Kyuhyun POV

Membosankan. Satu kata yang mewakili semua perasaanku selama seharian ini. Memang apa kata yang cocok bila selama hampir 9 jam kau hanya mendengarkan setiap orangtua di depan sana bicara tanpa henti. Oh bahkan aku ragu apa aku mendengarkan mereka atau tidak. Tadinya aku berniat tidur atau memainkan benda keramatku -PSP- jika saja mata mereka tidak selalu memicing kearahku dengan sadisnya. Kalian tidak tahu saja bahkan tatapan ibuku berkali kali lipat lebih menyeramkan. Hah sabarlah Cho Kyuhyun yang tampan, keadaan ini hanya akan kau lewati beberapa bulan lagi. Setelah itu kau lulus lalu menjadi mahasiswa.

Sebenarnya bisa saja aku mengikuti jalur akselerasi lagi untuk membebaskan diri, tapi aku tidak mau. Karena aku tidak mau dikira sombong, ditatap dan dibicarakan dilingkungan Universitas. Ah tapi yang utama aku tidak mau diperebutkan oleh para wanita berbedak tebal karena wajah tampanku ini, para noona yang tingkahnya tak jauh beda seperti di drama-drama yang selalu ditonton ibuku itu. Hanya satu kata untuk menggambarkannya. Sungguh mengerikan.

Tapi kalau dipikir juga sama saja jadi mahasiswa, mendengarkan. Tsk kalau begitu lebih baik menikah saja aku. Tapi kan nanti juga aku akhirnya yang harus bekerja karena berperan sebagai suami. Lagipula siapa yang mau memperkerjakan remaja berumur 17 tahun sepertiku. Haruskah aku berperan sebagai istri? BIG NO. Hei bagaimanapun aku seorang lelaki yang mempunyai belalai. Kalaupun menikah dengan seorang pria aku harus berada diposisi atas.

.

.

.

"Hei Kyu sampai kapan kau akan menopang dagu seperti itu? Kau tak mau pulang?" Namja disebelah Kyuhyun berseru kemudian berdiri dari tempat duduk disebelah Kyuhyun setelah membereskan segala peralatan dimeja yang dia punya.

Merasa tak ada pergerakan sama sekali dari teman karibnya, namja berambut kuning yang berbadan tak lebih gemuk dari Kyuhyun itu berinisiatif untuk menepuk sedikit keras bahu Kyuhyun bermaksud membangunkan temannya dari dunia khayalannya.

"YAK CHO KHUHYUN! Apa kau tuli hah?!" Namja berambut kuning itu memutuskan untuk langsung berteriak ditelinga temannya setelah usaha menepuk bahunya tak menghasilkan apapun.

Kyuhyun terlonjak dari duduknya,

reflek menggosok telinga kanannya yang berdenging. Mendelik kepada si tersangka yang sedang tersenyum, yang otomatis memperlihatkan gusi merah mudanya itu.

"Kau mau mati Lee Hyukjae!" Kyuhyun memberikan tatapan paling mengerikan yang dia punya. Tapi yang diterimanya malah sebuah geplakan dikepala. Membuatnya meringis dan menggosok belakang kepalanya.

"Sudah berapa kali kubilang, panggil aku Hyung. Aku ini lebih tua darimu 2 tahun Cho Kyuhyun."

Kyuhyun hanya mendengus memalingkan muka, membereskan barang barangnya, memasukkan kedalam tasnya lalu menresetlingnya. Berdiri menggendong tasnya, berjalan melewati namja bernama Lee Hyukjae begitu saja. Masih merasa kesal atas geplakan yang diterimanya. Lee Hyukjae hanya bisa menghela napas panjang melihat kebiasaan temannya yang satu itu. Lalu berjalan keluar kelas menyusul Kyuhyun.

.

.

.

"Hey Kyu. Aku punya tantangan untukmu. Jika kau berhasil aku akan mentraktirmu makan es krim selama seminggu. Eotte?" Mereka berjalan menuju halte bus untuk pulang bersama yang memang arah jalannya sama. Lee Hyukjae berinisiatif membuka suara saat Kyuhyun tidak menghiraukan teman teman disekitarnya yang asik bergurau satu sama lain.

"Kepalamu tadi terbentur ya Hyukkie?" Namja berwajah kekanakan bergerak kedepan Hyukjae. Tangan serta matanya menelusuri wajah dan kepala Hyukjae, memastikan tak ada yang salah dengan kekasihnya itu.

"Terima saja Kyu tantangan itu. Kapan lagi Hyukjae Hyung mengeluarkan tawaran seperti itu. Sekali seumur hidupnya, kau tahu persis kan?" Namja kurus pendek disamping kanan Kyuhyun yang sibuk mengunyah roti ikut menimpali. Penasaran apa tantangan yang akan diberikan Hyukjae.

"Apa memangnya?" Kyuhyun berusaha untuk tidak terlalu tertarik. Masih mempertahankan acara ngambeknya.

Hyukjae menggaruk pipinya, merasa bingung apa yang harus dikatakannya. Sejujurnya dia hanya asal bicara, tidak menyangka Kyuhyun akan menanggapinya, biasanya Kyuhyun tidak akan peduli apapun yang dikatakan teman temannya saat dia bad mood seperti ini.

Hyukjae berhenti berjalan membuat teman temanya juga berhenti berjalan. Memutar pandangan kesekitar berusaha mendapatkan ide. Matanya sedikit menyipit saat memandang ke salah satu cafe di seberang jalan. Seketika dia tersenyum cerah -menyebalkan- menurut Kyuhyun.

"Tidak sulit kok. Kau hanya perlu mencium pria berkacamata hitam didepan cafe seberang itu, yang terlihat sedang sibuk dengan ponselnya."

Cepat cepat Hyukjae berlindung kebelakang Donghae -kekasihnya- sebelum Kyuhyun sempat mengamuk karena ide gilanya. Dugaan Hyukjae nyaris tepat karena Kyuhyun sudah melancarkan tatapan mematikannya.

"Terima saja Kyu. Bukankah kau bilang ibumu hanya memberimu uang untuk isi ulang transport cardmu selama dua minggu ini?" Kyuhyun beralih memandang si pendek disebelahnya yang masih sibuk dengan rotinya yang belum habis.

"Yaish Wookie-ya kenapa kau mengingatkanku tentang si nenek sihir itu." Kyuhyun mengerang frustasi, teringat hukuman yang diberikan ibunya karena tak sengaja merusakkan hair dryer yang dipinjamnya.

Membuatnya lesu karena dia tidak mendapat pasokan tabungan untuk membeli PSP baru. Meminta uang pada ayahnya itu juga tak kan berguna. Kim Heechul memegang semua kendali. Terkadang Kyuhyun kasihan pada ayahnya yang malah berperan seperti istri bukan suami.

Hyukjae yang melihat tidak ada tanda tanda bencana amukan Kyuhyun perlahan keluar dari belakang punggung Donghae.

"Itu fakta Kyu. Sudahlah terima saja. Toh itu hanya mencium. Apa susahnya sih?" Ryeowook -Wookie- yang melihat tampang lesu Kyuhyun merogoh tasnya, memberikan sebungkus roti pada Kyuhyun. Mengira bahwa dia sangat kelaparan karena tak diberi uang saku.

"Aku tak suka rasa stroberi." Mendapat jawaban Kyuhyun, Ryeowook mengangkat bahu mulai membuka bungkus roti dan makan dengan lahapnya. Tak menghiraukan tatapan Kyuhyun yang memang kelaparan. Benar benar tidak peka bahwa sebenarnya dia sedang merajuk.

"Ya sudahlah tak ada pilihan lain. Kapan lagi aku bisa makan es krim selama seminggu penuh tanpa mengeluarkan uang dan ceramah si nenek sihir itu." Kyuhyun tersenyum cerah saat teringat lagi bahwa ibunya pergi ke Beijing menemui orangtua ayahnya selama seminggu kedepan.

Hyukjae menepuk dahinya dan berkali kali bergumam bodoh idiot dan sejenisnya, dia melupakan bahwa sang Ratu tak membolehkan Kyuhyun makan es krim terlalu banyak. Dan Hyukjae berdo'a semoga Kyuhyun tidak akan sakit. Karena dia tahu bahwa Kyuhyun akan tetap mengatakan kalau yang menyebabkan sakit adalah dirinya. Dan itu bencana maha dahsyat. Cukup sekali saja dia kena semburan sang Ratu karena dia mengajak Kyuhyun berenang di pantai saat mereka berlibur di rumah neneknya di daerah Gangheung dan berakhir Kyuhyun sakit.

"Memang kau tahu caranya mencium?" Hyukjae merutuki ucapannya karena memberikan pertanyaan bodoh seperti itu. Dia hanya berusaha menyelamatkan diri dan tentu saja uang didompetnya.

"Yah kau pikir aku anak berumur 5 tahun? Dan kau pikir aku tak tau apa yang kau lakukan dengan kekasihmu diatap sekolah setiap istirahat siang ha?!" Ryeowook tersedak rotinya karena dia baru tahu mengenai fakta itu. Sedangkan sepasang kekasih itu saling membuang muka dengan wajah memerah.

"Tsk. Aku akan kesana dan mencium pria itu." Kyuhyun buru buru menyebrang saat lampu penyeberangan berubah hijau bagi pejalan kaki.

Kyuhyun POV

Hah kalian pikir aku tak tau perbuatan kalian berdua di atap sekolah. Dan aku juga tak percaya dengan tampang polos si Ryeowook itu. Aku bertaruh dia juga pernah melakukannya. Tapi aku ragu karena demi Tuhan, ini pertama kalinya aku akan mencium orang. Ayah, ibu juga noona tentu saja pengecualian.

Cho Kyuhyun anggap saja ini kebangkitanmu menjadi bad boy. Biar keluargamu itu tidak memperlakukanmu seperti bayi lagi. Soal tawaran Hyukjae hyung tentu saja tak kan ku sia siakan, es krim adalah makanan terlezat setelah ayam tentu saja.

Pria didepan pintu cafe itu tinggi, berambut hitam pendek memakai kemeja biru langit yang lenganya dilipat sampai siku dipadukan celana jeans hitam dan sepatu kets putih. Oh jangan lupakan badan atletisnya itu. Membuatku iri saja.

"Chogiyo." Aku memanggil dan mencengkram tangannya. Mecegahnya pergi. Tapi segera ku lepaskan saat tanganku seperti tersengat listrik. Jangan bilang dia sejenis dengan Fantastic Four.

Pria itu berbalik sambil melepaskan kaca mata hitamnya. Membuatku leluasa memandang mata dan wajahnya. Tampan sekali. Tiba tiba jantungku berdetak keras sekali sepeti ingin keluar.

Es krim. Seketika nama makanan manis itu keluar. Membuatku segera menarik kerah kemejanya, menempelkan bibir kami.

Siwon POV

Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi tiba tiba saja tanganku dipegang, kerahku ditarik dan bibirku menempel begitu saja pada benda lembut yang rasanya manis. Jantungku rasanya ingin keluar dari tempatnya saking kerasnya berdetak ketika aku menatap sepasang mata bulat berwarna hitam yang membuat otak ku lumpuh seketika.

Baru beberapa detik kemudian blitz kamera dari kejauhan serta sekumpulan pertanyaan yang seperti kawanan lebah itu menyerang, membuatku tersadar dan segera menyeret seseorang didepanku yang baru kusadari adalah namja. Berlari kemobilku yang beruntung hanya berjarak beberapa langkah dari tempat kami berdiri.

Membuka pintu penumpang aku mendorongnya masuk, memutari mobil dan aku masuk ke kursi kemudi. Cepat cepat menginjak pedal gas meninggalkan tempat itu.

.

.

.

"Donghae-ya, Wookie. Apa mataku sudah rusak?"

"Apa aku bermimpi?"

"Hyungdeul, sepertinya mataku juga rusak." Timpal Ryeowook.

Hyukjae, Donghae, Ryeowook yang menyaksikan peristiwa bersejarah itu dari seberang jalan sama sekali belum mengedipkan mata. Bahkan mulut mereka sampai menganga.

"WOW. Kyuhyun sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya demi eskrim." Donghae yang mulai tersadar membuka suara.

"Hyukjae hyung. Sepertinya dompetmu akan terkuras."

Perkataan Ryeowook membuat Hyukjae mengerang kesal kembali. Astaga dia baru menyadari kalau Kyuhyun itu monster eskrim.

.

.

.

Siwon POV

Beberapa menit setelah yakin tidak ada yang mengikuti, kuberhentikan mobilku di pinggiran sungai Han. Dengan segera aku menoleh ke sosok disebelahku bermaksud mendamprat siapapun itu yang beraninya menciumku.

Tapi semua kata kata yang akan kukeluarkan tertelan kembali saat aku menatapnya. Dia masih diam dengan tatapan kosong ke depan, belum tersadar. Aku menatapnya lekat. Dia masih seorang siswa Senior High School terlihat dari seragam yang dia pakai. Berkulit putih pucat, berambut ikal coklat karamel, hidung mancung, bola mata sehitam arang, dan bibir sintal yang merah muda.

Aku menggelengkan kepalaku. Menyadarkan diri sendiri agar tidak tergoda. Kau bukan seorang Pedofilia Choi Siwon. Ingat kau itu model dan aktor terkenal, jangan memperburuk keadaan. Aku berdehem supaya namja itu tersadar, tetapi percuma.

"Hey kau." Aku memanggil dan menggoyangkan bahunya agar tersadar. Tak lama mata itu mengerjap dan menoleh kepadaku. Dan sesaat seperti bumi berhenti berputar saat mata itu memandangku. Dan lagi lagi jantungku berdetak tak normal.

"Huwaaaaa. Kau siapa?! Kau penculik?!" Dia berteriak keras sekali sampai telingaku berdenging, tak lupa tangannya dengan brutal memukuli tubuhku.

"YAK DIAMLAH!" Aku mencengkram kedua tangannya dan berteriak tak kalah kerasnya. Dan aku bersyukur dia bisa tenang. Setelah aku yakin dia tak akan berbuat apapun aku melepaskan tangannya. Tapi aku salah karena dengan segera dia memukul kepalaku dengan tasnya. Apa dia membawa batu didalam tasnya, karena demi Tuhan ini sakit sekali.

"Cho Kyuhyun." Aku mencoba untuk tenang tapi sial jantungku tak bisa berkompromi saat aku memandangnya. Dan aku memutuskan mengalihkan pandangan ke sungai Han di depan mobilku.

.

.

.

"Bagaimana kau tau namaku?!" Kyuhyun bertanya was was, memegang tasnya erat erat bersikap siaga bila serangan diperlukan.

"Kau pikir aku buta huruf tak bisa membaca name tag di blazer sekolahmu itu." Siwon berusaha bertahan dengan sugestinya agar tak menatap Kyuhyun. Tapi dia kalah, membuat daya kerja jantungnya tak kunjung normal kembali.

Kyuhyun buru buru mengalihkan pandangan karena dia juga merasakan wajahnya mulai memanas dan jantungnya berdentum tak seperti biasanya.

"Dimana rumahmu? Kuantar kau pulang, sudah hampir senja." Siwon kembali melajukan mobilnya.