A/N: HongWan adalah pair Asia kesukaan saya di Hetalia~. Mereka bisa disebut crack-pair karena, di Hetalia edisi Valentine, Himaruya memberi hints canon untuk Japan-Taiwan berupa Taiwan memberi cokelat untuk Japan, juga eratnya history di antara kedua negara.

Disclaimer: Hetalia © Hidekazu Himaruya. Can't Help Falling in Love (mandarin version) © F4. Cover bukan milikku. no material profit gained.

Warning: AU, OOC (?). Short. Human name, not personification. 1st PoV Taiwan.

Pairing: Hong Kong – Taiwan/ Wang Leon – Xiao Mei.


.

Hal yang Sama

~karena menyukai hal yang sama tidaklah buruk~

.


Kita tiba di sebuah restoran indah dengan ornamen lampion merah dan juga ukiran naga di furnitur-furniturnya. Sekitar seminggu setelah perayaan Cap Go Meh, kita kembali mengunjunginya.

Kali ini kembali di sudut yang sama, kala aku dan dirimu mengunjungi restoran langganan kita, entah untuk yang keberapa kalinya. Aku masih ingat betul, kau yang pertama kali mengajakku untuk makan di sini—yang kemudian, harus kuakui bahwa seleramu tidak buruk. Kita pun selalu memilih tempat yang sama—meja nomor limabelas—dimana kita tetap dapat diterangi sinar rembulan dan dapat dengan bebas menatap bintang yang bergantungan di langit malam, juga sebuah lokasi dimana kita bisa melihat pemandangan kolam teratai dengan lilin-lilin yang terapung.

Malam ini juga demikian.

Pelayan datang membawakan buku menu, begitu kita duduk di meja nomor limabelas. Ia menyerahkan satunya padaku, sementara yang lain diberikannya padamu. Aku sempat tersenyum kecil ketika melihatmu seolah membaca semua deret huruf pinyin di tiap lembaran menunya dan ketika melihatmu membolak-balik halaman demi halaman. Padahal kau selalu memesan menu yang sama jika datang kemari.

"Aku akan memesan pokchoy rebus, jiaozi, dan ma yi shang shu. Kalau Mei?"

Dugaanku benar, kau memang tipe yang setia dengan menu-menu itu. Lalu, kutautkan sedikit alisku, berpikir untuk menentukan menu apa yang sebaiknya kupilih kali ini.

"Kurasa aku pilih tahu ma po dan daging sapi giling dengan bawang bombay saja."

Pelayan lantas mencatat pesanan ketika kita telah menentukan menu. Perlu menunggu sekitar duapuluh menit untuk semuanya tersaji di hadapan kita nanti. Kau tahu? Aku selalu menyukai saat-saat menunggu datangnya pesanan kita, karena saat seperti ini kita dapat begitu saja duduk berhadapan dan berbincang dari A sampai Z, meski kebanyakan hanya kautanggapi singkat atau sekedar gumaman pendek. Tapi, aku tidak pernah bosan—

—sebab, aku tahu mata cokelatmu tak pernah lepas saat mendengarkanku berbicara.

Hingga akhirnya, menu-menu yang kita pesan pun datang. Obrolanku terhenti sejenak dan kita meraih sumpit masing-masing untuk selanjutnya menyantap hidangan-hidangan yang telah tersaji. Aku melihatmu meraih mangkuk pokchoy rebus (sudah kuduga kau akan memakannya terlebih dulu), kau menghabiskannya dalam lima menit pertama. Yang kedua kausantap adalah ma yi shang shu, dapat kulihat daging-daging cincang yang melekat pada mie yang kautarik, sebelum akhirnya kau memasukkannya ke dalam mulut.

Aku baru saja selesai menghabiskan hidangan daging sapi gilingku dan masih menyisakan sajian tahu ma po, ketika kau sudah menyentuh jiaozi sebagai makanan penutup. Tapi, kau kemudian menatapku lekat-lekat—kusadari itu ketika aku tak sengaja bertemu pandang denganmu.

Kau tidak berkata apa-apa ketika kulihat tangan kananmu meraih sebuah tisu dan mulai mendekat padaku. Dan aku hanya mampu pasrah saat kau dengan lembut mengelap sudut bibirku.

"Ada noda di sudut bibirmu, Mei," kau berkata dengan wajah datar andalanmu. Padahal, aku mati-matian mengendalikan diriku sendiri agar rona merah tipis di wajahku tidak terlalu terlihat olehmu.

"Terima kasih, Leon."

"Okay."

Dan ketika semuanya habis, aku mengeluarkan beberapa lembar mata uang dari dalam dompetku—berharap kau tidak akan melakukan hal yang sama kali ini—namun, lagi-lagi aku salah. Kau selalu melakukan hal yang sama: menahan tanganku, mengeluarkan beberapa lembar dolar Hong Kong dan menyerahkannya pada pelayan, kemudian kau mengajakku pergi begitu saja tanpa pernah menunggu uang kembalian.


Aku ingat betul saat beberapa bulan lalu kita bertemu, waktu itu aku adalah pembeli di salah satu distro milikmu. Semula, aku terkejut karena ternyata pemilik brand distro kenamaan yang memiliki banyak cabang itu adalah seorang pemuda yang masih berusia delapanbelas tahun—lebih tua setahun dariku. Kau pun memperkenalkan dirimu lengkap dengan ketiga namamu.

Kau adalah Wang Jia Long, putra dari Wang Yao—yang memiliki beberapa pusat bisnis di distrik ini. Ibumu adalah seorang wanita asal Kanton, sebuah daerah yang terletak di bagian selatan Cina Daratan, dan ia memberimu nama dalam bahasa daerahnya: Wang Kha Loung. Dulu, ketika keadaan ekonomi keluargamu belum sebaik saat ini, kau pernah diasuh oleh seorang pria asal Inggris. Mr. Arthur—yang merupakan ayah asuhmu—memberimu nama Wang Leon atau Leon Wang dalam urutan penamaan barat. Sehingga membuatku sempat bingung memanggilmu dengan nama yang mana. Lalu, kau pun berkata, "Just call me Leon. Because, Mr. Arthur said that name suits me best."

Dan aku memanggilmu Leon semenjak saat itu. Meski, kau sebenarnya tak keberatan jika dipanggil dengan nama oriental-mu.

Sesungguhnya, kau adalah pemuda belia yang sulit untuk kutebak. Awalnya kukira kau adalah pemuda datar yang selalu tanpa ekspresi, namun anggapan itu keliru ketika suatu hari kau menunjukkan padaku foto-fotomu bersama ayah kandungmu—Yao dan ayah asuhmu—Arthur dimana kau terlihat sangat ekspresif. Pun kali ini, ketika tengah menunggu datangnya line subway yang mengantar kita pulang dari makan malam di restoran tadi, lagi-lagi aku tidak mengerti dirimu.

Kupikir kau adalah pemuda yang selalu up to date dengan perkembangan musik barat, selayaknya pemuda lain. Akan tetapi, alih-alih demikian aku kerap meilhatmu memutar lagu F4 dari iPod milikmu.

"Mau ikut mendengarkan?" tawarmu.

Aku mengangguk dan kau memberikan sebelah earphone-mu padaku. Dapat kudengar lagi, salah satu lagu dari boyband asal negaraku yang pernah populer beberapa tahun lalu itu. Taiwan dan Hong Kong berdekatan, tak heran jika F4 menjadi terkenal juga di sini.

... hao yin chi, neng he ni yi chi, coz I can't help falling in love with you...

Dan lagu itu berhenti di menit keempat, tak lama berselang sebelum iPod milikmu mati sendiri karena kehabisan daya.

"Ah ... aku tidak sadar baterainya hampir habis, Mei. Tuemci."

"Tak apa."

Bibirku mengurva ke atas, tak kusangka dirimu yang biasa teratur ternyata terkadang bisa ceroboh juga. Lalu, ketika aku mengembalikan sebelah earphone-mu, entah mengapa aku tiba-tiba ingin mengetahui sesuatu.

"Boleh aku menanyakan suatu hal?"

Kau mengangguk pelan.

Kemudian aku bertanya, bukannya aku bosan atau bagaimana. Tidak sama sekali, Leon. Aku selalu menikmati tiap detik bersamamu, dalam tiap hal yang kaubagi denganku. Aku hanya penasaran mengapa kau selalu menyukai hal yang sama: restoran itu, meja itu, menu itu, bahkan lagu itu—sebab, kupikir kau bukanlah tipe pemuda konservatif. Kau lantas memasukkan tanganmu ke dalam saku jumper-mu ketika kau menatapku dan menjawab pertanyaanku.

"Sederhana, Mei—" jawabmu terhenti sejenak.

Selanjutnya, aku tidak pernah menyangka bahwa jawaban darimu rupanya mampu membuat jantungku seketika berdegup.

"—karena, aku pun menyukai gadis yang sama. Dirimu."

.

.

.

[end]


Catatan:

[1] Jiaozi adalah dumpling atau sejenis siomay yang terbuat dari campuran tepung terigu, tepung kanji, dan diisi banyak daging. Ma yi shang shu adalah semacam sajian mie yang artinya 'semut memanjat pohon', karena potongan daging cincang akan melekat pada mie yang ketika ditarik dengan sumpir menyerupai semut yang sedang memanjat. Tahu ma po, berupa olahan tahu lembut yang digoreng bersama lada bubuk dan cabai merah. Biasa disajikan dengan daging sapi giling dan bawang bombay.

[2] Negara Hong Kong meski terbilang muda, merupakan salah satu pusat bisnis dan real estate di Asia, atas dasar itulah kenapa Wang Leon berduit untuk ukuran pemuda belia sepertinya. Dan ya, dia suka fashion dan pandai berbisnis :3.

[3] Menurut hetalia kitawiki, personifikasi HongKong memang memiliki tiga nama, yaitu nama Mandarin, nama dalam bahasa Kanton, dan juga nama versi Inggris. Dan ia memang menguasai tiga bahasa itu. Umumnya, orang-orang Hong Kong memang memiliki lebih dari satu versi nama.

[4] *Tuemci, bahasa Kanton, artinya maaf. Ternyata, teman saya yang berasal dari Cina pun berkata orang 'sana' bisa bahasa Mandarin, bahasa Kanton, juga bahasa Hokkien.

[5] Karakter personifikasi Hong Kong memang seolah datar, tanpa emosi, tanpa ekspresi, tapi sebenarnya dia bisa ekspresif juga dan usil :3. Setelah baca Hetalia vol.4, baru tahu kalau dia bisa senyum manis juga~ XD

.

A/N:

[edited] thanks to my hubby (?) yukeh :*

Ah, saya suka F4 dulu~ lagu favorit saya adalah yang Ask for More sama yang Can't Help Falling in Love XD. Semoga sesuai dengan syarat crack-nya, karena Taiwan di vol.4 hanging out with Japan, memberi Japan cokelat saat Valentine kemarin, juga ikatan sejarah di antara keduanya, menurut saya JapWan memiliki hints canon. Berbeda dengan HongWan yang bahkan dikatakan rare pairing oleh hetalia wikia, fans lah yang kerap memasangkan karena mereka pasangan yang 'anak muda banget' :3.

Terima kasih bersedia membaca, budayakan mereview ya. Sampai jumpa :)