CLOVER

Created by :jitan88 | 2014 |

Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto.

Semua nama tokoh dan lokasi yang tercantum tapi tidak terhubung dengan cerita Naruto yang sebenarnya adalah fiktif dari hasil pemikiran penulis. Sebelum membaca mohon memperhatikan rating; cerita ini termasuk dalam Rating M karena penggunaan bahasa, setting cerita, juga melibatkan unsur-unsur dewasa.

Genre : Drama & Romance

Rating M, Alternate Universe, OOC

.

.

.

PROLOGUE

.

.

Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, bagiku semuanya sudah berakhir.

Ini tidak adil … ah tidak, kurasa ini cukup adil jika mengingat bagaimana masa laluku. Tapi tetap saja, aku tidak bisa menerimanya.

Tch, apa ini karma yang harus kuterima?

Sungguh miris. Setelah sekian lama bergonta-ganti pasangan, berpetualang cinta dan bersetubuh dengan banyak wanita, akhirnya aku meninggalkan semua itu. Ya, aku sendiri tidak pernah menyangka hal ini. Akhirnya aku menemukan seseorang yang pas ... seseorang yang paling tepat untuk mendampingi orang kotor sepertiku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya, dan ini bukan gombalan atau alasan klise.

Dia duniaku.

Wanita ini mampu membuatku bertekuk lutut, dia bisa merubah pola pikir dan cara pandangku terhadap dunia. Dia satu-satunya orang yang tetap berdiri tegap di sisiku ketika orang lain berniat menjauh bahkan mencibir, ia menerima keadaanku secara utuh. Aku memuja kedewasaannya, menyukai bagaimana bentuk senyum juga tawa renyahnya, menghormati pola pikirnya yang terbuka, dan mencintai tiap lekuk tubuhnya. Dia membuatku tergila-gila, bahkan sebesar apapun pertengkaran kami … aku tidak mampu membencinya.

.

Maka kuputuskan, aku akan memilih dia sebagai yang terakhir. Ini keputusan besar dalam hidupku, terutama karena secara finansial aku bukan seorang konglomerat yang mapan dalam segi materi. Tapi, itu keputusanku untuk mendapatkan kebahagiaan yang utuh bersamanya. Aku mulai merencanakan masa depanku dengan gambaran dia di sampingku sebagai seorang pendamping hidup.

Tidak peduli bagaimana sulitnya, aku ingin hidup bersamanya. Aku mulai mencari tempat tinggal baru, rumah masa depan kami. Tidak terlalu besar apalagi mewah, tapi cukup untuk menampung sebuah keluarga kecil. Tidak kupedulikan bagaimana pusingnya aku harus memutar otak demi membayar cicilan rumah dengan harga mencekik. Aku rela melakukan semuanya. Semua kesulitan itu seakan musnah ketika bibirku bertautan dengannya, dan waktu terasa berhenti untuk kami berdua. Ya ampun, ini tidak bisa ditelaah oleh logika. Bagaimana aku bisa mencintai seseorang sedalam ini?

.

Tapi hari ini, tidak lagi.

Aku membencinya … sangat membencinya. Aku membenci wanita ini dari ujung kepala hingga kaki, aku muak melihat senyumnya yang terasa palsu, termasuk membenci tiap genangan air mata yang jatuh ketika meratapi dosanya. Bahkan mulai detik ini, aku juga jijik ketika mendengar suaranya.

AKU BENCI DIA!

.

Sungguh menyakitkan.

Ketika aku baru saja menjejakkan kaki di apartemen kami dan berniat memberinya sebuah kejutan … ternyata dia juga ada di sana. Awalnya kukira ia pulang lebih cepat, tapi ternyata … dia tidak sendirian. Wanita pujaanku ini bersama seorang pria asing. Aku melihat bagaimana mereka bercumbu mesra di atas sofa yang cicilannya baru saja kulunasi, dengan mata kepala sendiri aku menyaksikan bagaimana pria brengsek itu sedang mencoba merangsang calon istriku dan mengajaknya bercinta!

Saat itu juga, amarahku naik sampai ke ubun-ubun. Aku mengepalkan kedua tangan, siap membunuh pria yang berniat menyetubuhi kekasihku. Tapi sedetik kemudian, langkahku terhenti. Hatiku berubah hancur, berdenyut nyeri hingga membuatku sulit menarik napas.

Aku berharap tuli ketika mendengar desahannya.

Hatiku terbakar ketika wanitaku memanggil pria itu dengan sebutan "sayang", bahkan dia terlihat menikmati bagaimana perlakuan pria keparat ini terhadap tubuhnya. Dia menyerahkan tubuhnya, membalas ciumannya, menggelinjang karena sentuhan pria lain. Desahan mesra yang ia lantunkan itu bukan untukku, tapi untuk pria lain.

Sungguh miris.

Kupikir dia adalah yang terakhir …

Dia kekasihku, wanita yang sangat kucintai.

Dia calon istriku, wanita yang kuharapkan menjadi ibu atas anak-anakku!

Bagaimana mungkin dia mengkhianatiku?!

.

.

.

"Tuan, Anda sudah terlalu banyak minum."

Suara bartender itu membuatku memincingkan mata dan menggeleng kencang, "Tambah."

"Anda mabuk, sebaiknya—"

"Aku bilang tambah lagi!" bentakku dengan wajah memerah karena mabuk. Aku menghentakkan gelas minum di atas meja, "Akan kubayar, berapapun harganya. Tambah!"

Haha, aku tahu ini sia-sia.

Satu tegukan lagi, dan aku memutuskan berhenti.

Berjalan sempoyongan di sepanjang trotoar dan kesulitan menemukan jalan pulang, aku mencemooh situasiku sendiri karena terlihat begitu bodoh. Bahkan sudah satu bulan ini aku tidak mendatangi apartemen itu, kutinggalkan begitu saja. Wanita sialan itu sudah pergi, sambil berderai air mata ia mencoba mengemis belas kasihan dariku. Tapi apa daya ... amarah dan rasa benci memenuhi akal sehatku. Berapa pun besar kadar aku pernah mencintainya, bagiku pengkhianatan adalah jalan buntu yang tidak bisa kutolerir terhadap suatu hubungan.

Aku tidak sanggup berbagi.

Bagaimana mungkin kau bisa membagi orang yang kau cintai dan berbesar hati ketika melihatnya tidur dengan orang lain?

Sebulan berlalu, dan aku berubah menyedihkan. Terjebak dalam dunia patah hati membuat hidupku kacau balau. Aku memaksakan diri bekerja tanpa kenal waktu untuk melupakan peristiwa itu, sementara malam harinya kuhabiskan untuk minum. Menenggak cairan berkadar alkohol itu gelas demi gelas meski efeknya hanya sesaat. Aku mengalami insomnia berat, karena tiap kali aku memejamkan mata … bayangannya sedang menangis selalu terlintas dan membuatku semakin tersiksa. Aku merasa kosong, berubah menjadi manusia robot yang mati rasa.

.

Dinginnya udara malam ini tidak mampu membuat langkahku terasa ringan, dalam pengaruh alkohol aku berjalan tanpa arah. Aku tidak ingin pulang, tapi lagi-lagi kebingungan mencari tempat tinggal sementara. Setelah berkeliling tanpa arah tujuan, aku berhenti tepat di seberang sebuah pusat perbelanjaan kota yang megah. Di sini tempat para anak muda biasa menghabiskan waktunya untuk berbelanja, mencari kudapan kecil, atau berkaraoke. Keadaan pusat perbelanjaan yang masih cenderung ramai menandakan bahwa dunia malam baru saja dimulai. Di sana aku melihat puluhan sorot lampu juga papan reklame yang membuat suasana malam menjadi lebih gemerlap, dan di tengah-tengah bangunan tersebut terdapat sebuah monitor raksasa yang biasa digunakan sebagai media promosi.

Tiba-tiba, setelah tayangan commercial break berakhir, sebuah video musik mulai mengalun lewat monitor itu. Ketika denting-denting piano mulai dimainkan, beberapa pejalan kaki ikut berhenti untuk menonton. Boleh kubilang, nada-nadanya terdengar merdu namun terkesan sedih. Aku sendiri cukup tertarik dan memilih duduk pada pagar pembatas jalan di seberang keramaian. Bisa dibilang, di sini aku bisa menonton layar monitor itu dari jarak pandang yang cukup pas.

Di dalam video musik tersebut, aku melihat seorang wanita dengan gaun berwarna navy tengah duduk dengan tenang sambil memainkan piano berwarna putih. Ditambah peranan tata cahaya, harus kuakui wanita itu terlihat mempesona. Penampilan juga riasan wajahnya terkesan natural namun tidak mengurangi wajahnya yang manis, wanita itu tampak sedang memejamkan mata. Dentingan piano yang ia mainkan pada bagian intro membuat perasaanku sedikit tenang, meski aku tidak tahu apa alasannya. Lalu sedetik kemudian, wanita dalam video musik itu mulai membuka matanya dan bernyanyi ….

.

The rain falls on my windows, and a coldness runs through my soul

Honestly, I don't want to be alone …

I can't believe that you and me were falling out of love, and everybody used to be so envious of us.

.

Aku tersenyum kecil, menyadari bahwa suaranya terdengar merdu. Wajah yang manis, penampilan nan elegan, ditambah dengan kemampuannya memainkan alat musik sambil bernyanyi membuatku tidak ingin beranjak dari tempat ini. Tapi meskipun suaranya terdengar merdu, aku bisa merasakan ada aura kesedihan yang coba ia sampaikan lewat lagunya.

.

But happiness don't last that long

Sometimes it just doesn't go on as planned

.

Senyumanku memudar, aku lebih memfokuskan diri untuk mendengarkan bait-bait liriknya. Dentingan melodi yang bernada minor seakan memainkan emosi para pendengar agar terpancing dan berubah melankolis.

.

My love, where are you going?
Where are you going, leaving me alone?
After making me only love you?

If only I can erase you with an eraser, I want to erase you a hundred times over
But our love is engraved on my heart like a tattoo
No matter how much I try, it can't be erased.

.

Tanpa sadar aku mengiyakan sepenuhnya bagaimana lirik lagu ini menyerupai keadaanku saat ini. Nada-nadanya yang terkesan lembut semakin membuat emosiku terpancing. Aku teringat ... padanya. Memang, jika aku bisa menghapus kenangan-kenangan itu, pasti rasanya tidak akan terlalu perih. Aku bahkan tidak tahu kapan aku bisa menghapus bayangannya dari pikiranku, melupakan perasaan bagaimana aku mencintainya. Persis seperti apa yang ia nyanyikan; jika aku bisa menghapus dirimu dengan sebuah penghapus, maka aku ingin menghapusnya ratusan kali. Tapi cinta itu terpatri layaknya sebuah tattoo, dan betapa pun kerasnya aku berusaha … perasaan itu tidak akan pernah bisa hilang.

.

I will endure it as long as I can endure it

Although it won't be as easy as said, and it feels like I will die while enduring

Then will you come and hug me just once?

.

Oke … sekarang aku berubah menjadi pria sentimentil. Air mata dari pelupuk mata tiba-tiba mengalir dan membasahi pipi, dan seluruh kenangan manis saat bersamanya berputar dalam ingatanku. Hahaha, tidak, tidak … jangan bodoh. Ini omong kosong, untuk apa aku menangis? Mungkin air mata ini akibat hawa dingin yang membuat mataku perih dan berair! Kenapa aku harus menangis untuknya? Kenapa aku harus menangisi wanita yang jelas-jelas sudah mengkhianati kepercayaanku dengan berselingkuh?!

.

But life is like riding a bicycle.

To keep your balance, you must keep moving.

I will try to forget you, although it won't be easy

.

Life is like riding a bicycle.

To keep your balance, you must keep moving.

.

.

Aku meringis.

Hidup itu seperti mengendarai sebuah sepeda. Agar tetap seimbang dan tidak terjatuh, kita harus terus bergerak. Aku tertawa miris, mengasihani diriku selama sebulan terakhir ini. Seakan terhipnotis oleh suara juga paras cantiknya, aku merasa ada aliran hangat yang menyelimuti hatiku. Kurasa wanita berparas manis ini luar biasa. Aku merasa ia sedang bernyanyi untukku, apalagi karena liriknya serupa dengan keadaanku saat ini. Lagu ini mampu membuatku bercermin diri, membuatku ingin mencoba bangkit. Sebenarnya siapa dia? Siapa wanita bermata lavender ini? Apa mungkin ia juga mengalami hal yang sama dengan yang kurasakan?

Tanpa sadar, selama empat menit dua puluh detik aku terpaku di sana … duduk diam menonton lagu itu dari awal hingga nada terakhir dimainkan. Rasa penasaran membuatku bertahan hingga akhir, aku ingin tahu siapa wanita manis yang menyanyikan lagu tersebut. Lalu datanglah saat yang sudah kutunggu-tunggu. Tepat sebelum lagu itu benar-benar berakhir, di sisi kiri bawah video itu tampak sebuah tulisan yang menerangkan judul lagu dan penyanyinya.

BicycleHinata from CLOVER.

.

Hinata ... dari CLOVER?

Seperti terkena hipnotis, aku mulai tersenyum lebar ketika membaca namanya. Meraup oksigen lalu menghembuskannya dengan cepat, aku mendapatkan secercah ide, dan detik itu juga aku sudah membuat keputusan. Entah ini kebodohan atau tindakan nekad, tapi aku berpikir untuk mulai mencari jalan untuk melupakan masa laluku. Aku harus tetap bergerak dan melanjutkan hidup, tidak terpuruk pada keadaan ini.

Ya, itu benar.

Tapi, jika terus berada dalam rutinitas ini, maka semuanya akan sama seperti sekarang, usahaku akan sia-sia. Aku harus berubah, merubah pola hidupku yang sudah terlanjur terorganisir dari hari ke hari. Aku harus mencari kesibukan lain untuk mengalihkan perhatianku dari wanita itu. Sekarang aku berpikir untuk melakukan suatu aktivitas berkelanjutan yang akan menyita waktu dan hidupku, sehingga lambat laun perasaan kehilangan itu akan hilang ... atau setidaknya berkurang. Rasa penasaran pada nama "Hinata" dan "CLOVER" membuatku mendapatkan titik terang lain.

Baiklah, sudah kuputuskan!

Silahkan sebut aku gila atau bodoh. Tapi mulai sekarang, aku akan berubah. Hahaha, ya! Mulai hari ini … aku akan mengabdikan seluruh hidupku untuk HINATA; wanita asing yang cuma kulihat satu kali di layar televisi. Ya, untuk melupakan semua kesedihanku pada wanita sialan yang telah mengkhianatiku … aku akan mendukung Hinata dari Clover dengan segenap hati dan kekuatanku! Saat ini aku memang belum tahu siapa Hinata atau apa itu CLOVER, tapi aku akan mencari tahu. Aku akan berada sana, di garis terdepan sebagai sosok penggemarnya. Aku akan menjadi fans setia Hinata … mengabdikan diriku untuk mendukung karir dan dirinya, SELAMANYA!

Mulai besok aku akan berubah, aku akan menjadi seseorang yang baru.

Demi namaku; Naruto Uzumaki … aku bersumpah akan melakukannya!

.

.

.

Bersambung

.

.

Author's Note :

Halo semuanya, salam kenal dan terima kasih untuk para readers sekalian yang bersedia baca cerita ini, bahkan menyempatkan diri untuk baca A.N dari saya. Setelah pusing dengan kelanjutan cerita Hegemony, saya memutuskan untuk memenuhi salah satu request (saya lupa dari siapa) yang pengen cerita lebih ringan dan tidak terlalu penuh misteri seperti dua cerita saya sebelumnya; Shattered Memories dan Hegemony. Jadi, saya coba untuk membuat cerita ini … CLOVER, dengan main pairing-nya Hinata dan Naruto. Oh ya, dari awal saya sudah taruh cerita ini di Rate M ... bukan karena cerita ini bakal dipenuhi lemon lho, tapi karena memang topik bahasan dan penggunaan kata-kata yang kayaknya kurang pas buat ditaruh di rating lain.

Sekali saya berterima kasih buat semua yang sudah baca, saya tidak menjadwalkan cerita ini akan update tepat waktu seperti Hegemony … tapi akan saya usahakan update mohon dukungannya dan jangan sungkan untuk memberi review sesingkat apapun, ide atau kritik saya terima dengan senang hati untuk perbaikan ke depannya.

Sampai jumpa di chapter satu, ya!

-jitan-