Tittle : Somewhere We Only Know

Minor- Tittle : (I Love You, My Racer!)

Casts : Luhan, Sehun, Kris, Kyungsoo and etc

Genre : Romance, Hurt, Fluff and etc

Rating : T-M

Length : Series

(HunHan/KrisHan/BaekHun and etc)

Note: SELAMAT MEMBACA, Mina-san! Ini ff pertama KatKat, panggil # Iren atau KatKat ya, jangan thor! Gue kan ga ngeluarin petir hehehe. WAJIB REVIEW yeee? Ga ada review jadi ga ada motivasi buat lanjut..seriusan kemaren yang view banyak banget tapi yg review cuma sedikit T,T jangan jadi siders please...Iren di sini masih newbie jadi mohon bantuannya, review minimal 20 baru dilanjut.

Kris menatap Luhan dengan serius, mata nya tajam, memaksa Luhan untuk berkata jujur, "Luhan, kau tidak bisa lagi menyembunyikannya. Aku minta maaf karena aku lancang mengetahuinya, tapi, aku sangat senang karena itu adalah kau."

Luhan menggelengkan kepalanya, ia semakin tak mengerti, apa sih maksud Kris? kata-katanya tidak efektif sekali. Ck!

"Aku…menyembunyikan apa memangnya?"

"Kau menyembunyikan sesuatu yang berharga di tubuhmu, rahim itu…kau memilikinya kan?"

Deg.

Luhan membeku, otaknya terus berpikir dengan keras untuk menjawab satu pertanyaan. bagaimana mungkin Kris bisa tau? Itu mustahil.

Kris tau jika Luhan kebingungan, mata nya sungguh menunjukkan bahwa dirinya tengah dalam kebingungan. "Kau tidak usah bingung. Saat kau tertidur setelah terjun dari menara, aku meminta dokter pribadi untuk memeriksamu, dan dia menemukan keajaiban itu. Setelah aku mengetahuinya, aku berniat untuk mencarimu lagi, tapi, Sehun yang membawamu kemari. Hmm…Luhan, aku minta maaf karena aku mengetahuinya, tapi, aku senang karena itu adalah kau."

Luhan terdiam, mencerna baik-baik semua perkataan Kris. Kris orang baik di mata Luhan dan Luhan dengan segala keyakinan yang dimilikinya, mengenyahkan pikiran negatif yang merasuki otaknya. Kris tidak mungkin menjualku atau memanfaatkanku kan? Dia orang baik-baik.

Kris mengibaskan tangannya di depan wajah Luhan untuk menyadarkannya dari lamunan, "Luhan?"

Luhan mengangguk pelan, "Ya, aku mengakui bahwa aku memilikinya. Kau..tidak akan berbuat macam-macam padaku kan?"

Kris tertawa dan mengusap pucuk kepala Luhan dengan lembut, "Tidak akan, Luhan. Kau pasti berpikiran bahwa aku akan menjualmu dan memanfaatkanmu kan? Seperti kasus male pregnant di Paris beberapa tahun lalu yang dibunuh setelah dimanfaatkan?"

Luhan mengangguk lemah, mengingat kasus itu membuatnya takut, "Ya, aku membaca tentang kasus itu yang menjadi topik hangat di dunia. Aku hanya takut berujung seperti pria itu."

Kris memegang kedua bahu Luhan dan menatap mata nya, "Jangan takut, Luhan. Aku tidak akan memberitahukan ini kepada siapapun dan aku akan menjagamu." Luhan mengangguk dan tersenyum manis, "Terimakasih, Kris. Ehm, by the way, kenapa kau mengatakan aku sangat senang karena itu adalah kau? Aku tidak mengerti."

Kris tersenyum manis, "Karena kau yang akan membawakan ribuan keajaiban lagi ke dalam hidupku. Kau bahkan berhasil merubahku dalam waktu singkat, Lu. Kau menyadarkanku bahwa uang bukanlah segalanya, kau mengikis keegoisanku sedikit demi sedikit dan kau juga membawa warna baru ke dalam hidupku."

Luhan langsung diserang kegugupan saat Kris mengatakan hal seperti itu. Tidak pernah sekalipun Luhan membayangkan akan mendapat untaian kalimat manis seperti itu. "Hahaha, jangan bercanda, Kris. Tidak mempan untukku." Ujarnya, diiringi derai tawa yang canggung.

Kris menangkup kedua pipi Luhan dengan telapak tangannya dan menatap mata Luhan dalam dan intens, "Aku tidak bercanda. Kau tau kan jika aku dan Sehun menyimpang? Di usiaku yang di penghujung 20-an ini, aku tak pernah berpikiran untuk menikah dengan wanita manapun dan memiliki keturunan darinya. Kupikir, jika seperti itu, Davidson tak akan memiliki pewaris. Tapi, aku menemukanmu, Luhan."

Luhan mengerinyitkan keningnya, "Maksudmu…kau akan menikahiku dan memiliki keturunan?"

Kris mengangguk, "Ya, tanpa paksaan. Jika kau memiliki perasaan cinta untukku, maka dengan sendirinya kita akan menuju ke jenjang itu."

Heh? Menikah? Oh, No!

Luhan buru-buru memutar otak untuk mengalihkan pembicaraan. Sungguh, pembicaraan seperti ini sangat tidak nyaman untuknya. "Dimana Sehun?"

Dan entah dorongan darimana, pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Luhan.

Kris melirik rolex yang melingkar apik di pergelangan tangannya, "Dia sedang bersama Dokter Rajeev untuk terapi penyembuhannya."

Luhan mengangguk, "Cedera nya pasti sangat parah ya?" tanya Luhan hati-hati.

"Ya, sangat. Kumohon, jangan bicarakan tentang ini."

"Maaf, aku mengerti kejadiannya pasti meninggalkan luka dibenakmu."

Kris tersenyum, "Kau sangat pengertian. Oh, by the way, kenapa kau bisa bersama Sehun?"

"Dia yang menggangguku dan mengikutiku kemanapun aku pergi. Adikmu sangat menyebalkan." Jelas Luhan dengan seulas senyum yang terpatri di wajahnya saat mengingat tingkah menyebalkan Sehun.

Kris menangkap keanehan di sini. Sehun seharusnya bersedih atas kepergian Baekhyun ke Belanda, tapi, kenapa adiknya itu malah mengikuti Luhan? Namun, di sisi lain Kris senang Sehun tidak terpuruk karena Baekhyun.

Luhan maupun Kris terdiam selama beberapa saat, sampai Luhan ingat akan permintaan Sehun.

"Ehm, Kris. Aku sebenarnya tidak mau tinggal di sini, tapi, Sehun menolongku dan sebagai imbalan, dia memintaku untuk tinggal di sini. Kuharap kau tidak keberatan akan permintaan aneh adikmu itu." ujar Luhan.

Tinggal di sini? Tentu saja tidak keberatan. Tapi, apa yang terjadi di antara kalian?

Kris mengusir jauh-jauh pikiran negatif nya, ia sudah cukup senang karena dengan kehadiran Luhan, Sehun tidak terpuruk. "Aku sangat senang kau tinggal di sini. Well, kalau begitu, mulai sekarang mansion ini rumahmu juga, Lu."

Luhan mengangguk, "Terimakasih."

.

.

.

Setelah berjam-jam menjalani terapi pengobatannya bersama Dokter Rajeev, Sehun memilih untuk melewatkan jam makan malam nya dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Sehun berbaring di kasur nya, menatap iPhone 6 Plus nya yang sepi. Tak ada pesan masuk ataupun panggilan tak terjawab.

Sehun menatap ke sekeliling kamarnya. Dan memori nya bersama Baekhyun terputar begitu saja di setiap sudut kamar yang ia tatap. Kenangan yang indah dan manis, namun terasa hambar di hati Sehun.

Mengingat bagaimana Baekhyun menyembunyikan hubungannya dengan Chanyeol, mengingat Baekhyun yang selalu mengiyakan segala permintaannya, mengingat Baekhyun yang menciumnya, mengingat harapan setinggi langit yang Baekhyun berikan, semua itu membuat Sehun merasa sakit dan sesak.

Ya, Sehun baru saja menyadarinya.

Bahwa Baekhyun bukan untuknya. Dirinya lah yang terlalu memaksa, berharap terlalu tinggi hingga akhirnya terjatuh. Dan dirinya pula yang sebenarnya merusak kebahagiaan Baekhyun, memisahkannya dari Chanyeol, menghancurkan hubungan asmara mereka dan memisahkan Baekhyun dari keluarganya. Oh, bahkan Sehun merasa dirinya adalah orang jahat.

Di antara kabut-kabut memorinya bersama Baekhyun, sebuah nama muncul begitu saja.

Luhan.

Nama itu tiba-tiba membuat Sehun tersenyum simpul. "Dimana aku pernah bertemu denganmu? Kenapa aku tak bisa mengingatmu meskipun aku merasa familiar denganmu?"

Hati Sehun menghangat kala mengingat senyum Luhan dan wajah polos nya. Teriakan Luhan dan segala umpatan Luhan untuk dirinya terngiang dengan jelas, lagi-lagi membuat Sehun tersenyum.

"Kenapa aku jadi merindukanmu?" gumam Sehun. Ia memeluk bantal dengan erat dan sebuah senyuman semakin mengembang saat matanya memandang langit-langit kamar. Sehun mirip remaja labil yang sedang jatuh cinta, dan ia sama sekali tak menyadari itu.

Sepuluh menit Sehun terdiam sembari tersenyum layaknya orang bodoh, namun, matanya tak kunjung terpejam. Seharusnya ia sudah tidur sejak 20 menit yang lalu, jika saja Baekhyun masih di sini, mungkin Sehun sudah diomeli habis-habisan.

"Arrgh! Kenapa aku tak bisa memejamkan mataku dan terus tersenyum seperti orang bodoh begini?"

Dan tanpa perlu jawaban dari orang lain, Sehun tau penyebabnya.

Itu karena Luhan.

.

.

.

Di kamar baru nya ini, Luhan sibuk dengan list 10 perusahaan yang akan jadi targetnya itu. Mata Luhan dengan jeli menatap screen laptop dan mencatat nomor telepon serta alamat perusahaan-perusahaan itu di buku note nya.

"Hell! CEO perusahaannya kelihatan menyeramkan!" pekik Luhan kaget ketika melihat profil CEO Sharham Company, Rahaarj Sandeep Singh. Pria tua dengan kulit hitam legam, jambang yang keriting, kumis tebal dan badan besar itu membuat Luhan bergidik ngeri. Membayangkan akan bertemu dengan Rahaarj saja membuat Luhan merinding.

Dan Luhan tiba-tiba terjungkal ketika pintu kamar dibuka tiba-tiba.

Sehun masuk ke kamar Luhan dan mengerinyitkan keningnya melihat Luhan yang tengkurap di lantai, "Apa yang kau lakukan dengan posisi aneh itu?"

Luhan mendecak kesal dan buru-buru berdiri, mata nya menatap Sehun dengan tajam. "Ya Tuhan! Kau benar-benar seperti setan, selalu muncul tiba-tiba. Apa kau tidak tau bagaimana terkejutnya aku, hah?"

Sehun tertawa. Oh, jadi dia jatuh dari kasur saking kagetnya, hahaha. Lucu sekali.

"Heh, kenapa tertawa?" bentak Luhan. Sehun menyeringai, "Karena kau sangat lucu dan konyol. Kau bertingkah seolah-olah mengenal setan dengan baik."

Luhan melipat kedua tangannya di dada dan tersenyum sinis, "Percaya atau tidak, aku memiliki indera keenam. Aku bisa melihat hantu, setan, roh dan sejenisnya. Oh, terkadang, saat aku tak sadar, aku akan kerasukan. Aku juga bisa berkenalan dengan roh lewat mimpi. Apa aku sepesial?"

Sehun tersenyum miring, "Oh, kau spesial sekali, Luhan. Sangat spesial hingga kau tampak konyol."

Luhan cemberut, "Bilang saja kau iri denganku."

"Iri denganmu? Kurasa aku tidak waras jika iri denganmu."

Luhan menggeram kesal, sialan! dasar tidak berperikemanusiaan! Tak punya sopan santun!

Dengan cepat, Luhan mengambil bantal dan memukul Sehun dengan brutal. "Yaa! Enyahlah dari hadapanku, setan jelek! Menyebalkan!" teriak Luhan sembari memukuli Sehun dengan bantal.

Sehun berusaha menghindar, namun, Luhan sangat brutal. "Hei! Berhentilah bertingkah seperti anak kecil!" ujar Sehun sambil berusaha meraih tangan Luhan.

Namun, Luhan sangat cepat. Ia terus memukuli Sehun disertai umpatan-umpatan yang malah membuat Sehun tertawa.

Dengan gerakan cepat, Sehun meringkus kedua pergelangan Luhan dan mendorong tubuh Luhan ke atas kasur, menindihnya agar si cantik ini tak kabur atau memukulnya lagi.

Mata biru Sehun menatap Luhan dengan intens, jarak mereka sangat dekat, hidung keduanya bahkan bersentuhan. Dan dalam kondisi yang seperti ini, Luhan terbius oleh mata biru Sehun yang menenangkan. Luhan terpaku, tak bisa beralih sedikitpun. Mata ini, ia pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi, dimana?

Sehun kehilangan kendali nya, dengan segala kesadaran dan keyakinan, Sehun memajukan kepalanya, menyatukan bibir mereka dengan ciuman panas yang menuntut. Sehun memagut bibir Luhan dengan lembut, menyesap seluruh asa nya dan mengecap manis nya. Tak ada penolakan maupun perlawanan dari Luhan, ia terdiam. Membiarkan Sehun melumatnya dengan lembut, karena ingin melawan pun, Luhan tak bisa. Ia telah tengggelam dalam suasana.

Sehun ingin menyatu dengan Luhan. Sehun ingin menyentuh tubuh Luhan. Sehun menginginkan Luhan seutuhnya.

Namun, Sehun takut. Takut jika perasaannya untuk Luhan hanyalah sebuah pelampiasan. Takut jika Luhan hanyalah pengalih atas kesedihannya. Takut jika sebenarnya Luhan hanyalah pengganti Baekhyun sementara. Dan takut jika pada akhirnya Luhan lah yang terluka.

Sehun melepas pagutan mereka, membiarkan Luhan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Luhan terengah-engah, nafasnya tersengal, ia menatap Sehun dengan sebal, "Kau gila!"

Dan Sehun tertawa ketika mendengar kata-kata itu lagi, "Apa benar-benar tak ada ucapan yang lebih manis lagi, Luhan?"

Luhan menggelengkan kepalanya, "Tidak ada. Karena, kau memang gila."

Sehun mengecup kening Luhan dengan lembut, "Kali ini aku akui. Ya, aku gila." Ia menatap Luhan intens, jemarinya menyentuh bibir Luhan dan mengusapnya dengan pelan, "Aku gila. Karenamu." Bisik Sehun. Suara rendah dan helaan nafas hangat nya menerpa telinga Luhan, membawakan sensasi tersendiri untuknya. Membuat Luhan tak berkutik.

"Malam ini dan seterusnya, kau tidur denganku. Satu kamar dan satu ranjang. Tak ada penolakan." Ucapan Sehun barusan bagai vonis hakim yang tak bisa diganggu gugat lagi. Luhan mengerinyitkan keningnya, tidak setuju dengan Sehun.

"Di surat perjanjian tak ad…" ucapan Luhan terpotong saat Sehun kembali menyatukan bibir mereka, mengecup nya dengan lembut untuk memberhentikan ucapan Luhan.

"Baiklah jika kau tidak mau, aku saja yang tidur di sini."

Dengan seenaknya Sehun berbaring di atas kasur dan menarik selimut sebelum akhirnya memejamkan matanya.

Luhan hanya bisa menganga lebar melihat tingkah Sehun yang semaunya itu, "Ish! Menyebalkan." Gerutu Luhan. Ia segera membereskan laptop dan buku note nya sebelum beranjak tidur.

Luhan berpikir untuk tidur di sofa, tapi, itu sama saja ia mengalah. Dan Luhan sama sekali tak ingin mengalah ataupun kalah dari Sehun. Sepuluh menit berbaring di samping Sehun membuat tubuh Luhan terus bergerak gelisah. Luhan membalikkan badannya, menghadap Sehun yang sudah tertidur nyenyak.

Ia terus mengamati wajah tampan Sehun, mencoba mengingat sesuatu tentang dirinya. Luhan bukan orang pelupa, ingatannya bahkan sangat baik. Tapi, kenapa? Kenapa dirinya belum bisa mengingat Sehun?

Jemari Luhan terulur, menyusuri hidung mancung Sehun, pipi nya dan bibir tipisnya yang selalu membawanya pada sebuah ciuman panas. Jika saja Luhan ingin jujur, hati nya berteriak bahwa Sehun adalah pria tertampan yang pernah ia temui. Wajah nya terpahat sempurna dengan aura maskulin yang kentara.

"Apa perlu waktu semalaman untuk sadar bahwa aku tampan, huh?"

Deg.

Luhan buru-buru menarik tangannya dan berbalik memunggungi Sehun. Sialan! eh, apa dia belum tidur daritadi? Ish! Menyebalkan.

"Kau berniat menyentuhku diam-diam ya? Kau mesum sekali, Luhan." Ucapan Sehun barusan membuat Luhan emosi. Duh, malam-malam begini masih juga cari ribut! Setan sialan!

Dengan segala kesiapan untuk memukul Sehun, Luhan membalikkan badannya, namun malah berakhir dengan tubuhnya yang sama sekali tak bisa berontak ketika Sehun menariknya ke dalam sebuah pelukan hangat.

"Tetaplah seperti ini, aku ingin tidur nyenyak." Bisik Sehun tepat di telinga Luhan.

Dan malam itu, keduanya terlelap. Berpelukan, dan mengalirkan kehangatan satu sama lain. Mengabaikan berbagai emosi, maupun perasaan dan memilih untuk diam menikmati momen yang tanpa sengaja tercipta ini.

.

.

.

Pagi hari, Kris sudah stand by di meja makan, menikmati sarapannya bersama Chanyeol yang membacakan jadwal hari ini. "Chanyeol, bagaimana cabang di Indonesia? Aku jarang mendapat laporan dari Indonesia, Mr. Abraham mengurusnya dengan baik kan?"

Chanyeol mengangguk, "Ya, Kris. Aku sudah memeriksanya dan kinerja Mr. Abraham sangat bagus."

Kris mengangguk dengan puas, "Jadwalku hari ini tidak sibuk kan?"

Chanyeol menggelengkan kepalanya, "Hmmm, sepertinya agak sibuk sedikit. Pagi ini, meeting dengan investor dari Pakistan, field controlling, dan evaluating. Siang hari, beberapa perusahaan kecil di India terus merengek meminta Davidson untuk investasi, dan jika tidak dihadapi bisa berdampak buruk. Sore hari, meeting bersama investor lokal dan ada beberapa perusahaan buruk yang mulai memboikot pergerakan Davidson, itu harus ditangani secara langsung." Jelas Chanyeol. Tanpa melihat teks ataupun tab yang selalu berada di tangannya. Pria yang satu ini benar-benar asisten yang tak ada dua nya. Sangat handal, cerdas, pintar dan cakap.

Kris tiba-tiba membuka jas nya dan menyerahkannya pada Chanyeol, "Bisakah kau gantikan aku selama satu hari?"

Dan reaksi yang diberikan Chanyeol adalah bengong sesaat. "Tapi…"

"Tidak ada tapi. Telingaku panas mendengarkan rengekan perusahaan-perusahaan kecil dan buruk itu. Lagipula, aku punya sesuatu untuk di urus."

Mau tak mau Chanyeol mengangguk, tetapi, kemudian, sebuah senyum lebar terpatri di wajahnya, "Eh, apakah sesuatu itu Luhan?" tanya Chanyeol.

Kris tertawa, "Oh, rupanya kau sangat mengenalku, Chan. Kau bisa tau tanpa kuberitau, great!"

Chanyeol terkekeh dan menepuk bahu Kris pelan, "Man, aku sangat mengenalmu. Dan aku tau, kau pasti jatuh hati padanya." Kris mengangguk dan tersenyum, "Ya. Oh ya, jika ada surat yang harus ditandatangani, tanda tangani saja. tandatangan mu sama pentingnya dengan tanda tanganku."

Chanyeol mengangguk dan segera pergi dari hadapan Kris. Kris akhirnya dapat bernafas lega, senang rasanya memiliki rekan sekaligus sahabat seperti Chanyeol. Bisa memiliki dua kepribadian yang berbeda dalam waktu bersamaan, sebagai rekan kerja nya sekaligus sahabatnya.

Melirik jam gadang bergaya victorian di sudut ruangan, Kris mengerinyitkan keningnya, "Jam 8? Seharusnya Sehun sudah bangun. Dan dimana Luhan?" gumamnya kemudian beranjak ke kamar Sehun.

Menemukan kamar Sehun yang kosong, Kris mendecak kesal, "Ck! Kemana sih dia? Tidak ada Baekhyun hidupnya jadi tidak teratur begitu." Gerutunya, kemudian membuka pintu kamar Baekhyun –yang sekarang jadi milik Luhan.

Mata Kris membulat sempurna saat melihat pemandangan di depannya. Kasur yang berantakan, selimut yang tercecer di lantai dan Luhan yang berada di atas tubuh Sehun yang bertelanjang dada. Pikiran kotor pun tak akan bisa terhindarkan sekalipun Kris bersumpah tak akan berpikiran seperti itu.

Bohong sekali jika Kris tidak merasa gerah dengan keadaan ini. Ia jatuh hati pada Luhan dan yang ia dapatkan adalah adiknya yang tidur bersama Luhan. Namun, dengan cepat, Kris menyingkirkan pikiran negatifnya. Ok, mereka selalu ribut dan tidak akur. Nah, barangkali ini hanya ketidaksengajaan. Jangan berpikiran negatif dan sebaiknya bekerja daripada di rumah dan berpikiran negatif pada mereka. Tenanglah, Kris…

"Ehm." Kris berdeham. Membuat Luhan maupun Sehun terusik. Luhan yang lebih dahulu membuka matanya mengerinyitkan kening ketika menyadari posisi nya saat ini. "Eh, tubuh siapa ini?" gumamnya dengan suara parau khas orang baru bangun tidur.

Dan…sebuah teriakan kencang tak dapat terelakkan ketika Luhan sadar bahwa dirinya tidur di atas tubuh Sehun yang topless, "YAAA! Apa yang telah aku lakukan?" teriak Luhan heboh, sampai-sampai tak menyadari keberadaan Kris.

"Luhan," panggil Kris dan Luhan pun menoleh, "Sudah waktunya bangun." Ujar Kris dingin dan tanpa berkata apapun lagi pria jangkung itu pergi dengan rasa sakit di hatinya. Jika memang perasaan ini hanya sepihak, aku bisa memperjuangkannya. Tapi, bagaimana jika Luhan jatuh cinta pada Sehun? Atau sebaliknya?

.

.

.

Luhan berdiri di dekat ranjang, tangannya berkacak pinggang dan terus berteriak membangunkan Sehun, "Yaa! Bodoh, apa yang kau lakukan padaku semalam?!" teriak Luhan untuk yang kesekian kalinya. Namun, tak ada pergerakan dari Sehun.

Sehun –yang sebenarnya pura-pura tidur- menahan tawa nya mendengar teriakan Luhan yang persis gadis perawan yang baru pertama kali tidur bersama pria. Ck, apa kau benar-benar seorang gadis?

"Sehunnnnn! Bisakah kau bangun, brengsek? Apa-apaan dengan tubuhmu yang telanjang dan aku yang berada di atas tubuhmu? Bisakah kau jelaskan?"

Sehun kali ini tak bisa menahan lebih lama lagi untuk tidak melihat wajah Luhan, ia pun membuka matanya.

"Kau berisik sekali. Lagipula, jika aku memperkosamu tak akan terjadi apapun padamu."

Luhan melotot dan memukul Sehun dengan guling, "Hey! Jangan berbicara seperti itu! diamlah!" teriak Luhan.

Sehun tak menanggapi perkataan Luhan, ia memilih untuk tersenyum manis, "Selamat pagi, Rusa Cerewet."

Luhan lagi-lagi mendecak kesal, untuk kesekian kalinya di pagi ini semua decakan itu disebabkan oleh Sehun. "Heh, apa katamu? Nam…"

Belum selesai Luhan melanjutkan kata-katanya, Sehun menarik tangannya hingga ia terjatuh di atas tubuh topless Sehun. Luhan ingin memberontak namun, Sehun sudah membungkam bibirnya dengan sebuah lumatan panas yang menuntut. Serbuan kenikmatan yang tak terelakkan kembali ke tubuh Luhan dan kadar nya semakin bertambah saat tangan Sehun menjalar, meremas bokong nya dengan lembut.

"Eunghh..ahhmm.." desahan kecil lolos dari bibir Luhan ketika Sehun meremas bokongnya. Sehun menyeringai mendengar desahan Luhan, ia segera melepas pagutan mereka dan menggulingkan Luhan ke sampingnya.

"Kau mendesah, huh?" tanya Sehun setenang mungkin, meskipun di dalam dirinya bergejolak.

Luhan menggelengkan kepalanya, tidak mau mengaku. "Anio! Apa kau gila? Aku tidak mendesah!" bantah Luhan dengan bibir nya yang ddikerucutkan dengan lucu. Sehun merutuki dirinya kenapa hanya dengan melihat Luhan yang berekspresi seperti itu gairah nya semakin kuat.

Diam-diam Luhan melirik ke arah selangkangan Sehun yang agak membesar, sebuah pikiran jahil muncul di otak Luhan. Hahaha, menegang? Lucu sekali! Lihat saja Sehun, kau sering menjahili ku, mengerjaiku, dan meledekku! Akan kubalas!

"Aku mandi dulu." Ujar Sehun, kemudian beranjak ke kamar mandi. Luhan tersenyum senang, meskipun agak berbeda dari rencana awal, ia segera menahan tangan Sehun ketika pria itu sudah sampai di depan pintu kamar mandi.

"Tunggu, aku ikut. Aku bosan mandi sendirian."

Sehun menyeringai, ia tau Luhan masih polos dan tindakan nya yang seperti ini pastilah atas dasar balas dendam atau sekadar main-main. Sehun memojokkan Luhan ke pintu kamar mandi yang masih tertutup, ia mengunci tubuh Luhan.

"Mandi denganku? Kau yakin tidak akan menyesal?" tanya Sehun dengan tatapan tajam nya. Entah Luhan yang memang polos atau tekad nya yang kuat yang membuatnya mengangguk tanpa keraguan.

Sehun tersenyum. "Jangan menyalahkanku jika di dalam sana kau akan berteriak."

"Berteriak? Oh, aku tak keberatan sebenarnya."

Sehun terkejut dengan respon Luhan yang begitu menantang dirinya. Tanpa basa-basi lagi, Sehun menarik Luhan ke dalam kamar mandi dan membawanya ke dalam shower box.

"Kau bisa bantu aku melepas celanaku?" tanya Sehun. Luhan menelan ludahnya, dengan menyembunyikan kegugupannya Luhan segera membuka resleting celana Sehun. Ini yang ia rencanakan; membuka celana Sehun dan menggoda kejantannnya. Namun, rasa gugup yang sialan itu ternyata membuyarkan semua rencana Luhan untuk mengerjai Sehun.

Selesai menelanjangi Sehun, Luhan harus menahan nafasnya ketika melihat seluruh tubuh Sehun yang terpahat sempurna dengan lekukan di bagian yang tepat. Sungguh, Sehun bagaikan pangeran tampan nan gagah yang selalu ia baca di buku dongeng.

Luhan tak memungkiri lagi, Sehun sangat hot saat tubuh seksi nya diguyur air dari shower. Pikiran Luhan hampir saja blank karena terlalu terfokus pada Sehun. Oh, bukan blank lagi Luhan mungkin hampir pingsan.

Sehun menoleh pada Luhan, "Kau bilang ingin mandi bersamaku, kenapa kau masih berpakaian lengkap, hum?"

Tanpa persetujuan Luhan, Sehun menelanjangi tubuh Luhan dengan cepat. Sehun yang telah meneguhkan dirinya untuk tidak macam-macam pada Luhan seketika harus menyesali tindakan nya barusan. Seharusnya ia tidak menelanjangi Luhan dan malah membuat dirinya terjebak dalam gairah tak tertuntaskan seperti ini.

Sangat cantik.

"Alihkan pandangan mu itu, Sehun!" teriak Luhan kesal karena Sehun terus menerus menatap nya, dari ujung kaki hingga kepalanya.

Sehun tak menjawab sepatah kata pun, ia segera membalikkan badannya, berusaha menahan sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya. Sementara itu, Luhan terdiam, memandangi punggung kokoh Sehun yang membelakanginya. Tetapi, sedetik kemudian, Luhan mengibaskan tangannya sendiri, ish! aku ini berpikiran apa sih? Tidak! Tidak! Si setan ini sangat menyebalkan. Oh…menyebalkan tapi mempesona. Eh? Apa yang baru kukatakan? Arrgh! Kenapa aku jadi mengagumi nya begini?

"Luhan, bisakah kau berhenti memandangi tubuhku? Kau terlihat seperti hendak memakanku." Ujar Sehun yang baru sadar bahwa Luhan selalu memandangi tubuhnya. Luhan menggelengkan kepalanya dan mencubit pinggang Sehun, "Hey! Dagingmu keras jadi tidak mungkin aku memakannya."

Sehun tersenyum, ia menarik Luhan ke hadapannya, "Oh ya? Kalau begitu, aku ingin merasakan dagingmu." Sehun memiringkan kepalanya, mengecup leher Luhan dan menggigitnya hingga menimbulkan ruam merah di leher putih Luhan.

"Se-sehun..ber-berhentilahh.." pinta Luhan. Sungguh, ia tidak tahan saat titik sensitif nya disentuh. Sehun mengabaikan Luhan, ia menjilat, mengecup dan menggigit leher Luhan dengan intens. Tangan nya tak tinggal diam, ia menarik tubuh Luhan ke dalam dekapannya, membiarkan Luhan merasakan ketegangannya.

"Eungghh.." Luhan mendesah pelan, tak tahan dengan semua sentuhan Sehun yang memabukkan. Luhan masih sadar jika ini terjadi tanpa sengaja, ketidaksengajaan yang mampu membuat keduanya berselimut nafsu.

Sehun tau ini semua diluar kendalinya, ia lepas kontrol atas dirinya sendiri. Dan bagaimana jika ini semua menyakiti Luhan? Bagaimana dengan Luhan? Apa tidak apa-apa melakukannya?

Meskipun tubuhnya diselimuti kabut nafsu, Sehun masih berpikir jernih. Pertanyaan demi pertanyaan muncul seiring dengan cumbuan nya yang semakin dalam, memaksa Sehun untuk memilih.

Lain dengan Luhan, suasana telah menenggelamkan akal sehatnya. Ia tak dapat berpikir dan hanya bisa menikmati setiap cumbuan yang Sehun berikan. Luhan dengan segala kesadarannya, mulai membalas setiap sentuhan Sehun. Tangan mungil nya, memeluk pinggang Sehun erat, mendekap nya dan membiarkan Sehun merasakan bahwa ia menginginkan ini semua.

Kendali berada pada Luhan. Ia bahkan mencium Sehun terlebih dahulu, melumat bibir tipis pria itu dan bahkan menggoda pusat gairahnya. "Arrgh.." Sehun menggeram, menahan kenikmatan yang menjalari tubuhnya ketika jemari Luhan melingkar di kejantanannya.

"Luhan, berhenti." Pinta Sehun. Ia tidak ingin Luhan menyesalinya.

"Tap…" perkataan Luhan terpotong ketika Sehun menempelkan jari telunjuknya di bibir Luhan, "Ssst…aku tidak mau melukaimu dan membuatmu menyesal."

"Yaa! Kau menolakku setelah menggodaku habis-habisan? Lucu sekali! Kau malah membuatku seperti pria murahan tau!" teriak Luhan kesal. Ia memukul lengan Sehun dengan brutal. Sehun tersenyum dan meringkus tangan Luhan. Mata nya menatap Luhan dengan kepastian,

"Aku tidak menolakmu dan tidak menganggapmu murahan, Lu. Jadi, diamlah dan jangan bergerak."

Luhan menuruti perkataan Sehun, ia diam. Tangan Sehun bergerak, menyentuh kejantanan Luhan yang menegang. "Sshh.." sebuah desah lembut keluar dari mulut Luhan ketika Sehun meremas pusat gairahnya.

Luhan mulai memejamkan mata nya, menikmati sentuhan tangan Sehun yang begitu lihai, "Ehmmm..Se-sehunn berhentilah.." ucap Luhan terbata-bata, ia mencoba menghentikan Sehun, takut jika Sehun hanya bercanda dan menjahilinya saja.

Tak ada respon dari Sehun. Namun, Luhan berteriak ketika Sehun melingkupi kejantanan Luhan dengan mulut basah nya.

"Ahhhh! Ehmmmm…" Luhan mendesah, menikmati kehangatan yang Sehun berikan. Sepanjang hidupnya, Luhan baru merasakan sensasi seperti ini dan ia menyukainya.

Luhan merasa kedua kaki nya melemas saat kenikmatan menyergapi seluruh syarafnya, "Sehun..ahh..i-ini..nikmat."

Sehun tau, jika ia tidak menyelesaikan ini Luhan akan tersiksa karena ereksinya. Maka dari itu, Sehun akan menyelesaikannya. Ia terus menjilati Luhan dan merasakan milik Luhan di dalam mulutnya. Merasakan milik Luhan yang berdenyut kencang, Sehun segera mempercepat tempo nya membuat Luhan menjerit untuk melampiaskan kenikmatannnya.

"Ahhh ahhh Sehunhh, a-aku ingin…"

Luhan mencapai puncaknya, melepaskan kenikmatannya di dalam mulut Sehun. Sehun dengan cepat mencium Luhan, membagi cairan kental itu dengan sang pemilik. Luhan terengah, ia meraup udara sebanyak-banyaknya, dan mata nya tak berhenti menatap Sehun dengan penuh tanda tanya.

Sehun segera mengguyur tubuh Luhan dengan air dan memandikannya hingga bersih. Setelah itu, ia mengambil bathrobe dan memakaikannya pada Luhan.

"Jangan sekali-sekali berniat untuk menggodaku lagi, arra? Sekarang, cepat berganti baju." Bisik Sehun lembut. Luhan mengangguk, dan ia baru sadar jika niat nya untuk menggoda Sehun ternyata malah membuatnya jauh lebih tergoda oleh Sehun. Senjata makan tuan.

Luhan tersenyum canggung, "Bagaimana denganmu? Apa kau tidak apa-apa?" tanya Luhan, ia melirik Sehun yang sepenuhnya menegang. Sehun menggeram kesal, "Yaa! Cepat ganti baju, Luhan!"

Luhan terkikik geli, ia pun segera keluar dari kamar mandi.

.

.

.

Setelah Sehun menyelesaikan mandi nya dan berganti baju, ia mencari-cari sosok Luhan di dalam mansion, namun tak kunjung menemukannya. "Ck! Kemana sih dia?" gerutu Sehun yang kesal karena tak menemukan Luhan.

"Bibi, apa kau lihat Luhan?" tanya Sehun kepada seorang maid. Maid itu tersenyum dan dengan senang hati menuntun Sehun untuk menemui Luhan yang sedang berada di backyard.

Sehun tersenyum melihat Luhan yang sedang tengkurap di atas rerumputan, mata nya dengan serius menatap ke screen laptop nya dan tangan kanan nya sibuk menulis sesuatu di notebook nya.

"Apa kau sedang bekerja?" tanya Sehun, ia membaringkan tubuhnya di samping Luhan. Ketika melihat Sehun, wajah Luhan sontak saja memerah. Ia sama sekali tidak bisa melupakan kejadian panas di kamar mandi. "Ya-ya, be-begitulah."

"Perlu bantuan?"

Luhan menggelengkan kepalanya dan hanya mengulas sebuah senyum. Ok, di sini Sehun yang merasa kesal, kemanakah gerangan Luhan yang cerewet dan aktif? Kenapa Luhan tiba-tiba berubah menjadi pendiam?

"Ada apa denganmu?" tanya Sehun. Luhan menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa."

Drrt..drrt..

Ponsel Sehun bergetar, sebuah panggilan Internasional masuk. From Baekhyun.

Sehun menjawab panggilan itu dan menyetel mode loudspeaker. Tapi, ia enggan berbicara sepatah katapun.

"Sehun apa kau di sana? Hyung sangat merindukanmu"

"Sehun! Kenapa tidak menjawab? Kau marah padaku? Kumohon, berbicaralah"

"Hiks…Sehunnie, maafkan aku."

Luhan yang sedang sibuk dengan pekerjaannya merasa kesal, ia merebut ponsel Sehun dari tangan pria itu. "Halo, aku Luhan, apa ini Baekhyun?"

"Hi, Luhan. Iya, ini aku. Apa Sehun tidak di sana? Apa dia baik-baik saja? bagaimana dengan terapi nya, apa ada perkembangan? Apa dia makan dengan teratur dan tidur tepat waktu? Apa dia masih suka berenang malam hari? Oh, apakah dia selalu meminum vitaminnya? Apa…ia bahagia?"

Luhan terenyak mendengar rentetan pertanyaan Baekhyun. Ya, Baekhyun seratuspersen memperhatikan Sehun dengan baik. Meskipun ribuan kilometer jauhnya, Baekhyun masih memikirkan Sehun dan sangat memperhatikannya. Entah kenapa kenyataan itu membuat hati Luhan terasa sesak.

"Luhan? Kumohon, jaga Sehun baik-baik dan pastikan ia menjaga kesehatannya. bilang padanya aku pasti akan kembali lagi. Kumohon, gantikan aku dan buat ia bahagia. Dan, jika ia marah padaku, sampaikan kata maafku."

"Tenanglah, Baekhyun. Sehun baik-baik saja."

"Luhan, katakan pada Sehun bahwa aku sangat merindukannya. Aku sangat menyayanginya. Hiks..hiks..aku minta maaf. Aku tau aku bersalah…maafkan aku."

Sehun mencengkram rumput-rumput hijau itu dengan erat dan meremasnya tanpa ampun. Emosi nya tiba-tiba naik ketika mendengar isak tangis Baekhyun. Dengan segera, ia merebut lagi ponsel nya dari Luhan dan memutuskan panggilan secara sepihak.

"Yaa! Kenapa denganmu, hah?" teriak Luhan kesal, tak habis pikir kenapa Sehun seperti itu.

"Aku tidak ingin mendengar suara nya." Aku tidak ingin mendengar suara tangisannya.

Luhan menggeram kesal, "Hey, Tuan Bodoh! Apa kau tidak dengar perkataan Baekhyun? Ia merindukanmu dan menyayangimu dan mulai saat ini hiduplah dengan teratur! Minum vitaminmu, tidur tepat waktu dan…" ucapan Luhan terhenti ketika Sehun menempelkan telunjuknya di bibir Luhan.

Sehun tersenyum, "Senang rasanya Rusa Cerewet ini telah kembali."

Luhan mendecak kesal, "Yaa! Aku serius, bodoh! Dengarkan kata-kata Baekhyun tadi!"

Dengan gerakan cepat, Sehun membaringkan Luhan dan mengunci tubuhnya. Tangan usil nya menggelitiki pinggang dan perut Luhan. "Rasakan ini, rusa cerewet!"

Luhan berguling-guling di atas rumput mencoba menghindari Sehun, "Ahahaha! Sehun geli hahaha berhentilahh ini geli"

"Aku tidak akan berhenti, adik manis."

Luhan dengan sekuat tenaga segera berdiri dan berlari menjauh dari Sehun. Sehun tak tinggal diam ia segera mengejar Luhan yang berlari memutari sebuah pohon hias. "Yaa! Berhentilah mengejarku, Sehun!" teriak Luhan, ia tertawa manis setiap kali melihat Sehun. Alasannya? Luhan bahkan tidak tau.

Sehun tertawa dan dalam suatu kesempatan, ia berhasil menangkap tubuh Luhan. "Kena kau!" ujar Sehun. Tangannya melingkar di pinggang kecil Luhan, mengangkat tubuh mungil itu dan memutar-mutar nya hingga Luhan menjerit. "Yaaaaaa! Hentikan! Aku takut!" teriak Luhan.

Sehun tertawa, ia terus memutar-mutar tubuh Luhan dan pada akhirnya mereka berdua terjatuh dan berbaring di atas rerumputan.

"Lu, mendekatlah." Pinta Sehun, ia menarik Luhan dan membiarkan lengannya menjadi sandaran Luhan.

"Yah, kau menyebalkan sekali sih! Aku lelah tau." gerutu Luhan kesal. Sehun tak menjawab, ia malah menatap Luhan dengan intens. Perlahan, Sehun mendekatkan wajahnya pada Luhan dan mengecup kening Luhan dengan lembut.

Luhan diam, jantung nya berdegup tak beraturan dan pipi nya telah bersemu merah. Kenapa rasanya begitu nyaman?

"Se-Sehun, aku harus bekerja."

.

.

.

Menjelang malam, Kris baru saja kembali setelah menyelesaikan semua jadwalnya. Ia langsung menuju ke kamar Luhan. Namun, sang penghuni kamar tak ada di sana. "Dimana dia, huh?"

Kris memanggil beberapa maid untuk menannyakan keberadaan Luhan, "Apa kau melihat Luhan? Oh, Sehun juga dimana?"

Para maid itu tersenyum ketika mendengar nama Luhan dan Sehun. Momen romantis mereka di backyard siang tadi ternyata melekat erat di mata para maid ini. "Tuan, mereka pergi bersama sejak siang tadi. Sepertinya, mereka sangat dekat."

Kris tercekat, sangat dekat?

"Apa yang mereka lakukan seharian ini?" tanya Kris dengan aura dingin di wajahnya.

"Itu…mereka bermain bersama di backyard." Jawab seorang pelayan dengan takut-takut. Kris mengepalkan tangannya dengan erat, mencoba menahan kekesalannya, bermain bersama? Sedekat itukah mereka?

"Bawakan aku rekaman kamera keamanan di backyard." Perintah Kris,kemudian pergi ke ruang kerja nya. Chanyeol yang melihat sahabat nya berwajah muram buru-buru menghampirinya, "Luhan dan Sehun lagi?"

"Tidak. Kau sebaiknya cepat telpon Sehun, ia tidak boleh melewatkan jadwal terapinya." Perintah Kris tegas. Chanyeol mengembungkan pipinya kesal, ckck! Kalau Kris cemburu kenapa aura berubah jadi hitam begini ya?

"Ok, siap boss!"

.

.

.

Di ruang kerja nya, Kris menatap tajam screen laptop yang menayangkan video yang ia peroleh dari para maid itu. Video yang membuat hatinya menghangat sekaligus tersayat. Kris tersenyum melihat adiknya bahagia, tertawa lepas bersama Luhan, orang yang ia cintai. Kris bersyukur karena kehadiran Luhan membuat Sehun tersenyum lebar, tetapi, Kris juga tidak munafik, ia cemburu dan luar biasa sakit hati.

"Arrrgh!" teriak Kris frustasi, ia membanting laptop itu hingga terpelanting ke sudut ruangan. Mata Kris memerah, nafasnya tersengal dan air mata nya jatuh begitu saja. Menangis karena cinta? Bukan, Kris bukan menangisi perasaannya. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit. Antara adiknya dan seseorang yang ia cintai.

Melihat Sehun bahagia adalah hal yang sangat Kris syukuri, tapi, haruskah ia mengubur dalam-dalam perasaannya pada Luhan? Lalu, membiarkan hatinya hancur berkeping-keping?

Bersama Luhan adalah keinginannya, tapi, haruskah ia merenggut kebahagiaan Sehun dan kabur bersama Luhan? Lalu, membiarkan Sehun terpuruk?

Pintu ruang kerja terbuka, Chanyeol masuk dan terkejut melihat Kris yang sangat berantakan. "Ada apa denganmu?"

"Tak apa. Bagaimana? Sehun menjawab telpon mu?"

Chanyeol menggelengkan kepalanya, "Tidak, dia terus me-reject panggilan dariku. Kau sudah mencoba menelponnya?"

Kris mengangguk, "Sudah. Tapi, tak dijawab."

Chanyeol mendekat ke arah Kris dan menepuk pundak sahabatnya itu, "Jika kau menginginkan sesuatu, kau pasti akan mendapatkannya. Luhan yang kau inginkan, bukan? Kalau begitu, dapatkan dia. Aku juga mendengar dari para maid jika mereka sangat dekat, tapi, bukan berarti kedekatan mereka itu adalah cinta. Aku yakin, Sehun hanya menjadikan Luhan sebagai pengganti Baekhyun-ku. Karena, aku yakin, jauh di dalam hatinya Sehun masih mencintai Baekhyun-ku."

"Apa yang membuatmu beranggapan seperti itu?"

"Baekhyun dan Sehun sudah bersama sejak dulu, kan? Bahkan, saat Baekhyun menjalin hubungan denganku, Sehun selalu mengalihkan perhatian Baekhyun. Itu karena ia sangat mencintai Baekhyun. Bukankah Sehun juga sangat tergantung pada Baekhyun? Bukankah Sehun selalu menginginkan kehadiran Baekhyun? Itu semua sudah jelas, bahwa Sehun sangan mencintai Baekhyun-ku."

Kris merasa lega setelah mendengar ucapan Chanyeol. Chanyeol benar, sedekat apapun Sehun dengan Luhan bukan berarti kedekatan mereka itu cinta. Dan lagi, Kris tau bahwa nama Baekhyun terukir indah di hati Sehun.

"Well, setelah mendengar ceramahmu tadi aku merasa sedikit lega. By the way, kau tidak cemburu adikku dekat dengan Baekhyun-mu?"

"Bohong besar jika aku tidak cemburu. Tapi, lihat aku? Aku mendapatkan Baekhyun kembali atas usahaku. Kalau boleh jujur dulu aku melamar pekerjaan di perusahaanmu adalah karena Baekhyun. Aku juga mati-matian lulus dari Oxford agar bisa diterima di perusahaanmu ini loh, jadi aku bisa dekat dengan Baekhyun."

Kris tertawa, "Oh, astaga!"

.

.

.

"Huaaahh Raj Kachoori yang tadi enak sekali ya!" celoteh Luhan sembari mengingat-ingat rasa Raj Kachoori (snack khas India yang berisi kentang tumbuk) yang mereka pesan di kedai tadi. Sehun yang sedang menyetir mobilnya tersenyum mendengar celotehan Luhan.

"Sehun, kenapa kau tidak menjawab panggilan itu daritadi?" tanya Luhan yang melihat Sehun lagi-lagi me-reject panggilan dari entah siapa itu. Sehun menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa."

"Hei, jawablah siapa tau itu penting! Kalau kau tidak menjawab, biarkan aku menjawab nya untukmu."

Sehun mendelik ke arah Luhan, "Haruskah aku membiarkanmu menjawab panggilan ku?"

Luhan mengangguk, "Ya, lagipula kau sedang menyetir. Jadi, biar aku yang menjawabnya."

Sehun menggelengkan kepalanya, "Hoho, jangan harap. Kau itu jurnalis dan pekerjaanmu mengorek informasi, siapa tau kau membuka data ku yang lainnya."

Luhan mendecak kesal, tapi diam-diam membenarkan juga perkataan Sehun. Ya, aku hanya seorang jurnalis yang tanpa sengaja masuk ke dalam kehidupannya dan aku tidak berhak untuk ia percayai.

"Sekarang, anggap saja aku manajermu. Jadi, bolehkah aku menjawab panggilan itu? apa kau tidak takut itu sesuatu yang penting?"

Sehun menggelengkan kepalanya, "Well, aku sudah punya manajer, ingat? Byun Baekhyun. Jadi, hanya Baekhyun yang boleh menyentuh ponselku."

Luhan tertohok dengan jawaban Sehun, entah kenapa hatinya terasa sakit. Ah, iya, memang hanya Baekhyun yang ia percayai. Ck! Luhan, kau kenapa sih jadi begini?

Sehun melirik Luhan yang sedang melamun, entah memikirkan apa, kemudian, ia menepikan mobil nya ke bahu jalan ketika sebuah panggilan masuk lagi.

"Kenapa berhenti?" tanya Luhan. Sehun tidak menjawab, tapi, menyerahkan ponsel nya pada Luhan.

"Jawablah, ini dari Kris."

Luhan tergagap, dan buru-buru menjawab panggilan itu.

"Pulang sekarang, dan temu Dokter Rajeev. Halo, Sehun? Kau mendengarku?"

"I-iya, Aku akan segera menyuruh Sehun untuk pulang."

"Luhan?"

"Ya, ini aku."

"Luhan, pulanglah sekarang."

Pip. Kris memutus panggilan secara sepihak, membuat Luhan heran. Jujur saja, nada bicara Kris di telpon tadi sama sekali tidak bersahabat. Ada apa sebenarnya?

"Apa yang dia katakan?" tanya Sehun. Luhan menghela nafasnya sejenak, "Pulang sekarang, kau harus menemui Dokter Rajeev."

Sehun menggelengkan kepalanya, "Bosan sekali bertemu Dokter itu lagi."

Luhan tiba-tiba memasang wajah marah, "Yaa! Pulang sekarang! Bagaimana dengan terapi mu, hah? kau juga belum meminum vitamin dan jangan tidur terlalu malam!"

Sehun tertawa dan sejurus kemudian, ingatan tentang Baekhyun melintas di pikirannya. Kenapa kau jadi mirip Baekhyun? Astaga, Luhan adalah Luhan. Bukan Baekhyun!

"Sehun, kenapa memandangiku seperti itu?"

Sehun terkejut dan buru-buru mengalihkan pandangannya dari Luhan. Ia merasa otak nya mulai rusak karena mencoba mencari persamaan antara Baekhyun dan Luhan.

"Kita pulang sekarang."

.

.

.

Sesampainya di rumah, Kris langsung menyuruh Sehun untuk masuk ke ruangan Dokter Rajeev. Luhan yang penasaran apa saja yang akan dilakukan Sehun di dalam sana ingin mengikutinya, namun, Sehun mencegah nya.

"Aku tidak suka jika kau ikut."

"Kenapa?"

"Kau pasti mengganggu, jadi diamlah."

Kris mendekati Luhan, mengambil kesempatan ini dan menggunakannya sebaik mungkin, "Bagaimana jika kau mengobrol denganku saja, Lu? Aku sedang senggang."

Luhan akhirnya mengangguk dan mengikuti Kris ke ayunan di backyard. Luhan tiba-tiba teringat akan list 10 perusahaan buruk itu. Ya, lebih baik ia menannyakan itu.

"Kris, menurutmu manakah 10 perusahaan terburuk di India?" tanya Luhan. Kris mengeluarkan iPhone 6 Plus nya dan membuka data-data berupa kurva itu.

"Sini, mendekatlah." Ujar Kris, ia menepuk-nepuk tempat kosong di sisi nya. Luhan menggeser duduknya hingga berdekatan dengan Kris. Tanpa disangka, Kris merangkulkan tangannya ke pundak Luhan.

"Kau lihat? Ini kurva khusus yang disusun oleh tim analisis khusus di Davidson Group. Kurva ini menunjukkan kenaikan profit per tahun nya. Coba, tunjuk yang paling signifikan kenaikannya."

Luhan berpikir sebentar dan kemudian menunjuk sebuah logo perusahaan yang kenaikannya sangat signifikan, "Hmmm yang ini!" seru Luhan.

Kris mengangguk, "Yap. Ini adalah Sharham Company."

Luhan mengerinyitkan keningnya, "Oh iya, aku juga ingat logo nya. Tapi, bukankah kalau kenaikan profit nya tinggi itu adalah perusahaan yang bagus? Davidson Group juga begitu kan?" tanya Luhan, mata nya menatap mata Kris dengan polos dan penuh tanda tanya. Persis anak kecil yang tidak tau apa-apa. Kris tak bisa menahan senyumnya melihat ekspresi Luhan, dengan gemas ia pun mencubit pipi Luhan.

"Kau lucu sekali."

Luhan mengerinyitkan keningnya, kemudian memukul lengan Kris pelan, "Yaa! Aku manly man!"

"Hahaha ok, ok. Begini, biar kujelaskan, kenaikan profit yang sangat signifikan justru menimbulkan kecurigaan dari berbagai pihak jika itu tidak sebanding dengan produktivitas yang dilakukan perusahaan. Per tahunnya Sharham Company hanya memproduksi textile jauh di bawah Vidlar Textile, dan hotel yang mereka bangun jauh lebih sedikit dari Emerald Group. Coba kau pikirkan, kalau produksi sedikit dan sumber pemasukan sedikit darimanakah mereka mendapatkan keuntungan sebesar ini? bahkan, kenaikannya mengalahkan Davidson."

Luhan mencerna baik-baik semua perkataan Kris, otak nya yang minim untuk hal-hal berbau ekonomi ini perlu kerja ekstra sepertinya. "Apa kau mengerti?"

"Hehehe, sedikit."

Kris mencubit pelan hidung Luhan dan kemudian tertawa, "Kalau kau tidak mengerti aku bisa menjelaskan intinya."

"Memang intinya apa?"

"Intinya, mereka pasti menyembunyikan sumber pemasukan mereka dari publik. Bisa jadi itu perdagangan gelap, kartel narkoba dan banyak kemungkinan lainnya." Jelas Kris. Luhan mengangguk-angguk mengerti. Nah, kalau sudah berbicara tentang kriminalitas ini dia lebih mengerti. Luhan buru-buru mencatat semua perkataan Kris di buku notebook nya agar menjadi acuan untuk tindakan selanjutnya.

"Wah, berarti aku harus mengunjungi Sharham Company!" seru Luhan, ia yakin bahwa Sharham Company lah yang menjadi target nya.

"Luhan, untuk apa kau kesana? Pusatnya di Mumbai bukan di Delhi." Tanya Kris, mulai khawatir dengan apa yang Luhan lakukan itu.

"Hah? pusatnya di Mumbai? Kulihat di website nya masih di Delhi."

Kris menggelengkan kepalanya, "Kau bercanda? Kantor di Delhi bahkan sudah usang dan berdebu, hanya beberapa karyawan yang berada di sana. Lagipula, kenapa kau ingin ke sana?"

"Itu pekerjaanku, Kris. aku akan mengorek informasi tentang kriminalitas di sini."

Kris mengepalkan tangannya erat, kesal kepada siapapun yang menyuruh Luhan untuk mencari informasi ini. Lihat saja, siapapun atasanmu yang menyuruhmu seperti ini akan kucincang!

"Tidak, aku tidak mengizinkan."

"Hei! Itu hak ku untuk bekerja dan memangnya kenapa kau melarangku?"

"Itu bahaya Luhan. Kau akan berurusan dengan orang-orang yang tidak bisa kau percaya. Kumohon, jangan." Dari nada bicara dan raut wajah Kris, terlihat sekali jika ia sangat mengkhawatirkan Luhan. Namun, dasar Luhan yang keras kepala ia sama sekali tidak mau mengikuti apa kata Kris.

"Aku bisa jaga diri dan kumohon, jangan campuri urusanku ok?" pinta Luhan dengan wajah memelas. Kris mau tak mau akhirnya mengangguk.

"Ok, tapi akan kutemani."

Luhan shock mendengarnya, ditemani oleh Kris Alexander? CEO perusahaan raksasa yang super sibuk? Apa ia tidak salah dengar?

"Heh? Ditemani olehmu? Bukankah kau sibuk, Kris?"

Kris tersenyum, "Aku bisa mengosongkan jadwalku."

"Oh, terserah kau saja."

Kris kemudian menarik tangan Luhan, "Ayo masuk! sudah malam, kau harus istirahat."

Kris mengantar Luhan ke kamarnya, ia menyelimuti Luhan dengan apik dan mengatur suhu pendingin ruangan agar tidak terlalu dingin. "Selamat tidur, Luhan." Ucapnya. Luhan tersenyum manis, diperlakukan sedemikan lembut oleh Kris ternyata membuat hatinya menghangat.

Baru saja Kris hendak keluar dari kamar Luhan, Sehun yang baru saja menyelesaikan sesi terapi nya langsung masuk ke dalam.

"Yah, Xi Luhan!" teriak Sehun. Luhan yang baru saja memejamkan matanya langsung terkesiap, "Apa? Ck! Mengganggu sekali!"

"Kau lupa perjanjian kita? Kau tidur denganku atau…ku ulang kembali kejadian pagi tadi."

Luhan mendecak kesal dan menendang selimutnya asal, "Ck! Diamlah" ujarnya kemudian dengan langkah lebar-lebar keluar dari kamarnya menuju kamar Sehun. Sehun tersenyum penuh kemenangan tanpa sadar jika Kris memandanginya sedaritadi.

"Kenapa kau tidak membiarkannya tidur di kamar ini, Sehun?" tanya Kris.

"Aku merasa nyaman di dekatnya." Jawab Sehun singkat, kemudian meninggalkan Kris.

Kris menggeram kesal. Dia seperti orang dungu yang tidak tau apa-apa tentang mereka. "Kejadian tadi pagi? Memangnya apa yang mereka lakukan?"

.

.

.

"Kau membicarakan apa saja dengan Kris?" tanya Sehun, ia menatap mata Luhan dengan tajam.

Luhan tersenyum lebar, "Banyak sekali! Rencana nya kami akan pergi ke Mumbai."

"Berdua?"

"Ya, begitulah."

"Tidak boleh."

Luhan mengerinyitkan keningnya, "Kenapa? Memang apa urusanmu, hah?"

"Kau adalah manajerku." Ujar Sehun, kemudian menarik Luhan ke dalam pelukannya. Luhan terkesiap, jantungnya berdegup kencang. Sungguh, aroma Sehun yang sangat maskulin membuatnya terpesona ditambah dengan tubuh topless nya yang err…seksi.

"Se-Sehun, pakai bajumu!"

"Aku biasa seperti ini, kau tau."

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan sosok pria yang tak kalah tampan dari Sehun masuk ke kamar itu dengan santai tanpa memperdulikan Sehun maupun Luhan yang kebingungan.

"Kris hyung? Yah, apa yang kau lakukan di kamarku keluar lah! Dan apa-apaan dengan tubuh topless mu itu! Luhan bisa ketakutan bodoh!" teriak Sehun tak terima karena Kris dengan seenaknya berbaring di samping kiri Luhan. Sementara itu, Luhan yang berbaring di antara dua pria tampan ini hanya bisa menganga.

"Wow, Sehun! Aku tak tau kau bisa berbicara sepanjang itu, hahaha." Tawa Kris. Sehun mendecak kesal dan memukul Kris dengan bantal. Kris tak mau kalah, ia pun membalas Sehun.

"Keluar atau kutonjok!" ancam Sehun. Kris tertawa, "Hohoho, takutnyaaa! Hei, bro! memangnya tidak boleh aku tidur di sini, humm?" tanya Kris dengan wajah konyol nya.

"Pergilah ke galaksi!"

"Ck! Kau ini, jadi adik tidak manis sekali!"

"Kau juga menyebalkan sekali jad kakak!"

"Ck! Kau yang menyebalkan, Sehun Davidson!"

"Kau juga, Kris Davidson!"

Luhan menutup telinga nya rapat-rapat. Sungguh, malam ini benar-benar gila. Kakak-beradik yang sama-sama topless dan ehm..tampan tidur di samping kanan-kirinya. Ok, tak apa jika sekarang adalah pajamas party. Kegilaan itu ditambah lagi dengan keduanya yang bertengkar seperti kucing dan anjing. Telinganya terasa panas mendengar perdebatan mereka yang tak ada hentinya.

"YAAA! BERHENTILAH BERTENGKAR!" teriak Luhan dengan nyaring.

Kris dan Sehun pun langsung terdiam. Namun, masih saling menatap sinis satu sama lain. "Hentikan, ok? Ini sudah malam dan kalian berdua tidak seharusnya bertengkar. Aku lelah dan ingin tidur." omel Luhan, mata rusa nya yang tinggal 5 watt itu menatap Sehun dan Kris bergantian.

CUP

Tanpa disangka keduanya dengan kompak mencium pipi Luhan, Sehun pipi kanan dan Kris pipi kiri. "Selamat tidur, Luhan." Ujar mereka kompak.

.

.

.

Pagi hari yang tenang, Chanyeol sudah siap dengan balutan jas merah maroon nya, agenda pun sudah ada di tangannya. Namun, yang Chanyeol herankan, kemanakah Kris? tidak biasanya ia bangun terlambat.

Chanyeol mengetuk pintu kamar Kris dan karena tidak dikunci, ia masuk dan mencari sang pemilik. "Ck! Tidak ada."

Kemudian, Chanyeol pergi ke ruang kerjanya. Tapi, tetap tidak ada. "Ah, telpon nya juga tidak aktif. Hmm, tanyakan pada Sehun!" serunya kemudian bergegas ke kamar Sehun.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Chanyeol langsung masuk ke kamar itu dan ia mengucek mata nya beberapa kali melihat pemandangan di hadapannya.

"OH MY GOD, HOLY SHIT!"

TBC or END?-

makasih ya yang udah review kemarin..Iren hargai bgt.. WAJIB REVIEW YA! Soalnya itu motivasi saya buat lanjutin. Review dibawah 20 mikir dulu1000 kali buat lanjut atau gak.

Ini 6.700 words loh, panjang kan? :P maaf kalau banyak moment KrisHan dan Hunbaek nya, ini kan baru awal cerita, chapter berikut pasti momen hunhan bejibuuunn deh..maaf juga jika ff ini jelek

Thanks and sorry for typos..maapin ye kalau typo bertebaran..

P.S: bagian RATED M nya gak bisaaa hiks hiks

[ADA YANG BISA NEBAK GA CHANYEOL LIAT APA? :P]