sebelum masuk? Mengganggu orang tidur saja"
"untuk apa aku mengetuk pintu, seperti orang asing saja" cerocos Changmi tanpa dosa dan langsung duduk di atas kasur Jaejoong "lihat aku bawa apa" lanjutnya yang langsung mengeluarkan beberapa komik dari dalam tasnya.
Jaejoong yang penasaran menoleh tanpa mengubah posisi tertelungkupnya.
"apa itu?"
"komik yaoiiiii, ini edisi terbaru"
"kau pintar tapi sayang otakmu kotor, kau mau meracuniku?"
"ya hyung, jangan munafik. Anak seumuran kita tidak mungkin tidak merasa penasaran dengan hal semacam ini"
"aku tidak"
"come on, hyung. Kau ingin melihat? Akan aku pinjamkan"
"aku tidak tertarik"
"yah terserah kau saja, tapi boleh kan aku titip ini di rumahmu? Aku takut umma atau hyungku yang sudh pulang mengecek kamarku dan melihat ini, bisa habis aku"
"yaya terserah kau saja"
Changmin tengah asik membaca salah satu komik bawaannya. Sementara Jaejoong sudah kembali tidur. Memang itu kebiasaan Changmin jika main kerumahnya. Pasti membawa komik yang tidak-tidak. Tapi baru kali ini dia menitipkannya pada Jaejoong.
"sudah sore, hyung aku pulang ya" tidak ada jawaban dari Jaejoong "hyung!"
"berisik sekali kau! Kalau mau pulang, ya pulang saja tidak perlu berteriak seperti itu"
"aku kan menitipkan ini kau simpan di tempat yang aman, sudah aku pulang. Dadaahh" ucap Changmin dan pergi keluar kamar Jaejoong.
"ahjumma aku pulang dulu"
"ne, hati-hati Changmin-ah"
"apa sih yang sebenarnya dia baca" Jaejoong bangun dari tidurnya. Diambilnya salah satu komik yang masih terbuka seperti habis dibaca.
Lama dia melihat lembar demi lembar komik yang Changmin baca tadi. Jidatnya mulai berkerut.
"yaish! Apa-apaan yang dia baca, dasar otak major (manusia jorok), menjijikan"
"Joongie-ah, ayo cepat turun dan makan" mendengar teriakan sang umma Jaejoong cepat-cepat membereskan komik-komik Changmin yang berserakan dan menyembunyikannya dibawah selimut.
"ya Changmin-ah. Sampai kapan kau akan menitipkan komik itu dirumahku?" tanya Jaejoong pada Changmin.
"nanti, hyung. Percuma saja jika aku ambil itu dari rumahmu, nanti bisa ketahuan umma. Jadi aku beralasan main kerumahmu untuk membacanya hehehe" cengir Changmin sambil menulis.
"tapi jika itu ketahuan oleh orang tuaku bagaimana?"
"memangnya ahjumma atau ahjusshi suka mengecek kamarmu? Tidak kan?"
"tapi kan-"
"sudah semua? Besok akan dilaksanakan test, sejauh mana kalian memahami materi yang aku berikan" ucap Yunho. Terlihat wajah para siswa yang seperti menyayangkan hari esok. Kecuali Changmin yang hanya memasang wajah tenang.
"hari ini aku belajar di rumahmu ne?"
"tapi temani aku dulu membeli komik"
"komik kemarin kan kau sudah membeli 4"
"sudah lah, hyung. Kalau kau mau menemaniku nanti aku akan meminta bantuan hyungku untuk mengajarimu juga"
"baiklah" Jaejoong langsung merapikan bukunya.
"Changmin-ah, sudah selesai belum? Kita dari tadi hanya berputar-putar"
"sebentar lagi, aku sedang mencari komik itu, limited edition, hyung"
"mungkin sudah habis, sudah lah. Ayo kia pulang"
"kalau pergi denganmu selalu saja mengeluh tidak asik, ayo pulang" ucap Changmin yang langsung meninggalkan Jaejoong.
"ya! tuggu aku" Jaejoong langsung berlari mengejar Changmin.
"coba kau kerjakan ini" ucap Changmin menyerahkan sebuah kertas.
"aku baru saja mengerjakan yang itu, istirahat dulu"
"jika ada hyungku di sini kau bisa dimarahi jika bermalas-malasan"
"tapi dia tidak ada kan"
"sebentar lagi juga pulang, aku juga mau belajar untuk test besok. Aku bosam mengajarimu yang susah sekali mengerti"
CLEEK
"aku pulang…" ucap seseorang dari balik pintu utama.
Jaejoong dan Changmin yang sedang duduk di karpet ruang tamu rumah Changmin langsung menengok kearah suara.
"hyuuuunngggg….." pekik Changmin.
Sedangkan Jaejoong hanya membelalakan matanya melihat orang dihadapannya sekarang. Sementara orang yang menjadi objek pandangan Jaejoong hanya melihat dengan datar.
"kenapa?" tanaya orang itu bingung melihat ekspresi Jaejoong.
_T.B.C_