Topeng punya Zie06

Naruto punya Masashi Kishimoto

M, T+

SasufemNaru, Itakyuu slight rahasia

Romance, supernatural, fantasy, dll.

Semuanya hanyalah topeng. Tidak ada yang nyata di dunia ini. Karena semuanya hanyalah palsu. Aku pun sama. Kau pun sama. Mereka pun sama. Kita hanya pemain dalam drama dengan topeng yang menyembunyikan jadi diri kita sebenarnya.

Abal, gaje, gila, stress, aneh, ajaib, gender bender, yaoi, yuri (?), straight, dll.

Happy reading minna-san

..

Cerita ini dimulai di sebuah sekolah bernama Uchiha High School, yaitu sebuah sekolah bertaraf internasional di pusat pemerintahan kerajaan Uchiha. Kerajaan Uchiha sendiri merupakan satu dari 5 kerajaan besar di dunia bawah dengan ibukotanya Konoha.

Di Uchiha High School, terdapat beberapa keistimewaan atau bisa dikatakan perbedaan di antara sekolah pada umumnya, yaitu:

Satu, kelas dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu kelas SA, A, B, C, dan D. Kelas yang paling tertinggi adalah kelas SA yang mempunyai murid hanya 10 murid saja dan kelas yang terendah yaitu kelas D mempunyai murid sebanyak 30 murid. Dan setiap kelas memiliki perbedaan lokasi, dekorasi maupun sistem pelajaran tersendiri.

Dua, di Uchiha High School terdapat sistem special card, yaitu kartu yang diberikan pada 100 murid peringkat teratas sekolah tersebut. Special card ini memuat nama, peringkat dan foto murid yang memilikinya. Dan setiap peringkat akan memiliki warna berbeda. Contohnya murid dengan peringkat 1 sampai sepuluh mendapatkan special card berwarna emas, sedangkan murid rangking 11-40 berwarna kuning cerah, murid dengan peringkat 41-60 berwarna kuning gelap, 61-80 berwarna kuning kemerahan sedangkan murid dengan rangking 81-100 berwarna orange.

Tiga, sistem penilaian dan pemberian raport di sini sedikit berbeda dimana setelah murid ujian, semua murid diberikan waktu libur selama dua bulan lamanya dan setelah nilai dan peringkat sudah diketahui, maka pihak sekolah akan mengirimkan kartu baru —bagi 100 murid terpintar— ataupun surat pengumuman hasil ujian melalui kuchiyose —semacam pemanggilan siluman tingkat rendah— yang akan mengirimkan surat nilai itu langsung kepada si murid.

Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka belajar mati-matian untuk mendapatkan kelas yang lebih bagus yang secara tidak langsung meningkatkan status social mereka.

Seperti yang kita ketahui, dunia di bagi menjadi 3 yaitu dunia atas, manusia, dan bawah. Dunia atas dihuni oleh malaikat, dunia manusia tentu saja dihuni oleh hewan dan manusia sedangkan dunia bawah di huni oleh kita, para siluman dan iblis. Di dunia bawah sendiri, ada 5 strata social yang didasarkan oleh kekuatan kita. Artinya semakin kuat kekuatan kita, maka semakin tinggi pula strata kita. Dan bla… bla… bla…

"Hah"

Naruto —gadis pirang bermata biru safir— menghela nafas bosan, memperhatikan guru sejarahnya —Umino Iruka— yang sejak 20 menit yang lalu masih semangat menjelaskan sejarah tentang terbentuknya dunia bawah serta kerajaan dunia bawah saat ini yang katanya penuh dengan nilai sejarah tanpa minat.

"Psst!"

Naruto menoleh ke samping, mengernyitkan dahinya melihat teman sekelasnya a.k.a Tenten yang tiba-tiba saja menyerahkan secarik kertas ke arahnya.

"Baca dulu" perintah Tenten seakan-akan bisa membaca pikirannya.

Mendesah pelan karena tidak ingin berdebat dengan gadis yang terkenal akan kekeras kepalaannya itu dan berakhir dengan detensi karena ketahuan tidak mendengarkan penjelasan guru sejarahnya yang tampak begitu menyeramkan ketika marah itu, Naruto pun dengan sedikit enggan mengambil kertas tersebut.

"Apa kau ikut?"

Naruto menautkan alisnya, bingung.

"hn?"

Naruto mengopernya ke belakang dengan cepat.

Sret!

"Kami akan pergi berlibur bulan depan."

Sret!

"Oh"

CTAK!

Sret!

"Jadi?"

Sret!

"Hn"

CTAK! CTAK!

Sret!

"Kabari aku kalau kau ingin ikut!"

Sret!

"Hn"

CTAK! CTAK! CTAK!

"Tidak bisakah kau memperbanyak kosa-katamu, Na-ru-to?" Tenten bangkit dari duduknya, setengah berteriak sembari menunjuk Naruto garang. Wajahnya memerah, layaknya kepiting yang terlalu lama direbus. Sedangkan yang dikatai aka Naruto menatapnya datar. Ia bahkan lebih memilih untuk membenarkan letak kaca mata tebalnya yang melorot.

"Tenten-san"

Aura hitam yang sangat tidak mengenakkan menguar diikuti dengan tubuh Tenten yang membeku.

"Ya, sensei" jawab Tenten dengan gerakan patah-patah.

Iruka sensei tersenyum begitu manis. Mirip seperti seorang malaikat yang turun dari langit. Sayangnya, senyuman itu berbanding terbalik dengan maksudnya.

"Keluar dari kelas dan bersihkan toilet sekolah sekarang juga!" teriakan nyaring menggema, cukup membuat burung gagak yang lagi anteng-antengnya bertengger di dahan pohon untuk berlari tunggang langgang.

"Ha'i sensei"

Dan kelaspun kembali berjalan seperti biasanya lengkap dengan senyuman Iruka sensei yang kembali menjelaskan sejarah kuno dunia bawah dengan semangat.

Waktu terasa berjalan begitu lambat hari ini. Sangat lambat. Dimulai dari pelajaran (baca : ceramah panjang) Umino Iruka, guru sejarahnya tentang awal terbentuknya dunia bawah yang katanya dibangun oleh kekuatan legendaris 3 clan besar —Uchiha, Hyuga, Nara— serta bantuan dari 9 jinchuriki sehingga Tara! jadilah dunia bawah, tempat dimana para siluman yang dulu selalu diburu manusia berlindung.

Setelah pelajaran sejarah yang yang menurutnya begitu membosankan, pelajaran diteruskan dengan berlari mengelilingi sekolah yang luasnya naudzubillah yang tentu saja didukung dengan teriakan 'semangat masa muda' yang entah kenapa membuatnya malah semakin tidak bersemangat. Author yakin tidak ada yang perlu penjelasan lebih lanjut tentang apa dan siapa yang mengajarkan pelajaran ini, bukan?.

Dan setelah melalui dua hal yang mampu membuat otak serta batinnya terkuras habis, di sinilah ia. Menatap hamparan langit biru yang hari ini cukup bersih dari kapas putih yang mengganggu. Angin lembut bergerak pelan, menerbangkan helaian rambut pirangnya yang bersinar di bawah sinar matahari siang. Membelainya lembut, seolah-olah merayunya untuk menutup iris safirnya untuk sejenak.

Di sampingnya, terlihat sekotak susu dan sebungkus roti melon yang sejak lima menit lalu tidak disentuh si pirang. Tampaknya Naruto lebih memilih memandang langit dengan awan yang berarak di atas sana daripada harus melayani cacing perutnya yang mengadakan konser dadakan di dalam perutnya. Toh, nafsu makannya memang sudah hancur beberapa menit yang lalu.

BRAK…

Tidak lama kemudian, terdengarlah suara pintu dibanting dengan keras diikuti munculnya gadis bercepol dua a.k.a Tenten yang menghambur ke arahnya. Wajah gadis itu memerah dengan cairan bening menggantung di pelupuk matanya.

"Naru, aku kira.. kau sudah.. hiks.. mati" ucap gadis itu terbata-bata, sukses membuat Naruto menaikkan alisnya.

"Mati?" beo Naruto tidak mengerti. Memangnya apa yang ia lakukan sehingga sahabatnya ini berfikir ia sudah mati? Seingatnya, ia tidak pernah melakukan tindakan apapun yang bisa membuat nyawanya melayang.

Gadis itu mengangguk, masih dengan air mata yang berlinang. "Apa mereka menyakitimu?" Tanya gadis itu lagi. Mata coklatnya kini mengamati tubuh Naruto dengan seksama.

Naruto semakin menaikkan alisnya, bingung. "Memangnya siapa yang akan menyakitiku, Tenten?" Naruto mendesah berat. Merasa sedikit risih dengan kelakuan sahabatnya yang terlampau aneh siang ini.

"Tentu saja mereka, Naruto! Ya ampun! Kalau bodoh jangan dipelihara!" geram Tenten. Hilang sudah rasa khawatirnya. Malah ia sekarang merasa kesal dengan sikap tidak acuh Naruto terhadap lingkungannya.

"Mereka?" Tanya Naruto innocent, yang tentu saja menuai geraman kekesalan Tenten. 'Oke, lupakan saja. Naruto itu tidak bodoh. Tapi, idiot!' batin Tenten yang saat ini ingin sekali meremukkan sesuatu.

Flashback

Seperti biasa —ya, seperti biasa— keadaan kantin sekolah terlihat begitu ramai. Wajar, karena jam menunjukkan pukul 12 tepat, waktu yang pas untuk mengisi perut mereka yang kosong.

Begitu juga dengan yang dilakukan oleh pemeran utama kita kali ini yang sudah beberapa menit yang lalu telah ikut mengatri dengan begitu sabar di depan counter untuk memesan makanannya.

"Satu roti melon dan susu jeruk" pesannya cepat, tidak membiarkan sapaan 'selamat siang' ataupun pertanyaan 'anda mau pesan apa?' dari sang penjaga counter. Maklum, ia bukanlah seorang Lady yang harus bertata karma di setiap waktu. Ia hanyalah seorang gadis yang beruntung mendapatkan beasiswa di sekolah para kaum borjuis ini. Lagipula, cacing diperutnya sudah berteriak dari tadi.

"Ini pesanan anda"

"Hn" sahut Naruto dengan cepat memberikan uang kepada penjaga itu dan…

BRUK…

"Ittai!" Naruto meringis pelan ketika merasakan nyeri di bagian bokongnya sembari mengutuk dalam hati siapapun yang menabraknya.

"Dobe"

TWICH!

Seakan-akan ada sakelar kecil di otaknya, aura hitam langsung menguar dari tubuh Naruto. Di dalam hidupnya, ia sangat benci dikatakan bodoh. "Maaf, tadi anda bilang apa?" Tanya Naruto dengan nada sopan meskipun di dalam pikirannya sudah tersusun siksaan apa saja yang akan diterima orang —siluman— yang dengan lancangnya mengatainya 'dobe' tersebut.

"Ternyata tidak hanya bodoh, kau juga ternyata tuli, Do-be"

TWICH! TWICH!

Oke, cukup sudah. Ia memang sudah cukup sabar dari tadi. Tidak melabraknya dan mengeluarkan ucapan para binatang dan memilih untuk bersopan santun sedikit. Setidaknya ia masih mengingat beasiswanya yang mungkin saja terancam jika ia memaki murid lain yang notabene lebih diistimewakan dibandingkan dirinya yang murid beasiswa. Oke, itu tadi. Karena saat ini emosinya berada ditingkat paling tinggi.

Ia bahkan tidak pernah seemosi ini sebelumnya. Biasanya, ia akan memilih untuk diam dan memendam amarahnya dalam-dalam. Memasang topeng poker facenya dan berlalu. Tapi, entah kenapa untuk pertama kalinya ada siluman yang berhasil membuatnya emosi. Giginya bergemeletuk hebat. Tangannya terkepal keras. Ia sudah siap memukul wajah pemuda itu sampai—

[pesan author jika ada seseorang yang sedang keadaan lapar, jangan mengajaknya berkelahi karena emosinya akan cepat membesar jika dalam keadaan lapar]

"Sasuke-kun" mata biru safirnya menangkap seorang gadis pink yang langsung bergelayut manja di lengan pemuda itu.

Pemuda yang dipanggil Sasuke-kun itu hanya terdiam. Masih dengan wajah datarnya tanpa melirik sedikitpun ke gadis itu. "Hn" gumam Sasuke ambigu, masih melihat Naruto yang dengan senang hati di balas dengan deathglare terbaik miliknya.

Merasa diabaikan, gadis itu melirik sedikit Naruto yang kini masih sibuk menatap tajam Sasuke. "Apa yang gadis bodoh ini lakukan padamu, Sasuke-kun?"

TWITCH… TWITCH… TWITCH…

Ribuan perempatan kecil bermunculan bak jamur. Mood yang jelek sejak pagi ditambah dengan ejekan sepasang kekasih (menurut pandangan Naruto) yang menyebalkan itu, sukses membuat emosinya siap meledak kapan saja.

Oke, ia memang cupu. Ia akui itu. Bahkan bayi baru lahirpun bisa dengan mudahnya melihat hal itu. Hanya saja bisakah mereka berhenti mengatainya seolah-olah kata 'cupu' itu kata yang lebih menjijikkan dari kotoran?

Dan bodoh?

Apakah cupu itu berarti bodoh?, batin Naruto dongkol.

Oh ya, Apa kalian penasaran seperti apa tampang Naruto sekarang?

Oke, mari Author jelaskan.

Sebenarnya seragam sekolah Naruto hampir sama dengan murid lainnya. Hanya saja rok kotak-kotaknya yang seharusnya selutut, ia panjangi sampai ke mata kaki. Kemejanya juga tampak kebesaran untuk tubuhnya yang mungil. Bahkan, ia juga memakai sepatu hitam pentopel yang memang cukup besar juga.

Rambut yang panjangnya di atas pinggul ia belah dua, dan diikat ke samping. Plus, kaca mata tebal berframe hitam yang bertengger di hidung bangirnya membuatnya sukses menjadi seorang cupu sejati.

Penjelasan author, selesai.

Back to the story.

"Heh cupu! Apa kau bisu?"

Naruto menoleh. Memutuskan kontak matanya terhadap Sasuke. Mata birunya kini bertatapan dengan mata emerald gadis maniak pink tersebut. (pendapat Naruto)

'cantik sih, tapi sayang nyebelin' pikir Naruto lagi.

Merasa kesal karena tidak kunjung ada tanggapan dari si empu aka Naruto, ia pun beranjak dari sana tidak lupa menggandeng (baca: menarik) tangan Sasuke dan menabrakkan bahunya keras sehingga sukses membuat Naruto oleng.

"Ayo Sasuke-kun. Tidak ada gunanya kita menghabiskan waktu untuk gadis bodoh ini!

Sontak, kantin yang sunyi kini ramai dengan teriakan mengejek dan gelak tawa. Merasa terhibur dengan pertunjukan gratis yang baru saja selesai disuguhkan tersebut.

Naruto bangkit dengan tenang, tidak mengindahkan semua ejekan yang tertuju padanya. Menepuk pelan rok kotak-kotaknya dan berjalan meninggalkan kantin dengan tatapan datar. Seolah-olah, kejadian tadi hanyalah angin lalu baginya.

Namun, jika kita perhatikan lebih dekat, kita bisa melihat kuku jarinya memutih diiringi dengan aura membunuh yang keluar sedikit demi sedikit dari tubuhnya. Ha-ah, sepertinya aka nada korban nanti malam.

End flashback

"Sekarang, apa kau mengerti Naru?" desak Tenten yang sedari tadi mengoceh panjang lebar.

"Oh, lalu? Apa hubungannya denganku?" Tanya Naruto cuek bebek, lebih memilih menikmati makan siangnya dengan tenang dibandingkan harus mengikuti sifat sahabatnya yang menurutnya selalu bersikap berlebihan kepada sesuatu. "Lagipula siapa dia? Kenapa kau sangat takut?"

"Ya ampun Naruto" Tenten hampir saja pingsan. Seumur hidupnya, baru kali ini ia menemukan siluman aneh macam temannya satu ini. "Dia itu Uchiha, Naru. Uchiha!" Tenten kembali berteriak keras, menjambak rambutnya saking frustasi.

"Lalu?" Naruto menaikkan alisnya, bingung. Semakin bingung lagi menghadapi sahabatnya yang begitu frustasi dengan kata Uchiha.

"Lalu?" Tenten membeo kesal. "Naru, Uchiha itu bangsawan iblis tingkat tertinggi dan yang kau hadapi tadi itu Uchiha Sasuke, Naru. Penerus kerajaan Uchiha ke dua setelah kakaknya. Lagipula ia pemegang kartu emas. Kau bisa mati jika berurusan dengan mereka, terlebih lagi fans mereka yang ganas" jelas Tenten merinding geli. Ia bahkan sangat ingat sekali ketika seorang siswi kelas satu —setingkat mereka— yang harus masuk rumah sakit selama dua bulan gara-gara nekat menyatakan cintanya pada hari pertama mereka masuk sekolah.

Naruto mendesah pelan. Moodnya yang sudah buruk semakin buruk dengan sikap sahabatnya yang berlebihan. "Ingatkan aku berapa kali kau bersikap seperti ini, Tenten?"

"Err, sekali."

"Sekali?" Naruto menautkan alisnya. "Kau selalu melakukannya Tenten. Bahkan beribu kali."

"Tapi, ini berbeda dari yang kemarin-kemarin" elak Tenten. Mata coklatnya menatap Naruto penuh arti. "Apa boleh buat. Kita harus melakukannya" lanjutnya.

Naruto menaikkan alisnya. 'melakukan apa?' batin Naruto bertanya-tanya.

.

Oke, untuk sejenak kita tinggalkan dulu Tenten dan Naruto. Sekarang, mari kita beranjak ke sebuah tempat, tepatnya ke sebuah ruangan kelas.

XI SA.

Itulah yang terpampang di papan kecil di depan pintu ruangan tersebut. Dikatakan SA atau special A karena kelas ini merupakan kelas tertinggi dan hanya bisa dimasuki oleh pemegang gold card sebagai 10 pemegang nilai tertinggi di sekolah tersebut.

Murid-murid tersebut adalah;

Satu, Uchiha Sasuke.

Ketua kelas sekaligus ketua osis di sekolah ini sejak ia kelas satu, menggantikan anikinya yang lulus dari sekolah tersebut. Ia merupakan anak bungsu dari raja dan permaisuri kerajaan Uchiha, dan tentu saja menjadi calon pemegang tampuk kekuasaan kedua setelah anikinya, Uchiha Itachi. Ranking pertama di sekolahnya.

Dua, Haruno Sakura.

Wakil ketua kelas sekaligus wakil ketua osis pertama. Gadis dengan surai pink lembut yang memiliki mata emerald serta pukulan yang katanya mampu menghancurkan satu pulau sebesar Jepang sekalipun. (Author terlalu hiperbola di bagian ini). Peringkat ketiga di sekolah.

Tiga, Hyuga Hinata.

Sekretaris kelas sekaligus sekretaris osis. Terkenal akan sifatnya yang pemalu dan bicaranya yang terbata-bata meskipun kadang-kadang —ketika tidak gugup atau malu— ia bisa berbicara lancar. Tahun lalu, ia dinobatkan sebagai gadis tercantik ke dua versi majalah konoha Teens setelah Haruno Sakura. Peringkat keempat setelah Sakura.

Empat, Hyuga Neji.

Bendahara kelas sekaligus wakil ketua osis kedua. Terkenal dengan sikapnya yang disiplin waktu dan sangat menjunjung tinggi tradisi keluarga Hyuga. Peringkat ke lima di sekolah.

Lima, Akasuna Sasori.

Pemuda berwajah baby face yang terkenal dengan kehebatannya dalam mengendalikan ribuan boneka sekaligus. Ia juga merupakan pangeran bungsu dari kerajaan pasir, tetangga kerajaan Uchiha. Peringkat 6 di sekolah.

Enam, Uchiha Sai.

Statusnya hanya murid biasa. Terkenal akan lukisannya yang selalu menuai decak kagum para kritikus ataupun kolektor. Ah, jangan lupa dengan senyuman palsunya yang entah kenapa mampu meluluhkan ribuan gadis. Peringkat tujuh di sekolah.

Tujuh, Yamanaka Ino

Gadis dengan surai pirang pucat dengan mata safir laut. Terkenal akan kelembutannya dan kepintarannya dalam menganalisa berbagai jenis tumbuhan beracun. Di usianya yang masih 17 tahun, ia sudah pandai menjalankan bisnis toko yang menjual berbagai macam bunga dan tumbuhan obat. Peringkat kedelapan di sekolahnya.

Delapan, Inuzuka Kiba.

Pemuda pencinta anjing yang diantara mereka paling berisik. Memiliki tanda lahir taring di pipinya. Ia terkenal akan penciumannya yang tajam sehingga diangkat menjadi ketua divisi pelacak di kerajaan Uchiha. Peringkat kesembilan di sekolahnya.

Sembilan, Nara Shikamaru.

Status murid biasa. Pemuda yang terkenal jenius memecahkan kasus dan menyusun taktir perang sehingga dinobatkan sebagai salah satu jenderal perang kerajaan Uchiha ketika umurnya baru saja menginjak 10 tahun. Memiliki kebiasaan unik untuk selalu tidur dimanapun dan kapanpun ia berada. Peringkat kesepuluh di sekolah.

Sepuluh, tidak diketahui. Tidak ada yang pernah bertemu ataupun bertutur sapa dengannya. Bahkan, anggota kelasnya sekalipun. Ia hanya akan datang ketika ujian semester dan menghilang setelah menyelesaikan ujiannya. Peringkat kedua setelah Uchiha Sasuke.

Oke, back to the story…

"Sampai di sini pelajaran kita hari ini, jangan lupa belajar untuk ujian sekolah minggu depan. Selamat siang" ucap Shizune —guru Matematika — menundukkan tubuhnya sejenak, dan berlalu dengan tenang dari kelas tersebut. Kelas yang hanya diikuti oleh 5 orang murid dari 9 murid yang ada.

Setelah kepergian sang guru Matematika, keheningan mulai menyapa kelas tersebut. Kelas yang ukurannya setengah dari lapangan bola itu tampak begitu indah dengan furniture mewah bergaya abad 19 yang di cat dengan warna krim lembut.

Di pojok kelas, tampak sebuah kasur King size warna coklat krim yang di atasnya sudah diisi oleh seorang pemuda yang kita kenal bernama Nara Shikamaru. Sebagai murid dengan nilai 10 tertinggi di sekolah, mereka memang dibebaskan untuk mendekorasi, membawa atau melakukan apapun semau mereka. Semuanya. Termasuk membawa kasur, perabotan kesayangan, makan di kelas ataupun membolos di setiap pelajaran. Sehingga bukan rahasia umum jika kelas SA begitu sepi.

Di samping kasur, terdapat 10 sofa yang ditata setengah lingkaran dengan berbagai warna kesukaan masing-masing murid yang tentunya dengan kelembutan menyamai sutra, mampu membuat siapapun betah mendudukinya berjam-jam lamanya.

Di sofa ketiga paling dekat dengan kasur kesayangan Shikamaru, dengan sofa berwarna biru gelap, duduk Uchiha Sasuke, ditemani oleh sebuah buku ensiklopedia tebal dan kopi hitam tanpa gula favoritnya. Ah, jangan lupakan gadis pencinta pink yang memang selalu berada di samping sang bungsu Uchiha kapanpun dan dimanapun.

Di sampingnya, Hyuga Neji tampak begitu santai membaca literatur bahasa Jepang. Dan paling pojok dari sofa, ditempati Inuzuka Kiba yang sejak masuk kelas sibuk bermain dengan anjing kesayangannya, Akamaru.

"Hah, ini membosankan!" Kiba, pemuda yang tidak pernah bersahabat dengan keheningan akhirnya mengerang keras, mata coklatnya merenggut kesal kearah keempat temannya yang masih saja asing dengan dunia mereka masing-masing. Tampaknya mereka sudah terbiasa dengan gerutuan ataupun erangan bosan pemuda anjing tersebut.

"Ne, apa kalian tidak bosan?" Tanya Kiba membuka pembicaraan.

Hening.

Kiba mengerang keras. Ingin rasanya ia menghancurkan sesuatu saat ini juga. Apa salahnya sih menjawab, begitulah pikir sang bungsu Inuzuka.

"Ne, apa kalian tidak merasa aneh"

Tiba-tiba, Neji yang sedari tadi sibuk membaca berceletuk. Membuatnya menjadi pusat perhatian. Bahkan, Sasuke sekalipun.

"Apa maksudmu?" Tanya Sakura.

"Maksudku tentu saja kejadian di kantin" balas Neji.

"Ah, gadis cupu itu" Kiba memekik keras. Sukses membuatnya mendapatkan lemparan bantal dari Shikamaru yang terganggu akibat suara indah Kiba.

Neji mengangguk pelan. Menautkan jemarinya dengan tampang serius. Dahinya berkerut seiring dengan otaknya yang berpacu cepat. "Dia aneh"

Sakura mendengus. "Tentu saja dia aneh. Dia kan cupu."

Neji menggeleng pelan. "Bukan itu, Sakura. Bagaimana menurutmu, Kiba?" Neji menatap pemuda anjing itu yang sekarang malah mengerutkan dahinya.

"Aku juga tidak tau. Tetapi aku sempat merasakan tekanan yang sedikit familiar darinya." jawab Kiba sedikit sangsi dengan pendapatnya. "Apa mungkin dia itu Akasuna Naruko?"

"Tidak mungkin. Aku yakin kau salah Inuzuka." Sergah Sakura cepat, seraya memperlihatkan sebuah kertas dimana tercetak dengan jelas biodata sekaligus hasil ujian tahun kemarin. "Dari data tersebut, disebutkan jika gadis cupu itu menempati peringkat ke 194 dari 200 siswa. Jumlah chakra dan daya serangnya lemah sekali. Bahkan, ia membutuhkan waktu 15 menit hanya untuk membunuh satu Troiya*." Jelas Sakura menyeringai bangga.

"Hm. Kau benar. Mungkin saja kau terlalu lelah belajar sehingga otakmu error, Kiba" timpal Neji yang kemudian kembali menyibukkan dirinya dengan buku literatur Jepang.

...

Siang yang panas telah berlalu, digantikan dengan senja dengan warna orange memenuhi langit dunia bawah. Meskipun dunia bawah, keadaannya sama dengan dunia manusia. Hanya saja penghuni dan barangnya memang cukup berbeda bila dibandingkan dengan dunia manusia.

Naruto kini dapat bernafas lega. Karena satu hari sudah berhasil ia lalui. Apalagi jika hari dimana pelajaran paling ia benci sudah berakhir. Diiringi oleh bunyi lonceng sekolah yang mirip suara lonceng di salah satu film horror yang pernah Author tonton, Naruto segera berlalu dari kelasnya.

Hari ini ia butuh pelampiasan. Pelampiasan atas rasa kesalnya yang menumpuk sejak tadi pagi. Dilihatnya Tenten berlari kearahnya. "Sial" rutuknya. Tadi, mereka memang sudah merencanakan untuk kabur dan bersembunyi untuk sementara waktu. Dan tentu saja Naruto menyetujuinya. Mengingat sahabat bercepolnya itu sangat khawatir akan keselamatan Naruto terhadap fans maniak pangeran bungsu yang tidak sengaja ia tabrak tadi.

Namun, untuk kali ini saja ia tidak ingin mematuhi ucapan gadis itu. Mengingat ia sedang membutuhkan pelampiasan akan kekesalannya itu. Dan melampiaskan kekesalannya kepada Tenten adalah salah satu hal yang tidak akan ia lakukan.

BRAK…

Naruto mengerang keras. Tubuhnya dengan cepat terpelanting menabrak tembok dan berakhir dengan retakan besar. Ia mendecih pelan, mengutuk siapa saja yang berani menendangnya. Tampaknya, ia terlalu sibuk menghayal sampai-sampai tidak memperhatikan sekitarnya.

"Heh, cupu!" Naruto mendelik, mengangkat wajahnya hanya untuk melihat dua gadis bersurai merah dengan degradasi berbeda menatapnya marah.

'apa lagi ini?' batin Naruto bosan. Apa di sekolah ini hanya dia yang cupu sampai-sampai dibully seperti ini?

Naruto kembali meringis pelan, ketika salah seorang dari mereka mendekat dan menjambak surai pirangnya dari belakang. Ia bahkan merasakan jika beberapa helai rambutnya sudah tercabut.

"A-apa mau kalian?" lirih Naruto pelan. Mata birunya menatap mata merah gadis di depannya nyalang.

"Mau kami?" gadis itu menyeringai kejam. Disambut dengan seringai yang sama dengan temannya. "Ini!"

Naruto kembali terpental dan sialnya kembali menabrak tembok yang tadi retak menjadi hancur seketika. Sontak, Naruto memuntahkan gumpalan darah segar melalui mulutnya.

"Berani sekali kau menabrak Sasuke-sama" gadis yang baru saja menendangnya itu berteriak kesetanan. Mata merahnya menatap nyalang Naruto yang kini terduduk dengan tangan memegang perutnya.

"Menjijikkan. Seharusnya kau berkaca terlebih dahulu. Jangan harap kau bisa mengambil perhatian Sasuke-sama dengan tampang burukmu itu. Cih" timpal gadis lain menatap jijik Naruto yang memang sedari tadi terdiam. Ia bahkan tidak bergerak maupun melawan ketika gadis itu kembali menjambaki wajahnya. Membuat wajahnya yang penuh luka berhadapan dengan wajah gadis itu.

PLAK!

"hei, cupu! Katakan sesuatu. Apa kau bisu, hah" kesal gadis bersurai merah menyala itu, tangannya sudah gatal melayangkan tamparan keduanya ke pipi tan Naruto. Namun, sebelum tangannya mendarat di pipi Naruto, tangannya sudah ditangkap oleh tangan Naruto terlebih dahulu.

Bukan hanya menangkap, tetapi juga meremas.

"Argh!" gadis itu sontak menjerit, merasakan tulang tangannya remuk secara perlahan-lahan. Sedangkan temannya yang memiliki surai merah bata menganga dengan wajah yang menyiratkan keterkejutan yang besar. Tidak percaya dengan tindakan tiba-tiba Naruto yang memang sejak pertama kali masuk ke sekolah ini selalu diam, tanpa melawan.

"Lepaskan Karin, brengsek" teriak gadis itu keras. Tangannya menggapai Naruto, berusaha untuk menjambak atau melakukan apapun untuk melepaskan sahabatnya yang merintih kesakitan. Namun, apa dayanya. Kakinya tidak mampu ia gerakkan sama sekali. Seolah-olah ada paku yang menancap kakinya ke tanah.

"Lepas, cupu" Karin, gadis bersurai merah menyala meronta semakin keras. Darahnya merembes melalui celah jari Naruto.

"Lepas, heh?" Naruto terkikik geli. Merasa bahwa ucapan Karin tadi hanyalah lelucon. Ia menengadahkan wajahnya ke atas, menikmati angin malam yang menggelitiki wajahnya. Perlahan, ia memejamkan matanya. tidak peduli dengan teriakan kesakitan Karin ataupun makian gadis di sampingnya itu.

Toh, tidak akan ada yang mengganggunya. Ia sekarang berada di taman belakang sekolah. Taman yang memang tidak pernah dikunjungi sejak adanya taman baru yang memang lebih indah di depan sekolahnya.

"Membosankan" keluh Naruto akhirnya, setelah beberapa menit terdiam. Mata birunya secara perlahan berubah. Pupil matanya mengecil dan berganti menjadi orange menyala. Gigi putihnya meruncing diikuti dengan kuku jarinya yang memanjang, menembus kulit putih Karin.

Bibirnya menyunggingkan sebuah seringai. "Ne, tidak pernahkah kalian diajari sopan santun oleh orangtua kalian?" Tanya Naruto pelan lengkap dengan seringai yang semakin lebar.

Namun, tidak ada jawaban. Tampaknya kedua gadis itu masih shock dengan perubahan Naruto yang begitu cepat. Tekanan chakra Naruto pun begitu berbeda dengan tekanan aura gadis cupu yang mereka kenal. Sangat berbeda.

Naruto mendesah pelan. "Ternyata tidak ya" desahnya pelan. Sebelah tangannya yang menganggur ia gunakan untuk melepas kaca mata tebalnya yang memang sangat menyiksanya. Melipatnya santai dan memasukkannya ke tas ransel miliknya.

"Bagaimana kalau aku mengajarkan kalian? Kalian mau, bukan?" usul Naruto riang, bertolak belakang dengan wajah kedua gadis itu yang berubah horror.

"AAAAAAAAAAAAAAAA"

….

Huwa…. Akhirnya selesai juga.

Maaf pendek. Saya memang sangat lemah dalam hal membuat cerita yang panjang. Dan maaf juga karena membuat fict baru. Padahal chapter kedua dari fict kemarin belum selesai tapi buat fict baru. Huhuhu.

Oh ya, ini penjelasan buat kata asing:

Troiya adalah sejenis hewan liar yang tinggal di pedalaman hutan kematian. Tubuhnya sebesar 2 kali singa jantan. Troiya bentuk tubuhnya seperti singa, tetapi berwarna hitam. Memiliki semburan api hitam yang panas. Troiya itu Cuma imajinasi author saja, jadi jangan jari di google yah!

Akhir kata, mohon reviewnya. Review yang membangun akan menjadi penentu keberlanjutan fict ini.

RnR please!