FIX YOU

Story by: AngelzVr

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warn: Ooc, typo(s), lime/lemon, Dark Hinata, dll.

Summary: Hinata gadis yang terkenal karena kebandelannya. Naruto yang sudah mengenal masa lalu Hinata, mencoba untuk memperbaiki sifatnya seperti semula, tapi kehadiran Sasuke memperhambat keinginan Naruto.

Enjoy Reading ╭(′▽‵)╭(′▽‵)╭(′▽‵)╯


Laki-laki tampan ini sedang terdiam didalam kelasnya, sekarang pelajaran kosong karena Kakashi Sensei sedang cuti sakit, semua murid sedang sibuk dengan kegiatannya masing masing, Shikamaru yang sedang duduk disamping Naruto hanya tertidur diantara lipatan tangannya.

Naruto menatap malas kegiatan 'panas' yang dilakukan Hinata dengan Sasuke di pojokan ruangan itu . Tetapi tidak ada satupun murid yang menghiraukannya atau sekedar untuk memperingatkan mereka.

Naruto sudah mengenal lama Hinata. Dulu ia adalah gadis yang sangat pemalu dan pendiam, berbeda dengan sekarang, bahkan Hinata dijuluki sebagai 'Bad Girls'. Banyak kenangan yang dilaluinya bersama Hinata saat kecil. Kemudian ia teringat kenangan 10 tahun yang lalu.


Flashback on

Naruto & Hinata 7 tahun

Naruto kecil memandangi perempuan yang kini sedang menunduk malu-malu, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Hinata-chan lucu yah". Kata Naruto sambil tersenyum. Hinata yang mendengar hal itu semakin menyembunyikan wajahnya. Naruto yang masih polos memegang pipi Hinata.

"Wah kok pipinya Hinata panas ya, Hinata tidak sakit kan?". Jari Naruto yang mungil mengangkat dagu Hinata dan melihat wajahnya yang sudah semerah kepiting rebus. Lalu Naruto pun tertawa melihat wajah Hinata.

"Su-sudah Na-na-naruto-kun!". Kata Hinata yang kembali menundukkan wajahnya. Rasanya ia ingin menangis jika ditertawakan seperti itu. Naruto mengehentikkan tawanya.

"Baiklah Hinata-chan, hari sudah sore, Kaa-san pasti mencari kita, dan ini untukmu". Kata Naruto sambil memberikan kalung yang ia buat sendiri.

"Hinata-chan harus memakainya ya?". Hinata mengangguk lalu meraih kalung itu dengan tangan mungilnya.

"Ayo kita pulang!". Kata Naruto sambil menggandeng tangan mungil sahabatnya itu.

Flashback off.


Naruto menghembuskan nafasnya untuk kesekian kali. Ia rindu Hinata yang dulu. Yang selalu menunduk dengan wajah yang memerah jika bicara dengannya. Hinata berubah semenjak ibunya meninggal. Entah roh apa yang telah merubah drastis jiwanya. Sekarang Hinata sudah bukan anak yang pemalu lagi, bahkan ia berani melakukan hal yang buruk, seperti merokok,berciuman, bahkan mabuk. Naruto berulang kali menasehati Hinata, namun yang ada Naruto malah dianggap angin berlalu bagi Hinata.

'Hinata, kenapa kau berubah?'.


Hinata mengendap-endap masuk kedalam atap sekolah, memastikan bahwa tidak ada petugas sekolah atau murid lain yang melihatnya. Hinata hendak melakukan ritualnya yang dilakukan setiap istirahat, yaitu merokok. Setelah dipastikan aman, Hinata mengeluarkan sebuah rokok listrik dari balik kemejanya. Hinata memencet tombol rokoknya lalu ia hisap dan dihembuskan.

"Kalau kau terus merokok kau tidak akan dapat menghasilkan keturunan yang baik". Entah sejak kapan Naruto sudah ada didalam atap sekolah itu. Hinata tetap tidak mengacuhkannya, ia tetap melanjutkan kegiatannya.

"Hinata kau sudah keterlaluan". Kata Naruto dengan suara yang tidak berdaya.

"Kalau kau mau bilang saja, aku akan bagi rokok ini". Hinata tidak menatap Naruto, ia sudah malas dengan nasihatnya.

"Hinata! Kalau kau begini terus aku akan laporkan pada Otou-san mu!". Hinata menatap Naruto tajam.

"Silahkan kau laporkan! Lagipula Hiashi sudah tidak peduli lagi denganku!". Hinata tetap mengisap rokoknya itu.

"Hinata, ia ayahmu! Jangan kau panggil dia seperti itu!". Kata Naruto yang geram karena Hinata memanggil ayahnya dengan sebutan nama langsung. Hinata tetap tidak acuh. Sepertinya Hinata sudah lebih keras kepala.

Tiba-tiba seseorang berambut raven ikut masuk kedalam atap sekolah. Onxy miliknya menatap tajam sapphire milik Naruto.

"Hinata, kau mengajak si Dobe ini,hn?".

"Tidak, mungkin ia ingin ikut".

"Hn, biarkan dia menonton". Kata Sasuke sambil mengeluarkan sebotol malibu dari kantung celananya.

"Ini pesananmu". Hinata segera membuka segel minuman itu dan meneguk isinya.

"Hinata! Kalau kau berani meminum itu lagi, aku tidak akan segan-segan akan melaporkanmu ke kepala sekolah!". Bentak Naruto. Sasuke mencengkram leher Naruto.

"Hn, kalau kau berani melapor, aku juga tidak akan segan membunuhmu!". Kata Sasuke lalu melepaskan cengkramannya. Naruto mengelus lehernya yang sakit. Cukup kencang tadi Sasuke mencengkramnya.

"Sudahlah Sasuke-kun, lebih baik kita ketempat lain saja". Kata Hinata tanpa menghiraukan Naruto.

"Hn, disini sudah ada penganggu". Kata Sasuke sambil menggandeng pinggang Hinata.


"Nnnhhh Sasuke -kunhh ahhh~". Hinata mendesah nikmat saat Sasuke menciumi dadanya. Sekarang mereka sedang berada di diskotik. Hampir setiap hari Hinata pergi ke diskotik baik sendiri maupun ditemani Sasuke.

Sebenarnya hubungan Hinata dan Sasuke hanya berteman. Tapi teman teman disekolahnya menggosipkan mereka berdua berpacaran. Hinata tidak menghiraukannya, tidak ada untung baginya menanggapi gosip tersebut.

Baju Hinata sudah terlepas semuanya. Hanya bra nya saja yang masih menggantung dikedua lengan bawahnya. Semua orang yang melihat Sasuke hanya menatapnya iri. Iri karena bisa beradegan panas dengan Hinata.

"Hn, lebih baik kita lanjutkan dikamar saja". Kata Sasuke dengan nafas yang sudah memberat. Hinata hanya mengangguk. Dirinya sendiri pun sudah setengah mabuk.

Naruto yang diam diam mengikuti mereka hanya bisa duduk dimeja bar. Dia hanya menatap minuman jus nanas nya. Naruto tidak berani melihat adegan yang dilakukan dua sahabatnya itu. Entah kenapa rasanya jika melihat Hinata bercumbu dengan Sasuke, hati Naruto seperti terbakar. Ia menyesal telah mengikuti Hinata, jika tahu ia hanya menjadi penonton kegiatannya. Ia akhirnya

memutuskan untuk segera pulang dan melupakan kejadian tadi.


"Hinata!". Sergah Naruto saat melihat Hinata masuk kedalam kelasnya.

"Hm?". Hinata menunggu jawaban Naruto, yang hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

Rambut panjang Hinata kini diikat kebelakang. Jadi terlihat jelaslah bercak-bercak merah dileher putih jenjangnya.

"Kau semalam kemana?". Tanya Naruto yang tidak mempunyai ide untuk mengobrol dengan Hinata.

"Kesuatu tempat yang tidak kau sukai". Kata Hinata lalu melanjutkan jalan ke mejanya.

"Hinata, kancing bajumu terbuka!".

Sebenarnya hampir setiap Hari Hinata membuka satu kancing atas kemejanya, tapi sepertinya Naruto sudah tidak punya ide lain. Hinata yang mendengarnya hanya mengangkat satu alisnya.

"Kalau kau mau menggodaku silahkan Naruto". Kata Hinata yang hanya memberikan senyum menggodanya.

"Hinata, aku tidak akan tertarik menggodamu". Kata Naruto yang hanya bisa meneguk ludahnya.

"Oh ya? Tapi kulihat pikiranmu berkata lain".

"Darimana kautahu?". Naruto hanya mengernyitkan mukanya. Tetapi Sasuke sudah lebih dulu mendekati Hinata dan memberikan kecupan dibibirnya.

"Hinata, apa si Dobe ini menganggumu?". Tanya Sasuke sarkartis.

"Tidak Sasuke-kun, ayo kita ke-". Belum sempat Hinata melanjutkan perkataannya, Sasuke sudah membungkam mulut Hinata dengan tangannya, dan ia membisikkan sesuatu pada Hinata.

"Nanti pengacau itu mengikuti kita". Bisik Sasuke. Hinata yang mengerti hanya mengangguk dan mereka berdua pergi meninggalkan Naruto sendirian.

'Hinata, aku terpaksa mengambil jalan ini'. Pikir Naruto sambil merencanakan sesuatu. Dan sepulang sekolah ia akan pergi kerumah Hinata.

Jam terus berjalan. Sekarang pukul 1 siang, masih 1 jam lagi waktu pulang sekolah. Naruto tak hentinya menatap Hinata yang duduk disejajar dengannya hanya berbeda 2 meja darinya. Ia duduk sendiri, sepertinya Hinata kurang disenangi dikelasnya. Shion yang duduk didepan Hinata, tersenyum kearah Naruto.

Naruto yang melihat hal itu salah tingkah, ia segera mengedarkan pandangannya kearah lain. Hinata yang juga sudah menyadarinya hanya tertawa kecil. Sedari tadi ia sudah sadar Naruto terus memperhatikannya, namun ia pura pura tidak acuh.


Naruto mengehela nafasnya, kini ia sudah berada di depan kediaman Hinata. Ia berharap semoga ayah Hinata ada dirumah, lalu ia menekan bel rumah itu. Lalu terlihatlah seorang gadis kecil dengan mata yang serupa dengan Hinata tersenyum dan membukakan pintu untuk Naruto.

"Ada apa Naruto-nii?".

"Tou-san mu ada?".

"Kebetulan ia sedang libur, ayo masuk!". Naruto masuk kedalam rumah besar milik Hinata dan segera duduk dihadapan ayah Hinata yang sedang ada diruang tamu.

"Ada apa Naruto?". Tanya Hiashi dengan heran. Hanabi segera masuk dan mempersiapkan minuman untuk Naruto.

"Begini paman, bicara tentang Hinata...".

"Ada apa dengan Hinata?".

"Di-dia merokok".

"Apa?! Hinata me-merokok?!". Seru Ayah Hinata dengan tidak percaya. Naruto hanya mengangguk.

Sebenarnya Naruto terpaksa mengadukan Hinata kepada ayahnya, karena ini demi diri Hinata sendiri. Dan kebetulan ayah Hinata yang biasanya sibuk, sekarang sedang berada dirumah.

"Demi apapun anak itu tidak akan kuampunkan!". Kata Ayah Hinata, yang kini urat-urat yang ada dikepalanya mulai muncul akibat marah. Naruto yang melihat perubahan diwajah Ayah Hinata itu hanya bisa menguk ludahnya.

Sepertinya Naruto menyesal telah mengadukan Hinata. Kemudian ia mulai membayangkan Hinata dihukum dan disiksa karena dirinya.

Naruto memandang wajah adik Hinata -Hanabi- yang mengintip dibalik lemari. Dapat Naruto lihat wajah adik Hinata itu sangat ketakutan.

"Naruto! Sekarang kau boleh pulang! Dan terimakasih kau sudah memberitahuku!". Kata Hiashi yang masih dengan wajah memerahnya karena marah.

Naruto hanya mengangguk dan meneguk ludahnya yang sudah kesekian kali dan segera keluar dari kediaman Hyuga itu.

Seharusnya Naruto tahu jika mau merubah sikap Hinata bukan seperti itu caranya, yang ada hanya Hinata yang semakin marah dan semakin tidak mau mengacuhkannya.


"Hinata!". Bentak ayahnya ketika melihat putrinya baru pulang pukul 6 sore.

"Hn?". Hinata mengguman malas jika harus berbicara padanya. Tiba-tiba ayahnya mengeluarkan sebuah cambuk dan ditarik tubuh mungil anaknya.

"Kau pikir bisa mengelabui tou-san mu ini hah?". Kemudian dipecutkan cambuk itu ke tubuh anaknya. Hinata meringis kesakitan.

"Tou-san tidak menyangka jika kau merokok!". Lalu tubuh Hinata dipecut sekali lagi. Hinata yang mendengarnya terbelalak.

Padahal dia selalu berusaha menutupi hal itu dengan cara memakan permen karet sehabis merokok ditoilet rumahnya. Tak lupa ia menyimpan puntung rokoknya lalu dibuangnya ditempat sampah umum. Dan sekarang ayahnya sudah mengetahuinya?!.

"Tou-san akan terus menghukum mu!". Ditariknya tubuh Hinata kekamar mandi. Lalu disiramkan tubuh gadis itu dengan air yang ada dibaknya. Dingin menusuk kedalam tulang Hinata. Ia hanya bisa diam, tapi didalam hatinya ia bertekad akan menghajar siapa pun yang berani mengadukan hal itu pada ayahnya.

Ayah Hinata berhenti menyiksa dirinya. Entah ada angin apa, dirinya tidak tega untuk menghukum anaknya. Hinata yang hanya diam, merasakan tidak ada lagi dingin yang menyambar tubuhnya, ia tatap ayahnya. Terlihat raut penyesalan diwajahnya.

"Maafkan aku". Kata Ayahnya lalu pergi meninggalkan anaknya. Hinata kembali berdiri dan berjalan kekamarnya untuk mengeringkan tubuhnya.


Naruto melihat Hinata datang dengan berjalan secara hati-hati.

"Hinata.. kau tidak apa apa?".

Sebandel apapun Hinata, ia tetap membutuhkan teman bicara.

"Naruto, mungkin aku akan menceritakannya, tapi pungguku masih perih, bisakah kau bawakan tasku?". Naruto yang mendengar jawaban Hinata segera bersemangat dan membantu membawa tasnya ke tempat duduk Hinata.

"Jadi.., kau mau bercerita apa?". Hinata menghela nafasnya

"Hiashi tahu aku merokok, dan kemarin aku dicambuk oleh dia dua kali, dan rasanya itu sangat sakit!, belum lagi ia memasukkan aku kedalam kamar mandi dan disiram, aku sangat kedinginan saat itu". Naruto menatap amethyst Hinata, berharap ada pancaran penyesalan diwajahnya. Dan benar! Terlihat sorot mata lemah lembut dimata Amethyst nya itu.

Namun sepertinya harapan Naruto segera sirna, ketika sorot mata Hinata berubah menjadi jahat kembali.

"Dan, demi apapun aku akan menghajar, bahkan membunuh siapa pun, yang berani menjadi pengadu kepada Hiashi!". Ya, wajah Hinata sangat serius kala itu. Naruto yang melihat wajahnya hanya menundukkan kepalanya. Melihat perubahan wajah Naruto, Hinata mulai menduga-duga.

"Atau kau yang mengadu Naruto!?, bukannya lusa kau mengatakan akan mengadukanku ke Hiashi?!". Hinata memberikan tatapan Deathglare nya pada lawan bicaranya. Naruto yang melihatnya kembali meneguk salivanya.

"Eh.. A-anu tidak mungkinlah mengadukanmu... sumpah deh!". Kata Naruto sambil menunjukkan tanda peace dengan jarinya. Hinata hanya mendengus.

"Huh, baiklah aku percaya, tapi kalau benar kau yang mengadukanku, kau akan menerima akibatnya!". Kata Hinata dengan nada mengancam. Naruto hanya mengangguk pasrah.

"Baiklah, aku mau merokok dulu". Kata Hinata pergi meninggalkan Naruto sendirian.

Naruto pov

Huaaa sepertinya rencanaku untuk memperbaiki sifat Hinata harus gagal. Bahkan aku yang sudah mengadukannya, Hinata tetap saja merasa tak bersalah. Sepertinya aku harus menggunakan rencana lain, tapi bagaimana?!. Kalau aku adukan lagi ke kepala sekolah, 99% aku yakin sikapnya akan sama seperti kuadukan kepada ayahnya.

Otakku buntu kali ini! Sepertinya dia sulit untuk dirubah. Kemudian aku menjatuhkan kepalaku dilipatan kedua tanganku. Mencoba memikirkan cara untuk memperbaiki sifat Hinata.

Setahuku Hinata berubah setelah ibunya meninggal, apa karena itu sikapnya berubah?, bukankah juga banyak anak yang kehilangan ibunya tapi kebanyakan tidak seperti Hinata. Apa juga ini karena pengaruh Hinata bergaul dengan Sasuke? Bisa jadi sih tapi bukannya ia kenal Sasuke baru baru ini?.

Mungkin bisa aku coba dulu rencanaku menjauhkan Hinata dengan Sasuke, tapi caranya bagaimana?. Sepertinya Sasuke sudah mempengaruhi pikiran Hinata sehingga dia lebih menuruti perkataannya. Si Teme itu memang brengsek! Apa aku harus mendekati Hinata?. Nah betul! Aku harus dekati Hinata dan jadikan sebagai pacarku, sehingga tidak ada alasan bagi Teme untuk mendekati Hinata. Setahuku juga si Teme tidak berpacaran dengannya, dan itu merupakan peluangku!.

End Naruto Pov

"Hei Naruto!". Teriak Kiba yang merupakan salah satu teman dekat Naruto.

"Ya?". Gumam Naruto yang sedang malas dan masih menenggelamkan wajahnya dilipatan tanganya.

"Kulihat akhir akhir ini kau sering memperhatikan Hinata ya?".

"Lalu?". Naruto kini mulai mengangkat kepalanya dan menegakkan badannya.

"Aku kan hanya bertanya Naruto baka!".

"Ooh".

"Ngomong ngomong, Hinata kalau dilihat-lihat cantik juga yah".

"Jangan bilang kau tertarik". Kata Naruto dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Seperti kau tidak saja".

"Hmm, ya aku memang menyukainya".

"Tapi sayang, dia itu Bad Girls"

"Aku tak peduli dengan julukannya".

"Ayolah Namikaze!, tak tahu kah kau diluar sana banyak gadis yang mengantri minta dipacarimu! Sedangkan kau mengharapkan Hyuuga yang sangat aku yakin sudah tidak perawan!".

"Entahlah Kiba, dia cinta pertamaku".

"Sebaiknya kau peka sedikit, Shion itu sangat mengejar-ngejar kau bahkan rela memberikan apapun yang kau mau, dan kau tidak lihat? Wajah Shion itu lumayan cantik juga tubuhnya juga bagus.."

"Untuk kau saja Kiba". Kata Naruto dengan malas.

"Memang, apa sih alasanmu sehingga begitu mengharapkan si Hyuuga?". Tanya Kiba dengan penasaran.

"Aku ingin merubah sikapnya".

"Aku tak menyangka sahabatku yang biasanya begitu bodoh ini sekarang sudah bijak!". Kata Kiba dengan cengiran khasnya.


"Hinata". Kata Naruto yang menghentikkan langkah gadis lavender itu.

"Ada apa?". Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Ehh Hinata kau masih sakit kan? Mau tidak aku antarkan kerumah?".

"Sebenarnya sih sudah tidak, tapi aku mau menerima ajakanmu". Hinata tersenyum manis, yang sukses membuat Naruto meleleh ditempat.

"Ba-baiklah ayo ke mobilku". Ajak Naruto.

"Ayo!".

(=^.^=)

Hinata terus menatap sapphire milik Naruto yang sedang fokus dengan jalanan yang ada dihadapannya.

'Tampan'. Pikir Hinata.

Naruto yang menyadari tatapan Hinata segera memergokinya dan sukses membuat wajah Hinata merona.

'Akhirnya aku bisa membuat wajahnya memerah lagi!'. Batin Naruto dengan girang.

"Kau kenapa Hinata?".

"Ti-tidak Naruto-kun". Hinata kembali menundukkan wajahnya.

'Ada apa dengan diriku?, padahal aku sudah menghilangkan semua rasa malu dan gugupku, tapi kenapa sekarang semuanya muncul kembali?'. Hinata menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkannya kembali.

'Aku sangat rindu dengan tingkah lakumu , hime'. Naruto tersenyum saat melihat Hinata kembali memerah wajahnya. Pemandangan yang sekarang sudah sangat langka bagi Naruto.

"Aku mau merokok". Hinata mengeluarkan rokok listrik dari tasnya. Ia berharap, dengan merokok kegugupannya akan hilang.

"Kau tidak lihat stiker yang kupasang didepan jendela Hinata?". Naruto menunjuk sebuah stiker bergambar rokok yang disilang.

"Ayolah, ini rokok listrik, asapnya pun bau lavender". Hinata memasang tatapan memohon kepada Naruto.

"Aku tidak suka orang yang merokok, apalagi perempuan, kalau mulutmu asam ini ada permen". Naruto menyodorkan setoples permen rasa mint. Hinata mengambil satu dan memakannya.

"Huh Naruto-kun jahat". Hinata menggembungkan pipinya. Naruto yang melihat rasanya ingin mencubitnya segera.

"Entah kenapa sikapmu aneh kalau bersamaku". Hinata yang mendengarnya hanya melongo.

"Maksudmu? Kau jangan kepedean Naruto!".

"Padahal beberapa menit yang lalu kau memandangiku terus". Pipinya kembali bersemu merah. Naruto menyadari hal itu, mencoba meledeknya.

"Tuh kan!, padahal aku lihat kau sudah jarang sekali memerah wajahnya, tapi kali ini berbeda". Hinata menundukkan wajahnya. Rasanya ia ingin menampar pipinya sendiri, ia sudah berusaha mati-matian menghilangkan kebiasaannya yang konyol itu.

"Nah sudah sampai!". Naruto keluar dari mobilnya dan membuka pintu untuk Hinata. Gadis itu turun dari mobil Naruto dan segera mengecup pipi sang pemiliknya.

"Terima kasih Naruto-kun!". Hinata segera berlari masuk kedalam rumahnya. Naruto yang mendapat kecupan hangat dipipinya terdiam dan wajahnya memerah.

'Semoga aku bisa mengembalikan sifatmu yang dulu Hinata'.


TBC

Author Note's:

Hello minna san~:3

Angel balik lagi dengan fict baru~

Semoga gak mengecewakan yah X3

Dan mohon maaf kalau ada kata kata yang kurang pas atau gak sesuai harap dimaklumkan karena Angel sendiri masih newbie.

Untuk Hinata lovers mohon maaf yah karakternya disini jadi anak yang bandel, tapi nanti sifatnya Hinata bakalan diubah sama Naruto

Dari cerita ini juga ada yang berdasarkan pengalaman pribadi juga sih X3

Yasudah sekarang tinggal saatnya buat kasih review dikolom bawah ini ⇩

Salam Hangat,

(=^.^=)