Mama

Disclaimer : Harry Potter © J.K. Rowling

Mama © Universal Pictures

Genre : Family, Horror, Romance

Pair : Drarry


Sebuah mobil terparkir dengan sembarangan di depan halaman rumah. Sang pengemudi tampaknya tak memperdulikan tanaman yang rusak akibat mobilnya itu. Yang pasti ia tampak terburu-buru masuk ke dalam rumah hingga lupa menutup pintu mobilnya.

Ia membuka pintu dengan kasar dan berlari menuju lantai atas. Bunyi derap sepatu high heelsnya memenuhi ruangan. Telinganya tak sengaja mendengar suara radio yang ada di ruang dapur.

"...Tentu saja ini perilaku yang tidak masuk akal. Krisis tahun 1929 dan Senin Hitam 1987 menyebabkan banyak yang bunuh diri dan pembunuhan. Runtuhnya bursa saham ini tak terkecuali. Sejam yang lalu, saat pasar saham dibuka, dua orang di daerah Privet Drive di tembak dikantor perusahaan. Karyawan Senior, James Potter & Arthur Weasley, Meninggal di tempat kejadian."

Lily langsung menangis di tempat saat mendengar nama sang suami, James Potter dinyatakan sudah meninggal. Ia kembali mendengar apa yang diberitakan oleh radio itu.

"Fenrir Greyback, Seorang karyawan senior yang ada di tempat penembakan kini menghilang."

Suara handphone membuat perhatian Lily teralihkan.

Remus Lupin calling...

Dengan tangan gemetar, Lily menjawab telepon itu.

"H-Halo? Remus?"

"Lily? Kau sudah sampai di rumah?" Remus terdengar sangat panik.

Lily menjawab dengan pelan, "Ya."

"Bagus. Bawa Harry pergi dari rumah itu! Tinggalkan rumah itu sekarang juga! Fenrir menuju ke rumahmu dan bermaksud akan membunuh kalian berdua."

Lily semakin menangis dengan tersedu-sedu, "Noooo." Wanita cantik itu terduduk di lantai dapurnya. Ia tak percaya hidupnya akan terancam oleh seorang pembunuh.

"Kumohon, Lils. Jangan menangis, semuanya akan baik-baik saja. sekarang, kau harus kabur dari rumah itu sebelum Fenrir mendatangimu. Aku dan kepolisian sedang menuju ke rumahmu."

Dan sambungan pun terputus.

Lily segera beranjak menuju ke lantai dua dan membuka pintu kamar milik anak satu-satunya.

Ia melihat sang buah hati yang tengah berumur 3 tahun itu sedang duduk manis di kursinya. Anak laki-laki yang imut itu mendongak saat melihat sang ibu terdiam di depan pintu.

"Mommy?" ujar Harry dengan suara kecilnya.

Sang ibu tak dapat menahan rasa sedih. Bayangan Harry dibunuh oleh Fenrir memenuhi kepalanya dan ia tak mau hal itu terjadi.

"Kita harus pergi, Harry sayang." Kata Lily sambil menggendong Harry dan keluar dari kamar.

"Apa Daddy tak mengantarku sekolah hari ini?" Tanya Harry lagi.

Lily menggeleng, "Ayahmu sedang tidak enak badan." Sebenarnya ia tak ingin berbohong kepada Harry.

Dengan itu, ia segera mendudukan Harry di bangku belakang sementara ia yang menyetir. Ia tak mau Harry melihatnya menangis.

"Mommy menangis?"

Harry anak yang pintar, "Apa Harry nakal hari ini?"

Lily menghapus air matanya dan berusaha fokus ke jalanan, "Tidak, sayang. Harry tidak nakal. Mommy tidak menangis kok."

Lily tak memperdulikan jalanan yang licin tertutupi salju dan disamping mereka ada tebing yang curam. Ia terus melaju berharap segera menemukan tempat yang jauh dari Fenrir.

"Mommy, kita mau kemana?" Tanya Harry lagi. Ia anak yang ingin tahu segalanya.

"Aku tak tahu." Jawab Lily singkat.

Harry menatap sang ibu dengan khawatir. Begitu banyak yang ingin ia tanya tapi ia begitu takut melihat ekspresi sang ibu yang tampak sedang panik.

Lily semakin mempercepat mobilnya dan itu membuat Harry takut.

"Mommy jangan ngebut." Protes Harry. Lily tampaknya tak mendengarkan Harry yang tengah memeluk dirinya sendiri tanda ia benar-benar ketakutan.

Ia hanya berharap jauh dari pembunuh gila yang sudah membunuh suaminya. Lily mulai kehilangan akal. Ia tak memperdulikan teriakan Harry dan ia baru sadar saat ban mobilnya tergelincir dan hilang kendali. ia membiarkan mobilnya terjatuh dari tebing yang curam.

Ia berharap Tuhan mencabut nyawanya dan sang anak agar bisa bersama-bersama sang suami di surga.


Sirius Black's POV.

Mereka sudah seperti saudaraku sendiri. Dan setelah mendengar kejadian yang menimpa keluarga Potter dari Remus, tanpa berpikir dua kali aku langsung menuju ke sana.

Aku langsung disambut dengan mobil-mobil polisi yang terparkir di pinggir jalan. Aku juga melihat tetangga-tetangga yang tengah berkeliaran di daerah itu. Dan aku melihat Remus. Dengan segera aku menghampiri sahabatku yang tampak tengah kalut. Aku menepuk bahunya dan ia menatapku.

"Sirius!"

"Dimana Lily? Dimana Harry?" Tanyaku langsung kepada Remus.

"Aku menyuruh mereka meninggalkan rumah sebelum Fenrir menuju ke mari. Dan tampaknya mereka berhasil kabur. Fenrir sudah ditahan. Tapi, aku tak mau kemana Lily pergi. Handphonenya tak aktif." Jelas Remus yang sukses membuatku mengacak-acak rambut dengan kesal.

"Bagaimana jika hal buruk terjadi pada mereka, Remus? Bagaimana dengan Harry? dia masih kecil!" Ujarku dengan panik. Bagaimanapun juga, Harry adalah anak baptisku. Aku menyayanginya. Sangat menyayanginya.

"Kita hanya bisa berharap, Sirius. Semoga mereka baik-baik saja." Kata Remus dengan pelan.

Aku menatap rumah itu sekali lagi. Begitu banyak kenangan indah di rumah itu. Rumah yang tampak begitu hangat dengan keluarga yang bahagia di dalamnya. Sekarang yang ada hanya rumah kosong, dingin dan tali kuning polisi yang mengelilingi rumah itu.

POV Off.


Sementara itu di sebuah hutan yang tertutupi putihnya salju, terdapat mobil sedan putih yang baru saja terjatuh dan menabrak pohon. Jika kita mengecek ke dalam mobil, tak ada seorangpun.

Ternyata Lily dan Harry masih hidup dan berusaha mencari tempat untuk berteduh dari salju yang semakin dingin. Wajah Lily yang cantik tampak kacau dan ada darah di pipinya. Sementara Harry hanya ada luka kecil dibagian dahi.

Lily menggandeng Harry sepanjang jalan sambil menahan hawa dingin.

Dan lagi, suara Harry memecahkan keheningan, "Mommy, kita dimana?"

Lily tampaknya tak ingin menjawab pertanyaan anak laki-lakinya itu. Ia melihat sekeliling hingga matanya menangkap sebuah gubuk kayu kecil. Dengan segera, ia membawa Harry mendekati gubuk itu.

Tanpa rasa curiga, Lily membuka pintu gubuk itu dan ruangan gelap langsung terpampang di hadapannya.

Harry sedikit ngeri dengan gubuk ini. Tapi ayahnya selalu bilang bahwa anak laki-laki haruslah berani. Ia melihat seekor kupu-kupu berwarna hitam hinggap di kaca jendela yang pecah. Dan saat melihat ke jendela itu, matanya tak sengaja menangkap sebuah pergerakan di dalam rumah. Hal itu tentu membuat Harry takut.

"Ayo, kita masuk, Harry." Ajak Lily sambil mengadahkan tangannya ke arah Harry.

Harry tampak ragu dan berkata, "Tapi Harry baru saja melihat seseorang di dalam sana."

"Rumah ini kosong. Ayo segera masuk atau kau akan membeku di luar sini." Ajak Lily lagi dan kali ini Harry mengikuti sang ibu masuk ke dalam gubuk itu.

Tampaknya gubuk ini sudah lama tak dihuni. Tempatnya berdebu, perabotan yang usang dan berantakan.

Ia menyuruh Harry duduk disebuah sofa kecil dan Harry pun menurutinya. Lily menyelimuti Harry dengan selimut berwarna hijau muda.

Mata Harry terus mengikuti pergerakan sang ibu yang tengah menghidupkan perapian. Suasana agak menghangat sekarang walau rasa dingin masih sedikit menyerang kulit.

"Tunggu disini." Perintah Lily. Mau tak mau Harry diam saja di tempat duduk sambil menunggu sang ibu kembali.

Disisi lain, Lily tengah meluapkan emosi dan tangisnya di ruangan lain.

"God! Kenapa keluargaku jadi begini? Kenapa James harus pergi meninggalkanku dan Harry?" Ujar Lily dengan suara kecil. Ia tak ingin Harry mendengar bahwa ayahnya sudah tiada.

"Aku tak sanggup hidup dibawah ancaman seperti ini! Lebih baik aku ikut kau, James." Lily begitu depresi saat ini dan begitu matanya menangkap pisau yang ada di dapur. Ia tak memperdulikan suara Harry yang terus memanggilnya.

"Mommy, ada wanita di luar."

Lily mengambil pisau itu dan menatap refleksi dirinya yang terpantul di sana.

"Mommy, wanita itu tidak menyentuh tanah." Kata Harry lagi yang tak dihiraukan oleh Lily. Tapi akhirnya wanita itu keluar dari dapur dan tak lupa mengantongi pisau itu di kantong jaketnya.

Harry's POV

Harry tak tahu kenapa Mommy sangat berbeda hari ini. Kalau Harry bertanya terus, pasti Mommy akan marah. Harry bosan hanya duduk disini terus. Harry bisa terlambat pergi ke sekolah.

Tunggu! Harry mendengar seseorang bernyanyi? Siapa itu? Apakah pemilik rumah ini?

End of Harry's POV

Harry berdiri dari sofa dan mengikuti arah senandung itu berasal. Ia menuju ke arah jendela dan betapa terkejutnya Harry saat melihat seorang wanita dengan gaun coklat kusam tengah berdiri di luar sana. Rambutnya yang hitam dan panjang menari-nari diterpa angin.

"Mommy ada wanita diluar." Ujar Harry berusaha memanggil sang ibu.

Laki-laki kecil itu memandang lagi wanita tadi dengan ekspresi aneh. Wanita itu melayang atau tidak punya kaki? Itulah yang ada di pikiran Harry. Dan ia berbalik ke arah dapur untuk memberi tahu sang ibu.

"Mommy, wanita itu tidak menyentuh tanah." Katanya lagi.

Lalu ia melihat Lily keluar dari dapur sambil menghapus air matanya.

"Kenapa Mommy menangis?" tanya Harry saat Lily terduduk di depannya.

"Karena Mommy sedang sedih, sayang." Jawab Lily sambil mengusap rambut hitam anaknya. Ia menatap kedua mata emerald milik Harry yang sama dengan miliknya.

Harry bertanya lagi, "Kenapa Mommy sedih?"

Lily hanya tersenyum dan kemudian mengalihkan perhatian Harry, "Mommy sayang padamu, Harry. begitu juga Daddy."

Harry memeluk sang ibu, "Harry juga sayang Daddy dan Mommy."

Perkataan Harry sukses membuat Lily tak dapat menahan tangis. ia melepaskan pelukan Harry dan berkata, "Lihat kesana, Sayang. Ada rusa."

Harry berbalik menuju ke arah jendela dan matanya langsung menatap sekeliling hutan berusaha mencari rusa yang dimaksud sang ibu. Tentu pikiran polosnya tak tahu bahwa itu hanya pengalihan perhatian saja.

Lily mengeluarkan pisau dari kantung jaketnya. Sambil menahan isakan, ia mengarahkan pisau itu ke Harry dan baru saja ia mengangkat pisau itu, sebuah tangan besar menariknya dan membungkam mulutnya. Lily terseret oleh makhluk yang berada di atas bahunya menuju ke ruangan lain, jauh dari Harry. Pisau yang tadi di pegang oleh Lily langsung tertancap tepat di jantungnya sendiri.

Lily melihat sepasang mata merah dan rambut hitam panjang menatap nyalang ke arahnya sebelum kegelapan menguasainya.

Harry mengrenyit saat mendengar suara yang agak berisik di belakangnya. Namun, ia terus mencari rusa yang dimaksud sang ibu. Mulai lelah mencari, ia berbalik dan menemukan ibunya tak ada lagi disana.

"Mommy?" Panggil Harry yang dijawab hanyalah kesunyian.

Kaki kecil Harry berjalan menuju ke pintu luar dan mencari sang ibu di luar.

"Mommy?" Panggil Harry lagi dengan agak keras. Tapi sekeras apapun juga Harry memanggil, sang ibu tak akan datang untuknya.

Harry hampir menangis karena takut ditinggal sendirian. Ia berbalik masuk ke dalam gubuk karena ia tahu hari sudah menjelang malam.


Ia duduk di lantai dekat perapian untuk menghangatkan diri. Ia berharap akan ada orang yang menolongnya. Hari sudah semakin malam dan gelap. Harry memeluk selimut hijau yang kini hanya menjadi temannya.

Perut Harry berbunyi tanda ia sangat lapar. Tapi ia terlalu takut untuk beranjak dari perapian.

Suara kursi digeser sukses membuat Harry mendongak untuk mencari dari mana sumber suara itu berasal. Harry mengrenyit saat mendengar suara aneh datang dari arah sudut gelap ruangan itu. Tak lama, sebuah benda kecil berbentuk bulat menggelinding ke arahnya.

Dengan ragu, Harry mengambil benda itu dan ia amati, "Buah Ceri." Kata Harry. ia mendongak untuk mencari siapa yang memberinya ceri dan tampaklah siluet wanita berambut panjang berdiri menatap Harry. tapi Harry tak begitu jelas melihat wajahnya saat kegelapan.

"Thank you." Ujar Harry.

"Eat." Ujar wanita itu. Harry memakan buah ceri yang ternyata sangatlah enak. Setelah buah itu habis, buah ceri yang lain bergelindingan ke arah Harry dan dengan lahap pula Harry memakannya.

Setelah dirasa cukup kenyang, Harry mendongak ke arah wanita itu.

"Thank you. But who are you?"tanya Harry.

"Mama." Kata wanita itu lagi.

Harry mengangguk dan berkata,

"Mama."

Tanpa Harry sadari, wanita itu tengah tersenyum lembut ke arahnya.

TBC


A/N

Thanks udah baca^^ aku sudah lama gk mampir ke ffn dan kembali dengan fic baru. Untuk fic frozen heart akan dilanjutin lagi tapi belum tau kapan. Tapi semoga aja secepatnya aku dapet ide secepatnya ya :) dan untuk fic ini sendiri idenya dapet dari film dengan judul yg sama. Dan mungkin akan sangat sama jalan ceritanya tapi aku berusaha buat sedikit berbeda. Coba tebak siapa yang jadi "Mama" disini? :D Disini Drarry emang belum keliatan banget. Tapi nanti di chapter dua pasti ada kok. So, hope you enjoy and leave a review for me please^^/

Love,

Flaw