Mesin Waktu
Vocaloid is not mine
Requested by CelestyaRegalyana-san
Genre : Family/Hurt/Comfort/Drama
Rated : T
Summary : Sebuah penemuan dari Kagene Miku, seorang ilmuwan, menghubungkan dirinya dengan seorang pengusaha sukses, Hatsune Mikuo / | Requested by CelestyaRegalyana-san|
.
.
.
.
Suasana di sebuah gedung tampak ramai. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari bagi para ilmuwan untuk menunjukkan karya yang mereka berhasil ciptakan selama dua tahun berfikir keras. Di gedung berlantai dua puluh itu, banyak orang berjas putih berlalu lalang, sibuk hendak mempresentasikan hasil penemuannya.
Sebuah mobil sedan hitam mewah, terpakir di pelataran gedung, melengkapi barisan parkir mobil yang telah datang sebelumnya. Seorang pemuda berambut teal, ditemani seorang asistennya memandang para ilmuwan yang sibuk berlalu lalang membawa penemuan mereka ke dalam gedung itu.
"Penemuan apa yang akan mereka tunjukkan kali ini?"
Di sisi lain pelataran gedung, seorang gadis berkucir dua―yang lebih dikenal dengan sebutan twin tails― tersenyum puas memandangi hasil penemuannya.
Sebuah penemuan hebat, meski belum pernah ia coba. Ia ingat bagaimana susah payah membuat benda yang masih tertutup sempurna di balik kain berwarna hitam ini. Dalam ajang penemuan kali ini, ia yakin tidak akan kalah.
Dua tahun lalu, masih tergambar jelas, ia kalah dari seorang ilmuwan bernama Akita Neru. Neru berhasil menciptakan sebuah robot yang 85% mendekati manusia. Bicara dan jalannya lancar. Bahkan bisa berbicara dalam beberapa bahasa sekaligus. Motionnya hampir tanpa cacat. Luar biasa.
Apa Neru akan ikut lagi kali ini? Miku yakin sekali akan memenangkannya. Penemuan luar biasanya ini belum pernah ada.
"Miku, bersiap untuk pameran ya?" Seorang lelaki menghampiri Miku.
"Onii-chan! Kebetulan! Bantu aku membawa ini!"
Pemuda berambut hitam yang disebut 'onii-chan!' itu hanya menghela nafas. "Maa, mau bagaimana lagi. Tapi, kenapa penemuanmu besar sekali? Kita harus meminjam kereta dorong." Ujarnya dengan wajah sedikit kebingungan. "Rei-nii tidak mau membantu, ya?" Miku menunduk, wajahnya memelas.
"Bu-bukan begitu!" Sanggah Rei. Rei tidak mungkin mengangkat benda sebesar ini sendirian. Ia harus dibantu seorang lagi.
Miku berlari meninggalkannya.
"O-oi!"
"Butuh bantuan?" Seorang pemuda teal, mengenakan jas kelabu dan kemeja putih, dilengkapi dengan dasi biru bergaris putih― menghampirinya.
"Ha-Hatsune-san!" Rei langsung membungkuk hormat.
Namanya Hatsune Mikuo, pemilik Hatsune Corp. , adalah salah satu perusahaan sponsor untuk acara kali ini. Rei hanyalah pekerjanya―asistennya.
"Rei terlihat begitu rendah."
"A-ap?!" Rei mendongak, ingin tahu siapa yang mengejeknya.
"Rin-chan?!"
"Yoroshiku." Rin membungkuk.
"Kulihat kau kesulitan, Rei. Aku akan membantumu." Mikuo menyingsingkan lengan jasnya.
"Ti-tidak perlu repot-repot."
"Ayo."
Rei menurut saja, ia segera mengangkat benda hasil penemuan Miku bersama bosnya. Ayolah, ini seolah ia menginjak-injak harga diri bosnya. Rei berdoa, berharap ini bukan pertanda bahwa dirinya seorang pekerja durhaka.
Mereka kini telah meletakkan benda itu berjejer dengan penemuan lainnya.
"Kira-kira, penemuan apa ini, Rei? Besar sekali." Mikuo jadi penasaran benda apa yang ia angkat bersama Rei tadi.
"Aku tidak tahu. Miku yang membuatnya." Jelas Rei.
"Miku? Maksudmu adikmu, Kagene Miku?" Mikuo menaikkan satu alisnya. Rei mengangguk. Bagaimana bisa, Mikuo tidak tahu? Ia berpartisipasi dalam ajang serupa dua tahun lalu, tapi kalah oleh penemuan ilmuwan bernama Akita Neru. Ya, memang penemuannya sederhana dan tidak kompleks seperti milik Neru, tapi hasil penemuannya cukup menarik. Sebuah mesin pencipta energi dari tenaga petir. Menarik, bukan? Sayangnya, penemuannya ini belum bisa diterapkan karena resikonya juga tinggi. Mikuo berharap Kagene Miku itu juga akan menciptakan sesuatu yang menarik juga tahun ini.
Rin yang sedari tadi berada di sebelah bosnya mengernyit heran. Bosnya tersenyum sendiri dengan tidak jelas dan tidak elit. Tapi, Rin diam saja.
"Kurasa aku harus masuk dulu. Kami menunggu penemuan adikmu." Mikuo berlalu diikuti Rin, masuk ke dalam sebuah lift.
Rei terdiam hingga bahunya ditepuk keras.
"Aah!"
"Onii-chan, kukira kau kemanakan hasil penemuanku. Ternyata disini." Miku menunjukkan wajah cemberutnya =3= .
"Tidak lah. Semoga sukses, ya! Aku masih ada banyak pekerjaan!" Rui berlalu meninggalkannya. Miku sudah mendapatkan ide untuk mesinnya. Ia memasang empat roda kecil di bawahnya tanpa butuh waktu lama. Miku tersenyum puas mendorong hasil temuannya.
"Hatsune-san, senang bertemu kembali." Seorang menyapa Mikuo yang baru saja masuk ke sebuah ruangan.
"Hisashiburi, Kokone-san." Mikuo membalasnya. Mikuo, ditemani Rin duduk di kursi yang telah disediakan di dalam sana. Kursi untuk para pemilik perusahaan sponsor, terutama Hatsune Corporation. Mereka adalah penyumbang dana terbesar. Selain beberapa perusahaan lain, tentunya.
Miku mendapat nomor urut entah keberapa, tapi antrian terlihat panjang sekali di depannya. Ia sesekali melongok, melihat apakah antriannya sudah berkurang atau belum karena terhalang oleh ukuran benda hasil ciptaannya.
"Kagene-san?"
Miku menoleh. Saingannya berdiri tepat di belakangnya.
"Akita-san?" Miku mengerjap beberapa kali.
"Kali ini aku akan mengalahkanmu kembali! Aku sudah menciptakan temuan baru yang hebat!"
Miku mendengus, "Kau kira aku tidak menciptakan sesuatu yang hebat?" Neru tertawa melihat ekspresi kesal Miku.
"Kagene, jangan tegang begitu." Neru memukul bahunya pelan beberapa kali. Miku swt. Diyakini ada background pink plus bunga-bunga bertebaran.
"Kita lihat saja, siapa yang tertawa paling akhir, Akita-san." Miku melihat depan kembali, kemudian mendorong hasil temuannya. Neru hanya tersenyum, entah dalam arti apa.
.
.
.
.
Mikuo masih belum melihat kehadiran adik asistennya, Kagene Miku. Entah kenapa, ia tertarik dengan penemuan gadis itu. Aneh dan kreatif. Ia menciptakan sesuatu yang tidak terfikirkan oleh orang lain. Rei bercerita, Miku menciptakan banyak benda untuk membantu kehidupan sehari-hari. Contohnya, kulkas pemanasnya. Jadi, di dalam kulkas, suhu udara bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Bisa panas atau dingin. Sederhana, tapi menarik. Pernah juga Rei bercerita, adiknya membuat mesin penanak nasi. Apanya yang hebat? Menanak nasinya hanya butuh waktu 10 menit. Mengesankan. Karena itu, begitu mengetahui Kagene Miku kembali mengikuti kompetisi ini, dirinya datang untuk melihat kembali.
Namun, ia tak kunjung melihatnya. Mikuo melirik jam tangannya. Satu jam lagi, ia harus pergi dari sini. Derita sebagai CEO perusahaan besar. Ia ada rapat penting yang tak bisa ia tinggalkan. Dan ia cemas, jika dalam waktu satu jam ia tidak bisa melihat hasil penemuan Kagene Miku, ilmuwan yang menarik perhatiannya.
Rin melihat wajah bosnya. Ada aura suram serta keputusasaan tergambar jelas disana. Wajahnya jadi menjijikkan. Rin memalingkan wajahnya. Jika bosnya dikira orang gila, ia cukup berkata tidak mengenalinya.
"Berikutnya, Momone Momo-san."
Miku mengeluh, kakinya mulai terasa sakit karena terlalu lama berdiri. Sudah 45 menit ia berdiri. Dan ia merasa kakinya akan keram. Tahan, Miku. Tahan, ucapnya dalam hati. Miku maju beberapa langkah, dan ia kini berada tepat di depan pintu takdir barunya. Yang akan membawanya menuju masa depan yang lebih baik.
"Hatsune, kau baik-baik saja?" Neru menyadari ada yang tidak beres dengan Miku ketika melihat kakinya bergetar hebat.
"Aku..baik-baik.."
WUUSSH
GREEKK
Tanpa disangka, seseorang melesat cepat mendorong temuan Miku ke arah luar. Sebelum Miku sadar dan mengejarnya, ia terjatuh karena sakit di kakinya. Sialan! Padahal gilirannya sebentar lagi! Miku melepas jas putihnya, mengabaikan kakinya, berlari mengejarnya.
Neru dan ilmuwan lain cengo melihatnya. Berkedip beberapa kali.
Mikuo mendelik. Tujuh menit lagi ia harus angkat kaki dari tempat ini. Tapi, Kagene Miku belum juga muncul. Ia mulai bosan. Mikuo menguap.
Rin sedikit menjauh saat aroma jengkol menyeruak. Bosnya adalah penggemar jengkol dari Indonesia. Bukan itu masalahnya. Apa bosnya tidak sikat gigi seusai menyantap kutukan bernama jengkol itu? Ouch, kimochi warui.
Miku mendapati hasil temuannya ditinggalkan di bawah sebuah pohon berjarak dua setengah kilometer dari gedung. Memang mustahil membawa benda sebesar ini kemana-mana. Apa pencuri itu sudah menyerah, ya?
Miku melirik arloji, sudah jam setengah dua siang rupanya. Ia terlambat memamerkan hasil temuannya. Ia diberitahu kakaknya bahwa bos kakaknya itu ada rapat penting jam satu siang. Miku duduk di bawah pohon, melepas lelah karena berlari. Ia mendongak ke atas, menikmati suasana rindang di bawah pohon besar ini.
"Akan kusimpan untukku sendiri saja."
Entah salah apa Mikuo, hari ini dia sial sekali. Sudah tak melihat penemuan ilmuwan bernama Kagene Miku itu, rapat panjang, kepeleset kulit pisang, bahkan ketika mengantar Rin―asistennya itu pulang, ia mendapat tatapan tajam dari suami Rin, Kagamine Len. Padahal ia yakin selalu berbuat baik dan rajin bersedekah sepanjang hidupnya.
"Kau pulang dengan bosmu?" Suami Rin, Len bertanya dengan menatap curiga pada Mikuo.
"Sudahlah. Aku mau masuk. Kau mau makan malam atau tidak?"
Len masih menatap Mikuo tajam sebelum menutup pintu rumahnya.
.
.
.
Mikuo menyetir mobilnya agak kencang. Suasana malam adalah saat yang terbaik untuk melepas jenuhnya. Ini sudah larut, tapi ia masih menginjak pedal gas dari Miyagi ke ke Tokyo, karena rumah Rin ada di Miyagi. Rin itu irit―bukan pelit. Pikiran sebagai ibu rumah tangganya memang jalan. Menggunakan sindiran halus bahwa bos yang baik adalah yang mengantar pekerjanya pulang. Bingo. Mikuo terpancing. Bilang aja dia lagi gak punya uang, susah banget sih? Dasar tsundere. Gimana dia ama suaminya nikah dulu, ya? Bukan urusan Mikuo.
Mikuo memelankan mobilnya ketika melihat seorang wanita mendorong sebuah benda besar. Mikuo menghentikan laju mobilnya. Meski samar, ia yakin mengenalinya. Mikuo turun dari mobil dan menghampirinya.
Yang dihampiri juga terkejut. Miku rupanya.
"A-anda.."
Hening beberapa saat hingga Mikuo menawarkan ajakan pulang bersamanya. Kebetulan, rumah Rei searah dengan rumahnya. Miku mengangguk.
"Tapi, bagaimana dengan ini?" Miku memandangi hasil ciptaannya.
"Oh, ini penemuanmu? Sayang sekali aku tak melihatnya tadi." Sesal Mikuo.
"Ie. Aku terlambat kembali, karena anda ada rapat penting. Percuma saja kembali jika sponsor terbesar tak melihat penemuan hebatku." Miku menatapnya lurus.
"Kau ingin mengembangkannya?" Tanya Mikuo.
"Daripada mengembangkan, lebih cocok disebut memperbaiki apa yang kurang." Sahut Miku. Miku tidak tahu, kenapa Mikuo jadi SKSD gitu. Tapi, menurut Miku, Mikuo adalah pundi-pundi uang yang menjanjikan untuk pengembangan hasil penelitiannya. Ayolah, Miku bukan keturunan Rockefeller atau Rotschild. Jangankan keturunan, sekedar kenal saja tidak. Dia hanya manusia biasa. Gajinya sebagai ilmuwan tidak dirasa cukup menopang kebutuhan ini-itu yang semakin melonjak harganya. Bisa mampus pelan-pelan dia.
"Kagene-san?"
Miku mengangguk cepat.
"Tapi, bagaimana dengan benda penemuanku, Hatsune-san?" Miku bertanya.
"Hm, bagaimana, ya?"
Sepanjang perjalanan pulang, mereka berdua tertawa. Miku tidak tahu jika bos kakaknya itu cukup bersahabat juga. Pantas saja, kakaknya senang bekerja di tempat Mikuo. Bosnya ramah, baik hati, dan tidak sombong.
Mereka sudah sampai di rumah bertuliskan 'Kagene' di pagar depan. Miku mengucapkan terima kasih. Mikuo membantu melepaskan ikatan tambang pada benda penemuan Miku. Rupanya tadi digeret toh. Lah, tambang darimana coba? Jangan difikirkan, bagian ini tidak penting sebenarnya.
"Maaf merepotkanmu, Hatsune-san."
"Tidak apa." Mikuo tersenyum. Miku membalasnya. Hatsune Mikuo benar-benar bos idaman para pekerja.
"Kalau boleh tahu, benda apa yang kau temukan?" Mikuo penasaran. Penemuan Miku terdapat seperti semacam pintu kecil saat kainnya disibak.
"Mesin waktu, Hatsune-san." Jawab Miku sambil mendorong hasil penemuannya masuk ke pekarangan rumahnya.
Eh?
Mikuo tidak salah dengar, kan?
Tanpa Mikuo sadari, Miku sudah masuk ke dalam rumah bersama benda besar itu. Mikuo hanya mendesah pelan. Kali ini penemuan Miku sangat luar biasa. Mikuo jadi ingin mencoba mesin waktu itu. Namun dirinya tersadar.
Meski hanya sekali, ia ingin mencoba melewati waktu, dan ingin tahu jawaban atas pertanyaan yang selama ini melekat di otaknya. Hal terakhir yang dikatakan mendiang ayahnya masih teringat jelas. Ayahnya menggumamkan kata 'saudaramu' sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Mikuo ingin tahu apa itu benar. Setahunya ia hanya anak tunggal. Alangkah bahagianya jika ternyata Mikuo memiliki saudara. Mikuo perlu penemuan Miku untuk itu.
Mikuo segera memasuki kembali mobilnya. Ia melajukannya ke arah rumahnya.
Tsuzuku
Maaf lama dan jadinya seperti ini, CelestyaRegalyana-san /^\ semoga ini sudah sesuai. Gomen bukan oneshoot, karena saya rasa klo dibikin oneshoot gak ada gregetnya/?/ karena saya bingung penemuannya apa, yaudah mesin waktu aja*gigitjari
Akhir kata, mohon maaf bila banyak kekurangan (_ _)