Disclaimer : Naruto kepunyaan Masashi Kishimoto
WARNING! Typo(s), OOC, Gaje, Crack Pairs, Alur dan Konflik yang tak jelas serta Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, dan banyak sekali kesalahan-kesalahan lain nya.
Thanks a lot untuk para reviewer dan yang telah fave&follow fict ini, juga untuk PM yang telah masuk untuk melanjutkan fict ini .
Chapter 5 : Completed !
Dengan balutan Kimono berwarna ungu muda, Kushina nampak cantik dengan rambut diikat tinggi dengan pita berwarna senada dengan Kimononya menghiasi surai rambut pirang cerah miliknya. Namun tetap saja ada yang berbeda dari gadis kecil yang kini sudah menginjak usia 5 tahun itu, ia kini terduduk, hanya melihati beberapa orang yang lalu lalang di depannya, ia tak memiliki keinginan sedikitpun untuk beranjak dari tempatnya mengikuti sang kakak bermain bersama beberapa temannya atau sang ibu yang sedang asyik berbincang dengan bibi bersurai rambut merah muda yang baru saja datang dari Sunagakure kemarin, untuk ikut sang ayah menyiapkan diri untuk membuka festival malam ini saja rasanya ia terlalu malas.
Gadis mungil itu menghela nafas panjang, ia termenung, ada rasa iri ketika matanya menangkap kebersamaan seorang ayah dengan anaknya, bukannya selama ini ia tidak mendapatkan kasih sayang melimpah dari kedua orangtuanya terutama sang ayah, namun ia merasa hal itu belum benar-benar sempurna ketika Tou-san dan Kaa-san mereka bersatu.
Matanya memerah, menatap nanar bagaimana kedekatan Gaara dengan putrinya yang baru berusia 1 tahun, ia iri bagaimana Nami, nama gadis kecil itu mempunyai keluarga yang harmonis, dengan Gaara-Ji dan Sakura Oba-san yang sangat menyayanginya.
Ia tersenyum begitu melihat Gaara mendapati dirinya tengah menatapi Kazekage Sunagakure itu, tak ingin memperlihatkan tatapan kesedihan yang tak ingin seorangpun mengetahuinya ia kemudian mengedarkan pandangannya ke arah lain agar sang Oji-san tak mengetahui perasaan apa yang kini tengah ia rasakan.
Gaara yang tengah mendekap gadis kecil pada tangannya itu mencium sekilas dahi putrinya yang memiliki rambut merah maroon dan warna mata emerald sang ibu namun tentu tanpa lingkaran hitam di matanya, seperti kepemilikan sang Ayah. Ia berdiri dari posisi duduknya yang tadinya sedang asyik memandangi ikan Koi bersama putrinya yang berteriak ceria, bertepuk tangan senang ketika melihati ikan-ikan yang berenang kesana dan kemari.
"Kushh … Neee!" Nami menunjuk direksi dimana Kushina sedang duduk, Gaara mengangguk tersenyum pada putrinya kemudian mengacak gemas rambut tipis bayinya. "Kau mau bertemu Kushina Onee-chan?" tanya Gaara yang disambut dengan celotehan antusias sang bayi.
Gaara lantas melangkahkan kakinya mendekati putri dari Naruto dan Ino itu, tersenyum dan mengusap pelan pucuk kepala sosok yang dulu pernah ia rawat dan besarkan sebelum akhirnya gadis kecil ini dibawa oleh Naruto kembali Konoha dan sempat membuatnya 'patah hati' untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia menikahi Sakura dan hadirlah Nami di keluarga kecil mereka.
"Gaa Jiiiii! Jiii!" celoteh Kushina lucu, mencengkram erat jubah berwarna merah milik sang Kazekage, mata aquamarine bening miliknya memandang ke dalam iris Jade milik pemuda itu dalam-dalam, ia tersenyum kemudian tertawa dan memeluk Oji-san kesayangannya ini tanpa mengetahui bahwa besok mereka akan berpisah karena Ino telah memutuskan bahwa ia akan membawa pulang Minato dan Kushina kembali ke Konoha.
Mau tak mau Kazekage muda itu ikut tersenyum meskipun ia benar-benar tak rela berpisah dengan 'cinta' pertamanya ini, ia menciumi gemas dahi dan pipi bayi kecil itu membuat bayi yang memiliki surai rambut pirang cerah itu tertawa terbahak sambil menjawil gemas pipi Gaara "Kau nakal, Shina-chan!"
"Gaa Ji!" protesnya ketika Gaara membalas perlakuan bayi itu padanya dengan menggelitiki pinggang Kushina..
"Kalian asyik sekali bermain, huh? Kau benar-benar membuat bibi cemburu karena seharian ini Gaara-Ji menghabiskan waktu bersamamu, Shina-chan!" Sakura memajukan bibirnyua cemberut yang kemudian hanya dihadiahi tatapan bosan Kushina yang kembali asyik mendekap Gaara.
"Shina-chan!" pekik Kunoichi penyembuh itu pada sosok cantik yang mirip sekali dengan ibunya itu, Gaara hanya mampu tertawa dengan kelakuan kedua orang yang ia cintai itu.
"Kau seperti anak kecil saja, Forehead! Mengalahlah pada Kushina-chan, lagipula besok kami akan pulang ke Konoha, kau bisa memiliki Gaara sepuasmu!" ledek Ino yang baru saja selesai memandikan Minato, di gendongannya Minato tengah mengembangkan senyum ceria pada Gaara,Sakura, dan Kushina saudara kembarnya.
"Jiiiiii! Jiiii!" celotehnya, merentangkan keduatangan mungilnya pada Gaara.
"Kemarilah jagoan!" Gaara merentangkan satu tangannya yang bebas untuk meraih Minato pada gendongan Ino. "Gaaa O . .ji!"
Gaara tersenyum, mencium dahi Minato, menyalurkan rasa sayangnya pada bayi laki-laki sahabatnya itu "Hmm kau sudah wangi, Minato! Dan sekarang waktunya kau mandi Shina-chan!" Gaara memandang sosok mungil yang mulai memasang wajah kesal.
"Jangan seperti ini Kushina!" perintah Ino yang kemudian mengambil Kushina dari gendongan Gaara "Kau bisa bermanja-manjaan lagi bersama Gaara Oji-san nanti setelah mandi!" ujar Ino. Kushina merengek pada sang ibu namun kemudian terdiam ketika mendapati sosok Tou-sannya yang baru saja bangun dari tidur siang.
"Tou . . . Tou!" jari telunjuk Kushina menunjuk-nunjuk Naruto yang kemudian menyunggingkan senyuman lebar dengan satu tangannya yang menggaruk tengkuk "Shina-chan!"
"Berapa jam sudah kau tidur, Naruto?! kau benar-benar tidak malu dengan kedua anakmu, huh~?!" dengus Sakura kesal pada sahabatnya.
"Maafkan aku, Sakura-chan! Tapi aku sedang memanfaatkan waktu senggangku disini, lagipula pertemuan para Kage sudah selesai!" elaknya, lantas ia berjalan mendekat pada Ino yang tengah menggendong bayi perempuan mereka "Kau berantakan sekali Shina-chan!" Naruto berkomentar pada keadaan putrinya, ia melihat bagaimana baju Kushina penuh dengan tetesan jus tomat dan remah-remah biscuit yang menempel pada sekitaran mulutnya.
"Tou! Tou!" protes Kushina pada Tou-sannya, gadis mungil itu memasang wajah marah yang kemudian disambut gelak tawa Gaara dan Sakura, Ino sendiri mendengus kesal akan tingkah ayah dari anak-anaknya.
"Setidaknya putriku tidak malas sepertimu Hokage-sama!" Ino melepas cengkraman Kushina pada bajunya, ia menyerahkan bayi perempuan itu pada Naruto yang tak memerlukan waktu lama kemudian sudah berada di dekapan Naruto "Karena kalian sama-sama berantakan dan bau! Sebaiknya kalian mandi bersama! Kali ini Tou-san akan memandikanmu, Shina-chan! Apa kau senang?!" Ino berseru ceria menepuk kedua tangannya, yang dihadiahi tatapan horror dari Naruto.
"Kau tidak benar-benar menginginkanku untuk memandikan Kushina 'kan?"
Ino mengangkat kedua bahunya, berlalu untuk duduk bersama Gaara, Sakura dan bayi laki-laki mereka.
"Inoooooo!"
"Tou Tooooou . . . Sa" Si kecil Kushina nampaknya benar-benar mewarisi kecerewetan Tou-san dan Kaa-san mereka, Naruto menatap dalam-dalam Aquamarine sang putri "Baiklah sejak Kaa-sanmu terlalu malas untuk mengurusimu, Tou-san yang akan memandikanmu Shina-chan!"
"Narutoooooooo!"
Teriak Ino, yang kemudian dengan cepat pemuda jabrik itu membawa Kushina ke kamar mandi untuk memandikan gadis kecil itu.
"Kau sedang sedih?" tanya Gaara pada gadis kecil itu, tatapannya lembut pada anak angkatnya itu kemudian mendudukkan tubuh kekarnya di samping tubuh kecil yang terlihat sedang berusaha menyembunyikan sesuatu, di dekapannya Nami nampak tenang, ikut memperhatikan sosok Onee-chan favoritnya.
Kushina menggeleng, tersenyum pada Gaara, ia kemudian bermain dengan tangan mungil milik Nami "Halo, Nami-chan! Kau sudah besar ya! Onee-chan sangat merindukanmu, apa kau merindukan Shina-Nee?"
Nami tertawa riang, ia menggerak-gerakkan kaki dan tangannya yang disambut dengan tawa sang gadis Uzumaki "Nee … -cha!" celotehnya.
"Apa?! Hahaha … Dia lucu sekali dan cantik Gaa-Ji!" Shina mengalihkan pandangannya dari Nami pada Gaara, ia tersenyum "Aku merindukanmu, Gaa-Ji!" entah mengapa kali ini suaranya nampak serak, bahkan matanya memerah dan berakhir dengan buliran-buliran air mata yang mengaliri kedua pipi mulus gadis cantik itu.
"Kau kenapa, Shina-chan? Jangan membuat Gaa-Ji sedih dengan melihatmu seperti ini!"
Kushina terisak, tak mampu untuk menjawab pertanyaan paman favoritnya itu "Gaa-Ji" ia memeluk lengan pria Sunagakure itu, ia menenggelamkan kepalanya pada lengan kekar Gaara.
"Nee … nee … neee!" celoteh Nami, memukul-mukul pelan dada Tou-sannya yang ia kira telah membuat Onee-chan kesayangannya itu menangis, Gaara menundukkan kepalanya, menatap emerald sang putri dan tersenyum "Tou-san tidak membuat Onee-chan menangis Nami-chan!" ucapnya lembut, ia lantas menghela nafas panjang,membelai pucuk kepala gadis Uzumaki yang menangis tersedu.
"Hapus air matamu, kau tunggu Gaa-Ji disini ya! Gaa-Ji akan mengantarkan Nami-chan dulu ke Sakura Ba-san!"
Kushina mengangguk, melepaskan pelukannya pada lengan Gaara, dan menghapus air mata yang keluar dari aquamarine beningnya.
"Cium Kushina-nee!" Gaara memposisikan putrinya di depan Kushina, bayi kecil itu kemudian mencium gemas pipi gembil Kushina.
"Aaa~ Nee-chan juga menyayangimu, Nami-chan!" Kushina terkikik geli, kemudian membalas ciuman bayi kecil itu.
Gaara tersenyum, kemudian berdiri mengerakan pelukannya pada Nami yang melambaikan tangannya pada Kushina.
Perlahan ia mendekat pada tempat dimana Sakura, Ino, Hinata, dan Tenten disana juga telah berada Minato yang tengah asyik bercanda dengan putri dari Hinata dan Shikamaru yang baru berusia 1 tahun seperti Nami.
"Ow~ Nami-chan!" seru Minato yang kemudian berlari kearah Gaara "Mina-kuuuu! Mina-Kuu!" seru bayi 1 tahun itu membuat Gaara menaikkan sebelah alisnya heran, kelakuan putrinya ini sepertinya menurun dari ibunya yang dulu menjadi fangirl Uchiha Sasuke, dan sekarang Nami menjadi fangirl Minato? Karma apa yang diturunkan Kami-sama pada keluarga mereka sebenarnya? Kazekage Suna itu menghela nafas panjang, tak mengerti apa yang membuat putrinya seperti ini.
"Nami-chan! Gaa-ji!" sapa Minato ceria, ia tersenyum pada sosok kecil yang tertawa ketika tangan Minato memegang tangan mungilnya.
"Hei, Jagoan! Kau tumbuh dengan cepat huh~? Terakhir kita bertemu kau masih belum setinggi ini!" ungkap Gaara pada sosok pemuda kecil kesayangannya.
"Mina … Nii! Niii!" teriak Hikari yang berada pada gendongan Hinata, menunjuk-nujuk Minato yang sedang berbincang dengan Gaara, Minato membalik tubuhnya "Iya Minato-Nii akan kesana, Hikari-chan!"
Hinata tersenyum akan tingkah putrinya itu. sementara itu Ino dan Sakura hanya terkikik geli "Mengigatkan akan masa lalu, huh? Forehead?!" ejek Ino pada sahabatnya.
"Berbeda dengan Sasuke-kun, Minato-kun lebih lembut dan sabar! Ahhh~ dia tidak ada mirip-miripnya denganmu atau Naruto, Pig!" balas Sakura membalas ejekan sang sahabat yang kemudian dihadiahi oleh Ino tatapan mematikan, sosok pirang cantik itu kemudian berjalan menuju Gaara yang juga berjalan mendekat pada mereka "Nami-chan!" ucapnya ceria, merentangkan kedua tangannya yang disambut dengan ceria bayi cantik, anak dari sahabatnya itu.
"Cepat kesana, Minato-kun! sebelum Hikari-chan menangis!" Ino tertawa geli menggoda anak laki-lakinya, sementara Nami sudah memasang wajah sebal membuat Ino gemas untuk mencubit kedua pipi gembil bocah cantik itu.
"Kaa-san!" protes Minato. Kedua pasang Ibu dan anak itu tertawa bersama.
"Aku titip Nami, ya! Aku ada kencan dengan Kushina-chan!" tegas Gaara pada Ino, kemudian memandang Sakura yang membalas pandangan Gaara dengan senyuman, Sakura tau betul bahwa Gaara sangat menyayangi si kembar terutama Kushina yang membuatnya 'mencintai' bayi itu, Kunoichi Konoha itu mengangguk.
"Hahaha, kembalikan anak gadis orang sebelum tengah malam, Kazekage-sama!" Sakura berkata pada suaminya. Gaara tersenyum, mencium dahi, hidung, dan bibir putrinya "Jangan membuat repot Kaa-san dan Ba-san, Nami-chan!" perintahnya.
Ino tersenyum "Aku titip Shina-chan, Gaara! Belakangan ini ia terlihat sangat sedih, siapa tau dengan kehadiranmu, dia akan lebih terbuka!"
"Kau tenang saja, Ino! aku tau apa yang harus aku lakukan!" Gaara menepuk pundak Ino kemudian berbalik, berjalan pelan untuk kembali ke tempat dimana sekarang Kushina berada.
Ia tersenyum dari kejauhan melihat sosok mungil itu menundukkan kepala memandangi kakinya yang sengaja ia ayun-ayunkan karena rasa bosannya menunggu.
"Shina-chan!"
Kushina memandang ke tempat dimana suara itu berasal, ia melihat sosok Gaara yang tersenyum padanya, di tangan pria Sunagakure itu terdapat Cotton candy berwarna merah muda, kesukaannya.
"Gaa-Ji!" ia tersenyum ceria menerima Cotton candy yang diberikan Gaara padanya, Gaara mengacak rambut pirang bocah kecil itu gemas.
Gaara menarik nafas panjang "Jadi? Ada apa denganmu Shina-chan?!" pria tampan itu menatap lembut sosok kecil disampingnya.
"Tidak ada apa-apa, Gaa-ji! Aku hanya merasa iri saja dengan Nami-chan dan anak-anak lain yang mempunyai Tou-san!" ucap Kushina polos, tersenyum menyesap Cotton candy miliknya. Tatapan Gaara menajam, sebelum akhirnya Kushina memandang iris Jade-nya "Tou-san baik padaku dan Minato-nii, selalu ada untuk kami tapi aku merasa kurang lengkap jika Tou-san dan Kaa-san tidak tinggal bersama, dan Kaa-san sedang dekat dengan Sasuke Oji-san , aku tidak suka!"
Ino dekat dengan Sasuke? Terus terang saja ia tidak terlalu terkejut dengan berita yang disampaikan oleh Kushina padanya, bukan salah Ino sepenuhnya jika pada akhirnya wanita itu memilih untuk membuka diri pada pria lain, Sasuke juga telah banyak berubah, Ino berhak bahagia bukan?!
Yang patut di salahkan dalam hal ini adalah Naruto, sahabatnya itu memang 'bodoh', setelah melalui banyak kehilangan ia tak kunjung menentukan sikap dan memikirkan kebahagiaan anak-anaknya, lebih memilih untuk sendiri daripada hidup bersama dengan anak-anak juga Ino yang telah memberikannya sepasang anak kembar yang rupawan.
"Kenapa kau tidak menyukai Sasuke Oji-san? Dia tampan, baik juga jika Gaa-ji tidak salah ingat kau sangat menyukainya dulu!" goda Gaara pada Uzumaki kecil itu, ia terkekeh geli melihat ekspresi wajah Kushina yang mulai berubah kesal.
"Aku menyukai Sasuke-Ji sama halnya dengan rasa suka pada Shikamaru Oji-san, Choji Oji-san, Sai Oji-san, Kiba Oji-san, Lee Oji-san, Shino Oji-san, dan semua Oji-san yang dekat dengan Tou-san!" celotehnya menyangkal godaan Gaara "Selevel lebih rendah dari rasa suka pada Gaa-Ji dan Sakura Oba-san!" imbuhnya, kali ini membuat Gaara tertawa terbahak.
"Gaara-Ji!" dengusnya kesal.
"Dengarkan Gaa-ji, Kushina-chan!" kali ini Gaara terdengar serius, ia memandang putri sahabatnya lekat-lekat "Kau pasti menginginkan Kaa-san bahagia, bukan?"
Gadis kecil itu mengangguk.
"Jika kau menginginkan Kaa-san bahagia, biarkan Kaa-san menjalani hubungan dengan Sasuke Oji-san, lagipula belum tentu mereka akan menikah bukan?"
"Tapi Gaa-ji, bagaimana dengan Tou-san? Aku tidak mau kehilangan harapan untuk menyatukan Tou-san dan Kaa-san! Gaa-ji tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya ketika harus melihat anak-anak lain memiliki orangtua seutuhnya, saat ke akademi Tou-san dan Kaa-san mereka menggandeng tangan mereka, tertawa bersama, makan bersama dan aku? Aku dan Minato-Nii tidak pernah sekalipun merasakan kebersamaan yang seutuhnya! Terkadang aku ingin menjadi anak Gaa-ji dan Sakura Oba-san saja!"
"Kushina-chan"
.
.
.
.
"Kushina-chan!"
Naruto menghela nafas panjang, ternyata daritadi Hokage desa Konoha itu berada tidak jauh dari Gaara dan Kushina yang sedang berbincang.
'Terkadang aku ingin menjadi anak Gaa-ji saja' perkataan Kushina itu tentu saja membuat ayah 2 orang anak itu tak mampu menahan emosinya, beragam perasaan bercampur aduk ketika putrinya sendiri menginginkan orang lain untuk menjadi ayahnya.
Apa aku benar-benar tidak pantas menjadi Ayah kalian Shina-chan?
Setetes air mata keluar dari manik biru sapphire pria jabrik itu, entah mengapa perasaannya menjadi sesakit ini.
"Aku mencintai Tou-san!" Naruto terkekeh ketika putri kecilnya yang baru berusia 3 tahun itu menciumi pipinya dengan gemas, hanya karena ramen gadis kecil ini bisa bersemangat seperti ini, benar-benar Uzumaki sejati, bukan?
"Hahahaha, Tou-san tau Shina-chan, tapi bisakah kau berhenti menciumi tou-san seperti ini?" Naruto mengeratkan gendongannya pada putri kecilnya.
"Tidak!" Kushina kecil menggelengkan kepalanya, membuat Naruto mau tak mau tertawa lagi karena melihat tingkah lucu sang putri.
"Tou-san akan mengajak Kaa-san dan Minato-nii? Kita berempat makan bersama, seperti Shika-Jii,Hiroshi-kun, dan Hinata Oba-san 'kan?"
Naruto terlihat berfikir, lalu tersenyum lebar dan menganggukkan kepalannya "Jika Kaa-san mau, kenapa tidak?" ucap Naruto yang kemudian disambut dengan senyum cerah Kushina.
"Aku sangat … sangat … sangat … mencintaimu, Tou-san"
Tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, melampiaskan rasa sakitnya.
Harusnya ia bersemangat, segera setelah menyelesaikan pidato pembukaan festival malam ini ia berlari untuk menemui anak-anaknya, namun harus menerima kenyataan ketika ia melihat putri kecilnya nampak sedih di samping sahabatnya.
Ia mendekat hingga cukup dekat untuk mendengarkan apa yang sedang mereka berdua bicarakan, ia terpaku, tubuhnya mematung begitu saja ketika mendengar pernyataan polos sang putri, terlebih saat Kushina mengatakan bahwa ia menginginkan untuk menjadi putri Sabaku bukan menjadi putri Uzumaki.
Semua ini salahnya bukan? andai 5 tahun yang lalu ia tidak gegabah untuk melakukan hal itu pada Ino, andai saat itu ia tidak membiarkan Ino pergi ke Suna dan membiarkan Gaara mengasuh anak-anaknya, andai saja ia menikahi Ino.
Menikah?
Hanya dengan memikirkan hal itu saja membuat jantung pemuda itu berdegup dengan kencang, tatapannya memelas hingga ia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, berusaha untuk menguasai dirinya agar tidak terlihat sedih di hadapan Kushina.
"Kushina-chan!" pekiknya ceria.
Gaara dan Kushina yang tengah asyik berbincang itu membalikan tubuh, di hadapan mereka telah berdiri Naruto, menyunggingkan senyum lebar khasnya ia berjalan menuju tempat Kushina dan Gaara duduk "Gaara".
"Naruto!" Gaara beranjak dari tempatnya duduk dan menjabat tangan sang sahabat, ia tersenyum, memeluk erat tubuh tegap pria jabrik itu seakan mereka telah tidak bertemu bertahun-tahun.
"Hei, lepaskan aku Kazekage-sama! Aku tak ingin wibawaku jatuh di hadapan putriku sendiri!"
"Geez! Sejak kapan kau berwibawa, Hokage-sama?" pria merah maroon itu melepaskan pelukannya, kedua sahabat itu kemudian dengan kompak tertawa bersama.
Melihat 2 orang yang sangat ia sayangi seperti itu membuat mau tak mau gadis kecil itu ikut tertawa.
"Tou-san!" pekiknya ceria, menyunggingkan senyum lebar mirip seperti sang ayah "Kapan pesta kembang api dimulai?" tanyanya antusias.
"Sebentar lagi, Shina-chan! Dimana Kaa-san dan Minato-nii?" Naruto mengedarkan pandangannya mencari keberadaan putra dan ibu dari anak-anaknya.
"Mereka disana, sedang berbincang bersama Hinata Oba-san, Sakura Oba-san dan Tenten Oba-san!" jari telunjuk mungil milik gadis pirang itu menunjuk direksi dimana kembaran dan ibunya berada "Kita kesana?"
Naruto mengangguk, keduatangannya mengangkat tubuh kecil itu untuk ia tempatkan diatas bahunya "Tou-san!" pekik Kushina tekejut, namun Naruto hanya terkekeh geli dengan teriakan sang putri, malah merentangkan keduatangan sang putri ke udara "Tou-san! Kau membuat Kimono yang kupakai berantakan!"
"Sudah lama kita tidak melakukan ini, bukan? Tou-san merindukan saat-saat seperti ini Shina-chan!"
Satu alis gadis kecil ini terangkat, merasa aneh dengan perubahan sikap sang ayah "Baiklah!" ucapnya pasrah, kemudian memandang Gaara yang juga memandang dirinya tak mengerti.
…
Cuups~
"Sa . . . Sasuke!"
Pria bermata Onyx itu tersenyum memandangi wanita cantik keluarga Yamanaka yang membulatkan matanya lebar ketika pria itu mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipinya terlebih lagi ia melakukannya di depan Minato dan teman-teman mereka.
Minato membuang muka ke arah dimana berikutnya ia melihat Naruto, Gaara dan Kushina telah berdiri mematung.
"Shina-chan!" desisnya.
"Tou-san kita pergi dari sini! Kita lihat kembang api dari Monumen Hokage saja!" ucap Kushina yang menahan mati-matian air matanya yang mendesak untuk keluar. Untuk sesaat Naruto tak bereaksi hingga Minato yang kemudian menarik jubah sang ayah "Tou-san . . . tidak apa-apa?"
Naruto menggelengkan kepala begitu 'kesadarannya' telah kembali, ia memandang kebawah,tersenyum ketika melihat sorot mata yang sama dengan miliknya "Kita ke Monumen Hokage! Gaara, aku bawa anak-anak ke Monumen Hokage, perintahkan Shikamaru untuk menutup festival ini nanti!" tegasnya dan segera membawa kedua anak kembar itu menuju Monumen dimana kepala ketujuh Hokage pemimpin desa terpahat..
Minato mengangguk, menggenggam tangan sang Ayah, sesekali ia melihat direksi dimana ibunya berada, ia melihat sosok wanita cantik itu meneteskan air mata sebelum akhirnya bayang-bayang itu menghilang.
"Sasuke-kun! apa yang kau lakukan?" tanya Sakura pada cinta masa lalunya itu, namun sang pemuda Uchiha hanya menyunggingkan senyum, lebih tepatnya menyeringai.
"Minato, Kushina!" wanita Yamanaka itu menghapus buliran air mata yang menetes dari aquamarine miliknya. Ia sendiri tidak yakin akan tindakan apa yang akan ia lakukan. Ia ingin sekali mengejar anak-anak dan sosok Hokage desanya itu namun ia terlalu takut, takut akan penolakan dari anak-anaknya sendiri.
"Sebaiknya kau menjaga sikapmu Uchiha!" tegas Gaara, menatap sosok pemuda jabrik yang berdiri di samping Ino dengan tatapan tajam, entah mengapa tiba-tiba ia menjadi tidak suka dengan sosok Sasuke yang tadinya ia fikir akan dapat membahagiakan Ino dan anak-anaknya.
"Apa yang harus ku jaga dari sikapku, Gaara-sama? Ino tidak keberatan sedikitpun dengan perlakuanku!"
Mendengar pernyataan Sasuke itu membuat Kazekage muda itu mengepalkan tangan erat, gigi-giginya bergemelatuk, ia sudah ingin memukul wajah tampan pemuda itu jika istrinya tidak mencegahnya untuk melakukan hal itu pada satu-satunya keturunan Uchiha yang masih tersisa.
Sakura menggelengkan kepala sebagai tanda melarang sang suami untuk ikut campur urusan Ino dan Sasuke.
"Touuu~ Touuuu!" oceh gadis kecil pada gendongan Sakura, merentangkan keduatangan meminta sang ayah untuk menggendongnya, wajah pemuda yang sudah bertransformasi menjadi seorang pria itupun melunak, lembut ia tersenyum pada sang putri dan menggambilnya dari gendongan sang ibu. Namun, dengan tatapan yang masih mengintimidasi pada sosok Sasuke yang berada di samping Ino.
"Pig, ikuti mereka!" suara tinggi Sakura tiba-tiba memecah keheningan yang seketika menyeruak sesaat setelah 'ulah' Uchiha muda terhadap wanita keturunan Yamanaka itu. Wanita merah muda itu menepuk pundak sahabatnya pelan, waktunya untuk ia berdiri di depan sahabatnya itu, mengingat bagaimana dulu sahabat pirangnya ini selalu berdiri di depannya, melindunginya setiap kali ia merasa terintimidasi dan lemah.
Ia menyesali bagaimana ia sempat menjadi 'pengkhianat' bagi Ino karena mengajaknya bersaing, menjadikan Ino lawan untuk mendapatkan cinta seorang Uchiha, dan tega memukul wanita cantik itu dengan tangannyya sendiri meskipun wanita pirang itu tak pernah tega melakukan hal seperti itu padannya "Pergilah Pig! Mereka membutuhkanmu!"
"Dia tidak akan pergi, Sakura!" lantang pemuda Uchiha itu mengenggam erat tangan mungil Yamanaka Ino, membuat Gaara naik pitam bahkan Shikamaru yang baru saja datangpun turut melancarkan pandangan protes pada Sasuke, tak mengerti drama apa yang keturunan Uchiha sedang lakonkan.
"Sasuke! kau tak berhak sedikitpun atas Ino, apa hubunganmu dengan Ino? Apakah kau kekasihnya? Apakah kau suaminya? Kau tak pantas sedikitpun menyentuhnya!"
"Di sini banyak anak-anak! Ku mohon jaga kelakuan kalian! Aku tidak mau membuat Naruto malu karena ibu dari anak-anak Hokage mereka membuat ulah di acara rakyat seperti malam ini! dan ku mohon lepaskan aku, Sasuke! anak-anakku membutuhkanku, aku tidak ingin kehilangan mereka dan mereka lebih memilih untuk bersama Naruto daripada denganku, ibu mereka sendiri!"
Wanita pirang itu menatap Sasuke tajam, nampak kilatan kemarahan di matanya akan sikap Sasuke yang menurutnya berubah 180˚ dengan sikapnya selama ini yang baik dan lebih manis terhadapnya.
Jika seperti ini ia benar-benar kehilangan harapannya untuk dicintai dan mencintai, baru saja ia akan membuka dirinya untuk Sasuke setelah menyerah dengan menggantungkan harapannya pada Naruto, ayah dari anak-anaknya, pun ternyata harapan yang ia gantungkan terlalu tinggi hingga akhirnya ia terjatuh dengan cara menyakitkan seperti ini.
"Lepaskan aku Uchiha Sasuke!" ucapnya dingin, mencoba melepaskan tangannya dari Sasuke.
"Uchiha! Lepaskan dia!" Kiba mengepalkan tangannya kuat kemudian melancarkan satu pukulan keras pada wajah tampan pemuda Uchiha itu yang telak membuat Sasuke ambruk dengan masih mencengkram tangan Ino.
"Kheh~ hanya seperti itu kekuatanmu Inuzuka? Kau sangat lemah ternyata!" Sasuke menyunggingkan seringaian liciknya membuat pemuda bersurai rambut cokelat itu naik pitam "Untuk apa kau mengejar mereka Ino? kau mencintai Naruto? kau tidak sakit hati dengan perlakuannya terhadapmu selama ini? kau telah melahirkan anak-anaknya, demi anak-anak itu kau pernah diambang kematian, bahkan ia tidak bertanggung jawab setelah apa yang ia lakukan dalam hidupmu! Dia memang sahabatku, aku menghormatinya sebagai pemimpin desa ini tapi aku tidak bisa untuk tidak membencinya karena perlakuannya padamu!"
Sasuke tidak percaya bahwa ia bisa berkata panjang lebar seperti itu, bahkan teman-temannya di akademi dulu cukup terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar, seorang Uchiha berbicara sepanjang itu? apa mereka sedang tidak mengalami gangguan pendengaran?
"Sasuke, ku mohon . . . lepaskan aku, biarkan aku menemui anak-anakku, aku . . . ku mohon!" kali ini suara Ino merendah terdengar serak dengan air mata yang siap meluncur dari matanya "Aku tidak peduli apa yang dilakukan Naruto padaku, aku bersyukur karena aku memiliki sepasang anak seperti Minato dan Kushina, mereka anak-anakku yang luar biasa, mereka telah menyelamatkanku dari rasa sakit karena kesepian! Jadi lepaskan aku! Ku mohon!"
"Tidak …!"
.
.
.
.
"Seperti apa Kushina Baa-chan dan Minato Jii-san?"
Celoteh Kushina yang sudah tenang setelah menangis sejadi-jadinya karena melihat Sasuke mencium ibunya tadi.
"Sangat cantik sepertimu!" jawab Naruto tersenyum pada putrinya, mendekap sang putri semakin erat agar gadis kecil itu tak kedinginan, satu tangannya merengkuh Minato yang juga menyandarkan tubuh kecilnya pada sisi kiri sang ayah.
"Juga seperti Kaa-san?" tanya Minato pada sang ayah, membuat Naruto menerawang semakin jauh, bayangan antara Ibunya, Kushina dan Ino bergantian membayanginya, senyum dari ketiga wanita yang paling berarti di dalam hidupnya.
Tunggu, berarti dalam hidupnya? Ino?
"Tou-san! Apakah Kaa-san juga cantik seperti Baa-chan?" tanya Kushina lagi, menengadahkan kepalanya agar dapat bertemu pandang dengan sang ayah. Tangan mungilnya mencubit gemas pipi sang ayah yang terlihat sedang melamun "Tou-san melamun!" keluh gadis pirang itu yang disambut dengan kekehan sang kakak.
"Hmmm~ kalian menggoda Tou-san?!"
"Ayo katakan! apakah Kaa-chan sama cantiknya denganku dan Baa-chan?"
Naruto menggelengkan kepalanya menggoda sang putri dan putranya membuat kedua sosok mungil itu memanyunkan bibir mereka sebagai tanda protes dengan pengakuan sang ayah.
"Kaa-san kalian tentu saja sama cantiknya seperti Baa-chan! Bagaimana kau bisa terlahir sangat cantik seperti ini jika Kaa-san tidak secantik Baa-chan, hum?" tangan Naruto gemas menjawil hidung mancung putrinya yang terlihat puas dengan jawaban sang ayah, kemudian memandang sang kakak dengan senyuman lebar sama seperti senyuman Naruto.
"Menikahlah dengan Kaa-chan!" ucap Minato asal, membuat sang ayah kembali mematung dan Kushina terkikik geli melihat ekspresi sang ayah.
"Minato-nii benar, Tou-san! Aku ingin melihat Tou-san dan Kaa-san bersatu, mengantarkan kami tidur bersama, mengantarkan kami ke akademi nanti, sarapan bersama dan melakukan semua bersama-sama!" ungkap Kushina ceria, nampak bersemangat menyebutkan keinginan-keinginannya pada sang ayah.
"Dan juga seorang adik!"
Untuk yang satu ini berhasil membuat Naruto benar-benar terbatuk-batuk, putranya menginginkan seorang adik? Heuh~ dia selalu dapat mengabulkan permintaan sang anak, namun untuk yang satu ini Tidak! Ia tak kan mungkin bisa.
"Minato-nii aku juga ingin adik perempuan yang bisa ku ajak bermain nanti!"
"Bagaimana kalau kembar seperti kita saja, Shina-chan? jadi kita bisa sama-sama mendapat teman bermain!"
Kali ini Minato menyunggingkan senyum lebar yang jarang sekali ia tunjukkan, ia terlihat senang karena berhasil 'mengerjai' sang ayah. Naruto membeku seakan tubuhnya 'tertimpa' sebuah Gunung Es.
"Kyaaaa~!"
Teriak Kushina ceria menunjuk kembang api yang mulai dinyalakan, menggelegar dengan cahaya yang nampak cantik menghiasi langit Konoha, gadis cantik itu mengeratkan pelukannya pada sang ayah dengan mata yang berkonsentrasi menatap warna-warni cahaya itu.
Minato tersenyum ceria, nampak tenang daripada adik kembaranya.
"Minato, Kushina, Naruto!"
.
.
.
.
"Minato, Kushina, Naruto!"
Ino terengah-engah, nafasnya memburu dan tersengal, namun terlihat bahagia ketika dua anaknya tersenyum mendapati kehadirannya di Hokage Monumen saat ini. Naruto sendiri hanya memandang Ino dalam diam tak ingin berucap apapun pada sosok cantik bersurai rambut pirang itu.
Wanita itu merentangkan tangannya agar Minato dan Kushina memeluknya, tak butuh lama untuknya menunggu karena kedua sosok mungil itu telah berlari ke arahnya, memeluk dan menciumi pipi sang ibu lega.
"Kaa-san!" teriak keduannya, memeluk Ino semakin erat.
"Anak-anakku! Maafkan Kaa-san tidak segera kemari! Maafkan Kaa-san telah mengecewakan kalian, maafkan Kaa-san!"
Minato menggelengkan kepala, melarang Ino untuk bersedih, jemari mungilnya menghapus air mata sang ibu kemudian menciumi pipi sang ibu hangat "Aku sayang Kaa-san!"
"Minato-kun …!" Ino nampak terharu dengan pengakuan putranya itu, sekilas ia bisa melihat senyuman Naruto pada sosok kecil itu.
Dengan semangat gadis kecil keluarga Uzumaki itu menarik tangan sang ibu untuk mendekat pada sang ayah yang kini sudah berdiri dari posisi duduknya, tak berekspresi apapun sampai sosok Ino sudah berada di hadapannya bersama Minato dan Kushina.
"Naruto!" desis Ino, kedua aquamarine miliknya bertemu dengan kedua biru sapphire milik Naruto, sesaat mereka larut dalam keteduhan warna biru yang terpancar dari kedua mata masing-masing tanpa menyadari bahwa kedua anak mereka tengah tersenyum penuh arti memandang kedua orangtua mereka.
"Eheum~!" Minato berdeham, membuat orangtua mereka salah tingkah.
"Kaa-san, Tou-san!" Kushina tersenyum, memeluk erat sang ibu, entah mengapa perasaannya kali ini benar-benar bahagia.
"Shina-chan, mengapa kau menangis?"
"Aku bahagia Kaa-san!"
Wanita keluarga Yamanaka itu mendudukan tubuh rampingnya agar sejajar dengan sang putri, jemari lembutnya menghapus air mata sang putri lembut, ia menyunggingkan senyuman termanisnya, memberikan ketenangan dan kehangatan bagi sang putri "Maafkan Kaa-san sayang!"
Kushina menggeleng "Kaa-san tidak bersalah! Maafkan aku Kaa-san, aku hanya ingin melihat Kaa-san bahagia, jika Sasuke Oji-san mampu membuat Kaa-san bahagia aku tidak apa-apa!"
"Putriku!" Ino memeluk Kushina erat "Minato-kun ….?!" Sebelah tangan Ino mengisyaratkan agar putra kecilnya mendekat, Minato memeluk ibunya erat-erat.
Entah kekuatan apa yang menarik Naruto hingga melangkahkan kakinya ke tempat dimana Ino dan kedua anak-anaknya, ia merengkuh ketiga tubuh itu ke dalam pelukannya.
Untuk sepersekian detik mereka nyaman dalam posisi itu.
Keheningan tercipta, hanya terdengar gegap gempita teriakan warga Konoha dari bawah sana, juga suara ledakan kembang api.
"Kita pulang!" ucap Naruto menyudahi moment 'dramatis' yang tercipta, dengan sigap ia menggendong Kushina pada bagian belakang tubuh kekarnya, bocah cantik itu mengeratkan pelukannya pada leher sang ayah, ia tersenyum, matanya perlahan terasa sangat berat hingga akhirnya ia tertidur.
Naruto menaikkan sebelah alisnya, membuat Minato menggeleng geli dengan tingkah adiknya itu "Dia tertidur, Naruto!" Ino tersenyum, membelai lembut rambut pirang sang putri "Kau tak apa-apa menggendongnya menuruni bukit?"
"Tidak apa-apa Ino! ayo pulang, hei jagoan . . . apa kau sudah mengantuk?" Naruto memandang putranya yang sedang menyunggingkan senyuman lebar memeluk kaki sang ibu "Tidak Tou-san!"
"Kalau begitu kau bisa berjalan sendiri?" Minato mengangguk, menggenggam tangan sang ibu erat.
Ketiganya berjalan beriringan dengan Kushina yang tidur nyenyak di gendongan sang ayah.
Gambaran sebuah keluarga bahagia, bukan? namun, akankah Naruto benar-benar berani untuk mengambil sikap? Apakah sosok Hokage itu mampu mengalahkan egonya dan membahagiakan kedua putra dan putrinya?
Tanpa Naruto ketahui, kini wajah cantik Ino menyunggingkan senyum menatap sosoknya dari samping.
"Kau hanya mimpi bagiku, Hokage-sama!" ungkap Ino dalam hati.
.
.
.
.
Naruto tersenyum memandangi wajah cantik sang putri, tangannya dengan lembut membelai pucuk kepala sang putri, mencium kening sang bungsu Uzumaki "Selamat tidur, Kushina-chan!"
Ia lalu beranjak dari tempat tidur Kushina, menghampiri sang putra yang masih terjaga memandangi sang Ayah "Terimakasih untuk hari ini Tou-san, Kushina-chan pasti sangat bahagia!"
"Kau tidurlah, nak!"
"Selamat malam Tou-san!"
"Selamat malam, jagoan!"
Naruto mengacak rambut putranya bangga, kemudian berdiri dari posisinya duduk, berjalan menuju pintu keluar dan sekali lagi melihat kedua anaknya yang tertidur lelap.
Mematikan lampu kamar, ia kemudian menutup pintu kayu itu kembali dan berjalan menuruni anak tangga demi anak tangga kediaman Yamanaka.
"Mereka sudah tidur?" tanya wanita pirang yang memegang dua cangkir berisi teh hijau untuknya juga Naruto "Ini!"
"Terimakasih!"
Pria jabrik itu tersenyum kemudian mendudukkan tubuhnya pada sofa "Ino?!"
"Hm?"
"Duduklah!" Naruto menepuk bagian sofa tepat di sampingnya membuat Kunoichi Konoha itu sedikit terkejut dengan tindakan ayah dari Minato dan Kushina itu. sedikit ragu ia memberanikan dirinya untuk duduk di samping Naruto.
"Ada apa?"
"Apa kau serius menjalin hubungan dengan Sasuke?" tanya pria itu tanpa memandang Ino yang nampaknya tengah terlihat berfikir untuk menjawab pertanyaan sang Hokage.
"Aku tidak tau!" jawabnya singkat, tak yakin akan apa jawaban yang harus ia berikan. Ia benar-benar berada di persimpangan jalan antara berhenti atau meneruskan hubungan dengan pemuda Uchiha itu, di lain pihak perasaannya pada Hokage desanya itu mulai bersemi, apalagi dengan sikap Kushina membuatnya ingin mewujudkan mimpi sang putri untuk melihat kedua orangtuannya bersatu namun, apakah dia tidak terlalu berlebihan? Apakah dia tidak tau diri seperti ini setelah ia melontarkan perkataan bahwa ia tidak butuh pertanggung jawaban dari Naruto saat itu?
"Aku benar-benar sedih malam ini!" Naruto menghela nafas panjang, Ino yang tak mengerti apa yang di katakan oleh Naruto terlihat terkejut dan fikirannya menerawang jauh, sedih? Naruto sedih karena Sasuke menciumnya? Memikirkan hal itu saja membuat pipi Ino memanas.
"Apa aku tidak pantas menjadi ayah mereka? Apa aku telah gagal untuk menjadi ayah yang baik untuk Minato dan Kushina?" tatapan pemuda itu benar-benar lembut, diam-diam Ino mulai mengagumi pria yang duduk di sampingnya ini, bayangan malam itu tiba-tiba 'terputar' dalam ingatannya. Ino merutuki dirinya dalam hati Mengapa harus di saat seperti ini?
"Apa yang terjadi, Naruto?"
"Tanpa sengaja aku mendengar Shina-chan berbincang dengan Gaara bahwa ia ingin menjadi anak Gaara dan Sakura" lagi-lagi pria itu menghela nafas panjang, menutupi wajah tampannya dengan kedua tangan.
Sang wanita Yamanaka merasa iba dengan pria yang telah memberikannya dua orang anak itu, dengan mengumpulkan sedikit keberanian ia memberanikan dirinya untuk mengusap punggung pria jabrik anak dari mantan Hokage Konoha itu, berharap apa yang tengah ia lakukan dapat menenangkan hati Naruto.
"Maafkan aku, tidak seharusnya aku membuka diriku untuk pria lain, ah~ maksudku adalah membiarkan Sasuke untuk masuk dalam kehidupanku juga Minato dan Kushina, aku tau bahwa Shina-chan tidak menyukai kedekatanku dengan Sasuke, maafkan aku karena ini membuat Shina-chan menjadi menyalahkanmu karena apa yang terjadi, seharusnya aku fokus untuk membesarkan mereka saja!"
Naruto menggelengkan kepalanya, "Kau berhak bahagia Ino dan sudah menjadi hak untukmu menjalin hubungan dengan pria lain, aku yang terlalu bodoh dengan masih terjebak dengan cinta masa laluku".
"Kau masih mencintai Hinata?"
Naruto terdiam.
Diamnya Naruto tidak membuat Ino lebih baik, dadanya terasa sesak dan mengapa ini terasa sangat menyakitkan?
Mengapa tiba-tiba ia merasa hidup benar-benar tidak adil padanya? Seketika itu juga Ino menghentikan belaiannya pada pundak Naruto. ia tersenyum kecut berusaha untuk menutupi apapun yang kini tengah ia rasakan.
"Aku masih menyimpan perasaan itu padanya!"
"Mengapa ini sangat menyakitkan?" desis Ino, ia tau benar bagaimana Naruto akan memberikannya jawaban namun 'ditampar' oleh kenyataan itu memang nyatanya benar-benar menyakitkan.
Tak pernah sedikitpun kau memikirkan perasaanku, Naruto? setelah apa yang kita lalui 4 tahun bersama membesarkan anak-anak kita, setelah peristiwa malam itu hingga lahirlah Kushina dan Minato, apa kau tak pernah memiliki perasaan padaku?
Mata aquamarine itu berkaca-kaca tak sanggup untuk menahan rasa perih yang menyeruak di dadanya.
"Ino?" sosok bermata biru sapphire itu terlihat terkejut, sepertinya ia menangkap apa yang dikatakan Ino, ia memandang sosok disampingnya iba, dilihatnya wanita Yamanaka itu tengah membuang pandangannya pada sisi lain di rumah mungil itu, menyembunyikan tangisannya?
"Ino!" Ia menaikkan suaranya, dengan berani jemarinya meraih dagu lancip lawan bicaranya, hingga bertemu pandang dengannya.
Dapat pria itu lihat rembasan air mata dari kedua manik aquamarine milik ibu dari anak-anaknya "Kau menangis?"
Wanita itu tak mampu menjawab pertanyaan dari sang Hokage, ia hanya menangis hingga pundaknya naik dan turun, tak pernah dalam hidupnya menangis seperti ini selain saat Ayah dan Ibunya meninggal, bahkan saat ia mengetahui dirinya hamil tak pernah ia merasakan sakit seperti ini.
"Aku … aku tidak apa-apa, Naruto-sama!"
"Apa ada yang salah dengan apa yang ku katakan?"
Salah satu Kunoichi penyembuh yang dimiliki Konoha itu menggeleng, dengan tangan Naruto yang masih berada didagunya ia menghapus air matanya sendiri "Aku hanya merasa iri pada Hinata!"
Naruto menarik nafasnya dalam-dalam, melepaskan tangannya dari Ino dan memandangi makhluk cantik itu dengan seksama, ia merasa sedih, ia merasa tidak adil pada wanita ini. bagaimana bisa dalam 4 tahun ini ia tidak menghiraukan perasaan ibu dari anak-anaknya, bagaimana bisa ia dengan santai keluar dan masuk rumah ini tanpa mempedulikan apa yang dirasakan sang pemilik rumah?
Wanita dihadapannya ini telah memberikannya 2 orang anak yang luar biasa, mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan Minato dan Kushina, memastikan bahwa kekuatan Kyuubi tidak akan menurun pada anak-anaknya hingga ia sendiri jatuh koma berbulan-bulan. Bagaimana bisa ia tak pernah mencoba untuk mencintainya, alih-alih mencoba bahkan ia tetap memelihara perasaannya pada wanita yang sudah menjadi milik orang lain.
"Maafkan aku, Ino!"
Hanya satu kata maaf yang meluncur dari bibir tipis miliknya, ia merutuki kebodohannya sendiri karena hal ini dia menyakiti Minato dan Kushina yang harus melihat ayah dan ibunya seperti ini, karena ia tak pernah mau untuk mencoba, karena akar semua permasalahan ini bersumber pada dirinya.
"Kau menyukaiku?"
"Bagaimana aku bisa lancang untuk menyukai anda, Naruto-sama! Saya tidak berhak untuk merasakan perasaan seperti itu pada anda!"
"Hentikan semua ini, Ino! berhentilah untuk lari dan lari! Kau ingat 'kan apa yang terjadi terakhir kali saat kau mencoba berlari? Kau memisahkanku dari anak-anakku, kau membuatku tidak mengetahui bahwa aku mempunyai anak-anak yang luar biasa seperti Minato dan Kushina, kau membuatku kehilangan tanggung jawab sebagai seorang pria untuk mendampingi ibu dari anak-anaknya selama ia mengandung! Sampai kapan kau akan terus berlari dan membuatku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan berakhir denganku yang membuat kesalahan-kesalahan lainnya?"
Kedua tangan milik Naruto meraup wajah cantik milik Ino, menghapus air matanya dengan jemari panjang kepunyaannya "Maafkan aku!"
Ia mendekatkan wajahnya pada Ino hingga tak ada jarak lagi yang memisahkan diantara mereka, keduanya larut dalam ciuman yang awalnya tanpa nafsu hingga berujung dengan lidah mereka yang bertautan, decapan-decapan juga desahan-desahan terdengar di sela kegiatan mereka, tanpa disadari oleh dirinya sendiri Ino telah mengalungkan keduatangannya pada leher sang Hokage.
Keduanya terpaut untuk beberapa saat sebelum akhirnya terpisah karena kebutuhan oksigen yang menuntut mereka untuk segera menyudahi semuanya, keduanya terengah, saling menatap dalam diam.
"Naruto . . ."
"Ino . . ."
"Maafkan aku!"
Sekali lagi Naruto 'menerjang' tubuh mungil Kunoichi cantik itu, terlarut dalam buaian perasaan baru yang baru saja dia temukan.
"Naruto hhh~"
Ino menahan sensasi yang ia rasakan saat bibir pria itu bertemu dengan kulit lehernya, sensasi ini tidak asing baginya, ia pernah merasakannya beberapa tahun yang lalu.
"Ino … hhh~"
"Anak-anak! Nghh~!" Ino mencoba untuk tetap menguasai dirinya, meskipun itu benar-benar sulit untuknya. Ia berusaha mendorong tubuh kekar Naruto yang berada di atas tubuhnya.
"Pejamkan matamu!" Perintah Naruto pada sosok di bawahnya, wanita itu menuruti apa kata sang Hokage.
Hingga ia membuka matanya, kini ia sudah berada di kamarnya sendiri dengan Naruto yang masih menindih tubuhnya.
"Naruto, apa kau yakin? Aku takut kau akan pergi lagi, sama seperti yang dulu!"
"Ssst . . . diam dan nikmati, Ino-chan! Biarkan aku merasakan semua yang pernah kita lakukan dengan kesadaran penuh! Biarkan aku menebus apa yang pernah ku perbuat padamu dan aku tidak akan meninggalkanmu lagi!"
Sang wanita Yamanaka itu mengangguk, memberikan akses penuh dari dirinya kepada laki-laki yang dulu telah merenggut keperawanannya.
Decapan, lenguhan, desahan terdengar dari ruangan yang kental dengan nuansa ungu itu, keduanya bergumul dalam aktivitas mereka.
"Minato-nii . . .! kenapa pintu kamar kita tidak bisa dibuka?"
.
.
.
.
"Ughh~ Shina-chan! Aku masih mengantuk! Hentikan!"
Kushina terkikik geli melihat ekspresi saudara kembarnya, dengan jahil gadis kecil itu menggelitiki hidung mancung kakaknya dengan bulu angsa yang entah gadis itu pungut darimana.
"Minato-nii! Bangun!"
"Shina-chan!" teriaknya kesal, bocah laki-laki itu bangun dari posisi tidurnya, memandang sang adik heran, jam baru menunjukkan pukul 6 dan tidak biasanya Kushina sudah bangun "Apa kau sedang sakit?"
"Nii-san! Aku mau minum tapi semalam kamar kita tidak bisa terbuka, lalu aku kembali tidur tapi saat aku bangun pintunya masih tetap tidak bisa terbuka!" ia merengek manja pada sang kakak, menarik-narik baju sang kakak agar kakaknya segera beranjak dari tempat tidur dan membantunya membuka pintu.
"Arghhht! Tunggulah sebentar lagi, Shina-chan! Aku masih mengantuk, lagipula ini belum jam bangunmu! Tidurlah kembali, kalau kau ingin minum, ambilah di laciku!"
"Minato-nii jahat! Wleee!"
"Kau jelek!"
"Minatooooooo-nii!"
…
Ino terbangun dari tidurnya dengan hanya selimut yang menutupi tubuh polosnya, ia memegangi kepalanya yang terasa pusing, berusaha untuk mencerna kejadian apa yang telah ia lalui semalam, pipinya terasa panas, terbukti dengan warna pipinya yang memerah.
Sedetik kemudian ia meraba sisi kanannya memastikan bahwa sosok jabrik itu masih berada disampingnya, namun nihil, ia tidak menemukan Naruto di situ, seketika raut kekecewaan menghiasi wajahnya, bagaimana bisa? Padahal semalam ia berjanji untuk tidak meninggalkannya seperti waktu itu.
Bodohnya dia yang percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Naruto.
Lagi, ia harus menelan pil pahit karena telah memberikan semuanya begitu saja pada pria itu. wanita cantik itu bangkit dari posisi tidurnya, menutupi tubuh polosnya dengan selimut tebal berwarna ungu, ia menghapus air mata yang menuruni pipinya lagi. Ini sakit.
"Kau menangis? Aku hanya ke kamar mandi sebentar Ino!"
"Naruto!"
Pria itu terkekeh, berjalan mendekat pada tempat tidur Ino dan akhirnya duduk di samping wanita pirang itu "Kau mencariku?" senyuman jahil menghiasi wajah Hokage Konoha itu, membuat wajah lawan bicarannya menjadi merona, apalagi dengan tangan besarnya yang kini membelai pucuk kepala Ino hangat.
"A . . . aku!"
"Aku sudah berjanji padamu tidak akan pergi, bukan? kau pikir bahwa aku akan melanggar janjiku?"
"Apa maksud semua ini, Naruto?"
"Maksud apa, Ino? semalam?"
Ino mengangguk, Kunoichi cantik itu menundukkan kepalanya dalam, tak ingin bertemu pandang dengan Naruto.
Lagi, Naruto hanya tersenyum "Sebaiknya kau segera mandi, aku akan ke kamar anak-anak untuk melepas segel yang kupasang di kamar mereka".
"Kau?" Ino membulatkan aquamarine miliknya, Naruto menyegel kamar anak-anak? Jadi Kushina dan Minato 'tersekap' di dalam kamar? Dan celakanya ini adalah waktunya, mereka bangun.
"Aku akan segera melepasnya, kau mandilah!"
Tanpa mengenakan kaos yang menutupi tubuh ia berjalan keluar kamar milik Ino menuju kamar Minato dan Kushina kemudian membuka segel yang diam-diam ia pasang di kamar si kembar Uzumaki itu "Apa kalian sudah bangun?"
Dengan menahan tawanya ia mengetuk pintu kamar anak-anaknya, kemudian membuka pintu kayu bercat cokelat dan menemukan Kushina yang tertidur di lantai kayu kamar yang ia tempati bersama saudara kembarnya. Sang Uzumaki dewasa tersenyum simpul, dengan hati-hati ia mengangkat tubuh sang putri untuk ia tempatkan kembali ke ranjangnya.
Namun, sepertinya ia malah membuat gadis kecil berambut panjang itu terbangun "Tou-san?"
Naruto tersenyum "Ya . . .?!"
"Aku pasti sedang bermimpi!" keluh Kushina kemudian memejamkan matanya kembali dan membuat Naruto tertawa "Kalau seperti ini, apa kau yakin masih berada di dunia mimpi, Uzumaki Kushina?" dengan gemas sosok jabrik itu meletakkan putrinya di ranjang dan menggelitiki tubuh mungil itu tanpa ampun hingga membuat bocah cantik itu tertawa terbahak-bahak, membuat sang kakak yang masih tertidur pun terbangun.
"Tou-san!" teriak Minato tak percaya.
"Hai, Nak! Kalian cepat mandi dan segera ke ruang makan!"
"Jadi Ini bukan mimpi, Tou-san?" tanya Kushina polos pada sang ayah "Dan Tou-san tidak memakai baju?"
"Tou-san menginap di sini semalam?" Minato bertanya dengan sangat antusias dan segera beranjak dari tempatnya tidur untuk memeluk sang ayah, ia nampak senang dan antusias dengan keberadaan sosok yang juga menjadi idolanya itu.
Naruto mengangguk "Cepat mandi, nanti kita sambung lagi! Tou-san memiliki kabar yang ingin Tou-san sampaikan pada kalian!"
"Sebaiknya kalian dengarkan apa kata Tou-san, Minato-kun, Shina-chan!"
"Kaa-san?"
"Ya, Minato-kun?"
Ino tersenyum pada putranya, kemudian berjalan pelan untuk menghampiri anak-anaknya yang berada di pelukan sang ayah, ia kemudian mendudukkan tubuh rampingnya pada ranjang Kushina, tempat dimana Naruto, Kushina dan Minato berada.
Ia menyunggingkan senyum dan mengacak rambut pirang jabrik milik anak laki-lakinya yang disambut dengan cengiran khas pemuda cilik itu yang sangat mirip dengan sang kakek "Kaa-san!"
"Hei! Kau menangis?!"
"Aku bahagia, Kaa-san! Rasanya seperti mimpiku telah menjadi nyata selama ini, bukan begitu Shina-chan?" tanya Minato pada sang adik yang masih berada dalam pelukan ayahnya, gadis kecil itu mengangguk.
"Aku menyayangimu Tou-san! Kaa-san! Aku ingin setiap hari seperti ini!" teriak Kushina kegirangan yang otomatis membuat Naruto dan Ino tertawa, keduannya saling berpandangan seketika nampak semburat merah muda yang menghiasi wajah keduanya.
Hening, ketika mereka berusaha menguasai diri dari ingatan 'peristiwa' yang terjadi semalam di antara keduanya.
"Tou-san dan Kaa-san kenapa?"
Naruto menghela nafas panjang "Kalau itu menjadi keinginan kalian, maka Tou-san dan Kaa-san akan mengabulkannya!" Pria itu menyunggingkan senyum jahil "Iya 'kan Ino-chan?"
Minato dan Kushina mematung juga Ino yang tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Menikahlah denganku, Yamanaka Ino!"
"…."
"…."
"…."
"…."
"Hm~?"
"Terima, Kaa-san! Terima! Katakan Iya!" rengek kedua bocah pirang itu pada sang ibu, bahkan Minato yang tak pernah bersikap kekanakan sejak usiannya 3 tahun itupun terlihat merajuk pada sang ibu.
Entah mengapa Minato dan Kushina bisa sekompak ini, atau mungkin ibu cantik ini lupa bahwa ia telah melahirkan sepasang anak kembar?
"Jawab, Kaa-san!" rengek si cantik Kushina "Ayo jawab!"
"Iya, Aku mau!" Ino mengangguk, dengan deraian air mata ia memeluk Minato dalam pelukannya dan Kushina memeluk ayahnya erat.
Keempatnya kini larut dalam kehangatan yang tercipta oleh keluarga kecil mereka.
"Jadi kita akan mempunyai adik, Minato-nii!" teriak Kushina.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
1 tahun kemudian . . .
"Anda yakin tidak ingin masuk, Hokage-sama?"
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Uzumaki Naruto merasakan ketegangan yang tidak pernah ia rasakan seumur hidupnya. Rasa tegang, ketakutan dan kekhawatiran terus saja membayanginya, terlihat dari raut wajahnya yang gusar. Tak henti-hentinya ia berjalan mondar-mandir di depan pintu, membuat Minato dan Kushina yang duduk mengapit Obaa-chan mereka mau tidak mau ikut jengah melihat kelakuan sang ayah.
"Tou-san masuk saja!" perintah Minato pada ayahnya.
Hinata tersenyum lembut melihat tingkah mantan orang yang ia cintai itu, ia mengeratkan pelukannya pada sang putri yang masih tertidur pulas di gendongannya "Masuklah, Naruto-kun! Ino-chan pasti membutuhkanmu! Lagipula ini akan menjadi pengalaman pertamamu 'kan?! Kau tidak ingin merasakan bagaimana rasanya saat Gaara-sama dulu berada di posisi yang seharusnya adalah menjadi hakmu?"
Naruto mematung memikirkan apa yang dikatakan Hinata, wanita indigo itu memang betul, inilah saatnya ia menunjukkan pada Ino bahwa ia adalah suami yang bertanggung jawab dan telah utuh mencintainya juga merasakan bagaimana rasanya melihat kelahiran anaknya sendiri dengan keduamatanya.
Ia menghela nafas panjang.
"Masuk, Naruto!" teriak Tsunade pada Naruto.
"Baa-chan, jangan berteriak seperti itu pada Tou-san!" bela Kushina pada sang ayah, gadis kecil yang nampak cantik dengan rambut panjang yang kini diikat dua itu turun dari kursinya untuk mendekati sanga ayah "Ayolah Tou-san! Jangan biarkan adikku mengalami hal yang sama seperti aku dan Minato-nii!"
"Shina-chan!"
Naruto mengangguk, mengusap lembut pucuk kepala sang putri dan berjalan menuju pintu masuk, dimana Ino kini sedang memperjuangkan hidup dan matinya kembali untuk melahirkan anaknya.
"Doakan Kaa-san dan adik kalian, ya!"
Naruto segera masuk ke dalam ruangan yang syarat akan warna putih itu, langkahnya terasa berat ketika ia melihat wanita yang dinikahinya setahun yang lalu itu tengah mengejan, wajah cantiknya penuh dengan peluh yang menghiasi wajahnya, namun ia masih terlihat cantik.
Naruto menyadari betapa bodohnya ia selama ini untuk tidak segera mengambil keputusan untuk menikahi wanita luar biasa ini, bodohnya ia yang sudah merasakan keganjilan namun tidak pernah mau untuk mencari tau hingga akhirnya ia harus kehilangan momen berharga kelahiran putra dan putri pertamanya.
"Hokage-sama!"
Naruto mengangguk, dengan tenang meskipun jantungnya berdegup dengan cepat ia mendekati Ino yang tengah menahan sakit, wanita itu tersenyum lemah ketika menyadari bahwa sang suami telah berada di dekatnya "Naruto-kun!"
"Kau baik-baik saja, Ino-chan?" anak mendiang Hokage keempat itu membelai pucuk kepala sang Istri dan menciumnya lembut.
"Aku baik-baik saja, ughhhh~"
"Anda harus terus mengejan, Ino-sama! Kami sudah melihat kepalanya!"
Ino mengangguk, dengan nafas yang ternegah ia terus mengejan menahan rasa sakit dari dalam tubuhnya, Ia mengenggam tangan Naruto erat seolah menyalurkan rasa sakit yang kini tengah melandanya "Arghhhhtttt~ …"
"Ayo Ino-chan, kau pasti bisa!"
"Sekali lagi Ino-sama, satu dorongan kuat dan anda akan bisa melihat bayi anda!"
"Naruto-kun . . . nghh~!"
"Aku ada di sini Ino-chan! Aku mencintaimu dan anak-anak kita! Cengkram tanganku sekuat tenaga!"
"Aarrghhhhhhtttttt~!"
Dengan satu dorongan kuat terdengar suara tangisan bayi pecah di ruangan itu "Selamat Hokage-sama, putra anda sungguh tampan!"
"Putra? Ino-chan kita mempunyai anak laki-laki lagi! Terimakasih sayang!"
Wajah pria jabrik itu sumringah, ia menciumi dahi, hidung dan bibir sang istri tak mempedulikan bahwa masih banyak orang yang berada di dalam ruangan itu.
Banyak yang membantu proses kelahiran bayi itu tersenyum karena memandang bagaimana Naruto begitu menyayangi istrinya.
Untuk beberapa saat petugas medis itu kembali menjalankan tugas mereka membersihkan bayi mungil itu dan tentu saja membersihkan sang ibu.
"Kau hebat!"
"Tentu saja! aku Yamanaka Ino!"
"Uzumaki!"
"Naruto-sama, Ino-sama . . .!" sapa seorang tenaga medis perempuan, ia membawa anggota keluarga Uzumaki yang baru di dalam dekapannya, terbungkus dengan kain berwarna Orange, sama seperti warna favorit sang ayah yang jujur saja menurut Ino terlihat sedikit mengganggu "Orange?"
"Permintaan Hokage-sama!"
Ino mendelik pada sang suami "Sudah kubilang itu selera warna yang buruk, Naruto!"
"Setidaknya biarkan satu dari anak-anakku mengikuti seleraku, Ino-chan!"
Ino memanyunkan bibirnya, kali ini ia memperbolehkan sang suami untuk mengambil kendali terhadap sang putra, mengingat bagaimana Kushina dan Minato tidak terlalu mirip dengan sang ayah mengenai warna favorit maupun sifat.
"Kemarikan anakku, Shizuka-san!"
Wanita itu tersenyum, kemudian memberikan bayi kecil itu pada sang ibu "Dia sangat tampan, bukan? baiklah saya pergi dulu! Selamat atas kelahiran putra kalian!"
"Merah? Rambutnya merah? Sama seperti Kushina-san?!"
"Kaa-san!" Naruto mengingatkan Ino bahwa ibunya juga adalah ibunya sendiri "Halo jagoan, selamat datang di keluarga kita!" gemas Naruto menyentuh hidung mungil sang putra yang kemudian bayi yang baru saja lahir itu menggerakkan badanya lucu "Dia tampan!"
"Sepertimu, Naruto-kun! kau akan beri nama siapa dia?"
Naruto mengambil nafas dalam "Uzumaki Yuuto".
"Yuuto-kun! selamat datang, nak!" Ino tersenyum cerah memandangi bayi tampan itu, sedangkan Naruto menyunggingkan senyum penuh bangga.
Dengan rambut merah khas keluarga Uzumaki, warna mata sebiru lautan, dan tanda lahir seperti sang ayah bayi kecil itu terlihat sangat tampan.
Bersama dengan Ino, Minato, Kushina dan Yuuto di dalam keluarga kecil yang baru saja ia bangun, rasanya hidupnya sudah benar-benar lengkap, keluarga yang dulu ia inginkan, Istri juga anak-anak akhirnya ia miliki meskipun harus di lewati dengan drama sebelum akhirnya ia dapat berada di tempatnya sekarang ini.
"Aku ingin melihat adikku!"
Suara itu, suara yang sangat dikenal sekali oleh keduannya, Naruto dan Ino saling memandang dan mentertawakan kelakuan sang putri keluarga Uzumaki.
.
.
.
.
.
.
COMPLETED
Final chapter done! Kurang ngefeel , maaf-maaf untuk yang menunggu chapter ini dan berekspektasi (?) yang lebih tapi otak saya menthok di sini nih , di usahakan kedepannya lebih bagus dan bagus lagi, sepertinya ga bakat bikin story yang Multi Chapter kaya begini.
Terimakasih sekali untuk para Follower, Reviewer serta yang telah memfavoritkan fiction Incomplete ini.
Persembahan untuk anda semua yang mengagumi NaruIno.
Yeaaaaahhhhhhh! Finally done.
Prepare next NaruIno dudududu~
#Vale ^^
