Warning :

Psycho!Chara, OOC (Kecuali Akashi, mungkin? hehehe), maybe typo(s) everywhere, drabbles kepanjangan, beberapa cerita disadur dari beberapa website atau rumor dan forum di Internet, Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi.


.

.

.

.

.


We are Psycho, so what?


.

.

.

.

.


[1] [Kuroko Tetsuya]


Tersebutlah di sebuah pemukiman ramai di sudut ibukota, hidup sebuah keluarga kelas menengah. Keluarga tersebut terdiri dari seorang ayah, ibu, serta dua anak laki-lakinya yang tengah beranjak dewasa. Kedua anak laki-laki itu tampak begitu mirip satu sama lain—hampir seperti kembar—namun usia mereka terpaut dua tahun. Sang kakak bernama Kuroko Chihiro dan sang adik bernama Kuroko Tetsuya.

Walaupun dari segi penampilan sangat mirip, tapi keduanya tetap memiliki perbedaan yang kentara. Sang kakak sedikit anti sosial dan pencinta light novel setengah mati. Hari-harinya banyak dihabiskannya dengan bersosialisasi dengan manusia-manusia 2D. Kebiasaan buruk ini membuat kedua orangtuanya sedikit resah sebenarnya. Padahal mereka berharap sang kakak akan memberikan contoh yang baik bagi sang adik.

Namun, keresahan itu rupanya dapat diobati oleh sang adik, Tetsuya. Pemuda yang bersurai biru langit itu—hanya sedikit lebih muda dari Chihiro—merupakan anak laki-laki ideal setiap orang tua. Tingkah lakunya sopan, akademiknya cukup pintar, hobinya membaca buku sastra berkualitas, dan segudang kelebihan lainnya. Hanya satu kelemahannya yang sangat kentara, yaitu keberadaannya yang pendiam sama tipisnya dengan aura hikikomori sang kakak.

Banyak hal yang menimbulkan masalah-masalah kecil di keluarga empat anggota ini, namun semuanya tampak aman sejahtera. Chihiro tidak pernah bertingkah macam-macam yang bisa membuat malu dan Tetsuya sendiri malah diam-diam cukup bersinar. Akhir-akhir ini malah keduanya jadi akrab dan Chihiro mulai sering keluar rumah untuk bermain basket dengan Tetsuya.

Semuanya tampak baik-baik saja.

Dan suatu hari kedua orang tua Tetsuya dan Chihiro tewas mengenaskan pada sebuah kecelakaan.

Hari itulah pertama kalinya Chihiro dibuat menangis pedih dan merasa kehilangan. Kini di rumahnya yang hangat dan nyaman hanya akan tinggal dirinya dan Tetsuya. Ialah yang bertanggung jawab atas hidup adiknya. Ia begitu menyesal selama ini menjadi seorang kakak yang sangat kalah dengan Tetsuya.

Pemakaman pasangan Kuroko itu pun akhirnya dimulai. Cukup banyak kerabat keluarga dan beberapa tetangga maupun kenalan singgah di pemakaman tersebut. Semuanya dirundung kesedihan teramat dalam, terutama kedua anak mereka, yakni Tetsuya dan Chihiro. Hujan turun cukup deras dan membuat prosesi pemakaman jadi sangat singkat. Tetapi, Chihiro yang merasa begitu menyesal bak menempel pada batu nisan keduanya. Tetsuya yang kasihan pun memayunginya dengan perasaan sendu yang sama.

Hampir semua pelayat pun pergi, kecuali rupanya ada seorang wanita bersurai merah muda yang sangat kontras dengan gaun hitamnya. Wanita itu menatap kedua saudara itu dengan rasa empati yang membuatnya memutuskan menghampiri keduanya.

"Ano..."

Gadis itu menyentuh bahu Tetsuya untuk menegurnya. Pemuda bersurai biru muda itu menatap sang gadis lekat-lekat. Luar biasa, pikirnya. Baru kali ini ia bertemu dengan gadis secantik ini.

"Mmm... Saya... turut berduka cita atas kematian orang tua anda sekalian." Bisik sang gadis perlahan, seperti tak ingin mengganggu Chihiro yang dirasa begitu khidmat memandangi kedua nisan orang tuanya.

Tetsuya berusaha keras menarik senyumnya agar terlihat miris. "Terima kasih." Balasnya.

Senyum simpatik pun terukir di wajah cantik gadis itu. Ia segera membungkuk sebagai isyarat bahwa ia takkan lagi mengganggu momen-momen sedih kedua bersaudara tersebut. Lalu gadis itu menghilang dari kompleks pemakaman yang dihajar deru hujan deras. Terdengar samar-samar bunyi mesin mobil meninggalkan kompleks pemakaman.

Gadis itu pasti sudah pergi.

Dan Tetsuya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tempat sang gadis yang telah menawan hatinya itu pergi.

.

.

.

.

.


"Hei, Tetsuya. Maafkan kakakmu ini ya, selama ini aku tidak berguna..."

"Tidak, tidak apa-apa, Chihiro-nii."

"Nah, sekarang kita tinggal berdua saja."

"Sekarang, iya..."

"Ayo pulang ke rumah!"

"Baik, Chihiro-nii."


.

.

.

.

.

Satu bulan kemudian, daun-daun maple kemerahan berguguran di sekitar kompleks pemakaman. Pemakaman memang tempat beristirahat orang-orang yang telah mati dan merupakan tempat yang biasa terlihat sepi, dingin, dan menyedihkan, walaupun bagi tempat lain bergugurannya daun maple itu merupakan suatu yang romantis dan indah.

Akan tetapi, sekali lagi, ini adalah pemakaman. Terlebih jika ada orang yang sedang dimakamkan hari ini, maka dimanakah daya tariknya musim gugur ini di sini?

Tetsuya menahan senyumnya. Ia memang biasa terlihat sedikit berbeda dengan hawa kehadirannya yang tipis karena pendiam, tapi ia juga tidak keberatan dianggap berbeda karena bisa menikmati indahnya musim gugur di pemakaman ini meskipun ada seseorang yang tengah dimakamkan di hadapannya saat ini.

Batu nisan itu mengukir sebuah nama, Kuroko Chihiro.

Para pelayat berbaju hitam berbondong-bondong mendatangi Tetsuya. Pemuda itu dihujani derai tangis serta seruan simpatik mereka. Semuanya merasa begitu kasihan karena hal ini pasti berat bagi Tetsuya, setelah satu bulan lalu kehilangan kedua orang tuanya, kini ia terpaksa harus menerima kenyataan bahwa satu-satunya keluarganya pun meninggalkannya ke alam sana.

Tetsuya gelisah. Ia mengedarkan pandangannya beberapa kali ke sekeliling pemakaman.

Barangkali bagi sebagian orang ia begitu sedih sampai tak ingin memperlihatkan kesedihannya—dan sebagai gantinya ia terlihat gelisah.

Sampai akhirnya kompleks pemakaman itu kembali hening. Menyisakan Tetsuya seorang diri di sana, menatap nisan Chihiro dengan nanar.

"Kami turut berduka cita, Tetsuya... Kami tahu pasti berat kehilangan seluruh keluargamu secepat ini... Jangan segan untuk meminta bantuan kami, ya..."

"Kami tahu Chihiro-san mungkin bukan kakak yang baik untukmu, tapi pasti rasanya tetap sedih setelah ditinggalkan sendirian ya, Tetsuya?"

"Saya turut bersedih, Tetsuya... Um, sedikit tidak sopan sih, tapi kuharap kamu tidak depresi seperti kakakmu sampai harus bunuh diri dengan melompat dari apartemen kita, ya!"

"Maafkan aku tidak bisa berbuat apapun, sebagai sahabat Chihiro—yang sangat langka—dan malah membiarkannya terus menjadi otaku yang depresi, sampai harus mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari atap."

"Benarkah?"—bisik seseorang di antara pelayat, yang sayangnya masih dapat Tetsuya dengar.

"Ya, saya lihat sendiri dia meluncur dari atap."

"Kasihan Tetsuya..."

Omongan-omongan miring itu kejam dan tampak tak berdasar. Tapi sedikit banyak benar adanya.

Puk

Sebuah tepukan lembut di bahu Tetsuya membuat wajah sang adik terangkat. Tampak sosok seorang gadis bersurai merah muda tengah tersenyum miris di belakangnya.

"Aku... turut berduka cita, Kuroko-san" Ucapnya simpatik.

Tetsuya mati-matian menahan senyuman yang ingin ditariknya.

"Padahal satu bulan yang lalu aku juga terlambat datang ke pemakaman yang begitu menyedihkan untukmu. Sekali lagi, aku benar-benar ikut berduka, Kuroko-san..." Ucapnya lagi.

"Tidak apa-apa, terima kasih... err..."

Gadis itu mengulurkan tangannya. "Saya Momoi Satsuki."

Tangan mereka pun bersambut, dan Tetsuya tidak dapat lagi menyembunyikan gejolak rasa yang dirasakannya di dalam tubuhnya.

"Salam kenal, Momoi-san." Balas Tetsuya ramah.

Ia tersenyum. Di pemakaman kakaknya.

.

.

.

.

.

Ada yang bisa menebak misteri di dalamnya?

.

.

.

.

.


A/N : Maafkan aku kabur dari latihan ujianku dan fanfic MC lain :'D Pokoknya ini bakal kubuat banyak chara jadi mode psycho hehe dan semoga ga jadi drabble kepanjangan lagi kayak gini :'(

Ready to review? Oh iya bisa jugakok ada saran karakter selanjutnya atau cerita/urban legend/riddle sih kalo bisa yang ada hubungannya sama psycho. Tapi Schnee ga jamin update cepat ya hehe