6 tahun kemudian
Sasuke POV
Ya ampun ini sudah pukul 10, kenapa diacara sepenting ini aku masih saja terlambat. Cihh membosankan.
Aku memakai jas hitam disertai dasi biru dan sepatu hitam mengkilat. Aku menata rambutku dengan gel supaya terlihat semakin rapih.
Aku memang tak menyukai keramaian tapi yasudahlah ,...
Oe oe oe ... tangisan bayi memang sangat mengganggu, tapi aku tak tega jadi aku gendong bayi laki-laki ini.
"Sayang kau jangan menangis cup cup cup, aku tidak akan kemana-mana kok". Dimana sih ibunya membiarkan aku yang mengurus anak sendiri.
.
"Ayah aku duluan ya"
"Ya, nanti ayah menyusul bersama ibu. Dia memang sangat suka padamu dibanding dengan ibunya yah, Sasuke". Ayah dan ibu terkekeh geli melihat aku menggendong bayi ini.
"Itu tidak lucu ayah". Lalu aku menuju mobilku
Malam ini adalah pernikahan sahabatku, Naruto dan Hinata. Sepertinya ini akan menjadi pesta besar-besaran mengingat Naruto yang sangat suka keramaian serta dia anak sulung Uzumaki.
.
.
Sesampai disana aku menggendong bayi ini lagi menuju gedung dimana persta pernikahan dihelat.
"Woy Temeeeee kemariii". Oh yeahh teriakan berisik itu masih saja terlontar bahkan saat dihari pernikahannya. Dan lagi yang kubenci dia memanggilku dengan kata-kata itu. aku menghampiri dia.
"Kau jangan memanggilku seperti itu, aku punya nama".
"Ahahaha baiklah Sasuke maafkan aku". Ia tertawa dengan tidak elitnya sambil menggaruk kepalanya.
"N-Naruto kun sudahlah". Ucap Hinata.
"Hinata kau nampak cantik sekali".
"T-terima kasih Sasuke kun". Lagi-lagi Hinata membuat semburat merah dipipinya.
"Hey berani sekali kau menggoda istriku, Sasuke. Bahkan sudah menggendong bayipun masih saja ganjen".
Apa-apaan Naruto ini dia sangat menyebalkan.
"Kawaii ...". Hinata mencubit gemas pipi bayi laki-laki ini.
"6 bulan lagi kan kita akan segera punya, Sayang". Bisik Naruto pada Hinata. Dasar Naruto no baka omongan itu terdengar jelas ditelingaku.
"Kau keterlaluan dobe, Hinata sudah me-"
"Ssshhtttt ... kau jangan teriak temee nanti orang-orang bisa dengar". Dia menutup mulutku dengan tangan baunya. Halah Naruto memang rada ...
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.
"Maaf merepotkanmu Sasuke tadi ada urusan mendadak, apa dia rewel?".
"Yah persis dirimu, Itachi". Aku memberikan bayi ini pada ayahnya, walau sebenarnya aku masih ingin memeluk bayi lucu ini.
"Hahahaha apa kau ingin segera menggendong bayi, hah?". Ucap Itachi sambil menggendong anaknya.
Jika sudah membahas ini moodku langsung turun apalagi sekarang melihat sahabatku sudah menikah. Sedangkan aku ,,, sudahlah lupakan.
"Sudahlah Anata, kau jangan menggoda adikmu terus". Ucap Temari-nii, kakak iparku.
"Nee-chan dia lebih menyukaiku dibanding ayahnya. Anak kecil saja tahu mana yang tampan".
"Ahahaha benar Sasuke benar Itachi memang agak menakutkan". Kata kakakku ini, aku senang sekali berbicara dengannya.
"Aku mendengarmu .. " kata Itachi.
"Sudah-sudah daripada rebut begini mending kita berfoto saja". Kata Naruto.
Kami semua berfoto disaat hari bahagia ini, disaat sahabatku bahagia maka aku juga ikut bahagia. Aku hampir lupa akan diriku sendiri, dimana kebahagiaan masih saja belum menghampiriku.
Beberapa wanita yang ayah sarankan untukku semuanya tidak ada yang cocok.
Flashback
Ayah memberiku beberapa foto wanita aku hanya mendecih kesal. Apa-apaan ini, aku tak suka diperlakukan seperti ini.
"Apa kau tidak iri pada kakakmu Sasuke?".
"Tidak ayah, aku ingin fokus pada pekerjaanku".
"Kau jangan sia-siakan kesempatan ini. Cepatlah temui mereka".
Dengan terpaksa aku menemui satu-satu wanita itu.
Aku pergi kesebuah kafe dimana tempat itu menjadi sebuah pertemuan aku dengan wanita itu.
Pertama :
"Selamat siang".
"Hn"
"Perkenalkan namaku Karui". Perempuan berkulit hitam manis itu menjulurkan tangannya dan aku pun menerima jabat tangannya.
"Aku tak usah memperkenalkan diri karena kau sudah mengetahuinya dari ayahku".
"Ya, kau Uchiha Sasuke kan. Sudah kuduga kau memang sangat tampan sekaliii kyaaaaa". Wanita itu malah berteriak histeris.
TOTET .. FAILED
Kedua :
"Jika kau jadi suamiku kelak, kau harus patuh pada perintahku, kau harus memberiku uang rutin seminggu sekali. Aku sering perawatan diri jadi kau harus memberiku uang tambahan". Ucap perempuan ini nyerocos tanpa henti membuat kepalaku pusing. Okelah kalau dia ehmm cantik, tapi apanya yang perawatan dengan usia yang dibilang sudah tua yang bernama Mei Terumi. Dan lagi dia begitu overprotective. Dan satu hal dia itu perawan tua.
TOTET .. FAILED
Ketiga :
"H-hai, namaku Konan"
Gadis ini lumayan cantik dan tidak neko-neko kelihatannya yang sederhana.
" Aku Uchiha Sasuke"
"Kau bekerja atau kuliah?"
"Bekerja"
Ia nampak malu-malu dihadapanku.
"Berapa umurmu, Sasuke-kun?"
"23 tahun".
"Aku juga sama, apa yang kau sukai ?"
"Aku tidak banyak menyukai apapun"
"Ahh aku juga"
Tiba-tiba ada dua orang anak kecil menghampiri Konan-san.
"Ibu .. ibu dia menjambak rambutku"
"Tapi kau yang duluan"
"Kau-"
"Eh sayang kalian jangan datang kesini dong". Ucap Konan pada dua anak itu. Apa, ibu katanya?
"Ahahaha maaf-maaf Sasuke"
Ohh tidak janda beranak dua !
FAILED AGAIN ..
Semua wanita tidak ada yang cocok untukku. Aku tidak tertarik dengan mereka, Kenapa? Karena aku masih mencintai seseorang hingga saat ini, aku akan tetap menunggunya sampai kapanpun. SAKURA ...
Normal mode
.
.
"Senpai apa tempatnya masih jauh?"
"Tidak sebentar lagi juga sampai".
"Huh, dari tadi selalu saja bilang begitu tapi nyatanya belum sampai juga".
"Bisa diam kan Sasori, kau ini cerewet sekali. Satu kali bicara akan kupotong mulutmu". Ucap gadis itu sambil mengemudi mobil.
Lalu pria berwajah baby face itu merunduk. Ia sangat takut sekali pada bosnya itu mengingat terakhir kali ia melawannya dia sampai terlempar sejauh beberapa meter. Sungguh kejamkan.
"I-iya aku tak mau mendapat pukulan maut lagi dari seorang mantan karate".
"Hmmm". ia mengercutkan bibir mungilnya.
"Senpai tahu tidak , dari dulu aku ingin sekali pergi ke Konoha. Disana banyak sekali orang-orang yang bertalenta. Aku dengar senpai sempat tinggal disana kan?". Kata Sasori
"Ya". Ia menjawab sesingkat mungkin pada asistennya itu.
"Dan hari ini aku senang sekali bisa kesana. Apalagi ke acara pesta pernikahan, kita akan mendapatkan hal baru disana. Konoha memang mengagumkan dengan membayangkannya saja, tak heran jika ada pergelaran atau apapun Konoha selalu menang".
"Hmn tapi aku mempunyai kenangan buruk diKonoha. Jika sahabatku tidak menikah hari ini aku tak ingin menginjakan kakiku disana".
"Eh …". Sasori hanya bengong.
.
.
"Pstt Sasuke-kun". Bisik Hinata pada Sasuke yang sedang makan-makan bersama keluarganya.
"Ya Hinata".
"Aku mengundangnya datang kepernikahannku".
"Ah benarkah? Tapi aku tidak yakin dia akan datang setelah 6 tahun pergi. Dan satu hal yang tak memungkinkan lagi, dia tak mungkin mengingat kita". Ucap Sasuke disertai kesedihan.
"Kita berharap saja hari ini datang".
"Kalaupun datang dia tak mungkin mengenalku".
"Hey Sasuke, ku kira kau sudah melupakannya". Kata nyonya Mikoto, ibunda Sasuke.
"Aku harus ke toilet, permisi". Ucap Sasuke meninggalkan tempat duduknya. Ia pergi ke toilet sambil menatap dirinya lekat-lekat dihadapan cermin. Kenangan masa lalu yang suram kembali teringat, wajah tampan nan stoic kini berubah menjadi lesu. "Sakura, apa kau sudah mengingatku?".
.
"Wahhhh gedungnya mewah sekali ya senpai". Ucap Sasori sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru.
"Kau jangan membuatku malu didepan banyak orang, Sasori. Ya ampun kenapa aku bisa mengajakmu padahal masih ada Maki ". Ucap perempuan berambut soft pink pendek sebahu sambil mengenakan topi dan masker. Sasori yang melihat itu membuat dirinya ingin bertanya.
"Kenapa senpai menutupi wajah, sayang sekali kan wajah cantikmu ditutupi".
Sakura dibuat blushing oleh Sasori.
"Ahhh aku tahu, senpai tak ingin ada wartawan yang mewawancaraimu kan. Ya ya aku mengerti".
Yah saat ini Sakura sudah menjadi perancang busana terkenal diSuna. Karyanya sudah tersebar diseluruh kota termasuk Konoha. Bahkan di Kirigakure busana karya Sakura sangat populer. Ini memang tak ada kaitannya dengan keahlian Sakura yang notabenenya tak tahu fashion sedikitpun saat dulu. Tapi ia sadar saat didandani oleh Hinata waktu dulu Sakura tertarik bahwa berpakaian layaknya wanita itu sangat menyenangkan dan diteruskan ke jalur bisnis.
"Kau tunggu saja dimobil aku tak akan lama".
"T-tapi senpai aku ingin ikut kedalam". Rengek Sasori. "Kumohoooon".
"Arhhhhh baiklah, baiklah. Ayo cepat bawakan kadonya".
"Baik bos". Sasori mengambil kado besar yang didalam bagasi mobil.
.
Sakura dan Sasori memasuki gedung itu. Disana sangat ramai sekali, ia sempat bertemu dengan teman lamanya. Namun sepertinya teman-teman mereka sudah tak mengingat lagi Sakura.
"Bos tunggu , jangan tinggalkan aku". Kata Sasori sambil terengah-engah membawa kado yang dibilang cukup besar. Sakura hanya melenggang saja tak menghiraukan asisten cerewetnya itu. Sebagian orang-orang disana pada berbisik-bisik saat memperhatikan Sakura dengan mengenakan dress ungu pendek tanpa lengan membuatnya terlihat anggun. Tetapi kepalanya ditutupi oleh topi dan masker. Itu sangat mengganggu penampilan sekali tapi Sakura tak punya pillihan lain.
"Hey coba lihat apa dia desainer muda itu?".
"Ah yahh dia sangat cantik sekali. Kenapa wajahnya ditutupi masker?".
"Kau ini kenapa tidak mengerti sih, dia kan anti wartawan. Makannya identitasnya ditutupi".
"Coba lihat majalah ini, mirip sekali dengan nona itu". Ucap seseorang menghampiri kerumunan orang sambil membawa majalah yang terpampang jelas gambar Sakura.
"Kita sedang membicarakannya, bodoh. Aahh cantiknya". Puji orang-orang itu
.
.
"Senpai , aura kecantikanmu masih saja terlihat jelas. Lihat orang-orang disana sedang membicarakanmu".
"Diam Sasori, kau jangan membuat mereka curiga. Aku ingin segera keluar dari sini".
"Aku kira kita disini lebih lama lagi".
Sakura terus saja melangkah pergi menuju sang pengantin, Hinata dan Naruto.
Dan Sasori tertinggal dibelakang karena jalannya yang lambat akibat membawa beban berat. Entah apa itu isinya sehingga dia agak kesulitan.
BRUKK ..
Sasori menabrak seseorang karena pandangannya agak terhalangi.
"Kalau jalan pakai mata, bisa tidak?". Ujar Sasuke yang sepertinya agak kesal pada Sasori yang jalannya teledor.
"M-maaf saya tidak sengaja". Sasori membungkuk.
"Tch .. ". Orang itu mendecih kesal sambil pergi.
.
"Sasori .. Sasori .. tchhh dimana orang itu". Sakura telah kehilangan asistennya itu ditengah keramian orang.
Dan matanya langsung tertuju pada satu orang berambut merah menyala ia langsung menghampirinya dan menarik lengannya.
"Kau ini kemana saja sih? Jangan berkeliaran tanpa sepengatahuanku".
"M-maaf senpai barusan aku bertemu dengan orang menyebalkan".
"Siapa? Kau mengenal seseorang disini?"
"Bukan, entah siapa dia itu orang yang sangat dingin sekali dan angkuh. Aku benci sekali".
'apakah dia ...'. batin Sakura
"Itu dia orangnya, cepat hajar orang itu aku kesal sekali". Tunjuk Sasori pada orang yang dimaksud dengan nada yang cukup keras sehingga orang tersebut melihat mereka. Dia adalah Sasuke.
Namun sayang seribu sayang Sakura mengabaikan Sasori sehingga ia tak melihat Sasuke. Tapi disana Sasuke sedang memperhatikan Sasori yang semakin mengganggunya.
"Apa kau sudah gila, mana mungkin aku membuat keributan ditempat seperti ini. ayo cepat kita berikan kado ini dan setelah itu kita pulang".
Sasuke POV
Siapa orang itu aku baru melihatnya. Belum apa-apa sudah mencari masalah saja, menyebalkan.
"Coba lihat ini, desainnya sangat baguskan"
"Sudahlah, ayo kita pulang Sasori". Ucap perempuan yang bersama laki-laki menyebalkan itu. tapi tunggu, rasanya aku kenal suaranya. Saat perempuan itu berbalik, mataku langsung terarah padanya , pandanganku tak lepas dari sosok wanita cantik itu. tidak salah lagi, dia ...
Sakura .
Aku mencoba menghampiri perempuan itu, tapi tiba-tiba Gaara saudaraku muncul.
"Sasuke bisa ikut aku sebentar".
"Tidak bisa aku akan pergi ke-"
"Ayolahh ikut denganku". Gaara malah memaksaku pergi, aku tak sempat mengejar Sakura lagi.
.
"Terimakasih sudah datang". Kata Hinata
"Ya Hinata semoga bahagia bersama Naruto-kun". Sakura berlalu pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi selain ucapan selamat. Ia masih menutupi wajahnya dengan masker hitam.
Gaara terus saja mengajak aku berbicara, saat aku menoleh ke layar monitor yang ada disampingku ada perempuan itu lagi tengah membuka topi dan maskernya. Sudah kuduga , Sakura datang kesini. Tidak salah lagi dia Sakura.
"Maaf Gaara aku harus pergi". Aku segera mencari lokasi itu untuk menemui Sakura berada. Sesampai disana dia sudah menghilang, ya ampun betapa sulitnya mengejarmu Sakura.
Firasatku mengatakan dia ada di tempat parkir, aku segera berlari kesana.
"Bisa hati-hati tidak, Sasori".
Ah suara samar-samar itu terdengar jelas ditelingaku, aku menghampiri sumbernya. Shiitt aku gagal lagi, dia sudah melaju. Aku tak akan menyerah untuk mengejar cintaku, Sakura aku masih mencintaimu.
.
.
"Sasori, sepertinya aku akan ke suatu tempat dulu".
"Apa aku boleh ikut?".
"Jangan, aku ingin sendiri. Kau tunggu saja dimobil".
"Hmmm baiklah".
.
.
Aku jadi teringat pertama kali bertemu dengannya, saat itu ... pertemuan aku dengan dia sangat tidak menarik. Tapi semua perbuatannya tak akan aku lupakan satu hal pun, aku tahu ini hukuman tuhan untuku karena selalu menyakitimu.
Naluriku berkata aku ingin sekali pergi ke taman hiburan itu, Tropical Land.
Aku harap menemukan keajaiban disana. Masa lalu itu harus dilupakan dan sekarang saatnya untuk mengawali dari awal. Berkat kau Sakura aku menjadi kuat seperti ini, bukan hanya kuat fisik melainkan kuat jiwanya. Kau memberiku banyak pelajaran berharga apa artinya itu hidup.
Hebusan angin yang dingin semakin kuat menerpa tubuhku tatkala menyinari tubuh ini dengan cahaya kemuning disore hari. Dan di antara cahaya itu aku menatap sesosok perempuan yang tengah berdiri mematung menghadap ke atas. Dia menatap langit merah itu, begitupun aku. Kaki ini berjalan sendiri tanpa kusuruh seolah dibalut besi yang menghampiri medan magnet.
"Langit ini begitu menakutkan, sampai aku tak sanggup menatapnya. Alam mungin sedang marah padaku sehingga menunjukan bentangan yang mengerikan. Aku sadar diriku yang tak sempurna berbalut dosa hanya menuruti ke egoisannya, diriku yang naif , ingin rasanya menghilang saja bersama angin ini".
Gadis itu membalikan tubuhnya padaku dan menatapku dengan tatapan yang sama.
"Aku sudah mengerti dengan rasa sakit. Aku bisa menjalani hidupku berkat dirimu. Apa kau mengingatku Sakura? aku mencintaimu".
Gadis musim semi itu malah pergi tak menhiraukan aku sedikitpun. Aku sadar akan kesalahannku, aku tak pantas bersamanya. Apalah arti dari sebuah cinta , apa aku harus menyayangimu tanpa memilikimu?
.
.
Dekapan hangat menyelimuti tubuh ini, yah pelukan inilah yang aku rindukan selama aku hidup. Tak kusangka dia memelukku dari belakang.
"Aku tidak mungkin melupakanmu, Sasuke-kun. Aishiteru". Aku sudah tidak bisa mengungkapkan lagi dengan kata-kata. Aku langsung memeluk perempuan ini dengan kasih sayang, tak peduli orang-orang disana tengah menatap kami. Yah tempat inilah yang mengingatkku kembali pada Sakura, tempat ini seakan memberi keajaiban untuk kami.
"Aku lebih mencintaimu Sakura". segera kulumat bibir manis nan lembut itu membuat fikiranku melayang. Tangis kebahagian tak sanggup ku tahan lagi. Betapa bahagianya diriku ini. Aku merogoh saku bajuku lalu mengeluarkan sebuah benda pemberian Itachi 6 tahun yang lalu. Aku sudah menyimpannya, sebuah cin-cin tunangan.
"Sakura, will you marry me?"
Sakura meneteskan air mata kebahagiaannya dan aku segera mengenakan cin-cin ini dijari manis Sakura.
Normal mode
.
.
Didalam mobil ...
"Huaaaa bos lama sekali, apa aku harus menyusulnya". Sasori turun dari mobilnya. Bagimana tidak ia menunggu selama 3 jam hingga malam.
Ia masuk ke Tropical Land sambil mengedarkan pandangannya. "Ahh itu dia". Sasori menghampiri Sakura yang sedang duduk bersama Sasuke.
"Senpai lama sekali sih".
"Sasoriii? Sudah kubilang kau tunggu saja dimobil kenapa malah mengikutiku?"
"Jika aku ini ayam mungkin aku sudah bertelur, dan –" mata Sasori langsung tertuju pada Sasuke. "Hahhh orang ini bos yang menyebalkan itu, cepat hajar dia".
"Aku merasa déjà vu, tapi ku harap dia bukan orang yang special bagimu, Sakura". ucap Sasuke.
"Ya dia sangat special sekali, dia sangat membantuku loh. Sasori apa dia sudah mengganggumu?". Ucap Sakura membuat Sasuke sedikit envy pada Sasori.
"Sakura baru saja aku melamarmu apa kau mau menghianatiku?"
"Lihat ini Sasori aku akan menghajarnya".
Saat itu pula Sakura mencium bibir Sasuke dihapadan Sasori dengan frenchkiss nya. Pemuda rambut merah itu memalingkan mukannya yang memerah.
"Sasori, dia tunanganku. Namanya Sasuke".
Sasori masih menyembunyikan muka merahnya , Sasuke dan Sakura hanya tertawa melihat Sasori.
~OWARI~
Huweeeeeeeee akhirnya tamatnya juga setelah sekian lama #Sujudsyukur (readers :Lebay loe). Di cerita ini emang hampir gak ada lemon sih orang ratednya T. haha maaf kalo kurang romantis, ini juga maksain seromantis mungkin ya walaupun latar belakangnya di taman hiburan. Gampang aja bayangin Dufan ya ..
Oh ya di chap ini Semua karakter kayak di Last Movie , mereka kan pada dewasa gitu. Itachi kyaaaaaaaaaaaa punya baby, iya lah lucu mirip aku mamanya #Plakkkk
Babay di Fic selanjutnya.
Oh iya ada yang ketinggalan satu lagi nih ...
Disuatu tempat ...
"Tuan sekarang giliran aku"
"Diam kau Obito, aku yang menang jadi aku yang duluan"
"Tapi tuan sudah menang 10 kali, dasar serakah"
"Apa kau bilang?"
"Madara-sama serakah, Madara-sama serakah".
"Bukan aku yang serakah tapi Uchiha Itachi yang serakah. Ahahahahha mati kau Itachi mati kau". Ucap pria itu sambil mencoret-coret tembok yang ada nama ITACHI.
"Sudah tahu kau yang serakah, ayo kita mulai lagi dari awal caturnya"
"Diam kau Obito no baka". Madara malah menghajar Obito hingga dua orang itu berguling-guling dilantai.
Brangg ... brang ... brang ...
"Woyyyy kalian bisa diam tidak". Ucap polisi yang menggedor-gedor pintu jeruji karena acara tidurnya terganggu oleh kebisingan dua napi itu.
"Thedaaaaaakkk ..."
~OWARI~ lagi
