.

.

.

"ngh…"

Tubuhku menggeliat tak nyaman. Kembali aku menggigit bibir bawahku hingga memerah, mencoba menghentikan suara menjijikan yang tertahan dikerongkonganku.

Aku tidak mau !

Ini salah. Benar-benar salah. Ini seperti bukan diriku.

"ahh…ku-kumo-..ngghh..-hon"

Sekali lagi aku merintih lemas. Memohon dengan kalimat yang hampir tak jelas kuucapkan. Bahkan aku tak yakin sedang memohon untuk alasan apa, menghentikan ? Atau justru meminta lebih?

Dan satu hal yang paling ku benci saat ini, ialah…

Seringai licik pria dewasa yang tengah berada diatasku sekarang.

Dia-

.

.

DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO

Saya hanya meminjam chara beliau :3

WARNING !

ADULT AREA !

E

N

J

O

Y

.

.

Aku menyukai keluarga kecil kami lebih dari apapun di dunia ini. Ibu yang selalu tersenyum ceria menyambut kepulangan ayah dari kantor, ayah yang juga sangat mencintai ibu. Dan anak kesayangan mereka,

Aku

Keluarga kami sederhana, namun terasa hangat dan aku menyukai itu. Ya benar, aku menyukainya, sebelum hari itu datang.

Hari dimana seharusnya aku makan malam bersama ayah dan ibu, tiba-tiba bel rumah berbunyi, aku yang masih berumur 10 tahun berniat membukakan pintu kepada tamu kami malam itu, namun ibu menahanku dan membiarkan ayah yang menggantikan tugasku.

Entah hanya perasaanku saja, aku melihat kecemasan dikedua emerald ibu. Namun aku tak menghiraukannya, dan melanjutkan makan malamku.

Baru saja aku hendak menyuap nasi, ibu tiba-tiba menyuruhku masuk ke dalam kamar dengan dalih belajar dan tidak boleh keluar. Aku yang tidak mengerti apa-apa, lantas menuruti perintah tersebut.

Dari dalam kamar, samar-samar aku mendengar beberapa orang yang sedang berbicara, termasuk suara ayah dan ibu. Tangan kecilku meremas pensil yang kupegang, mencoba menahan rasa keingintahuan yang bergejolak dalam dadaku.

Aku tersentak tatkala mendengar suara benda yang pecah dan disusul suara teriakan ibu yang tertahan.

Menyerah pada rasa penasaranku, aku beranjak mendekati pintu kamar, bermaksud keluar. Namun, sebelum tanganku menyentuh gagang pintu tersebut, seseorang telah mendahuluiku.

Onyx bertemu emerald.

Aku tidak yakin dengan penglihatanku, yang kutahu matanya yang berwarna hitam tajam itu menatapku dengan dingin dan dalam.

Aku hanya bisa tertegun di tempat. Kemudian sebuah suara memasuki indra pendengaranku,

"ada apa,itachi? Kau menemukan sesuatu?"

Tiba-tiba saja, airmataku mengalir keluar tanpa dikomando. Entah untuk alasan apa, aku tak ingin pria didepanku ini untuk mengatakan perihal keberadaanku. Aku ingin dia bersikap seolah-olah tidak melihat apapun.

Pria itu menoleh sebentar kearah sumber suara, kemudian menatapku lagi. Membuatku semakin gemetar ketakutan.

"aa…tidak ada apa-apa"

Setelah mengucapkan itu, ia pergi begitu saja. Kakiku seperti kehilangan kekuatannya, aku jatuh terduduk di atas lantai kamar sambil menangis tanpa suara.

Seolah menyadari apa tujuan utamaku, aku kembali berdiri dan berlari keluar kamar.

Ayah

Ibu

Dan menemukan mereka disana,

Berjongkok seraya memunguti uang koin yang berserakan dilantai dengan tangan gemetaran. Mereka menyadari keberadaanku, kemudian memaksakan sebuah senyum diwajah tirus mereka sambil berkata,

"kami baik-baik saja"

Keesokan harinya setelah pulang sekolah, aku menemukan kedua orang tuaku bunuh diri dengan alasan hutang yang tidak bisa mereka tanggung lagi.

Dan, itu adalah hal yang paling tidak ingin kuingat sampai saat ini. Aku akan berusaha menghilangkan memori menyedihkan ini dari otakku.

Aku akan membalaskan dendam kepada orang yang telah membuat kedua orang tuaku menjadi seperti ini. Meninggal dengan menanggung malu.

.

.

"kau melamun lagi?" sebuah tepukan kecil mendarat dipundakku. Aku menoleh dan tersenyum mendapati nenek chiyo berdiri dibelakangku. Ia membalas senyumku, menampilkan keriput-keriput pada wajahnya yang sudah tua.

"aku hanya menikmati angin malam,nek" balasku

"angin malam tidak baik untuk kesehatan, sakura"

Aku terkikik geli, setelah kematian kedua orangtuaku, hanya nenek chiyo yang mau menampung dan merawatku hingga menjadi gadis berusia 18 tahun seperti sekarang. Padahal, aku tidak mengenal nenek chiyo, dia layaknya malaikat yang dikirimkan Tuhan untukku.

"hm…" jawabku ogah-ogahan.

Nenek chiyo mengambil posisi di sampingku, ikut menikmati langit malam yang hari ini terlihat cerah bertaburan bintang-bintang kecil.

"apa kau tahu kalau tuan muda akan datang besok?" Tanya nenek chiyo tanpa repot-repot menoleh kearahku, hingga ia tidak menyadari perubahan air muka ku sesaat yang lalu.

"benarkah? Aku tidak pernah melihatnya" bohong. Tentu saja aku tahu siapa tuan muda dirumah ini.

Seorang pemimpin kerajaan bisnis turun temurun, wajahnya pun sering muncul dimajalah-majalah elite. Saat ini sedang mengurus salah satu cabang perusahaannya yang berada di Amerika. Dinobatkan menjadi pembisnis muda terkaya di Jepang tahun lalu, bertunangan dengan seorang putri perdana mentri dan akan menikah pada bulan depan.

Siapa yang tidak mengenal seorang Uchiha ?

Ya benar, keluarga terhormat dengan kekuasaan yang mengerikan.

Terkenal dengan kelicikannya dalam menjalani bisnis, mereka rela melakukan apapun untuk kepentingan bisnis mereka. Membunuh? Itu sudah biasa. Mereka tidak pernah ditangkap maupun tertangkap. Kekuatan uang memang mengerikan.

Dan yang paling kusesali adalah ketika mengetahui sebuah kenyataan, bahwa ayah dan ibu dulu meminjam uang pada perusahaan yang dipimpin oleh keluarga uchiha dalam jumlah yang banyak dan berujung dengan mereka yang tidak sanggup untuk membayarnya.

Menyedihkan

Aku telah menyelidiki semuanya, dan aku berakhir pada sebuah kesimpulan bahwa aku harus menghancurkan keluarga uchiha demi kematian kedua orangtuaku. Tidak peduli uchiha yang manapun.

Takdir membawaku pada kenyataan kalau nenek chiyo bekerja sebagai pelayan dikeluarga uchiha, sepertinya Tuhan memuluskan jalanku.

Dengan sedikit rayuan, nenek chiyo akhirnya setuju kalau aku akan bekerja menjadi pelayan dikeluarga terpandang ini.

Hanya menunggu waktu, dan semuanya akan berjalan sesuai rencanaku.

.

.

Hari ini tiba,

Hari dimana tuan muda kami akan pulang. Ia bahkan bukan dewa, tapi kepulangannya saja harus disambut dengan sangat terhormat seperti ini. Aku jadi penasaran dengan orangnya, selama ini aku hanya melihatnya dikoran atau majalah-majalah bisnis.

"ayo berbaris sakura, tuan muda sudah datang"

Perkataan nenek chiyo sedikit membuatku gugup, "ha'I" jawabku lirih

Semua pelayan telah berbaris rapi didepan pintu masuk rumah ini, atau mungkin lebih tepatnya istana?

Aku berdiri diposisi samping kanan, agak jauh dari pintu masuk karena aku datang terlambat –walaupun tadi sudah diingatkan oleh nenek chiyo- .

Pintu rumah yang besar itu terbuka, menampilkan sosok pria dewasa berbalut jas -yang aku yakini harganya puluhan juta- berwarna hitam pekat. Serasi dengan warna matanya yang sehitam jelaga.

Rambutnya yang panjang dikuncir satu kebelakang, bergerak halus seiring langkah tegasnya. Wajahnya yang tampan dihiasi dua garis keriput, bukannya terlihat tua, pria ini justru terlihat semakin berkarisma.

Dia-

Uchiha Itachi.

Aku mencoba mengangkat wajahku untuk melihat wajah tuan muda kami dengan lebih terperinci.

Sialnya, mataku justru bertemu dengan onyxnya yang tajam, dan tanpa dikomando, dadaku berdegup kencang.

Dengan cepat, aku kembali menundukan wajahku. Kenapa aku merasa …..takut?

.

.

Aku harusnya bersyukur mendapat kesempatan untuk bisa masuk kedalam kamar tuan muda kami, dengan begitu aku bisa menyelidiki pria ini lebih jauh, mungkin saja aku bisa menemukan kelemahan pria itu, dan dapat menghancurkannya dengan mudah.

Tapi-

-tidak secepat ini. Maksudku, aku memang ingin balas dendam kepada uchiha, tapi aku juga perlu waktu. Bukankah hasilnya akan lebih bagus kalau dijalankan sesuai rencana yang sudah tersusun rapi, matang, dan mantap? dan aku tidak ingin mengabaikan hal-hal tersebut. Prinsipku adalah melakukannya perlahan, bukan tergesa-gesa. Kali ini aku akan bekerja seperti biasa, jangan sampai menimbulkan kecurigaan sedikitpun.

Berdiri gelisah didepan pintu kamar mandi pria ini adalah salah satunya? oh Tuhan, kegugupan ini benar-benar membuatku gila. Beberapa saat yang lalu, ia memintaku untuk menyerahkan handuk kepadanya. Tapi, aku tidak mungkin masuk kedalam kamar mandi ketika seorang pria tengah telanjang didalamnya kan?!

Itu tidak mungkin !

Ditengah kegugupanku, pintu kamar mandi terbuka dan sebuah lengan kekar terjulur dari balik pintu. Mengerti dengan kode yang dimaksud, aku bergerak untuk menyerahkan handuk yang sedari tadi kupegang dengan sedikit gemetar.

Tangan itachi sudah menggenggam handuk yang kuberikan, tanpa ragu pria itu menarik tangannya kedalam. Namun, kesialan sedang menimpaku, beberapa benang handuk tersebut sangkut di kancing baju maid yang kukenakan. Tak ayal aku ikut tertarik karena tidak sempat melepaskannya

"a-anu..,uchiha-sama, tunggu, ini-"

Terlambat !


tbc

wkwkwk, cerita macam apa ini? XD

otak ku lagi error dan gak tau harus nulis apa, trus muncul deh ide buat nulis ini :"v

masih agak berantakan, tapi gak pa-pa lah XD

jangan dibaca doang dong, review juga ya (^^)/

sankyuu~