Balon merah yang terikat manis di leherku mulai terbang.
Tanpa sadar, diriku juga ikut terbang bersamanya.
Itu tidak berbahaya sebab tidak berangin.
Dan besok? langit cerah akan berayun menerpa diriku.
Lihatlah kemari.
Di sebuah kota penghujan, para iblis berbisik,
Ranbara Ranbara Ranbara...
Ranbara
Kuroko no Basuke (c) Tadotoshi Fujimaki
*Song: in a rainy town, balloons dance with devils (c) Hatsune Miku
Pairing: Akashi x Kuroko
Warning: Mpreg!,alur tidak sesuai,typo dll
Rated: T+
Don't like don't read
"Terima kasih atas kedatangannya!" ucap pria paruh baya—yang merupakan penjaga toko buku tersebut—dengan senyum tersungging di parasnya.
Pemuda bermahkota babyblue itu melangkahkan kakinya pada persimpangan jalan Tokyo setelah membeli buku. Syal biru muda tampak melingkar manis di lehernya guna mencegah udara dingin yang menusuk. Iris babybluenya fokus pada deretan-deretan kanji yang tertera di sana, menghiraukan ribuan mata yang menatap dirinya. Mungkin bagi sebagian orang, pemuda ini termasuk katagori 'manis'. Tidak hanya manis, pemuda ini juga mungil, sehingga siapapun bisa salah sangka menilai tentang gendernya.
Namanya Kuroko Tetsuya. Pemuda yang saat ini berusia 22 tahun dan tengah menjalani masa kuliahnya. Pemuda ini juga selalu ditatap kagum oleh sebagian orang karena wajahnya yang manis. Tidak, bukannya ia bersikap sombong atau apa, hanya saja ia memang tidak peduli pada perhatian. Ia tidak butuh perhatian dari siapapun. Hanya keluarganya saja itu sudah cukup.
Ia memang dingin—dan tertutup. Jarang sekali ia berbicara pada teman sekolahnya. Salah satu faktornya adalah hawa keberadaannya yang tipis atau moodnya yang tidak mau.
"..."
Masih fokus pada bukunya, Kuroko kembali berjalan menuju gang rumahnya. Samar-samar dirinya mendengar suara aneh. Jam menunjukan pukul 19:30, tetapi pemuda manis ini baru pulang. Mungkin ketika sampai di rumah, dirinya akan mendapatkan hadiah berupa omelan dari Ibunya. Ah, ia tidak peduli lagi. Setelah sampai di rumah, ia akan ganti baju dan langsung tidur. Ia akan melewatkan sesi 'dimarahi oleh Ibu'.
Malas memikirkan masa depannya yang suram, ia menutup bukunya dan berjalan lebih cepat. Saat melewati lapangan basket, dirinya mendengar suara aneh. Walau samar, suara itu masih bisa terdengar jelas. Penasaran, ia berjalan mengikuti suara itu.
TESS
"Eh?"
Satu tetesan yang berasal dari langit itu membasahi kelopak mata Kuroko. Ah, hujan rupanya. Sepertinya ia harus mengurung rasa penasarannya karena hujan yang menyebalkan ini. Mau tidak mau, pemuda babyblue ini harus berbalik untuk pulang. Saat hendak berbalik, ia merasakan sesuatu tengah memeluknya erat. Erat sekali hingga ia merasakan lehernya tercekik.
"Khhh.." ringis Kuroko pelan. Manik babybluenya berusaha melihat ke belakang—seseorang yang memeluknya.
Namun nyatanya, tidak ada siapapun di sana.
Iris babyblue itu mengerjap pelan, "Lho? aku merasa tadi ada yang memelukku.."
PRAAAANG!
Tiba-tiba terdengar suara pecahan yang membuat Kuroko tersentak kaget. Suara itu sangat keras, lebih tepatnya sangat dekat dengan dirinya—seakan-akan suara itu hanya berjalan 5 cm darinya. Tanpa pikir panjang, pemuda babyblue itu mencoba mengintip apa yang terjadi.
"Apa yang ter—"
Dan waktu dunia seakan terhenti untuknya.
.
.
.
Ranbara Ranbara Ranbara
Mencari apa yang telah mereka hilangkan
.
.
.
Seandainya aku tak pernah medengar suara itu,
Seandainya aku langsung pulang ke rumahku,
Seandainya aku tidak mengintip apa yang terjadi di sana,
Aku tak akan pernah mendapat tragedi semacam ini.
Siapapun...
Bunuh aku.
.
.
.
"Bayi di kandunganmu sepertinya semakin berkembang ya, Tetsuya."
DEG
Pemuda yang tengah 'mengandung' itu tersentak saat pemuda bersurai crimson dengan iris heterochromenya berjalan kearahnya. Iris babyblue itu membulat ketika merasakan tangan dingin mengelus wajahnya yang pucat. Sungguh, itu sangat membuatnya takut. Setiap sentuhan yang diberikan oleh pemuda di hadapannya, selalu membuatnya takut. Seluruh tubuhnya seakan terbeku karena auranya yang mencekam.
"Kau sepertinya putus asa sekali... Aku akan menikahimu, Tetsuya." Pemuda crimson itu berbisik pelan pada telinga Kuroko, "Walaupun terpaksa."
DEG
"Maaf aku memang licik—berhubungan intim denganmu hingga kau hamil. Aku minta maaf bila kau membenciku karena perbuatanku yang rendah, tapi sayangnya semua sudah terlambat." kata pemuda crimson itu dengan seringainya. Tak ada rasa bersalah yang terukir di parasnya. Hanya tatapan remeh dan aura menyeramkan yang ada dalam dirinya.
Bibir mungil itu bergetar takut, "A-Aku..."
"Tak apa. Aku tahu apa yang kau inginkan. Kalau begitu, aku pergi dulu." Pemuda crimson itu memberi kecupan singkat pada bibir si babyblue sebagai salam perpisahan. Setelahnya, pemuda itu lenyap dibalik bilik pintu bercat putih dengan nuansa eropa tersebut.
Pemuda yang telah mendapat ciuman itu hanya terdiam. Tak ada perasaan bahagia yang hadir dalam hatinya. Ia tidak bahagia meskipun ia dicium, Ia tidak bahagia meskipun ia dicintai, Ia sama sekali tidak bahagia. Iris sewarna langit musim panas itu menutup, memutar kembali memori kejadian yang telah lampau. Tak sadar, tetesan air keluar begitu saja dari kelopak matanya. Awalnya hanya sedikit, namun seiring mengingat perlakuan 'orang itu' terhadap dirinya, membuatnya harus terus mengeluarkan air mata.
Ia tidak cengeng seperti perempuan. Hanya saja, cara menangis lah yang membuat dirinya bisa melampiaskan segala kemarahan atas dunia fana ini.
"Sa-kit...Sakit..." Isaknya dengan lirih. Ia menyentuh perutnya yang tiap bulannya kian membesar. Terus membesar dan terasa sakit—seakan-akan perut ini seperti balon yang akan meledak. Di dalam perutnya, ia merasakan sesuatu menendang dirinya. Seseorang yang tinggal dalam perutnya terus menendang seolah ingin keluar. Disamping itu, Kuroko merasa bahwa 'bayi' dalam kandungannya ingin cepat membunuh dirinya.
Dengan cara menendangnya sampai Kuroko kesakitan dan akhirnya mati.
Konyol? entahlah.
Ia tidak akan mengalami kejadian ini.
Ia tidak akan dicap serendah ini.
Seandainya waktu bisa terulang kembali, ia akan mengulang waktu hingga ia masih balita.
Ia ingin lari dari takdir mengerikan ini. Melupakan segala ingatan yang ia tahu dari dunia ini adalah cara terbaik. Ia ingin lari dan menghilang. Kemana saja boleh asal ia tidak pernah bertemu dengan pemuda crimson dengan iris heterochrome nya itu.
Akashi Seijuro.
Siapapun.. tolonglah ia yang seperti tikus terperangkap.
.
Flashback: ON
PRAAAANG!
Tiba-tiba terdengar suara pecahan yang membuat Kuroko tersentak kaget. Suara itu sangat keras, lebih tepatnya sangat dekat dengan dirinya—seakan-akan suara itu hanya berjalan 5 cm darinya. Tanpa pikir panjang, pemuda babyblue itu mencoba mengintip apa yang terjadi.
"Apa yang ter—"
Dan waktu dunia seakan terhenti untuknya.
Iris babybluenya membulat melihat keadaan di depan mata. Keadaan yang sangat tidak berperikemanusiaan dan tidak normal. Warna merah tersebar dimana-mana, hingga membuat pemuda manis ini tak sanggup melihatnya. Apalagi ketika ia mendapati tubuh seorang pemuda bersurai coklat yang kepalanya terlepas dari badannya. Sekilas, Kuroko melihat tangan mayat itu seperti diplintir hingga arah tangan itu tidak normal.
Entah mengapa, mayat tanpa kepala itu mirip sekali dengan teman basketnya dulu saat SMP.
"HUAAAAAAAAAAAAAAA!"
Dan Kuroko tak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak. Setelah melihat semua tragedi itu, dirinya langsung jatuh terduduk. Ia menatap pada jalan abu-abu yang menjadi saksi buta dirinya. Keringat dingin tak ada hentinya mengalir. Sekarang ia seperti orang stress yang mendekati batas gila. Oke, ia memang stress tetapi ia tidak merasa gila. Yang gila adalah pemuda di hadapannya yang dengan santainya memlintir tangan anak kecil sampai patah.
"Hei kau, aku tidak ingat bahwa aku memperbolehkan orang luar untuk melihat ini."
DEG
Iris babyblue yang ketakutan itu memberanikan diri menatap pemuda dihadapannya. Surai crimson yang sewarna dengan sebelah matanya, sepertinya ia mengenal pemuda ini. Surai crimson dan iris heterochrome, bukankah dia Akashi Seijuro? seseorang yang namanya selalu tersohor di hadapan masyarakat sekaligus Kiseki no Sedai.
Kenapa... Kenapa dia bisa berada di sini?
Terlebih.. kenapa dia...
membunuh manusia?
"A-Akashi-kun..." ucapnya.
Seringai yang bermandikan darah itu tersungging, "Tetsuya? kenapa kau bisa berada di sini?"
Pemuda babyblue itu menghiraukan pertanyaan yang seharusnya ia jawab. Dirinya masih terpaku pada tragedi yang ia lihat. Ia... sangat ketakutan.
"Seperti yang kau lihat, aku membunuh Kouki. Kau tahu kan? dia teman basketmu waktu kau di Seirin. Mungkin ini terakhir kali kau melihatnya." kata pemuda bersurai merah—Akashi Seijuro—dengan entengnya.
"Akashi-kun apa yang sudah..." bibir mungil itu bergetar, "K-kau pemain basket kan? tapi kenapa kau...kh.."
Iris babyblue itu menatap tajam —lebih tepatnya marah, "Apa kau tidak takut bila perbuatanmu ini ketahuan publik?!"
Seringai itu semakin melebar, "Membunuh? aku tidak peduli. Sekalipun kau saksi mata yang melihat bahwa aku membunuh Kouki, aku tidak takut. Laporkan saja pada polisi, atau pengadilan hukum kalau perlu." katanya santai.
Kuroko semakin terkejut atas jawaban yang dilontarkan begitu saja oleh Akashi. Apa Pemuda ini gila?
"Akashi-kun... K..kau.. Kau gila!" bentak Kuroko sambil menangis. Ia tak sanggup lagi menahan air mata yang siap keluar kapan saja. Dengan cepat, ia berlari meninggalkan tempat mengerikan itu—seharusnya ia bisa, kalau saja sebuah tangan tidak mencengahnya.
GREP
"?!"
"Kau harus bertanggung jawab, Tetsuya." kata Akashi tajam sambil menggengam tangan Kuroko erat, "Kau harus menggantikan posisi Kouki saat ini."
"Apa maksudmu A—hngggh!"
.
.
.
Dan aku benar-benar tidak mengerti maksud ucapan itu.
Setelah itu ia membawaku masuk secara paksa
Ia membantingku ke kasur
Ia melepas seluruh kancing bajuku
Dan setelahnya, aku tidak tahu
Aku tidak mengerti,
dari sekian banyak manusia di dunia ini, Mengapa harus aku yang menerima takdir ini?
Tak bisakah yang lain?
.
.
.
Malam itu, adalah malam terburuk bagiku.
Malam yang membuatku ingin bunuh diri saat itu juga
Aku.. benar-benar tidak mengerti
Dunia ini... sangat keji.
Malam itu, aku dipaksa berhubungan intim dengan pemuda yang bernama Akashi Seijuro.
Baik, kalian bisa mengambil kesimpulan,
Kuroko Tetsuya diperkosa oleh Akashi Seijuro
Sekarang, akulah manusia terendah di dunia ini.
.
.
.
Bayi apa yang kukandung dalam perutku?
Bayi ini bayi apa?
Bayi Aku dan Akashi-kun?
Menggelikan...
.
.
.
Ranbara Ranbara Ranbara
.
"Kau sudah bangun, Tetsuya?" sebuah suara memasuki indra pendengaran Kuroko.
Dengan enggan, pemuda yang tengah 'mengandung' itu bangkit dari kasurnya dan menatap pemuda heterochrome dihadapannya. Apa baru saja ia tertidur? sudah berapa lama Kuroko tertidur? mungkin ia tertidur selama Akashi pergi. Sial, tidak ada yang membangunkannya. Dengan enggan, ia menyapa Akashi dengan senyum paksa. Tiba-tiba, Ia merasakan sebuah lidah menghapus sisa-sisa air matanya yang tadi mengalir. Oh, Akashi menjilat Kuroko.
"Kau seperti anjing, Akashi-kun." kata Kuroko mencoba menghentikan Akashi yang terus menjilat pipinya yang basah karena air mata, "Hentikan."
Akashi menghentikan kegiatannya, "Aku memang anjing. Tapi aku tidak serendah dirimu."
Hei, memangnya siapa yang membuat Kuroko begini?
"Bayi ini akan lahir dalam keadaan normal kan, Tetsuya? Aku tak ingin bayi ini cacat seperti sebelumnya..."
DEG
"S-Sebelumnya?" tanya Kuroko kaku dengan iris babyblue yang membulat kaget.
Apa maksud dari kata 'Sebelumnya'? apa itu berarti Akashi pernah...
Akashi tersenyum tipis, "Benar seperti pikiranmu, Tetsuya. Aku pernah berhubungan dengan Kouki hingga ia hamil. Saat melahirkan, dikabarkan bayi yang dikandung Kouki itu cacat. Karena aku tidak suka memiliki keturunan cacat, aku memutuskan hubunganku dengan Kouki. Tetapi Kouki menolak dan bersikeras tetap ingin menjadi kekasihku. Karena aku kesal, aku membunuhnya termasuk bayinya. Aku memelintir tangannya hingga patah dan memotong kepalanya."
Kuroko menutup mulutnya. Ia merasakan sesuatu bisa keluar kapan saja dari mulutnya. Ia bisa muntah bila terlalu lama mendengar cerita Akashi.
"Dan sekarang.. bila Tetsuya sama seperti Kouki—melahirkan bayi yang cacat, aku akan membunuhmu." ancam Akashi sambil tersenyum kearah Kuroko. Senyuman itu hanya senyum biasa, namun Kuroko bisa mengartikan itu senyuman kematian.
Bila ia melahirkan bayi yang cacat, ia akan bernasib sama dengan Furihata Kouki.
Ia akan dibunuh secara sadis.
"Aku menantikan kelahiran bayimu, Tetsuya. Aku harus pergi lagi, 3 jam lagi aku akan kembali." kata Akashi sebelum dirinya lenyap dibalik bilik pintu, "Selamat tinggal~"
Sekilas Kuroko mendengar sebuah tawa dari pemuda itu. Tawa itu mengejeknya.
"Bayi...? Cacat? siapa yang peduli...?" tanya Kuroko entah pada siapa. Tampaknya ia berkomunikasi sendiri pada anak dalam kandungannya.
"Cepatlah mati, sayang.." kata Kuroko diiringi tetesan air mata lagi.
.
.
.
Mereka tidak menyadarinya
Suara seperti bernafas, namun bernafas seperti mati
Rohjira Rohjira Rohjira
.
.
.
TBC
Halooo! Rikka kembali dengan fic baru niiiiih~ kali ini genrenya horror hehehe tapi tetep Akakuro dungs. :DD
Ide ini saya ambil dari lagu in a rainy town, balloons dance with devils yang dinyanyikan oleh Hatsune Miku. Lagunya enak didenger. Ada dua versi dari lagu itu.
Terus percaya atau enggak, picture FF ini Rikka yang gambar X""D maaf ya kalau aneh- /dilemparbatu
Besok imlek yeaay! Rikka akan dapet gaji dari keluargaa~! /angpaomaksudnya.
Maaf udah jarang nongol, akhir-akhir ini Rikka sering sakit. Ini aja baru sembuh dari radang sama panas :"(
Ya semoga fic ini bisa membuat kalian memaafkan Rikka :"( maaf ya kalau kurang memuaskan.
Minta reviewnya boleh? XDD Arigatooou~