Fic ini tidak bertujuan untuk mencemari segala bentuk pikiran polos anda sekalian. Pastikan membaca dengan bijak desu, meskipun rate-nya hanya T =w=)b


Summary : Saat senyuman itu ternodai, saat suara tawa itu berubah menjadi luka, saat semua memori telah menjadi abu untuk selamanya, hanya rasa benci dan benci..yang ada di dalam dirinya.


Osaka, March 27

05.00 PM

"Aku?"

Seorang pemuda bersurai honey blonde tampak terkejut dengan surat pemberitahuan yang baru ia ambil dan baca sepuluh detik yang lalu. Baru melamar pekerjaan jadi polisi, kini, ia akan ditugaskan di pusat. Bagaikan mimpi di siang bolong.

"YATTA!"

Namanya, Kagamine Len.


Cross-Two of Us ― クロス 二人 で
Vocaloid © Yamaha Corp.
Genre : Crime/Drama
Rated : T


(A/N : Arti cross untuk cerita ini bukan salib, namun tanda silang, takutnya ada salah faham ._.v )


Kansai International Airpot

March 28

01.25 PM

Len melangkah dengan sedikit gugup. Ia membaca sekali lagi lembar dibalik surat yang didapatnya kemarin sore. Ia kini tengah menunggu keberangkatan pesawat. Ia langsung memesan tiket dan membereskan semua barang-barang miliknya.

Kenapa?

Dalam surat tertulis, ia akan bekerja di kantor pusat. Telah disiapkan pula, satu kamar apartemen untuk polisi yang baru datang ke pusat.

Kepolisian Jepang memang kaya, eh?

Len melihat arlojinya. Tak sabar untuk segera kesana. Ada alasan lain mengapa ia begitu senang seperti ini.

Ia bisa menemui ibunya, yang bekerja sebagai inspektur di jalur Yamanote. Entah kenapa ada pembagian seperti itu. Bisa dibilang, jalur Yamanote tidaklah luas seperti para inspektur lain yang biasanya menguasai satu prefektur; satu untuk satu; yang ia dengar dari sang ibu tercinta. Namun, hal berbeda jika menyangkut wilayah pusat. Satu inspektur hanya memegang satu atau dua kota. Ini karena wilayah pusat merupakan area penting; kecuali di Ikebukuro. Ikebukuro adalah wilayah kekuasaan Yakuza. Tempat Yakuza HQ. Kalian mengerti Yakuza, kan?

Mengingat kembali, jalur Yamanote tidak luas, wilayah hanya meliputi jalur kereta. Eits, bukan berarti kerja mereka hanya di stasiun setempat. Mereka wajib membantu di kota yang dilintasi rute ini, dari Yūrakuchō, Shibuya, Shinjuku, dan Ikebukuro. Perlu diingatkan, jangan tugaskan banyak polisi disana. Yakuza hanya mengijinkan, maksimal lima belas polisi berjaga di area sekitar stasiun.

Aneh. Len hanya mengerutkan dahinya. Ia meraih ponsel tercintanya. Model flip berwarna putih. Saatnya berubah menjadi power rangers.

Setidaknya itu yang ia fikirkan saat membeli ponsel tersebut bersama sang ibu kala masih SMP. Ibunya sibuk sejak tiga tahun terakhir dan terpaksa dipindahtugaskan ke pusat. Len, yang sedang menyelesaikan kuliah semester akhirnya di sebuah universitas di tanah kelahirannya, Osaka, tak bisa mengikuti sang ibu. Ia kemudian menjadi polisi, layaknya sang ibu. Cita-cita sejak dahulu. Hati pemuda itu memang sungguh baik, cita-cita yang mulia.

Len mulai merenggangkan tubuhnya saat mengetahui pesawatnya sudah tiba. Senyuman tipis tersungging di wajahnya.


Tokyo, March 28

01.28 PM

"Anakmu mau kesini?"

"Un."

Yang bertanya tampak berbinar. "Anakmu itu tampan, kan?" Yang ditanya hanya memijit keningnya, menyesali fakta mengapa ia berteman dengan orang aneh di depannya.

"Lily! Jawab aku dong!"

"Aku sedang bad mood gara-gara kecolongan." pihak yang ditanya-yang diketahui bernama Lily- menghela nafas kecewa. Masih terekam di memorinya, kecolongan sandal harga ¥2500. Itu sendal kok harganya kaya DVD limited edition?

"Sabarlah, Lily, selama ada Nakagawa Gumi, kau tidak perlu risau dan galau!" Sang penanya akhirnya diketahui identitasnya. Mereka diam sejenak, sebelum dilanjutkan makhluk hijau itu.

"Lily-san, anakmu baru melamar jadi polisi dan langsung diterima di pusat. Apa dia punya kemampuan khusus?" Tanya Gumi. Sambil berfikir, Lily menggigit burger yang sedari tadi sudah mendingin akibat kegalauan hatinya.

"Ia cuma bisa main komputer dan bahasa inggris. Apanya yang hebat?"

Dan itu sukses membuat Gumi menatapnya. Lily gak peduli lagi, makan burger dulu biar kenyang, baru ngobrol lagi.

"Itu hebat!"


Ikebukuro, Yakuza HQ

March 28

01.30 PM

"Apa?! Kau berani kembali dengan hasil seperti ini?!"

"Maafkan saya, Kazuya-sama."

"Aku tidak mau tahu. Jangan biarkan mafia masuk ke Ikebukuro!"

"Ba-baik!"

Terdengar suara pintu ditutup setelahnya. Sang pemimpin Yakuza mengangkat kakinya ke atas meja. Ia mencemaskan soal mafia yang mulai masuk ke Tokyo. Dan sepertinya, mafia akan mulai menyebarkan pengaruhnya ke Ikebukuro. Ini masalah besar.

"Aku harus bertindak."

"Rin-sama.." Seorang yang lain membuka kembali pintu ruangan pemimpin Yakuza itu.

"Kaito? Bagaimana?" Sang pemimpin Yakuza, bernama lengkap Kazuya Rin ―menatap orang kepercayaannya itu. Wanita berusia dua puluh empat tahun itu menatapnya tajam.

"Aku tidak yakin. Sepertinya, mafia akan membawa pengaruh buruk untuk kita semua." Kaito duduk di depan meja sang pemimpin.

"Apalagi?"

"Kudengar akan ada seorang polisi tambahan di jalur Yamanote. Namanya Kagamine Len, anak Kagamine Lily." Kaito sedikit menyesal saat menyebut namanya.

"Anak Kagamine Lily? Menarik juga. Kau ada datanya?" Tanya Rin.

"Ini." Kaito menyerahkan beberapa lembar kertas di meja Rin. Wanita itu sibuk membaca data tentang si polisi baru itu.

"Kurasa aku bisa bermain dengannya."

Bibirnya mengatup dan tertarik ke sudut. Ia tersenyum.


Narita International Airpot

Tokyo, March 28

03.00 PM

Len menggeret kopernya. Ia sudah mengirim sms beberapa menit lalu agar sang ibu menjemputnya. Len memilih menunggu dengan berkutat sebentar bersama handphone flipnya. Ia bermain game uler-uleran yang mengejar makanan.

Len berjalan sedikit lebih maju sembari melihat apakah sang ibu sudah berada disana. Mungkin ia kelewatan. Matanya bergantian menatap layar dan kerumunan orang-orang. Namanya saja bandara, apalagi bandara berbasis internasional seperti ini. Tentu saja ramai. Tak sengaja ia menyenggol seseorang. Ia terlihat mencurigakan. Pakaian serba hitam dengan topi fedora berwarna senada.

"Ma-maaf.." Len membungkuk. Orang itu hanya berlalu dan melewatinya. Len mikir-mikir sebentar, mungkin karena ramai, orang itu tak mendengar permintaan maaf dari Len. Sesaat kemudian, Len merasakan lehernya tercekik.

"Len-kun!"

"K-Kaasan.." Len mengenali siapa yang memeluk ―maksudnya mencekik― lehernya dari belakang. Pelukan itu tak berlangsung lama. Len kemudian terbatuk-batuk. Rasanya ada yang menggelitik kerongkongannya.

"Daijoubu?"

"Kaasan, jemput aku dengan cara yang normal!" protes Len. Ia berbalik menghadap sang ibu.

"Anakmu ternyata lebih keren daripada yang difoto." Komentar seorang lain yang muncul di belakang Lily.

"Ng?" Len sedikit terkejut dengan kehadiran teman kerja ibunya.

"Kagamine, bilang dong kalau punya anak sekeren ini." Gumi memukul pelan bahu Lily. "Nakagawa, mungkin sebaiknya kita antar Len ke apartemen." Lily swt. "Roger!"


Ikebukuro, Yakuza HQ

03.10 PM

"Kaito."

Kaito terbangun dari tidurnya saat menyadari Rin memanggilnya. Ia mengucek sebentar kedua matanya sebelum menuju ke arah suara.

"Ada apa, Rin-sama?"

Raut wajah Rin berubah. Ia tersenyum kecil.

"Nanti aku ada urusan ke Tokyo. Kau gantikan aku sebentar."

"Urusan apa? Dan biarkan saya menemani anda." Pinta Kaito. "Aku harus bicara dengan kepolisian Jepang tentang mafia. Ini masalah serius."

"Bagaimana jika sesuatu terjadi pada anda?"

KRAKK!

Satu patahan dari kaki kursi cukup membuat Kaito teringat siapa yang ada di hadapannya.

"Baiklah, Rin-sama."


Tokyo

March 28, 05.00 PM

"Kau suka?" Lily bertanya pada Len seusai melihat isi ruangan pemuda itu.

"Un." Len mengangguk.

Ponsel Lily berdering. Lily sedikit menjauh saat mengangkatnya. Len tak begitu paham dengan percakapan ponsel ala ibunya. Seusai mengangkat telfon, ibunya kembali ke sisi Len.

"Maaf, Len. Aku ada urusan malam ini. Nikmatilah hidupmu!" Lily melesat. Len cengo di tempat.

Len memasuki ruangan miliknya. Ia mengecek apakah semua baik-baik saja. Kulkas beres, AC beres, stopkontak beres, lampu beres. Semua peralatan listrik sudah double check. Len menjatuhkan dirinya di atas kasur dan memejamkan matanya. Apa ini benar-benar terjadi? Ini sungguhan? Rasanya ia masih bermimpi.

Len teringat ibunya. Ibunya tidak bilang mau kemana. Len sedikit cemas. Ia bergegas menelfon. Namun tak kunjung diangkat. Sebagai anak yang baik dan menyayangi ibunya, Len berniat mencarinya. Ia menyusuri lorong apartemen, karena ia yakin sang ibu belum jauh dari sana. Benar saja, ibunya baru masuk ke sebuah lift. Tapi, pintu lift terlalu cepat tertutup sebelum ia berlari kesana. Ia memutuskan untuk berbalik. Ia melihat seorang asing tengah berjalan bersama Nakagawa. Mungkin salah satu polisi, maklum saja, ia belum mengenal polisi-polisi disini. Len melihat seorang wanita bersamanya. Tapi, pakaiannya tidak terlihat seperti itu. Seorang wanita yang mengenakan Yukata berwarna orange kehitaman, dengan motif daun momiji. Ini kan musim semi, mengapa ia mengenakan Yukata dengan nuansa musim gugur? Namun Len tidak mau tahu soal itu. Ia memilih kembali saja ke kamarnya dan bertanya pada ibunya esok hari. Tanpa disadari Len, wanita itu memperhatikannya.

"Ng? Rin-san? Ada apa?" Gumi menyadari jika wanita yang bersamanya sejak tadi tertinggal beberapa langkah darinya.

"Ah, bukan apa-apa. Lebih baik cepat tunjukkan jalannya."

"Baik."

Tsuzuku

...

...

Sesuai janji di sebuah akun medsos saya beberapa hari lalu, hari ini fic ini resmi dirilis di ffn. Yang waktu itu saya buat adalah awal konfliknya, jadi ceritanya ga akan beda kok :) ini menjelaskan dari awal dulu dong, ehehe.. kangen banget bikin fic Kagamine Twins! Senangnya bisa nulis pake pair ini lagi! Ahahaha! /slapped/ see you next chapter ~~~~