Pemuda tinggi berjas formal itu menyapukan rambut cokelatnya ke belakang. Kedua mata besarnya menyapu juga keadaan di sekelilingnya dengan sikap agak waspada, seolah-olah ia sedang mencari sesuatu. Atau... seseorang.
Park Chanyeol mendesah.
Jari-jemari panjangnya mengetuk-ngetuk meja, membentuk sebuah irama teratur, saking lamanya ia menunggu. Ia mengecek jam tangan Alba-nya, lalu mendesah lagi lantaran jarum panjangnya masih menunjuk ke angka sebelas.
Astaga—menunggu sampai jam delapan saja kenapa terasa lama sekali?!
Drrrttt...
Dan getar ponsel segera mengalihkan emosinya.
Chanyeol segera merogoh saku jasnya dan mendesah pelan ketika melihat nama yang tertera di layarnya.
Call from Bawel...
Dengan berat jempol, ia menekan kotak Jawab dan menempelkan ponselnya ke telinga.
"Yeoboseyo..." Well, walaupun sedang kesal begini, ia masih tahu sopan santun, ya.
"Bagaimana?" serbu si penelepon—bahkan ia sama sekali tidak membalas salam dari Chanyeol.
"Itukah caramu mengatakan halo?" balas Chanyeol dengan keki.
Si penelepon terkekeh. "Well, halo, Park Chanyeol yang sedang jatuh cinta," katanya jahil.
"Siapa yang sedang jatuh cinta?" bantah Chanyeol.
"Hm~ siapa ya~"
Chanyeol memutar bola matanya, merasa lama-lama percakapan ini semakin absurd saja. "Jadi, kenapa kau meneleponku?"
"Yach! Kenapa kau ketus sekali? Aku kan hanya mau menanyakan kabarmu~"
"Sebaiknya kau jangan ganggu aku. Jangan sekarang."
"Whoa~ Kenapa?"
"Aku ada... urusan penting, pokoknya." Kedua pipi Chanyeol agak memerah ketika mengatakan hal itu.
"Arraseo, arraseo..." Si penelepon berkata seolah-olah ia mengerti betul apa yang barusan dimaksud oleh Chanyeol. Chanyeol hanya memutar bola matanya, lalu tiba-tiba melebarkan matanya ketika ia menangkap sosok mungil di ujung sana, sedang melepaskan celemeknya sembari merenggangkan badan.
Chanyeol segera melirik jam tangannya. Sudah pukul delapan lewat empat menit dan entah mengapa itu membuatnya senang tak terkira.
"Si itu, ka—"
"Hei, maaf banget kalau aku harus menutup teleponmu," potong Chanyeol. "Kita akan bicara nanti, oke? Bye~"
Chanyeol segera menutup telepon dan menyimpan ponselnya dalam-dalam di saku jasnya.
Senyumannya mengembang sempurna lantaran ia akan bertemu Baekhyun lagi...
...
.
.
.
.
Not-So-Blind-Date
#3
.
Disclaimer: The casts aren't mine. This fic is originally mine.
Pairing(s): Chanbaek/Baekyeol.
Genre(s): Romance and drama.
Warnings: AU. Sho-ai. Boys Love. Kalimat yg amburadul, amberegul, dll. Narasi membosankan.
Fanfic ini semakin gaje, warning-warning.
Don't like it? Don't read, please!
Sorry for any typos or mistakes!
.
Enjoy~
.
.
.
...
Wajah Baekhyun memerah sempurna ketika ia sudah melihat Park Chanyeol—dengan setelan yang amat sangat sempurna—menunggu di meja paling pojok di dekat jendela dengan manis.
Rasanya ada yang memukul-mukul dadanya ketika Chanyeol tiba-tiba menyadari kehadirannya dan menatap ke arahnya. Dan dentuman itu semakin keras dan cepat ketika Chanyeol melontarkan senyuman lebarnya ke arah Baekhyun.
Astaga, kenapa aku bisa begini...?
Baekhyun hanya melontarkan senyum canggung seadanya, melambaikan tangan sekilas, lalu kembali ke ruangan belakang untuk menyiapkan barang-barangnya.
Park Chanyeol hari ini keterlaluan. Sumpah. Sumpah demi apapun.
Baekhyun menyapukan rambutnya ke belakang.
Kenapa hari ini Park Chanyeol begitu keterlaluan?
Kenapa... ia keterlaluan tampannya? Sampai-sampai Baekhyun harus menampar dirinya sendiri lantaran ia lupa caranya bernapas saat melihat wajah Chanyeol tadi.
Baekhyun menggeleng-geleng sendiri, berharap supaya bayangan wajah Chanyeol terlepas dari pikirannya—walaupun ujungnya sia-sia saja karena ia akan bertemu lagi dengan orang itu.
Tapi, tidak bisa.
Wajah Chanyeol, sikapnya akhir-akhir ini yang membuatnya meleleh, suara beratnya, dan terutama ciuman di dahi kemarin... terlanjur menempel semuanya di setiap sel-sel kelabu Baekhyun.
Dammit. Aku mau amnesia saja...
Baekhyun segera memasukkan celemeknya ke dalam lemari penyimpan, lalu mengecek penampilannya lewat cermin di samping lemari. Matanya lelah menyusuri penampilan kucelnya sehabis bekerja. Lihat saja, kedua mata sipitnya yang berkantung, kulit wajahnya yang sudah kusam, kemeja hitamnya yang berantakan...
Bagaimana bisa ia muncul di hadapan Park Chanyeol yang sudah berpenampilan sempurna dengan penampilan udiknya seperti ini?
Baekhyun mendesah panjang. Well, sebodo amat. Ia juga tidak serius-serius amat untuk menggaet perhatian Chanyeol. Ia kan hanya bersandiwara. Yap, ia hanya bersandiwara dan hampir saja Baekhyun melupakan kenyataan ini.
Baekhyun merapikan rambut dengan seadanya, lalu keluar dari ruangan belakang.
Ya, sekali lagi, sebodo amat dengan penampilan kucelnya.
Ia harus ingat kalau ia hanya mau membalaskan dendam Minah.
Well, walaupun dirinya sendiri suka bereaksi aneh dengan Chanyeol, tapi tetap saja ia hanya bersandiwara. Tidak boleh sampai main hati.
Tapi...
...tetap saja penampilannya buruk sekali...
.
.
xxx
.
.
Dia terlihat hebat sekali... Bahkan sehabis bekerja...
Chanyeol hanya terpaku ketika Baekhyun dengan kemeja hitamnya yang membuatnya terlihat semakin gorgeous datang perlahan menghampiri mejanya. Apalagi, Baekhyun tersenyum ramah ke arahnya. Entah mengapa hal sederhana seperti itu mampu membuat kedua lututnya lemas.
Terutama ketika Baekhyun mengambil tempat duduk di depannya dan berkata halo dengan suara yang menggemaskan, Chanyeol tidak tahu lagi apakah ia harus bernapas sekarang atau nanti saja.
"Sudah lama menunggunya?" tanya Baekhyun.
Bernapaslah, Chanyeol...
Chanyeol menarik napas sejenak dan menghembuskannya perlahan. "Hm, well, lumayan," jawabnya dengan jujur.
Timbul ekspresi bersalah di wajah Baekhyun. Hal itu segera ditangkap oleh mata Chanyeol, makanya ia buru-buru menambahkan, "Tapi, tidak apa-apa. Asalkan kau bekerja dengan baik hari ini, itu membuatku senang."
Baekhyun tersenyum canggung. "Hmmm, oke..."
Keduanya sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya Baekhyun kembali berkata, "Jadi, kita mau di sini saja atau di tempat lain?"
Chanyeol menangkup tangannya di atas meja, lalu menopang dagunya di sana. "Well, sebenarnya aku mau membawamu ke rumahku..."
Baekhyun langsung menganga.
WTF—barusan dia bilang rumahnya? Ru-mah-nya?
"K-kau serius?"
"Yap. Aku serius," Chanyeol tersenyum kalem. "Kau kemarin sudah membawaku ke rumahmu, sekarang giliranku untuk membawamu ke rumahku. Kupikir hal itu cukup baik agar kita semakin saling mengenal satu sama lain. Benar, kan?"
Baekhyun menatap Chanyeol, berusaha menyelidiki apakah laki-laki itu benar-benar serius—dan, oh crap, dia benar-benar serius.
Baekhyun menggigit bibir bawahnya dengan ragu.
Astaga, Baek, be mature. Kau sudah dewasa dan kendalikan pikiranmu. Ini bukan berarti kau datang ke rumahnya dan akan hook up semacam itu. Tidak, tidak. Selama kau masih bisa menjaga pikiran dan kesadaranmu, kau akan baik-baik saja...
Baekhyun menarik napas, berusaha membuat dirinya lebih baik lagi, lalu mengangguk.
Ini hanya sandiwara. Jangan terbawa perasaan.
Hindari alkohol...
"Oke, kita akan ke rumahmu."
Chanyeol langsung tersenyum cerah.
.
.
xxx
.
.
Di luar dugaan, rumah seorang pemilik Ten Company, sebuah perusahaan alat musik ternama di Korea Selatan, hanyalah sebuah rumah sepetak, mungil, bergaya minimalis modern, tapi tetap terlihat asri. Betul-betul di luar bayangan Baekhyun di mana rumah Chanyeol nantinya akan tetap bergaya minimalis modern dengan warna hitam-putih yang mendominasi, tetapi memiliki ukuran yang lebih luas lagi dengan halaman rumah yang dipenuhi pohon bambu dan pohon pinus dan tampak amat sangat megah. Tapi... yang ini benar-benar di luar dugaannya.
"Welcome to my little house...," ucap Chanyeol dengan aksen lucu. "Kau pasti penasaran kan kenapa rumah pemilik Ten Company bisa sekecil ini saja?" Chanyeol meringis sekilas ketika ia salah membelokkan mobilnya. Ia memundurkan mobilnya sedikit, lalu kembali maju dengan posisi yang benar menurutnya.
Baekhyun agak terkesiap ketika Chanyeol seakan-akan bisa menebak isi pikirannya. "Well, kenapa?" tanyanya penasaran.
"Karena dari dulu, aku mau rumah yang kecil-kecil saja," balas Chanyeol sambil tersenyum penuh arti. "Nah, kita sudah sampai. Ayo, turun."
Baekhyun bersyukur karena Chanyeol tidak memperlakukannya seperti perempuan yang harus dibukakan terlebih dahulu pintunya. Baekhyun segera membuka seat belt-nya, lalu membuka pintu sendiri dan melompat keluar dari mobil. Ia segera menyusul Chanyeol yang sudah lebih dulu berada di depan pintu masuk.
"Tapi, kau tidak takut hal ini akan mencoreng imejmu sebagai pemilik perusahaan ternama di Korea?" ceplos Baekhyun dan ia langsung menyesal betapa bodohnya pertanyaannya barusan itu.
"Tidak sama sekali," Chanyeol menempelkan jempolnya di pendeteksi sidik jari. Sedetik kemudian terdengar suara "klik" dan pintu langsung terbuka. "Lagipula, kalau ada yang mau mewawancaraiku, mereka akan kusuruh ke apartemenku saja."
"Jadi, kau punya apartemen lagi?"
"Ya. Di daerah Gangnam."
Hm, betul-betul orang kaya, gumam Baekhyun dalam hati.
"Jujur saja," Chanyeol tiba-tiba kembali angkat suara sambil menyalakan lampu rumah. Tampaklah sebuah ruang tamu yang sederhana dengan karpet bulu yang membuat Baekhyun rasanya mau berguling-guling di atas sana. "Ini adalah pertama kalinya aku mengajak seseorang ke sini."
Baekhyun terdiam sejenak. Oh, dia ingin menarik simpatiku...
"Ah, terima kasih," balas Baekhyun, pura-pura tertarik dengan ucapan Chanyeol.
"Yup," Chanyeol tersenyum senang, sampai-sampai kedua matanya hanya berbentuk segaris saja. "Silakan duduk."
"Ah, ya. Terima kasih." Dan Baekhyun langsung menduduki salah satu sofa di sana.
Chanyeol ikut duduk di sofa yang sama sambil membuka jasnya dan membuka satu kancing teratas kemejanya. Pemandangan yang cukup "panas" bagi Baekhyun yang melihat langsung adegan tersebut.
"Kau mau minum apa?" tanya Chanyeol, membuyarkan pikiran Baekhyun yang mulai ke mana-mana.
"Ada apa saja?" tanya balik Baekhyun dengan suara serak, kemudian ia mendeham untuk membersihkan tenggorakannya.
"Aku punya semua yang kau mau."
Baekhyun menahan napasnya ketika Chanyeol berkata seperti itu.
Apa?
"Well, aku punya susu, kopi, teh, sirup, dan bahkan aku punya wine dan vodka. Kau mau yang mana?"
Baekhyun mengerjapkan matanya. Ya, Tuhan, pikirannya terlalu berlebihan barusan.
"Aku mau susu saja," jawab Baekhyun akhirnya.
"Tapi, aku hanya punya susu kotak. Kau keberatan dengan itu?"
"Tidak. Tidak sama sekali," Baekhyun menggeleng.
Chanyeol tersenyum lurus ke arah Baekhyun. "Tunggu sebentar, ya. Akan kuambilkan."
Baekhyun hanya dapat mengangguk kaku seiring Chanyeol berdiri dan meninggalkannya menuju dapur.
"Kau mau rasa apa, Baekhyun-ah? Cokelat? Vanila? Atau stroberi?" sahut Chanyeol dari arah dapur.
"Stroberi," sahut Baekhyun balik dengan antusiasme yang tiba-tiba muncul.
Chanyeol tidak menjawab, tapi beberapa saat kemudian, sosok tingginya muncul dengan sekotak susu di masing-masing tangan kanan dan kiri. Chanyeol duduk di tempatnya duduk tadi, lalu menyerahkan kotak susu berwarna merah muda ke arah Baekhyun. Baekhyun menerima kotak itu dengan mata berbinar-binar.
"Kamu suka susu rasa stroberi?" tanya Chanyeol setelah meminum susu cokelatnya sendiri.
"Sangat~" Baekhyun langsung menghirup sedotannya dengan wajah penuh damai. Hal itu mengundang kikikan geli dari Chanyeol.
"Kamu lucu," ucap Chanyeol.
Baekhyun melirik Chanyeol dari ujung matanya. "Apakah seseorang yang menyukai rasa stroberi itu tergolong lucu?"
"Bukan itu maksudku," ralat Chanyeol, masih dengan senyuman geli menghiasi wajah tampannya. "Maksudnya, kau yang lucu. Byun Baekhyun, kau orang yang lucu."
Baekhyun yang terlalu menikmati susu stroberinya hanya bersikap acuh tak acuh dengan pujian—sepertinya yang tadi dapat tergolong sebagai pujian—dari Chanyeol dan hanya menanggapi, "Well, tapi aku bukan badut yang lucu."
Chanyeol masih mempertahankan senyuman lebarnya, lalu ikut menyeruput sedotannya seperti Baekhyun. Tak lama kemudian, terdengar suara seruput keras dari Baekhyun, yang menandakan bahwa susu stroberinya sudah habis, saat itulah Chanyeol ikut menyeruput keras susunya supaya cepat habis seperti Baekhyun.
Chanyeol menaruh kotak susu kosongnya di meja kecil di hadapannya, lalu menatap Baekhyun lagi. "Jadi, kau masih mau menambah susu lagi... atau bagaimana?"
Baekhyun menatap Chanyeol dengan berbinar-binar, tapi sedetik kemudian tatapannya berubah dan ia mendeham. "Ah, tidak usah. Aku sudah... kenyang."
Chanyeol tahu kalau Baekhyun berbohong, makanya ia kembali bangkit berdiri, lalu berjalan ke arah dapur. "Tunggu sebentar, ya. Aku mau mengambilkan cemilan juga."
Baekhyun hanya manggut-manggut sampai Chanyeol kembali datang dengan ditemani oleh dua kotak susu stroberi yang masih dingin dan setoples penuh cookies.
Baekhyun mendesah dalam hati. Oh... favoritku...
Chanyeol tampaknya tahu kalau Baekhyun juga menyukai cookies, lalu mengerlingkan matanya pada pemuda mungil yang masih terpana dengan toples yang dibawanya itu. "Silakan dicoba. Aku yang memanggangnya sendiri."
Baekhyun mengambil satu cookie teratas, lalu menggigitnya. Enak sekali.
"Kau memasak sendiri?"
"Hmmm, iya...," kata Chanyeol dengan tersipu. "Aku tahu ini pekerjaan feminin, tapi karena aku tinggal sendiri, jadi mau tidak mau aku harus bisa memasak sendiri."
Baekhyun mengerutkan keningnya. "Apakah kamu tipe orang yang selalu menggolongkan semua hal?"
Chanyeol tampaknya kaget dengan pertanyaan Baekhyun yang agak melenceng dari topik awal. "Hmmm... Well, yeah... Ketahuan banget, ya?"
"Iya, sih," jawab Baekhyun dengan jujur. "Soalnya kamu selalu menggolongkan segalanya dengan feminin dan maskulin."
"Itu mengganggumu?"
"Tidak mengganggu, sih. Hanya... unik." Baekhyun agak ragu apakah kata "unik" dapat diterima oleh otak Chanyeol sebagai pujian atau malah ejekan.
Tapi, untungnya Chanyeol tertawa lepas, lalu berkata, "Aku aneh, Baek. Bukan unik."
Baekhyun hanya tersenyum, lalu mengambil kembali cookie-nya. "Omong-omong, rumahmu ini nyaman. Jauh dari kebisingan."
"Terima kasih."
"Kenapa kau mau rumah yang kecil seperti ini? Ini masih jauh dari bayanganku—sungguh," tanya Baekhyun dengan penasaran.
"Aku hanya... well, aku membayangkan kalau suatu saat nanti aku akan mempunyai pasangan yang amat sangat kucintai, aku akan membawanya untuk tinggal bersamaku di sini. Aku tahu kalau aku adalah pemilik Ten Company yang pastinya akan sering mendapatkan wawancara dari majalah atau media lainnya. Jadi, aku tidak mau pasanganku nanti terganggu dengan kegiatanku itu. Lagipula, aku ingin menyimpan persoalan tentang kehidupan pribadiku rapat-rapat di rumah mungil ini. Dan kalaupun aku menikah dengannya, rumah mungil ini akan benar-benar menjadi tempat yang pas buat ditinggali bersama. Tinggal di rumah seperti ini akan membuatmu merasa seperti dipeluk nantinya," jelas Chanyeol panjang lebar.
Baekhyun menatap Chanyeol dalam diam sejenak, sebelum akhirnya menanggapi, "Wow. Kau punya visi yang hebat," sambil tersenyum tulus.
"Bukan visi. Hanya imajinasi." Sekali lagi, Chanyeol meralat ucapan Baekhyun.
Baekhyun menaikturunkan alisnya. "Terserahmu saja..."
Sempat hening sejenak sebelum akhirnya Chanyeol bertanya, "Omong-omong, kau belum mengirimkan hal-hal yang tak kau sukai dan kau sukai kepadaku!"
Baekhyun mengerjapkan mata. Pikirannya kembali mengingat bahwa Chanyeol kemarin malam—tengah malam sebenarnya—mengirimkan pesan kepada Baekhyun.
.
From: Park Chanyeol
Hai, Baekhyun-ah! Ini Chanyeol~
Aku mau memberitahumu tentang apa yang kusukai dan tak kusukai, supaya kau bisa mengenalku dengan baik, begitu juga dengan aku bisa mengenalmu dengan baik.
Picture received.
.
Baekhyun membuka foto yang diterimanya. Rupanya Chanyeol memotret catatannya tentang hal kesukaan dan hal yang tidak disukainya. Karena tulisan Chanyeol sangat rapi, Baekhyun dapat dengan mudah membaca apa saja yang ditulis laki-laki itu.
.
Hal yang tidak kusukai:
- Topi-topi koleksiku dipinjam sembarangan.
- Kata-kata kasar.
- Orang yang tidak ramah.
- Orang yang tidak jujur.
Hal yang kusukai:
- Makan.
- Tidur.
- Byun Baekhyun.
.
Wajah Baekhyun seketika memerah ketika mengingat foto yang dikirim oleh Chanyeol. Chanyeol memasukkan nama Baekhyun ke dalam daftar hal yang disukainya seharusnya dapat ditebak oleh Baekhyun sejak awal—berhubung karena mereka masih ada di dalam waktu pendekatan—tapi, entah mengapa, tetap saja begitu melihat namanya tertulis di sana, Baekhyun merasa jantungnya berdebar kencang dan pipi yang memanas. Otaknya bahkan kosong. Hanya kilatan rasa senang yang harusnya tidak dirasakannya.
"Hei, apa yang sedang kau pikirkan?" Suara berat Chanyeol mengembalikan Baekhyun ke dunia nyata.
Secepat mungkin Baekhyun langsung membalas, "Ah, a-aku lupa soal itu..."
Chanyeol, tanpa kecurigaan sama sekali, hanya manggut-manggut dan berkata, "Kalau begitu, kau bisa menceritakannya langsung padaku."
Baekhyun yang tampaknya masih asyik di dalam pikirannya langsung menyahut, "Hah? Apa?"
"Kau menceritakan langsung padaku tentang apa yang kau suka dan tidak kau sukai padaku. Kau juga bisa menceritakan lagi padaku tentang ketidaksukaanmu pada tiram," Chanyeol menatap Baekhyun dengan antusias. "Aku siap mendengarkan cerita panjangmu~" tambahnya dengan senyum menggoda.
Baekhyun yang tidak tahu harus mulai dari mana hanya bisa berkata, "Well, aku tidak suka tiram."
"Lalu?" pancing Chanyeol.
"Aku juga tidak suka timun. Pokoknya aku tidak suka makanan-makanan lembek karena itu menjijikan," lanjut Baekhyun dengan wajah jijik dan geli membayangkan makanan-makanan tersebut.
"Apa lagi?"
"A-aku..." Entah mengapa, tiba-tiba Baekhyun teringat akan Minah yang datang kepadanya pada hari itu. Baekhyun mengepalkan tangannya. Entah dari mana dan sejak kapan emosi muncul begitu saja di dalam hatinya. "Aku... juga tidak suka dengan orang penjilat. Yang bermulut manis dan suka mengumbar kebohongan di mana-mana..."
Chanyeol masih diam mendengarkan. Sementara bayangan Minah yang menceritakan tentang segala akal busuk Chanyeol semakin menguat di dalam pikiran Baekhyun.
"Aku tidak suka orang yang baik terhadap orang lain karena dia mau sesuatu. Aku tidak suka orang yang tidak tulus. Aku tidak suka orang yang munafik dan bermuka dua. Aku tidak suka orang yang hanya mau menang sendiri. Aku tidak suka..."
Baekhyun berhenti sejenak. Bayangan Minah menangis tiba-tiba muncul di kepalanya, membuat emosinya semakin membuncah keluar.
"A-aku juga tidak suka orang yang menyakiti sahabatku. Apalagi orang yang membuatnya menangis. A-aku bersumpah akan membalas orang itu seribu kali lipat banyaknya. Aku tidak suka orang yang memberikan harapan palsu seperti itu. Aku... a-aku..."
Minah menangis. "Dia... mencampakkanku, Baek... Kemarin..."
Chanyeol tersenyum tulus. "Kau memasukkan cinta ya ke dalamnya? Bukan hanya badanku yang jadi hangat, tapi rasanya perasaanku padamu jadi menghangat..."
Baekhyun berjanji. "...Aku akan melakukan apapun demi sahabatku."
Baekhyun berjanji. Ia telah berjanji pada Minah untuk membalaskan dendamnya pada Chanyeol. Laki-laki brengsek ini sudah melukai sahabatnya—demi Tuhan—dan Baekhyun dengan segala kebodohannya terpesona, bahkan nyaris punya perasaan pada Chanyeol?
Baekhyun semakin mengepalkan tangannya. Emosinya meledak.
Sahabat macam apa aku ini?!
"Aku tidak suka sahabatku kau buang sembarangan seperti itu, Chanyeol! Aku... AKU TIDAK SUKA KAU! AKU MEMBENCIMU!"
Baekhyun seketika berdiri dari sofanya dan beranjak menuju pintu keluar. Sementara, Chanyeol yang masih terkejut dengan sikap Baekhyun yang begitu tiba-tiba itu otomatis ikut bangkit berdiri dan menyusul Baekhyun.
Hampir saja tangan Baekhyun mencapai kenop pintu ketika tiba-tiba Chanyeol menahan tangannya. Sontak hal itu membuat Baekhyun menoleh ke belakang dengan wajah marah luar biasa.
"Jangan tahan aku!" bentak Baekhyun.
Chanyeol terkejut mendengar suara keras Baekhyun yang jelas-jelas menyiratkan bahwa ia sedang amat sangat marah.
"B-Baek... aku sama sekali tidak mengerti kenapa kamu marah. Dan kau yang tiba-tiba membentakku dan mengatakan bahwa kau membenciku—aku benar-benar tidak mengerti maksudnya..."
Baekhyun menghentakkan tangannya supaya cengkeraman Chanyeol lepas dari tangannya, lalu menjawab, "Kau benar-benar brengsek, Park Chanyeol! Kau mendekati sahabatku begitu saja, lalu meninggalkannya seolah dia hanyalah sampah! Kurang ajar! Dan sekarang kau mengikuti blind date sialan ini, lalu mendekatiku, bahkan kau tahu segalanya tentang aku termasuk mengenai jam kerjaku! Setelah ini, kau akan berbuat apa lagi? Meninggalkanku? Haha—brengsek kau, Park Chanyeol!"
Mata Chanyeol tampak melebar dan ia seperti kehilangan kata-katanya selain bertanya, "Sa-sahabat? Siapa?"
"Bang Minah," jawab Baekhyun dengan lempeng. "Kau pasti tahu siapa dia, kan? Atau mungkin kau sudah melupakannya begitu saja?"
"Tunggu, kau kenal dengan Minah?"
"Tentu saja, Idiot," balas Baekhyun dengan sebal. "I'm out of this, Chanyeol. Aku mau keluar dari sini. Aku tidak tahan lagi. Dan kau—jangan sekali-kali kau berani menghubungiku lagi atau menghubungi Minah!"
Baekhyun—sekali lagi—hampir saja mencapai kenop pintu dan membuka pintunya, tapi kembali lagi Chanyeol menahan lengannya dan dengan sedikit pemaksaan memutar tubuh mungil Baekhyun.
"Jangan pergi, Baek," mohonnya. "Setidaknya, jangan pergi sebelum aku menjelaskan semuanya."
"Tidak ada yang harus kau jelaskan lagi, kan?"
"Ada," kata Chanyeol dengan tegas. "Sangat banyak, malah."
Baekhyun mendengus tawa sarkastis. "Lagipula, aku tidak mau dengar itu," katanya menahan jengkel. "Sekarang, lebih baik kau lepaskan aku dan membiarkanku pergi dengan tenang."
"Baek—"
"Lepaskan aku, Chanyeol..." Baekhyun meronta, minta dilepaskan. Tapi, Chanyeol semakin mengeratkan cengkeramannya.
"Kumohon...," Baekhyun semakin menggeliat dan menghentak-hentakkan tangannya, tapi Chanyeol semakin ingin menahannya.
"Baek, dengarkan aku dulu—"
"Chanyeol... Ini sakit..."
Chanyeol mengerjapkan matanya ketika sadar bahwa ia menggenggam pergelangan Baekhyun terlalu keras. Ia menatap Baekhyun dengan perasaan bersalah yang amat besar. Kedua mata laki-laki besar itu berkaca-kaca. Hal itu membuat Baekhyun seperti kehilangan suaranya secara tiba-tiba.
"Baek—please..."
Dan Chanyeol memeluk Baekhyun. Erat sekali.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Jangan tinggalkan aku lagi, Baekhyun..."
.
.
.
.
.
.
To be continued.
xxx
MAAF BANGET. SERIUS.
Cerita ini semakin gaje dan sebenarnya aku malu untuk meng-upload-nya /tutup muka/ Mana update telat banget pula /tutup diri/
Bukan hiatus, tapi writer's block. Lagian, apakah ada yg masih mau mengetahui lanjutan fanfic aneh bin gaje bin drama alay ini? Tolong review /emang gue kurang ajar ya/janji bakalan fast update nanti/
Thank you all~
Anyway, happy Christmas Eve buat yg merayakan^^ x
