Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Pair: Bolt U., Himawari U., [Naruto U., Hinata H.]

Rated: T+ (for dialog)

Genre: Family, Drama.

The Stardard Warning Used

.

.

.

Suara dentuman musik terdengar di seluruh sudut bar mewah yang berada di pusat kota Tokyo. Beberapa orang sedang berdansa ria tepat berada di dancefloor yang sudah penuh sesak oleh para pengunjung.

Disalah satu sudutnya, beberapa pria dewasa sedang menikmati vodka dan juga menunggu kehadiran seseorang. "Ck, Dia pasti selalu terlambat," Ujar seorang pria berambut merah yang melihat jam tangan mewahnya sekali lagi.

"Hei, lama menunggu?" Sapaan khas dari pria blonde ini membuat para temannya berhembus lega. "Ya! Dan, sangat lama," Ujar Lee, dia adalah salah satu anggota di komunitas para esekutif muda yang tengah berkumpul ini.

"Cih, gayamu masih sama. Like a girl," Komentar Naruto ketika mendengar ucapan Lee.

"Apa maksudmu? Mau berkelahi?" Tantang Lee. Dia sudah siap dengan kuda-kudanya. "Sudahlah. Tingkah kalian seperti anak remaja," Ucapan dingin dari seorang yang berambut raven itu menghentikan perang antara Lee dan si dobe.

"Oi, teme!" Panggil Naruto. Dia langsung duduk di sofa empuk itu, matanya menatap para wanita yang sedang terkikik karena terkena senyum nakalnya.

"Jadi kau mau pergi?" Tanya Gaara pada Sasuke. Kabarnya, salah satu teman stoicnya ini akan hijrah ke negeri Eropa. Tepatnya, Spain. Dia harus mengambil S3 disana, karena dengan gelar itu dia bisa memperkokoh jabatannya di salah satu perusahaan ayahnya.

Naruto terdiam, Negeri Eropa adalah impiannya. Memang sudah sering dia kesana untuk berbisnis, maupun berlibur. Tetapi untuk menetap kurasa tidak. Dia menutup matanya lalu membuang nafasnya perlahan, merogoh saku jasnya karena ponselnya sudah berdering dari tadi.

"Ayah,aku ada pemotretan. Jadi, aku akan pulang dua hari kemudian," Suara puteranya yang usianya telah menginjak sebelas tahun itu.

"Bolt, tolong katakan izinmu itu kepada Ino," Naruto lalu mematikan ponselnya. Anaknya itu tidak terlalu dekat dengannya. Ketika Bolt berusia 3 tahun, pria kecil itu telah menjadi model untuk salah satu produknya yang mau dia pasarkan. Dan, semenjak itu Bolt selalu kebanjiran job sebagai model iklan maupun majalah. Sedangkan Ino, dia hanya seorang wanita yang menjadi sekretaris pribadinya.

Naruto menyandarkan badannya di sofa berwarna merah maroon itu. Pikirannya menerawang jauh ke masa depan yang akan dia jalani. Sudah dua tahun dia menjalin hubungan dengan Karin, wanita itu mendesaknya untuk segera menikah, dia memang pernah menikah dengan ibunya Bolt, tetapi hanya bertahan selama 4 tahun, mereka bercerai saat Bolt berusia 3 tahun. Naruto juga memenangkan hak asuh akan Bolt, hingga sekarang dia tinggal berdua dengan puteranya di salah satu apartement yang terletak di kawasan elit Konoha. Tetapi, dia sedang tidak ingin memikirkan soal pernikahan sekarang ini.

...

Good Father?

...

Seorang gadis kecil berjalan menuju sebuah gedung apartement dengan koper besar di tangannya yang dia tarik seirama gerak tubuhnya, sebelah tangannya lagi terdapat sebuah boneka kecil berbentuk rubah berekor banyak itu digenggam dengan erat olehnya.

"Ada yang bisa saya bantu nona manis?" Ucap salah satu penjaga yang sedikit menunduk untuk menatap si gadis kecil itu. Anak itu tersenyum manis, lalu menyerahkan selembar kertas untuk dibaca oleh petugas itu.

Naruto sedang berada di ruang gymnya sekarang. Melatih otot-ototnya sambil menghubungi kolega bisnisnya. Meskipun tadi malam dia baru saja pulang dari Tokyo yang jaraknya bisa ditempuh oleh pesawat terbang selama 2 jam, dan mengakibatkan dia jetlag tetapi dia tetap merasa fit samapi sekarang. Yah, beginilah nasib Duda keren yang menjadi Esekutif muda sukses itu melakukan aktifitasnya. Dia sangat suka pepatah 'Sekali merengkuh dayung, 2-3 pulau tercapai' Nah yang dia lakukan sekarang sama kan dengan pepatah itu bilang?

Kriing! Suara itu langsung menjadi hilang ketika Naruto mengangkat telepon dari staf apartementnya. Dia tetap asyik dengan kegiatannya, memang menguntungkan mempunyai kendali jarak jauh seperti ini. Sekali tekan, kau langsung bisa lakukan apapun.

"Ada yang ingin bertemu dengan anda tuan Uzumaki," Ujar staf apartement yang menelponnya.

"Siapa? Apa dia seorang wanita?" Cih, tetapi tetap saja seorang Uzumaki Naruto adalah playboy kelas kakap yang pandai merayu wanita, tampan, dan kaya. Dan, siapa wanita yang tidak takluk akan pesona Naruto.

"Dia seorang perempuan,"

"Apa dia cantik?"

"Dia sangat manis, dan dia ingin bertemu dengan anda,"

"Baiklah. Dia boleh menemuiku," Naruto menyeringai, dia lalu menyudahi kegiatannya dan membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar. Dia akan bertemu dengan seorang perempuan yang sangat manis.

"Jangan pernah menolak pesona seorang wanita," ujar sang penjaga lalu membantu si gadis kecil itu untuk membawakan kopernya.

Naruto sedang membasuh mukanya ketika seseorang menekan bel kamarnya nyaring. Dia sedikit kesal dengan tingkah tamunya itu, tetapi segera dia menepis seluruh kesalnya karena sang Uzumaki akan bertemu dengan seorang wanita.

Naruto melongo, dia menatap gadis kecil bertudung itu sedikit curiga. Kenapa wanitanya jadi mungil dan imut seperti ini. Memang sih manis, tetapi kan tadi petugas bilang kalau…

"Damn," Dia mengumpat dalam hati. Anak ini pasti salah kamar dan dia harus mengantar anak itu ke kamar orang tuanya atau ke kamar neneknya.

"Apa kau tuan Uzumaki Naruto?" Ucap merdu gadis kecil itu. Dia sedikit mendongak ketika ingin melihat wajah yang selama ini dia impikan, dan karena itulah tudungnya lepas dari kepalanya menampilkan rambut indigo pendek nan lembut itu.

"Ya. Dan kau gadis kecil, kau sedang mencari siapa?" Naruto hanya bingung dengan anak kecil itu. Apakah anak ini salah satu penggemarnya atau anggota dari fansclub milik Bolt.

"Perkenalkan namaku Himawari Hyuuga, aku diberi ini oleh ibuku," Dia mengeluarkan sebuah surat beramplop rapi berwarna putih. Naruto langsung menerimanya, serta mendudukan dirinya ke sofa di ruang tamu kamarnya.

Gadis kecil itu pun langsung menyeret koper besarnya masuk ke dalam kamar apartement mewah milik ayahnya itu. Dia pun duduk berhadapan dengan Naruto, matanya mengamati ekspresi Naruto setelah membaca surat itu.

23 Juni, Paris, France.

Fr: Hinata Hyuuga

To: Naruto Uzumaki

Aku akan langsung ke intinya. Dia anakmu Himawari Hyuuga, dan aku memakaikan marga keluargaku kepada Himawari hanya untuk menghormatimu dengan keputusan gila yang telah kau buat. Sekarang dia sedang berlibur satu semester, aku tidak bisa menjaganya karena aku harus ke Boston, US. Aku harap kau mau mengasuhnya, setelah liburan selesai aku akan ke tempatmu.

Naruto melongo lagi, menatap surat yang diketik dengan rapi oleh suatu alat canggih bernama komputer itu. Lalu, matanya beralih menatap Himawari. Naruto berfikir kalau Hinata pasti bohong padanya. Tidak mungkin mereka punya anak lagi, dan kesalnya Naruto adalah marga Himawari yang mengikuti Hinata. Kalau dia memang ayahnya kenapa anak perempuannya memakai nama marga Hinata yang notabennya adalah ibu biologisnya.

Naruto mengambil ponselnya, menelpon seseorang yang mungkin bisa menjadi penolongnya. "Hallo," Seseorang di seberang sana sudah mengangkat panggilannya.

"Bisakah kau ke tempatku sekarang? —Ya, aku sedang di Apartement. —Bukan masalah Bolt. —Sudahlah, aku akan cerita setelah kau sampai kesini. —Arigatou Ino,"

Good Father?

Ino menatap Himawari sedikit bingung. Gadis kecil itu sedang menata hiasan cangkir yang ada di atas meja dengan telaten. Ino melipat kedua tangannya, lalu matanya melirik lagi surat yang telah diberikan oleh Naruto kepadanya tadi. Kata si Uzumaki, itu surat dari Hinata. Ino mendekati Himawari, lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi. "Himawari-chan, umurmu sekarang berapa?" Tanya Inondengan lembut.

"7 Tahun bibi," Jawab Himawari polos. Ino sedikit marah dan menahan kesal. Enak saja gadis kecil ini memanggilnya bibi, dia saja belum punya kekasih -lagi kok bisa dipanggil seperti itu. Apa dia terlihat tua? Sepertinya dia harus perawatan di salon lagi besok.

"Tidak mungkin, kami memang berpisah 7 yang lalu. Saat itu aku dan Hinata bertengkar hebat dan—" Naruto berhenti. Dia ingat sekarang, Himawari ada itu bukan sebuah kebohongan. Itu memang kesalahannya.

"Dan? Apa kau melakukannya dengan Hinata," Naruto mengangguk kepada Ino, lalu matanya bergulir ke arah Himawari. "Aku pikir dia memang anakmu, coba kau lihat mata serta rambutnya. Perpaduan yang sempurna bukan? Selamat menjadi ayah lagi," Ujar Ino menambahkan.

"Aku punya seorang anak perempuan," Naruto merasa ini adalah bencana besar baginya.

Good Father?

Himawari berlari menuju dapur ketika sudah selesai berganti di kamar Naruto. Awalnya, ayah pirangnya itu menyuruhnya untuk menempati kamar Bolt, tetapi sepertinya Himawari takut dengan poster seram yang banyak tertempel di dinding kamar Bolt. Akhirnya, dia pun menangis hingga berjam-jam. Naruto yang tidak tahan, langsung menyuruh gadis kecilnya itu menempati kamarnya.

Tangannya membuka kulkas besar itu dengan susah payah. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi, binar dimatanya meredup ketika hanya ada sekotak susu, coklat, dan beberapa ramen instan. Himawari memegangi perutnya, mau makan apa dia sekarang.

"Aku akan pesankan sesuatu jika kau ingin makan," Naruto duduk di sofa dan langsung menyalakan televisi transparan miliknya. Tangannya menekan pesan singkat untuk salah satu pegawainya, dia ingin besok seluruh data yang dibutuhkan untuk meeting sudah siap.

"Aku ingin Takoyaki," Himawari langsung duduk di samping ayahnya. Kedua kakinya dia naikkan ke sofa dan dia lipat, tangannya mengambil bantal sofa dan menaruhnya diatas kedua kakinya.

"Ha?"

"Dan, Sup Miso,"

"Apa?"

"Atau lebih baik, pesankan saja dua paket lengkap untuk makan malan dari restoran Jepang,"

Naruto benar-benar merasa kesal dengan anaknya ini. Dia lalu, menghubungi salah satu restoran mewah yang menyediakan menu pilihan perempuan itu. Meskipun, hatinya bilang dia sangat kesal. Entah kenapa, dia begitu saja langung menyetujui permintaan Himawari.

.

.

Naruto langsung tertidur di sofa setelah menyantap makan malamnya yang sangat normal malam ini. Biasanya dia akan makan ramen dengan telur dan pelengkap. Tapi, hari ini dia benar-benar kenyang dengan satu paket lengkap makan malam ala Jepang. Himawarinya begitu perhatian dengannya, dia pikir Himawari memesan dua paket untuk anak itu sendiri. Tetapi, gadis kecil itu menata kembali salah satu paket makanan di atas nampan putih, dia juga bilang kalau Hinata biasanya juga sering membuatkan makanan ini untuk makan malamnya.

Himawari menatap Naruto heran, apakah ayahnya ini tidak pernah makan malam, kenapa tadi makannya rakus sekali. Dia pun masuk ke kamar Naruto mengambilkan selimut dan menyelimuti tubuh kekar sang ayah sambil berucap, "Oyasumi,". Gadis kecil itu sedikit terkikik karena impiannya kini sudah tercapai. Dia benar-benar ingin tahu siapa ayahnya, karena di rumah ibunya tidak ada satupun foto ayahnya, kecuali di dompet ibunya.

Beruntung sekali dia, bisa menemukan foto ayahnya yang disimpan rapi oleh ibunya di dalam gudang bawah tanah. Himawari merasakan matanya sudah berat sekali, dia lalu merebahkan tubuh mungilnya ke kasur yang sangat empuk itu dan tertidur.

Good Father?

Himawari menata sarapan yang telah dia pesan lewat para staf apartement itu dengan rapi di atas meja berukuran mungil itu. Meja itu hanya cukup untuk dua orang saja. Dia lalu membangunkan sang ayah dari mimpi indahnya.

Naruto menggeliat, tubuhnya agak sakit karena tidur di sofa dengan keadaan kenyang. Dia lalu menatap tajam Himawari yang sedang tersenyum senang, "Makanannya sudah siap," Ujar Himawari senang.

Mereka berdua menikmati sarapan dengan santai dan dalam keadaan diam. Naruto merasa bahwa dengan kehadiran anak perempuannya, para pacarnya akan merasa syok dan tidak akan mendekatinya lagi. Naruto menyeringai, lalu dia bisa hidup tenang dengan puteranya tanpa ada yang mengganggu. Untuk urusan Himawari, dia bisa mengirimnya lagi ke France. Dan, kenapa Naruto tidak mengirimnya saja sekarang untuk kembali ke pelukan ibunya. Alasannya adalah, didalam surat itu tertulis bahwa Hinata sekarang ada di Boston jadi tidak mungkin Naruto mengirim pulang Himawari saat ibunya tidak ada di rumah. Dia tidak ingin menjadi ayah yang jahat.

"Hinata, sekarang bekerja sebagai apa?" Entah kenapa. Naruto menanyakan itu lagi, padahal dia sudah menghapus segala kenangan tentangnya dan Hinata.

"Dokter hewan, ibu suka sekali dengan hewan berbulu jadi di rumah aku punya banyak teman seperti kelinci dan anjing," Jawab panjang Himawari. Kenapa dengan ayahnya ini, yang ada dihadapannya kan anaknya, kenapa bertanya soal ibunya yang jaraknya sangat jauh dari mereka.

"Tadaima," Sapa Bolt yang baru saja pulang dari pemotretan dua hari yang lalu.

Naruto membeku, dia lupa bahwa Bolt akan pulang hari ini. Sekarang, dia bingung harus berkata apa kepada Bolt tentang Himawari.

"Okaeri," Cih, kenapa Himawari harus membalas salam Bolt. Naruto jadi lebih bingung sekarang.

"Lho ayah. Siapa dia?" Tanya Bolt sambil menunjuk Himawari dengan telunjuknya.

"Ini pasti kakak Bolt ya? Perkenalkan, aku Himawari Hyuuga. Aku adikmu,"

"Anak dari salah satu pacarmu ya, yah?" Tanya Bolt sinis. Dia menaruh tasnya di atas sofa lalu berjalan mendekati ayahnya.

"Bukan. Dia adik kandungmu, dia anak dari ibumu Hinata,"

Sontak ucapan Naruto membuat Bolt diam seketika. Dia lalu tersenyum riang dan langsung menggendong Himawari dengan sayang.

"Jadi kau itu yang sering dibicarakan ibu? Wah, maaf ya aku kira kau itu anak dari salah satu pacar ayah. Ternyata kau adikku, nah Himawari selamat datang di rumah kita,"

Dan, sekarang Naruto lah yang menjadi bingung. Kenapa Bolt sangat hangat dan Hinata sudah bercerita tentang Himawari kepada Bolt, tetapi kenapa dia tidak diberitahu sedikitpun?

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

A/N: Pernah nonton Game Plan? Yang dibintangi sama Dwayne "the Rock" Johnson? Kalau belum, nonton aja deh sekarang, sumpah itu film recomended banget deh buat yang suka genre Family, Humor, Drama. Dan film itu yang menginspirasi ane untuk buat fic ini. Un, kalau untuk isi cerita sih hampir mirip. Cuman, keseluruhan cerita saya pastikan 80% berbeda.

Nah, ini adalah fic multichapter pertama genre family. Yah, mumpung Naruto udah tamat dan udah punya anak semua jadi gak susah deh buat nama anak mereka.

.

.

.

See you at next chapter

.

.

.

Mind to Review?

.

.

.

Salam, yamanakavidi

(Dec, 2014)

'At Friday morning'