Summary

Dia yang ditinggalkan, dia yang di kucilkan, dia yang dicampakan, dia juga yang dibuang.

Melenyapkan monster yang bersemayam dalam tubuh, melenyapkan iblis yang mencemaskan kehidupan.

"Aku tak pernah ingin tubuhku dijadikan wadah untuk moster rubah ekor Sembilan itu. aku sampai kapanpun akan selalu membenci mahluk itu."/"Bagiku, suatu kehormatan bisa menjadi wadah bagi sosok Rubah berekor Sembilan. Aku tak pernah menyesal, justru aku sangat berterima kasih atas hal itu."

Mereka hanya melihat apa yang ada di depan mata. Membuang sosok itu tanpa tahu bahwa mereka telah membuang sumber kebahagiaan, pembawa kedamaian, pemberi keberuntungan.

Malam itu bulan purnama menyinari desa Konoha yang tengah mengadakan festival Kuil Inari. Tepat pada malam yang bertanggal sepuluh oktober itu pula di sebuah gua di pinggir desa itu tengah berlangsung kelahiran sepasang bayi kembar dari pasang ternama di desa itu, Namikaze Minato yang baru saja menjadi seorang Ayah tengah menggendong seorang bayi bersurai hitam dengan kulit yang msih kemerahannya sedangkan sang ibu baru Uzumaki Kushina tengah memandang sosok bayi bersurai pirang dengan kulit kemerahannya yang tengah dimandikan oleh perawat yang membantu peroses persalinannya.

"Kushina-chan, lihat putra pertama kita. Dia sangat tampan dan sehat. Matanya juga indah." Ujar Minato menyodorkan sang bayi bersurai htam ditangannya.

"Ya, Minato-kun. Dia sangat tampan dan sehat, aku juga bisa merasakan aliran cakra yang besar mengalir dalm tubuhnya. Apa nama yang akan kau berikan pada malaikat kita yang satu ini Minato-kun?" Tanya Kushina sembari membelai surai hitam sang anak penuh saying.

"Bagaimana jika Menma? Lalu sang adik kita beri nama Naruto." Usul Minato dengan senyum cerianya memandang lembut sang putra sulung.

"Nama yang bagus. Kita gunakan saja itu."

Perhatian Kushina yang tengah memandang putra sulungnya teralihkan saat Biwako sang istri Hokage ketiga datang bersama perawat yang membawa anak bungsunya.

"Bagaimana keadaaan Naruto Biwako-sama?" taya Minato sambil menidurkan Menma disamping Kushina.

"Keadaannya cukup menghawatirkan. Tekanan cakra yang dimilikinya sangat lemah dan kondisi fisiknya juga tak begitu kuat. Aku rasa itu sibabkan oleh cakra Kyuubi yang sedikit bercampur dalam tubuhnya." Jelas Biwako membaca lembaran kertas yang berisi data kesehatan sang putra bungsu.

Saat itu juga Minato dan Kushina merasa takdir tengah mempermainkan mereka. Mereka dinberikan dua putra yang sangat manis tapi tetap tak sempurna. Betapa Kushina merasa sangat membenci Kyuubi saat itu juga karena telah menyakiti putra bungsunya namun keterkejutan mereka berdua terintrupsi saat mereka mendengar teriak kesakitan dari Biwako dan sang perawat disusul dengan suara bariton yang mengejutkannya.

"Serahkan Kyuubi atau anak bungsumu akan mati Yondaime Hokage." Ancam sosok bertopeng orange sepiral dengan pakaian serba hitam yang tengah menodongkan kunai kearah Naruto.

"A-ap- Siapa kau!" seru Minato penuh amarah

Kingitsune

†††

By : Ayuni Yukinojo

†††

Naruto © Masashi Kishimoto

†††

Pair : ?/Naruto

Warning :

Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

Delapan tahun kemudian.

Seorang anak bersurai pirang kini tengah bermain ayunan sendirian di sebuah taman di desa Konoha. Surai pirang cerahnya bergerak lembut mengikuti arah angin yang bertiup lembut, mata biru sapphire indahnya tambah memancarkan kehangatan penuh keceriaan.

Ia bermain sendiri di sana. Tak ada yang menjaga, tak ada yang menemani. Lebih tepatnya tak ada yang mau dan berani untuk melakukan hal itu. Sering bahkan setiap hari ia selalu mendengar orang-orang mencacinya, menghinanya dan menyakitinya. Mengatakan ia monster, mengatakan ia pembunuh, mengatakan ia pembawa sial dan mengatakan ia jelmaan monster rubah.

Namun ia tak pernah mengambil pusing akan perkataan menjijikkan itu, ia tak pernah melaporkan kekerasan yang di terimanya kepada Hokage atau yang lainnya, ia tak pernah melakukannya bukan karena tak ingin, tapi itu semua percuma. Tak ada yang akan membelanya, tak ada yang akan melindunginya. Bahkan Ayahnya sekalipun.

Tak banyak orang yang mau bersikap baik padanya, hanya segelintir orang saja Hokage Ketiga contohnya. Pemimpin Konoha generasi Ketiga itu selalu baik dan memanjakannya dan selalu melindunginya, sangat berbeda sekali dengan Hokege Keempat yang selalu bersikap dingin dan tak pernah membelanya bahkan terlihat sangat membencinya. Yang berikutnya adalah keluarga Teuchi pemilik kedai ramen favoritnya, mereka selalu mengijinkan Naruto makan disana lain dengan toko atau kedai lainnya yang selalu melarang bahkan mengusirnya jika ia ingin belanja di tempat mereka.

Walau ia diperlakukan sedemikian buruknya, ia tak pernah memendam dendam kepada mereka, walau terkadang hatinya sakit dan merasa tak terima atas perlakuan mereka, ia tetap tersenyum dan menganggap semuanya bukanlah apa-apa.

Ia sadar apa yang menyebabkan seluruh warga Konoha membencinya. Ia tahu alasan apa yang membuatnya di katakana sebagai monster. Sudah sejak lama ia mengetahuinya, sejak tiga tahun lalu saat ia hampir mati ditangan para warga yang mengeroyoknya.

.

Flashback

"MAU LARI KEMANA KAU MOSTER!" teriakan murka itu terus terdengar di telinga bocah mungil yang tengah berlari menjauhi kerumunan. Nafasnya tersengal, keringatnya bercucuran, beberapa bagian tubuhnya di penuhi luka memar dan beberapa ada yang mengalirkan darah.

"JANGAN KABUR KAU! KAU HARUS MENERIMA HUKUMAN DARI KAMI ATAS PERBUATAN MU LIMA TAHUN LALU" suara lain kembali etrdengar, beberapa batu yang di lempar oleh rang-orang di belakangnya mengenai punggungnya dengan keras membuat tubuhnya sedikit kehilangan keseimbangan.

"GARA-GARA KAU AKU KEHILANGAN IBUKU." Suara seseorang yang cukup muda meneriakinya.

"KEMBALIKAN AYAHKU!"

"KEMBALIKAN SUAMIKU!"

"LENYAP SAJA KAU MONSTER!"

Teriakan amarah, cacian penuh penghiaan, kata-kata kasar penuh denam. Ia sudah sering mendapatkannya. Berbeda dengan kakaknya yang selalu medapatkan perlindungan dari sang ayah. Ia tak pernah sedikitpun mendapat bantuan. Bahkan tak tanggung-tanggung. Diantara kerumunan orang-orang yang mengejarnya juga tampak beberapa ninjanyang turut serta.

Langkah dari kaki mungilnya tak memberi pertolongan banyak padanya. Para pengejarnya semakin dekat, sedangkan tubuhnya sudah mulai leleah. Salahkan tubuhnya yang lemah, salahkan tubuhnya yang tak memiliki aliran cakra yang normal. Kalau saja ia tidak lemah dan memiliki kekuatan tentu ia sudah berhasil kabur atau bahkan melawan balik. Namun bila ia melawan ia hanya semakin memebuat drinya dibenci.

Terus berlari sekuat tenaga Naruto tak sadar bahwa telah memasuki wilayah pemukiman yang sepi dan berada di ujung gang yang buntu. Ia panic. Tak ada jalan keluar dan pengejarnya kini ada dihadapannya. Takkan ada yang menolongnya.

"HAHAHA SEKARANG KAU AKAN MATI MONTER."

Tawa penuh akan rasa bangga akan sebuah tindak kejahatan itu berkumandang. Membuat tubuh ringkih Naruto bergetar ketakutan.

"BUNUH DIA."

Ia berdoa pada tuhan untuk di berikan kesempatan untuk hidup, emmohon sebuah pertoongan namun sepertinya itu mustahil.

"ENYAHKAN DIA DARI DESA KITA."

Desa ini juga desanya kan? Ia terlahir di desa ini. Ayahnya adalah pemimpin desa ini.

"PEMBAWA SIAL."

Dia bukanlah pembaw sial. Tapi kenapa orang-orang itu masih saja mengatakan hal itu? bukan dia yang menyebabkan penyerangan monster lima tahun lalu. Bukan dia.

"PEMBUNUH."

Dia bukan pembunuh. Bahkan saat itu dia belumlah mengenal dunia. Dia baru saja terlahir dari Rahim hangat milik ibunya saat itu. ia bahkan belum tau bagaimana rasanya di peluk hangat kedua orang tuanya.

"MONSTER!."

Dia bukan moster. Bukan dia yang menyebabkan kehancuran itu. tapi kenapa semua menyalahkannya? Kenapa bukan kakakya? Kenepa hanya dia? Kenapa?

Pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Tubuhnya di angkat tinggi lalu di benturkan ke tanah, darah mengalir dari setiap lukanya, pandangannya mulai memburam dan kepalanya mulai pusing. Ia tak dapat mendengar apapun, ia hanya melihat gambaran blur dari penglihatannya. Ia hanya melihat seseorang mendekatinya dengan sesuatu yang menyala merah dan tak lama ia merasakan panas membakar tubuhnya.

Orang-orang desa membakarnya hidup-hidup.

.

Perlahan membuka mata, yang Naruto lihat hanyalah kegelapan, namun tak berlangsung lama kegelapan itu mulai menipis memperlihatkan pemandangan yang ada dihadapannya. Sebuah ruangan besar dengan air yang menggenanng sebatas mata kaki. Di hadapannya tampak jejeran pilar-pilar besar membentuk penjara dengan kegelapan di dalamnya.

Perlahan ia mendekati penjara raksasa itu. tubuhnya bergetar lemah dengan rasa sakit yang menjalar. Darah menetes perlaha dari ujung tubuhnya dan memar menghiasi warna kulianya yang seharusnya berwarna kecoklatan. Langkahnya terhenti saat merasa ia melihat sebuah pergerakan didalam penjara besar nan gelap itu. tubuhnya tegang namun tidak takut.

Tak berselang lama apa yang ada di balik jeruji besi itu mulai terlihat. Sebuah gumpalan bulu yang bergerak-gerak lembut dan pelan. Membuatnya semakin tertarik untuk mendekat. "Bola bulu?" ucapnya polos dengan mata berbinar semakin mendekat memasuki penjara itu.

'APA MAKSUMU DENGAN BOLA BULU, BOCAH!?' suara berat penuh geraman ia dengar dari arah yang dikiranya bola bulu itu, bergerak-gerak, membuatnya menghentikan langkahnya sejenak mengamati lebih teliti benda raksasa di depannya.

'Bisa bicala!' serunya kegirangan kini berlari mendekati benda itu, tak memperdulikan tubuhnya yang menjerit sakit.

'TENTU SAJA BISA! DAN AKU BUKAN BOLA BULU, BOCAH! AKU KYUUBI!' seru bahluk itu lagi menunjukkan wujud besarnya. Seekor rubah orange dengan sembilan ekornya yang melambai-lambai lembut. Mata merah dengan pupil verticalnya memandang Naruto nyalang dengan seringai tajam memperlihatkan deretan giginya yang tajam.

'Lubah! Ekolnya banyak!' seruan itu terdengar lagi bersamaan dengan Naruto yang mendekat dan memeluk kaki depan si rubah yang mengaku Kyuubi itu. tak memeperdulikan perkatan dan tatapan tajam sang rubah besar.

'HEH! BOCAH SEPERTIMU TAK TAKUT PADA KU?' pertanyaan itu terucap dari mulut si rubah bersamaan dengan tangan-kaki depan- nya yang mengankat Naruto lalu meletakkannya di moncongnya yang besar.

'Takut?' bertanya dengan pancaran mata polos memandang salah satu mata merah si rubah yang ada di hadapannya. "Tidak! Kau lembut!" serunya lagi memeluk moncong si rubah erat. 'Hangat~' lirihnya sambil memejamkan mata.

'AKU MONSTER YANG MENYEBABKAN KAU MENDERITA KAU TAHU!? AKU BISA SAJA MENYAKITIMU.' Ucap mahluk itu memandang Naruto yang ada didepan matanya.

'Hm~ Tapi Nalu cuka. Buluna hangat. Lembut. Nyaman.' Ucap Naruto tak perduli, malah semakin menyamankan tubuhnya berbaring di moncong Kyuubi.

'BAGAIMANA BILA AKU MEMAKANMU SEKARANG?!' Ancam Kyuubi lagi sambil menggelengkan kepalanya pelan.

'Tak takut. Nalu kan kuat. Hehe.' Bukannya terusik Naruto malah senang saat merasakan aliran angin yang berhembus disekitar tubuhnya.

'HEH! TUBUH DENGAN PENUH LUKA ITU KAU BILANG KUAT. KAU YANG SAMPAI BISA ADA DI SINI ITU MENUJUKKAN KALAU KAU ITU LEMAH!' geram Kyuubi dengan dengusan kasar.

'…' tak ada jawaban cadel yang membalas ucapan dari Kyuubi, namun ia bisa merasakan tubuh mungil yang ada moncongnya itu bergetar pelan diiringi dengan isakan tangis. "Hiks..hiks.."

'HEH! CENGENG!' ejek Kyuubi, merasa senang akhirnya bisa membuat bocah yang ada di moncongnya ketakutan. Namun tampaknya dia salah.

'Hueeeeee~ hikss… hikss.. hueee~ ' tangisan kencang terdengar membuat telinga si rubah cukup berdung apalagi bocah yang ada di moncongnya bukannya bergetar ketakutan malah semakin memeluknya semakin erat.

'huueee~ Cyuubi tak cuka cama Nalu~ hueeee~'tangisan itu semakin kencang membuat Kyuubi gerah sendiri mendengarnya.

'KENAPA KAU MENANGIS BOCAH!? BERHENTI MENANGIS!' ujar Kyuubi merasa tergangggu dengan suara cempreng tangisan Naruto.

'Cyuu gak cuka Nalu, hiks, Nalu gak punya teman. Cyuu gak mau temenan cama Nalu hueee~' tangis itu makin kencang, Kyuubi hanya bisa menghela nafas pelan melihat kadaan bocah di moncongnya itu.

Dengan pelan dia mengangkat tubuh Naruto lalu meletakkannya di telapak kaki kirinnya. Di husap kepala bersurai pirang jabrik namun lembut itu dengan jari tangan kanannya, perlahan tak ingin melukai si pirang kecil.

'SUDAH JANGAN MENANGIS. AKU HANYA BERBOHONG. KAU TIDAK CENGENG. KAU KUAT DAN AKU MAU MENJADI TEMANMU.' Ucap Kyuubi menghapus titik kecil air mata yang mengalir di pipi Naruto perlahan dengan ujung kukunya.

'Cungguh? Cyuu mau belteman cama Nalu?' pertanyaa itu terucap dari bibir mungil yang kini telah berhenti bergetar itu. matanya berbinar penuh harap membuat Kyuubi harus menahan nafasnya sejenak menguasai diri dari tatapan penuh pesona bocah didepannya.

'IYA BOCAH. JANGAN MEMBUAT AKU MENGULANG PERKATAANKU.' Ucap Kyuubi lagi kini menggelitiki perut Naruto dengan pelan.

'hehehhahaha hen-hetikan Cyuu. Hahaha. Ne Cyuu pel-kenalkan nama Nalu Naluto Ujumaki. Nama Cyuu cyapa?' dengan pandangan berbinar dan kepala yang di miringkan Naruto bertanya. Tampak sangat imut di mata Kyuubi.

'AKU SUDAH TAHU NAMAMU BOCAH! KAU BISA MEMANGGILKU KYUUBI ATAU KURAMA.' Kata Kyuubi yang kini lagi-lagi memindahkan Naruto ke moncongnya.

'Cyuubi Kulama? Kula-Kulama-nii!?' seru Naruto senang. Akhirnya ia kini mendapatkan seorang teman yang akan selalu menemaninya bermain.

'HEH! TERSERAH KAU BOCAH.'

'Yeyy! Kulama-nii. Nalu punya teman~ Nalu punya teman.' Senandung kekanakan itu mengalun lembut memenuhi ruangan yang besar itu. namun harus terhenti karena Naruto meringis merasakan sakit di tubuhnya 'Cakit~ hiks'

'JANGAN MENANGIS. AKAN KU SEMBUHKAN LUKAMU. SEKARANG KAU PULANGLAH.'

'Kulama-nii akan belmain dengan Nalu nanti?' tanya Naruto dengan pandangan mata yang memelas, seperti seekor kucing kehujanan yang minta di pungut.

'YA. SUATU SAAT NANTI.' Dan perlahan cakra merah yang keluar perlahan dari permukaan moncong Kyuubi mulai menyelimuti tubuh Naruto. Memeberi kehangatan dan perasaan nyaman membuat Naruto tertidur lelap dengan tenangnya, semetara di kenyataan sana luka-luka dalam tubuh Naruto berangsur-angsur pulih.

Flashback off

.

Sejak saat itu Naruto tahu bahwa didalam tubuhnya terdapat seekor rubah, ia tak perduli apa kata orang-orang menegnai rubah itu. baginya rubah itu adalah bola bulu yang lembut dan hangat. Teman pertama yang ia miliki.

.

TBC