Disclaimer :
Naruto © Masashi-sensei
Warning :
AU, OOC, nonbaku, typo, alur terlalu cepat, etc.
Chapter 1
Aku pernah mengalami hal seperti itu. Di saat kau mempunyai perasaan yang menggebu-gebu terhadap orang lain, tetapi kau tidak mau menerima kenyataan tersebut. Kau berusaha sebisa mungkin untuk menghapus perasaanmu padanya, tetapi semua yang kau lakukan itu sia-sia saja. Perasaan itu tetap tidak mau hilang bahkan tidak luntur sedikitpun. Hal itu membuatmu menyerah dan membiarkan perasaanmu tumbuh bersemi. Seiring berjalannya waktu, kau mau menerima kenyataan bahwa kau harus mencintainya. Kau pun terdorong untuk bisa mendapatkannya. Setelah semua itu kau lalui, apa harapan yang kau inginkan selanjutnya?
.
Haruno Sakura. Dia adalah gadis yang pandai. Dia selalu menduduki peringkat pertama di setiap ujian sekolah. Karena kepandaiannya itu, ia memiliki banyak teman, meskipun ada beberapa yang berteman dengannya hanya untuk memanfaatkan kepandaiannya saja. Tetapi ia juga memiliki teman yang benar-benar menerima kekurangan dan kelebihannya. Selain itu, Sakura adalah gadis yang tegas dan juga—garang. Sehingga kecantikannya terkubur oleh sifatnya yang sama sekali tidak lembut itu. Walaupun begitu, Sakura adalah gadis yang baik, dan dia juga terkadang bisa bersikap lembut.
Jika Sakura selalu menempati peringkat pertama, ada seseorang yang sangat mengganggu baginya. Orang itu selalu berusaha melengserkan Sakura dan mengambil alih kedudukan Sakura. Orang itu adalah—orang yang selalu menempati peringkat kedua. Sakura sangat membenci orang itu.
.
.
.
Aku harus bisa mempertahankan kedudukanku. Aku tidak bisa membiarkannya merebut posisi itu dariku. Jika dia belajar tekun setiap hari, maka aku akan belajar lebih dan lebih tekun setiap saat! Lihat saja kau. Kau tidak akan bisa menjatuhkanku! Tidak akan!
Batin Sakura meluap-luap saat ia melihat orang peringkat kedua yang sering disapa Sasori itu sedang dengan fokusnya membaca buku. Sakura meremas kertas yang ada di mejanya dengan pandangan tajam seolah-olah mengintimidasi.
"K-kau kenapa, Sakura?" Tanya Ino, teman dekat Sakura dengan takut-takut.
"Tidak. Sudah jangan banyak tanya. Aku ingin belajar!" Ujarnya dengan emosi yang begitu besar seolah tidak mau ada orang yang mengganggu belajarnya. Ino yang melihat ekspresi Sakura hanya bergidik lalu pergi meninggalkan kelas. Ia tidak mau terkena sembur dari kata-kata Sakura yang begitu pedas. Walaupun Ino juga sebenarnya adalah gadis yang tegas.
Sakura menatap tajam Sasori yang duduk sedikit jauh di sebelah kirinya dengan ekor matanya seolah memberi deathglare untuk lelaki tersebut.
.
.
.
Keesokan paginya Sakura berangkat pagi-pagi sekali. Di kelas, ia segera mendudukkan diri dan langsung membuka halaman per halaman buku tebalnya yang entah apa saja isinya itu. Tentu saja ia ingin langsung belajar agar Sasori tidak bisa lebih tinggi darinya. Tetapi hal yang sangat tidak diinginkan harus terjadi padanya pagi ini juga. Sungguh malang Sakura.
BRAK
Di tengah-tengah belajarnya, dilihatnya kedua tangan menopang sebuah tubuh diatas meja Sakura. Sakura mendongak dan dilihatnya jelas sosok yang sangat tidak ingin Sakura lihat. "Sasori?! Mau apa kau disini? Mengganggu saja. Enyahlah!" Sakura tidak berteriak kali ini. Ia hanya menegaskan suaranya.
"Aku memang hanya ingin mengganggumu. Berharap aku bisa mendorongmu turun dari posisi pertama," ujar Sasori dingin dengan senyum licik.
Mendengar itu, Sakura tertawa. Lebih tepatnya tertawa mengejek. "Berharap? Kau hanya berani berharap? Sayang sekali, hal itu tidak akan mungkin terjadi. Tidak ada yang bisa menurunkanku dari posisi pertama, termasuk kau, Sasori. Sekuat apapun kau berusaha, setekun apapun kau belajar...semua itu sia-sia kau lakukan. Pada akhirnya yang akan menjadi peringkat satu hanyalah aku, dan aku sampai seterusnya!"
Sasori hanya memicingkan alisnya sebagai tanggapan, "Gadis naif seperti kau...tidak akan bertahan lama menduduki peringkat pertama," Sasori berujar sangat santai sehingga berhasil memancing kemarahan Sakura. — Berhati-hatilah, Sasori.
Sakura yang sudah terlanjur emosi berat, ia mendorong bahu Sasori kuat, "Kalau begitu menjauhlah! Jangan dekat-dekat lagi, karena dari awal kita ini musuh! Pikirkan cara untuk mengalahkanku!" Sakura menggebrak mejanya lalu membuka bukunya dengan kasar. Tanpa mereka berdua sadari, murid lain hanya termangu di ambang pintu kelas dan tidak berani masuk. —Haha, Sakura hontou ni kowai~.
.
.
.
Sudah seminggu kami mengikuti ujian sekolah. Hari ini sudah hari ketiga sejak peringkat ujian diumumkan. Aku masih tidak percaya dan tidak bisa menerimanya. Aku tidak percaya orang itu bisa menjatuhkanku dan merebut posisi yang selama ini kududuki. Saat aku membaca papan pengumuman, tubuhku mendadak membatu. Baru pertama kalinya namaku berada di posisi kedua. Dan yang membuatku lebih tidak terima, si Sasori itulah yang menempati peringkat pertama!
"Aku benar-benar tidak terimaa!" Sakura berteriak dan menggebrak mejanya dengan gusar. Seketika seisi kelas hening. Semua mata tertuju pada Sakura yang sedang—berapi-api.
Disaat hening seperti ini, hanya Ino yang berani angkat bicara, "Sudahlah, Sakura. Mau bagaimanapun juga hasilnya sudah tertera di papan kan? Kau tidak bisa mengelak. Kau sudah berusaha keras. Mungkin saat ini kau memang ditakdirkan untuk merasakan menjadi peringkat dua. Tapi kau juga jangan marah. Itu namanya kau tidak menghargai kerja kerasmu sendiri, kan?"
"Benar-benar sangat buruk mendapat peringkat kedua! Ini juga yang pertama kalinya bagiku, Ino..." Tatapannya mulai sendu dan sudah tidak menunjukkan aura kegusaran lagi.
"Ya, aku tahu. Mungkin usaha Sasori kemarin sedikit lebih besar darimu..." Ujar Ino dengan penekanan pada kata 'sedikit'.
Sakura menghela nafas berat, "Mungkin kau benar, Ino. Mungkin kemarin aku sedikit tidak berkonsentrasi saat belajar atau mungkin aku lengah dalam mengerjakan soal..." Ucap gadis merah muda itu pasrah.
Melihat sahabatnya itu, Ino tersenyum kecil lalu menepuk bahu Sakura, "Untuk selanjutnya belajarlah lebih keras lagi. Untuk ujian yang akan datang, kau pasti dapat merebut kembali posisi itu. Berjuanglah!" Kali ini semangatnya berhasil menyala kembali yang sebelumnya telah padam. Sakura tersenyum lebar atas kata-kata semangat yang terlontar dari bibir Ino.
"Kau juga. Kau juga harus bisa mendapat peringkat yang baik,"
"Yaahh...mungkin paling tinggi aku hanya bisa meraih peringkat ketiga. Sangat tidak mungkin kan aku mendapat peringkat pertama ataupun kedua?" Canda Ino.
"Bukankah peringkat ketiga juga tergolong orang-orang pandai? Kau tahu, aku akan mentraktirmu es krim di kedai seberang sekolah kalau kau berhasil meraih peringkat ketiga," sepertinya rayuan Sakura kali ini akan manjur terhadap Ino. Kalian tahu tidak, kalau kedai es krim di seberang sekolah mereka adalah kedai terfavorit di distrik ini! Haha, mana mungkin Ino menolak tawaran itu.
"Hah? Benarkah? Kau tidak sedang bercanda kan? Baiklah, kalau begitu aku akan berusaha untuk mengambil posisi ketiga! Lihat saja, Sakura. Kau akan benar-benar membelikanku es krim disana!" Semangat Ino juga sepertinya sudah membara. Ia tidak mau kalah dari sahabatnya.
"Bagus!"
.
.
.
BRUK
Sakura menghempaskan tubuhnya di atas ranjang empuknya. Ia menatap kosong langit-langit kamarnya. Cukup lama ia terdiam dengan posisi yang sama sekali tidak berubah. Tetapi akhirnya dia menggumamkan sebuah kalimat, "Dasar kau, Sasori..."
Mengingat kegagalannya untuk meraih peringkat pertama, Sakura segera memposisikan dirinya senyaman mungkin untuk belajar pastinya. Ia tidak mau mengulangi kesalahannya seminggu yang lalu. Tetapi saat ia mulai konsentrasi, ada saja hal yang membuyarkan konsentrasinya. Sakura menggeram kesal. Ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Karena lebih mengutamakan belajarnya, ia tidak menghiraukan pesan di ponselnya tersebut. Ia membiarkannya dan kembali menghadap ke bukunya. —Berhati-hatilah kau yang beraninya mengirim pesan di saat-saat seperti ini.
Lembar demi lembar, halaman demi halaman, kalimat demi kalimat, Sakura berusaha berkonsentrasi penuh. Ia mengabaikan semua yang menurutnya tidak penting. Terlihat egois memang. Tapi ini juga demi prestasinya. Baginya, nomor satu harus selalu diutamakan. Sakura benar-benar bekerja keras, hingga makan malam ia lewatkan. 'Do anything to be number one!' Itulah motonya.
Sehebat-hebatnya Sakura, ia masih menjadi manusia normal. Yang namanya manusia pasti punya batasan. Sepertinya Sakura sudah mencapai batasnya, mata indahnya sudah berubah menjadi mata panda, wajahnya terlihat sangat kelelahan dan tidak memancarkan aura terang sedikitpun. Sakura ingat akan nasihat ibunya, untuk apa bekerja keras kalau akhirnya hanya jatuh sakit dan tidak bisa apa-apa. Sakura memutuskan untuk istirahat agar tubuh dan pikirannya bisa segar kembali keesokan harinya, ia tidak mau dirinya jatuh sakit dan ketinggalan pelajaran.
Saat Sakura hendak pergi ke alam mimpi, ia terlebih dahulu mengambil ponselnya untuk mengecek pesan yang masuk beberapa jam yang lalu. Sakura memang selalu begitu, apapun yang dianggapnya kurang penting selalu dikesampingkan termasuk pesan masuk yang entah dari siapa.
To : Haruno Sakura
From : Sasori
Selamat sore, si nomor dua. Aku suka melihat ekspresi marahmu tadi. Apakah kau akan membalas dendam? Biar aku tebak, kau pasti akan belajar mati-matian untuk merebut kembali posisimu kan? Jangan khawatir, kau akan mendapatkannya kembali, little pig.
Mata Sakura yang tadinya sudah redup berubah menjadi kembang api yang meledak di udara. Sakura juga merasakan sesuatu dari dalam dada sebelah kirinya. Ia merasa ada semacam hentakan kuat dari tempat itu. Sakura membenci Sasori. Dan rasa benci itu bertambah sejak Sasori merebut posisinya. Tetapi apa ini? Kenapa Sakura tiba-tiba merasa sedikit senang saat membaca pesan dari sang musuh itu? Sakura sendiri heran dengan dirinya.
Kenapa aku ini? Bukankah aku membencinya? Tidak, bahkan sangat membencinya. Tapi— apa maksud hentakan dari tempat ini? Dan kenapa juga aku bisa merasa senang? Apakah—semua itu akan ada jawabannya?
.
.
.
— To be continued —
Gue pikir sakura sama sasori itu cocok, yaudah gue dapet ide gini deh. Menurut gue sih ini ide abal, tapi yaa maklumin deh ya :V /slap. Mungkin di chapt 1 belom ada romance nya, liat aja di next chapt. Gomen juga kalo chapt 1 ini terlalu singkat :'v
Review?
