Super Junior Daily School Life

Author :
Ryuuga1315

Cast :
Super Junior
Para OC

Genre :
School Life Friendship

Rated :
T

Disclaimer :
Super Junior (SM)
Story (Me!)

Warning :
!TYPO'S!
Bukan cuma salah ketik huruf tapi juga ilang satu kata.
Baca pelan pelan, alurnya lumayan cepet.


*SuperJuniorDailySchoolLife*

Ga suka? jangan baca, gampang kan? :v

!Happy Reading!


"Ryeowook, boleh aku pinjam bukumu? Aku tidak sempat mengerjakan tugasku semalam."

Ryeowook dengan senang hati memberikan buku tugasnya pada Yesung. Baginya ini suatu kehormatan karena bisa bermanfaat bagi teman sekelasnya.

"Tidak perlu alasan begitu, bilang saja kau malas mengerjakannya. Aku tahu kau ada di sekolah sampai malam kemarin." Kangin tidak senang melihat Yesung yang sok manis pada Ryeowook, agar anak itu meminjamkan bukunya pada Yesung.

Yesung mendengus, "Aku ini sibuk. Karena itu saat kalian pulang aku masih di sini, aku berlatih untuk mengisi acara kelulusan nanti."

Oh... Benar juga, kelulusan. Yesung mengingatkan teman temannya akan hal itu, sebentar lagi, setelah ujian negara, mereka akan lulus dari sekolah ini. Entah akan jadi apa dan bagaimana nanti mereka setelah memiliki jalan mereka masing masing.

"Setelah lulus, apa yang akan kalian lakukan?" Sungmin melontarkan pertanyaan mainstream murid senior sekolah yang akan lulus.

"Tidak tahu... Lihat saja nanti." Dan Eunhyuk memberikan jawaban mainstream murid senior sekolah yang tidak punya arah.

Kali ini biarkan Henry yang bicara, "Kalau ingin kuliah, kalian ingin masuk universitas mana? Jika kalian langsung bekerja, ingin bekerja di mana?" Ini pertanyaan mainstream para sanak saudara dan tetangga.

"Aku ingin jadi pengangguran dulu sementara waktu, kalau sudah muak menganggur aku baru menentukannya." Heechul mencerminkan orang orang yang tidak punya arah dan tujuan karena faktor biaya dan niat.

Leeteuk tidak setuju dengan keputusan Heechul, "Kau tidak boleh begitu, kau bisa kuliah kenapa tidak ingin kuliah?"

"Aku tidak mau merepotkan orang lain."

"Nah, kalau begitu. Bekerjalah, seperti aku."

"Aku tidak sudi diperintah orang lain, aku bukan kau."

"...Jadi pengusaha?"

"Aku tidak punya modal."

"...Kalau begitu, mendekat padaku. Biar ku cekik lehermu." Leeteuk kehabisan sabar juga. Heechul menatapnya sinis, "Kenapa? Aku bilang aku ingin menganggur dulu nanti akan ku tentukan jalanku sendiri!"

Hankyung mendengus, "Aku tidak mengerti. Kenapa kalian ribut tentang apa yang kalian lakukan setelah kalian lulus... Kita bahkan belum ujian, bagaimana kita tahu kita lulus atau tidak?"

Oh iya, benar. Lulus saja belum, sudah ribut duluan.

"Setidaknya, kita harus punya tujuan." Mulut Ryeowook dengan cepat ditutup oleh tangan Henry, takut ada yang tersinggung dengan kalimat Ryeowook tadi.

Heechul paham maksud kode Henry tadi, "Oh? Hey! Aku punya tujuan tahu! Tujuanku itu menganggur untuk sementara."

"Muak ya dengan perlakuan sekolah? Jadi kau seperti ini..." Donghae memang teman yang pengertian, Heechul merasa senang dimengerti seperti ini.

"Hey kembalikan filmku!"

Donghae tahu ini akan terjadi, Hankyung seperti penagih hutang di matanya, "Nanti ya... Aku lupa membawanya hehe."

"Ish kau ini!"

Tok tok.

Hampir saja Hankyung memukul Donghae. Terima kasih pada siapapun yang telah menginterupsi emosi Hankyung.

Zhoumi membuka pintu masuk murid, "Oh ketua kelas sebelah ya? Silahkan masuk... Ada perlu apa?" Sambut anak jangkung itu dengan ramah.

"Ah, tidak perlu. Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Bong Seonsaengnim untuk kalian. Katanya, kalian dipanggil kepala sekolah ke ruangannya dan datanglah sesegera mungkin. Hanya itu, aku permisi." Ketua kelas XII-I itu pamit lalu pergi menuju kelasnya setelah penerima kabar mengucapkan terima kasih padanya.

Lalu setelah itu...

Wajah wajah kebingungan terpampang jelas di kelas itu. Berpikir. Berpikir. Berpikir. Tidak menemukan alasannya. Akhirnya menyerah dan terpelatuk.

"Gila! Memangnya apa yang kita lakukan kemarin?! Kita hanya main werewolf seharian!" Meledak sudah emosi Cho Kyuhyun, dituduh yang tidak tidak sampai dipanggil orang penting adalah hal yang tidak ia suka.

"Sudah ku bilangkan? Seharusnya kita menghajar mereka habis habisan kemarin." Eunhyuk sepertinya sudah lelah, entah berapa kali ia memberitahu teman temannya tentang ini tapi tidak ada satupun yang setuju dengannya.

Donghae menepuk bahu Eunhyuk, "Tidak kemarin, sekarang adalah saat yang tepat untuk menghabisi mereka. Ayo!"

"Tunggu dulu." Dengan timing yang tepat, Leeteuk memotong keinginan Donghae di tengah jalan. Dia kembali melanjutkan kalimatnya, "Sebelum itu, lebih baik kita ke ruangan kepala sekolah. Kau tidak ingin kita mendapat masalah yang lebih berat kan?"

"Tapi kan-"

"Sudah ayo." Hankyung menuntun Donghae sebelum anak itu kelepasan kendali. Repot jika emosinya menyambar ke Eunhyuk, kelas mereka akan semakin mendapat masalah yang lebih banyak.


*SuperJuniorDailySchoolLife*


Di Ruang kepala sekolah.

"Jadi bagaimana ceritanya? Masalah apa lagi yang kalian buat?" Kepala sekolah yang kepalanya licin itu bertanya dengan wajah tanpa dosanya dihadapan wajah wajah tidak menyenangkan.

Kyuhyun maju selangkah dari barisan teman temannya, "Bukan kami yang melakukannya Pak! Kami dituduh!"

"Jika kau ingin berkata kasar, silahkan saja Cho Kyuhyun. Aku juga tidak akan segan mengeluarkanmu dari sekolah hari ini."

Ancaman yang mematikan.

Leeteuk berinisiatif menjelaskan semuanya pada kepala sekolah, "Kami meminta maaf dengan sangat jika laporan dari salah satu guru di sekolah ini mengejutkan anda. Tapi semua masalah yang terjadi kemarin, itu semua bukan perbuatan kami. Kemarin, seharian penuh, kami hanya bermain di dalam kelas. Ah, hanya Kangin yang tidak sengaja memecahkan gelas saat kami bercanda di kantin."

"Memangnya kau harus menceritakan itu? Kau mempermalukanku." Bisik Kangin pada Leeteuk dengan wajahnya yang memerah. Leeteuk menatap Kangin lalu berbisik padanya, "Agar masalahnya selesai? Tentu harus!"

Kepala sekolah bisikan mereka yang sebenarnya keras karena jarak mereka agak berjauhan, bodoh.

"Jadi kalian tidak mau mengakui kesalahan kalian?"

"Bukan tidak mengakui Pak! Tapi memang bukan kami pelakunya!" Kyuhyun berusaha mati matian menahan mulutnya agar tidak berkata kasar, tapi emosinya sudah tidak bisa ia tahan lagi.

"Lalu jika bukan kalian, siapa pelakunya?"

"Kelas XII-G, Pak. Saya adalah saksi mata yang tidak sengaja mendengar percakapan beberapa murid kelas mereka di toilet. Saya juga yang melihat salah satu dari mereka kabur setelah mengempeskan ban sepeda murid lain." Walaupun Eunhyuk yakin Kepala sekolah tidak akan mempercayainya dengan mudah, setidaknya ia sudah memberanikan diri untuk berkata jujur.

"Lalu aku harus percaya?"

Kan. Eunhyuk seharusnya tidak perlu bicara panjang lebar tetapi tidak ada bukti kuat. Berapa kali Donghae mengatakannya, kenapa Eunhyuk tidak mendengarkannya juga?

Kibum akhirnya membuka suaranya, "Tentu! Saya yakin anda pasti tahu benar bagaimana pribadi kami masing masing. Kami tidak pernah kabur dari apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab kami, sekalipun itu masalah kecil."

"Tidak perlu berakting seakan kau ini jagoan, perlu ku ingatkan dengan hari itu? Kalian mengerjai semua guru yang masuk ke kelas kalian, lalu apa kalian bertanggung jawab dengan merubah pribadi kalian menjadi lebih baik lagi?"

Itu bukan kalimat yang sulit dijawab sebenarnya, mereka bisa saja menjawab 'Setidaknya kami tidak lari saat dihukum' dan berbagai jenis kalimat serupa. Tapi di tengah situasi dingin seperti ini, siapa juga yang berani menjawab perkataan orang tua?

"Jadi bapak ingin menghukum kami? Kami bahkan tidak mengetahui apapun." Siwon berusaha tampil sememelas mungkin yang ia bisa. Bukan akting, tapi memang itu yang dia rasakan sekarang.

Kepala sekolah menyandarkan tubuhnya pada kursi belahan jiwanya, "Tentu, memangnya ada alasan bagiku untuk tidak menghukum kalian? Semua bukti dari saksi mata sudah sangat kuat. Hari ini pulang ke rumah dan panggil orang tua atau wali kalian, ada yang harus aku bicarakan dengan mereka."

Ini bencana.

"Pak! Kami mohon! Izinkan kami untuk membuktikan bahwa apa yang mereka katakan tentang kejadian kemarin itu semua bukan perbuatan kami! Kami akan melakukan apapun tapi tolong jangan paksa kami untuk memanggil wali kami ke sekolah!" Baru kali ini Zhoumi memohon dengan sangat pada orang yang tidak ia suka.

"Melakukan apapun?" Kepala sekolah menumpukan dagunya di atas tautan kedua punggung jari tangannya, "Bahkan jika aku mengeluarkan kalian dari sekolah, kalian akan melakukannya?"

'Ah bodoh.' Zhoumi merutuki dirinya sendiri, saking merasa terpojoknya ia sampai tidak sadar mengatakan kalimat boomerang seperti itu.

"Seharusnya kalian sadar diri. Tidak peduli seberapa nekat kalian, kalian tidak lebih dari sekumpulan murid sekolah menengah. Kalian hanya anak anak yang dewasa di lidah saja. Menyerukan orang lain agar bersikap dewasa di saat dirinya masih bersikap kekanakan."

Kepala sekolah membuat suasana makin hening. Tidak ada yang tahu kenapa dia menuturkan kalimat seperti itu di saat seperti ini, siapa yang dia maksud, siapa yang dia sindir, murid kelas J tidak merasa tersinggung sedikitpun dengan kalimat itu. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri, kalimat itu cuma omong kosong.

"Tapi kalian beruntung karena aku tidak akan mengeluarkan kalian. Aku ingin melihat, apa kalian akan lari dari tanggung jawab atau tidak."

Ng? Tiba tiba baik? Apa maksudnya ini?

Kepala sekolah menatap murid murid yang berdiri di hadapannya satu persatu, "Aku ingin kalian membuktikan ucapan kalian tadi, buktikan padaku kalau semua kejadian kemarin bukan perbuatan kalian."

"Kita jadi mata mata?" Eunhyuk sepertinya sangat bersemangat mendengar ucapan kepala sekolah. Kepala sekolah mengangguk pasti, "Ya bisa dibilang begitu."

"Aku berikan waktu sampai jam pelajaran terakhir selesai. Datang lagi kemari jika kalian sudah punya bukti kuat, jika sampai batas waktu kalian tidak melaporkan apapun, wali kalian akan menandatangani kesepakatan pengeluaran murid untuk kalian."

Wah, kesepakatan yang menantang.

Kibum mengacungkan tangannya, hanya untuk menghilangkan rasa penasarannya sambil berharap semoga dapat jawaban yang memuaskan, "Bagaimana dengan pelajaran kami hari ini?".

Kepala sekolah mengangkat salah satu alisnya, ia tahu tujuan anak itu untuk bolos pelajaran, "Kalian tetap belajar seperti biasa, tidak ada yang boleh kabur dari jam pelajaran hanya untuk mendapatkan bukti."

Ryeowook maju selangkah dari posisinya, "Tapi kalau mereka melakukannya lagi saat jam pelajaran bagaimana? Kita tidak akan dapat bukti, saya tidak mau keluar dari sekolah karena kesalahan orang lain, Pak!"

Sikap Ryeowook membuat kepala sekolah terkejut, anak ini memang senjata rahasia kelas J. Tapi senyuman tipis merekah di wajahnya, 'Apa yang ku lakukan ternyata benar.' Batinnya dengan perasaan senang. "Mereka juga murid seperti kalian, tidak mungkin mereka melakukan hal seperti itu di tengah jam pelajaran."

"Jadi... Kami harus menjadi mata mata dari kelas G demi mendapatkan bukti dari suatu hal yang bukan kesalahan kami? Apa kata kata kami saja tidak cukup?" Hankyung memelas dihadapan orang yang paling memiliki wewenang di sekolahnya, tapi itu tetap tidak menghasilkan apapun.

Kepala sekolah meletakkan dagunya pada tautan jari jarinya, "Semoga beruntung."

Dengan dua kata itu murid kelas J sudah sangat paham kepala sekolah ingin mereka segera minggat dari ruangannya. Mereka pun membungkuk hormat padanya lalu beranjak dari ruangan itu dengan perasaan seperti dicampur aduk tanpa gula sama sekali.

Sesampainya mereka di kelas.

"Kyu, kau pernah bilang padaku kalau si kepala licin itu sudah tidak peduli lagi dengan kita. Lalu apa yang terjadi sekarang?!" Amuk Zhoumi pada Kyuhyun, sepertinya anak jangkung itu sudah tidak sanggup lagi menanggung segala macam jenis hukuman ini, ia muak.

Kyuhyun menatap Zhoumi dengan tajam, "Bukan aku, tapi Eunhyuk! Dan juga, mungkin kau belum mengetahui ini tapi ini adalah salah satu bentuk ketidakpedulian kepala sekolah terhadap kita. Jika saja tidak ada satupun dari kita yang mengelak tuduhan itu, aku yakin kita sudah dikeluarkan sekarang!"

"Tapi kenapa harus mencari bukti? Kita tidak tahu kapan mereka akan kembali berulah dan jika kita tidak mendapatkan bukti itu status kita sebagai murid sekolah akan dicabut." Otak Sungmin sepertinya baru kembali bekerja setelah bungkam untuk waktu yang lama.

Kyuhyun mendekatkan wajahnya pada Sungmin "Kau ingin protes? Protes saja pada si kepala licin itu! Aku juga sama khawatirnya denganmu!"

Di sisi Donghae, ia sedikit menyikut bahu Eunhyuk lalu berbisik, "Andai saja saat kau sedang di toilet kemarin, kau keluar dari bilik lalu berkelahi dengan mereka. Pasti tidak akan begini jadinya."

"Iya tidak begini, tapi aku jadi babak belur... Dasar bodoh."

"Setidaknya kita punya bukti kuat Hyuk!"

"Gila, kau lebih mementingkan bukti daripada temanmu yang setengah mati melawan tiga orang di toilet?!"

"Lebih susah mana dibandingkan dengan sekarang? Kita akan dikeluarkan dari sekolah Hyuk!"

"Berisik!" Perdedebatan antara Donghae dan Eunhyuk diinterupsi oleh Kibum, dia menatap bergantian dua temannya yang kekanakan itu, "Ini bukan saatnya untuk berselisih paham."

"Sekarang pikirkan bagaimana caranya agar kita mendapat bukti untuk membuat kepala sekolah percaya pada kita." Leeteuk menghela nafasnya berat setelah ia menyelesaikan kalimatnya.

Heechul berdecih, "Kau masih bisa berlagak seperti pemimpin disaat dirimu sendiri sedang kebingungan? Keren juga." Percayalah, isi otak milik Heechul juga sama seperti Leeteuk, kacau berantakan.

"Ayolah, apa ini kelas XII-J?" Kangin menjadi pusat perhatian teman temannya, dia kembali melanjutkan, "Dengar. Apa kita tidak terlalu khawatir? Sedari tadi kita hanya memikirkan kemungkinan buruknya saja. Ini tidak seperti kita yang biasanya, kemana semangat kelas J kalian?"

"Hilang. Sudah menghilang sejak tadi pagi." Ucap Yesung tanpa semangat sama sekali.

Kangin melirik pada Yesung, ia terkekeh pelan, "Dari lahir kau memang tidak punya semangatkan?"

"Ish! Dasar..." Niat ingin marah Yesung yang sudah menggebu gebu segera padam karena mengingat, kalimat Kangin tadi tidak ada salahnya juga.

Kangin kembali berpidato, "Ingat hari saat diary milik Young Seonsaengnim menghilang? Kita sangat bersemangat mencari buku itu sampai petang, walaupun akhirnya kita menyerah karena tidak menemukan buku itu... Tapi kita beruntung karena Sungmin dan Ryeowook mendapatkannya!"

"Jadi apa inti kalimat panjangmu tadi, pak?" Sindir Kyuhyun dengan nada sinis. Agak sedikit pedih memang tapi Kangin masih tetap dengan kepercayaan dirinya, "Aku ingin kita semangat mencari bukti seperti kita semangat mencari buku Young Seonsaengnim!"

Siwon mendekatkan jaraknya pada Kangin, "Apa kau tidak sadar?! Posisinya tidak sama seperti itu! Saat itu kita hanya mencari sebuah buku dengan taruhan nilai 80! Dan sekarang? Kita harus mencari bukti yang belum tentu kita dapatkan hari ini dan taruhannya adalah status kita sebagai murid! Dan kau masih bisa berkata sok jagoan seperti itu?!"

"Kalau kita diam saja seperti sekarang, kapan kita akan mendapat hasil? Ada yang berubah?" Kangin masih tidak mau menyerah membuat semangat teman temannya bangkit, dia pahlawan hari ini.

Henry menimpali kalimat Kangin, "Istilahnya hidup adalah sebuah permainan, anggap saja kau sedang berusaha maju ke level yang lebih tinggi. Kita mendapat misi yang hampir sama dengan kesulitan yang berbeda, bukankah ini menarik?"

"Tapi bagaimana kalau kita gagal? Kita akan dikeluarkan..." Ryeowook kembali berpikiran negatif, tidak sadarkah ia jika dirinya membuat teman temannya kembali meneriakkan kata 'MUSTAHIL' di otak mereka?

"Sebenarnya," Kibum menyilangkan kedua tangannya, gayanya sangat keren hari ini, "Kepala sekolah, para guru, dan murid kelas G juga tidak memiliki bukti kuat selain foto kita saat pulang sekolah kemarin. Bahkan foto di tempat parkir itu juga sebenarnya tidak bisa disebut sebagai bukti yang kuat."

Sungmin menangkap maksud kalimat Kibum, "Jadi maksudmu... Kepala sekolah juga tidak mempercayai kelas G, dan dia ingin kita mencari bukti agar dia menghukum kelas G sekaligus membuktikan kalau kita sudah dituduh oleh mereka, begitu?"

"Tepat." Kibum tersenyum ke arah Sungmin, "Ternyata kau boleh juga ya."

Sungmin tersenyum manis ke arah Kibum, ia senang dipuji walaupun hanya dengan kata kata seperti itu.

Eunhyuk sepertinya sangat tertarik mendengar hal semacam ini, "Kita menjadi tersangka sementara untuk mencari tersangka sebenarnya? Ini keren!"

"Kau terlalu banyak menonton film." Sahut Zhoumi dengan ketus. Tapi setelahnya ia kembali bicara, "... Sepertinya keren juga."

"Kepala sekolah sengaja melakukan hal seperti ini agar kita merasa didiskriminasi lalu berusaha mencari bukti sekuat tenaga." Lanjut Zhoumi yang mulai tertarik juga seperti Eunhyuk.

Shindong mengetuk ngetuk pensil pada kepalanya, "Aku rasa, saat kepala sekolah mengancam kita untuk tidak mencari bukti saat jam pelajaran juga hanya sebuah gertakan belaka."

"Ah! Benar!" Leeteuk baru mengingat sebuah informasi penting, "Beberapa guru sedang melakukan pelatihan hari ini, kita punya beberapa jam kosong."

"Maksudmu, kita free class saat ini?". Leeteuk mengangguk pasti menjawab pertanyaan Heechul, "Iya, tapi ada beberapa guru yang mungkin akan masuk kelas juga. Kita tidak free class seharian tapi kita punya beberapa waktu untuk pergi keluar kelas."

Ryeowook masih dilanda kekhawatiran yang mendalam, "Tapi bagaimana kalau kepala sekolah tau jika kita keluar saat jam pelajaran? Maksudku, bagaimana jika ucapannya bukan hanya sebuah gertakan saja?"

Henry memukul punggung Ryeowook beberapa kali, "Kenapa kau tiba tiba downgrade? Kemarin aku kan baru mengupgrademu!"

Ryeowook menepis tangan Henry lalu menatapnya tajam, "Hentikan itu! Aku ini bukan mesin! Apa kau tidak tahu kalau aku ini khawatir!? Kita selalu membuat segalanya jadi mudah tanpa memikirkan resikonya! Kalian sadar tidak kalau ini merugikan kalian juga?!"

Waw.

"Bukannya aku tidak suka semua penjelasan kalian... Tapi... Aku sangat mengkhawatirkan nasib kalian. Kalian temanku, bagaimana jika kecerobohan kita benar benar membuat kita dikeluarkan dari sekolah... Aku tidak mau hanya karena misi bodoh ini kita berhenti jadi murid." Ryeowook telah membuka topengnya, emosinya itu adalah wujud aslinya.

Zhoumi menghampiri Ryeowook. Ia dapat melihat dengan jelas tubuh temannya itu sedikit bergetar karena luapan emosinya tadi. Zhoumi menepuk kedua lengan Ryeowok, "Tidak usah terlalu khawatir. Kita tidak akan berbuat ceroboh. Kau percaya pada teman temanmu yang kelewat payah ini kan?"

"Iya. Aku percaya." Ryeowook menatap semua temannya, "Tapi jangan sampai mengecewakanku."

Donghae menghampiri Ryeowook juga, "Bagaimana mungkin kita mengecewakan teman yang sangat peduli pada orang lain sepertimu? Pegang ucapanku! Kita pasti dapat menemukan bukti kejahatan kelas G!"

Hankyung mendengus melihat tingkah Donghae yang -lagi lagi- sok pahlawan, "Kembalikan filmku dulu, dasar payah."

"Iya! Iya! Besok aku kembalikan! Makanya ingatkan aku!" Donghae duduk merengut di kursinya. Yah, hal ini memang sering terjadi. Jika seseorang berhutang sesuatu, yang ditagih pasti lebih galak dari yang menagih.


*SuperJuniorDailySchoolLife*


~ Jam Kosong ~

Murid kelas J sedang berkutat dengan pikiran mereka masing masing. Memikirkan apa mungkin kelas G kembali berulah hari ini? Kira kira bisa tidak mereka menangkap kejadian itu? Menangkap suatu moment pasti akan sulit jika tidak direncanakan. Yang jadi masalahnya adalah, otak mereka agak sedikit bermasalah hari ini. Shock itu memang bukan main efeknya.

"Kira kira... Kelas mereka juga kosong pelajaran seperti kita tidak ya?" Kangin menyuarakan pertanyaan yang mengiang ngiang di kepalanya. Tapi tidak ada satupun temannya yang menjawab, mereka sama sama buta informasi.

Donghae melempar sebuah gulungan kertas ke arah kepala Eunhyuk, dan seperti yang seharusnya terjadi gulungan itu mendarat tepat di kepala target. Eunhyuk menoleh, tapi sebelum Eunhyuk bertanya Donghae segera bicara seakan menyumpal mulut Eunhyuk, "Apa mereka mengatakan sesuatu saat di toilet?"

"Maksudnya?"

Donghae kembali menjelaskan, "Mungkin kau dengar suatu hal penting dari percakapan mereka bertiga di toilet kemarin."

"Percakapan seperti apa?" Eunhyuk sengaja melakukan ini agar semua memorinya terpancing keluar.

"Kenapa mereka menuduh kita, kenapa harus kita yang menjadi target tuduhan mereka. Semacam itu."

Eunhyuk menggeleng, "Maaf bung, mereka tidak membicarakan hal itu di toilet. Mereka hanya ingin menuduh kita agar mereka tidak mendapat hukuman."

Jawaban Eunhyuk membuat teman teman sedikit merasa kecewa. Mereka kembali berpikir, lalu apa yang membuat kelas G melakukan hal semacam ini?

"Ini teoriku." Kibum menaikkan kacamatanya, "Mungkin ucapanmu ada benarnya, mereka menuduh kita agar mereka tidak mendapat hukuman. Tapi, tentu pasti ada alasan lain kenapa mereka melakukan itu."

"Maksudnya seperti kita adalah murid kelas J yang dikenal selalu membuat masalah, kita seakan menjadi sasaran empuk mereka. Sengaja membuat masalah lalu menuduh kita sebagai tersangka, akan membuat nama kelas J kembali jelek seperti dulu." Kyuhyun menyelak ucapan Kibum dengan seenaknya, tapi gayanya keren juga.

Yesung menautkan alisnya, "Aku masih tidak paham." Kepalanya terlalu pusing menerima teori konyol dari Kibum dan Kyuhyun. Shindong menepuk nepuk punggung Yesung, "Tidak apa apa, kau boleh tidur saat ini. Kau belum tidur siang kan?"

Penghinaan yang sangat pengertian.

Heechul menangkap sesuatu di otaknya, "Oh! Tiba tiba aku mengingat sesuatu."

Wah, kelas J mulai seperti hantu penasaran.

"Beberapa hari yang lalu, saat aku di kantin. Kalian tahu kan jika aku sering membeli jus mangga di kantin? Ah! Itu tidak penting. Aku tidak sengaja mendengar beberapa murid kelas H sedang membicarakan kelas G, yang aku dengar dari mereka katanya kelas G sedang merencanakan sesuatu untuk menjelekkan nama kelas J! Mereka bahkan bertanya pada kelas H apa mereka juga ingin bergabung dengan rencana mereka atau tidak, dan kelas H menolaknya."

Oh? Bukankah ini informasi penting?

"Berarti kelas G memang ingin melakukan hal itu. Biasanya orang orang yang menjelekkan nama orang lain selalu beralasan mereka iri pada orang itu. Mereka menilai mereka lebih baik dari orang itu, dan tidak terima jika orang itu lebih baik dari mereka." Leeteuk menimpali cerita Heechul dengan teori pepatahnya.

Hankyung menimpali kalimat kedua teman sekelasnya, "Momentnya juga tepat. Mereka berusaha membuat nama kita menjadi jelek seperti kelas J yang seharusnya agar kita didiskualifikasi dari perlombaan sekolah. Hanya tinggal satu perlombaan lagi yang tersisa dan ujian akhir semakin dekat, itu artinya perlombaan terakhir juga tidak lama lagi akan diselenggarakan."

"Ini seperti mereka ingin menang tapi dengan cara yang mudah. Cara instan seperti itu tidak akan ada sejarahnya." Yesung akhirnya mengerti apa yang dikatakan teman temannya sedari tadi, koneksi otaknya baru saja tersambung.

Kangin kembali ke inti 'perteorian' yang terjadi di antara teman temannya, "Jadi bagaimana caranya kita mendapat bukti itu?"

"Kita pancing saja mereka."

Kangin menatap si pencetus ide dengan penuh rasa ingin tahu, "Jelaskan idemu, Kim Ryeowook."

Sang pencetus ide, Kim Ryeowook yang terhormat. Mulai memaparkan idenya yang cukup cemerlang, "Mereka kelas G. Kelakuan onar mereka biasanya tidak memiliki dasar apapun, mereka hanya sekumpulan orang jahil. Orang orang seperti ini biasanya bertindak secara spontan tanpa memikirkan risikonya, itu artinya mereka sangat mudah terpancing masuk ke dalam sebuah perangkap."

"Aku tidak punya rencana apapun soal perangkapnya, tapi mereka pasti terpancing hanya dengan perangkap bodoh." Lanjut Ryeowook dengan ketegasannya yang muncul entah darimana.

Kangin menyilangkan tangannya di depan dadanya, ia berpikir sejenak lalu bersuara lagi, "Jadi maksudmu kita bisa memancing mereka ke perangkap sederhana? Kedengarannya menarik."

"Ada yang punya ide bagaimana kita membuat perangkapnya?" Henry tidak ingin bertele tele lagi, tapi ia juga tidak dapat memikirkan suatu rencana yang bagus.

Dan setelah Henry bertanya.

Mereka tidak bersuara sedikitpun, bahkan burung burung tidak terdengar kicauannya. Mereka semua tidak punya ide, tidak satupun dari mereka.

Hankyung mendorong bahu Donghae, "Kau tidak punya ide? Di film itu kan banyak jebakan jebakan jahil." Tanya Hankyung pada Donghae dengan nada yang cukup ketus, ternyata masih kesal karena filmnya belum dikembalikan.

Donghae juga tidak ingin kalah, dia melirik dengan sinis pada Hankyung, "Kau yang pemiliknya harusnya lebih tahu daripada aku!"

Ada apa dengan mereka berdua, dasar...

Tiba tiba terbesit sebuah ide di kepala keras Kangin, "Kenapa tidak kita balas saja mereka dengan hal yang sama seperti yang mereka lakukan pada kita?" Ternyata idenya cukup bagus.

"Itu terlalu bodoh."

"Kacangan sekali."

"Itu tidak keren, bung."

"Sama saja cari mati."

Yah, tapi ternyata tidak bagus di mata teman temannya.

Leeteuk sepertinya punya hal yang lebih menarik, ia memasukkan kedua telapak tangannya pada saku celana panjangnya. Jujur saja, gayanya sok keren, tapi memang kelihatannya keren, "Bagaimana kalau kita menggangu usaha mereka?"

"Tunggu, aku tidak mengerti apa maksudmu..." Heechul adalah orang pertama yang merespon Leeteuk dan responnya selalu dengan pola yang sama, "Dan juga, bisa keluarkan tanganmu dari situ? Melihatmu sok keren rasanya ingin muntah." Itu responnya yang selalu sama, menghina.

Leeteuk menghentikan gaya sok kerennya, "Sudah, kau puas sekarang?" Sikap sinisnya ia munculkan walaupun ia tahu itu percuma. Dia kembali melajutkan kalimatnya, "Maksudku begini, aku yakin sekali murid kelas G pasti belum puas memfitnah kita, mereka pasti akan terus melakukan hal itu sampai mereka puas. Jadi, setiap kali mereka ingin melakukannya kita akan mencegah mereka."

"Caranya?" Tanya Siwon to the point. Zhoumi menimpali pertanyaan Siwon, "Aku mengerti maksudmu dan aku akui idemu itu bagus juga. Tapi aku pun setuju dengan pertanyaan Siwon, bagaimana caranya? Kita bahkan belum bisa memastikan apa anak anak payah itu akan melakukan hal itu lagi atau tidak."

Leeteuk menyeringai menatap Zhoumi, ia sedikit terkekeh dan kalau boleh jujur dia kelihatan mengerikan, "Bukankah kelas J punya mata mata handal?"

NAH!

"Apa gunanya kau di sini kalau bukan untuk hal itu? Hanya untuk pamer wajah?"

Eunhyuk tertawa dengan puas mendengar uacapan Leeteuk yang sarkastik, "Aku suka ucapanmu ketua! Euhahahahaha!"

'Ya, benar. Aku lagi... Lagi lagi aku.' Zhoumi membatin dibalik wajahnya yang suram. "Jadi, aku bertugas lagi? Aku harus memata matai kelas G? Ini bahkan bukan perlombaan!" Dia tidak terima diperlakukan seperti ini oleh teman temannya, padahal saat awal masuk kelas dia yang sangat bangga menjadi mata mata.

"Oh. Kalau kau ingin dikeluarkan dari sekolah, ya silahkan. Tidak akan ada yang menghalangimu." Sejak kapan Leeteuk jadi seperti ini? Tapi boleh juga, dia berhasil membuat Zhoumi berpikir dua kali.

Zhoumi menghela nafasnya karena sepertinya dia tidak punya pilihan lain selain stuju, "Baiklah, akan aku lakukan. Sementara aku pergi, kalian harus menyusun rencana sebagus mungkin."

"Tentu, tapi keberhasilan rencana kita juga tergantung pencarianmu." Kibum memberikan senyuman mautnya pada Zhoumi. Tidak mempan, Zhoumi tidak akan luluh hanya dengan senyuman kacagan -menurutnya- seperti itu, senyumannya lebih mempesona lagi.

Zhoumi keluar dari kelasnya dengan langkah yang sangat santai agar ia tidak dicurgai, "Aku pergi!"

"Semoga berhasil!" Sungmin tidak mungkin lupa memberi semangat pada temannya itu. Tapi beberapa saat kemudian dia kembali bingung apa yang harus dia lakukan setelah ini, "Jadi bagaimana?"

Eunhyuk tersentak, "Biasanya Ryeowook yang bertanya begitu, sekarang kau?". Sungmin mengangguk cepat, "Aku masih takut kita akan dikeluarkan." Jawabnya dengan sedikit bergetar, ketakutan itu sungguhan.

Tidak ada satu pun dari mereka yang menyahut, mereka juga sama ketakutannya dengan Sungmin.


*SuperJuniorDailySchoolLife*


"Ah... Sialnya dirimu Mimi yang gentlemen. Teman temanmu ini lumayan kurang ajar ternyata, kau dimanfaatkan menjadi mata mata dalam situasi apapun. Hah... Memang sih, awalnya aku sendiri yang bangga menjadi mata mata, tapi kalau sampai begini... Ini kelewatan." Zhoumi bermonolog di sepanjang lorong yang ia lewati. Pikirannya melayang entah kemana selama diperjalanan itu.

Dia terus bergumam, "Sekarang apa? Informasi macam apa... Aku bahkan tidak tahu bagaimana jadinya jika aku ketahuan." Keraguan memang sering muncul di hatinya akhir akhir ini, lebih tepatnya sejak banyak orang yang mulai sadar jika dia murid kelas J.

"Ugh... Burung merpati mau terbang, aku harus ke toilet!" Zhoumi dengan cepat masuk ke dalam toilet yang paling dekat dengan lokasinya, ia ingin buang air.

Sesampainya di toilet, ia mencari bilik yang terbuka lebar pintunya lalu tanpa basa basi lagi masuk dan segera mengunci pintu itu, ini keadaan darurat.

Buang air besar di sekolah memang tidak nyaman, tapi kalau ditahan lebih tidak nyaman lagi kan? Tidak masalah buang air di toilet sekolah selama toiletnya sepi pengunjung dan bersih.

"Aku tidak percaya aku melakukan ini di sekolah..." Gumam Zhoumi sepelan mungkin yang dia bisa sambil menunggu keluarnya burung merpati. Sepertinya agak tidak lancar keluarnya...

Kiieet...

Zhoumi terlonjak kaget karena suara beberapa anak masuk ke dalam toilet, "Ah sial... Jadi masuk lagi..." Umpatnya tanpa suara sedikit pun.

"Hey, kalian dengar tidak kabar yang sedang simpang siur dari anak kelas I?" Salah satu anak itu mulai membuka pembicaraan dengan teman temannya. Mendengar hal ini juga membuat telinga Zhoumi terangkat.

Melihat teman temannya yang penasaran, ia pun kembali bercerita, "Aku dengar dari anak kelas I katanya, kelas J pagi tadi kembali dipanggil kepala sekolah!"

Zhoumi semakin menajamkan pendengarannya, ia tidak mungkin melewatkan kesempatan ini bukan?

"Dan kalian tahu? Kalian tahu? Aku dengar katanya mereka akan DI KELUARKAN DARI SEKOLAH!"

Tawa anak anak itu terdengar sangat puas menertawai fakta itu. Salah satu dari mereka akhirnya bicara, "Usaha kita berhasil!"

Mereka kembali tertawa sepuas yang mereka mau. Zhoumi akhirnya dapat melepaskan burung merpati merpatinya, karena kesal dia tidak sadar kalau itu mendorong burung merpatinya keluar.

Plung!

Astaga, mendaratnya sempurna.

Anak anak lain yang berada di dalam toilet menatap horror ke belakang mereka. Mereka pikir hanya ada mereka bertiga di sana, ternyata ada orang lain selain mereka. Gawat, kalau nanti mereka ketahuan.

"Ah! Maaf ya! Perutku sakit!" Teriak Zhoumi dengan nada yang sok ramah dari dalam bilik toilet.

"Siapa itu?"

Aduh, Zhoumi bingung bagaimana harus menjawabnya, tapi bukan Zhoumi namanya kalau ia tidak ahli berbohong, "Aku anak kelas I! Kalian tidak perlu takut, aku sudah mendengar kabar itu juga dari teman temanku!"

"Kau mendengar semua percakapan kami?"

"Ah! Itu juga tidak sengaja, aku minta maaf! Tapi aku tidak akan menceritakan itu pada siapa pun! Tidak ada untungnya juga bagiku, musih kita sama sama kelas J bukan?" Zhoumi terdengar seperti penghianat kelas hiu.

Zhoumi tidak mendengar suara apapun, tidak ada yang membalas kalimatnya. Tapi saat Zhoumi melirik ke lantai, pantulan mereka masih ada di sana.

Zhoumi kembali berpikir, apa lagi yang harus dia ucapkan agar anak anak bodoh ini percaya pada ucapannya. Dan... Dia teringat kalimat sang ketua kelas yang bijaksana.

"Ehm... Ngomong ngomong, aku dengar katanya kelas J berusaha balas dendam pada kalian." Begini caranya? Memberi spoiler? Cukup berisiko tapi boleh juga.

"Dari siapa kau mendengarnya?"

Strike! Mereka terpancing, "Aku mendengarnya sendiri! Kelas kami dekat, jadi saat aku ingin menuruni tangga aku mendengar mereka merencanakan balas dendam pada kalian."

"Apa kau bisa kami percaya?"

"Tentu saja! Mereka juga musuhku!"

"Kami harus melihat wajahmu dulu agar kami bisa mempercayaimu."

Astaga, ini gawat. Keringat Zhoumi mulai bercucuran, bagaimana caranya mengalihkan mereka?! Tapi sekali lagi, bukan Zhoumi namanya kalau tidak ahli!

'Ayo! Buang angin! Buang angin! Buang angin!' Zhoumi memberi sugesti kepada otaknya agar perutnya mengeluarkan angin sekencang yang ia bisa. Lalu...

Wajah anak anak yang berada di luar bilik berubah menjadi wajah jijik terhadap sesuatu. Yap, seperti yang seharusnya, Zhoumi berhasil buang angin sekencang yang ia bisa.

"Ah! Maaf! Tapi perutku sedang tidak bisa diajak kompromi, jadi... sebaiknya jangan mendekat." Ia tidak peduli urat malunya ada dimana, akan gawat kalau dia ketahuan.

"Oke. Baiklah. Tapi apa kau tahu bagaimana cara mereka membalas dendam?"

Zhoumi menghela nafasnya, responnya cukup bagus ternyata, "Kalau soal itu... Aku tidak tahu. Tapi, aku yakin kelas J pasti sedang merencanakan sesuatu! Kalian tahu kan jika mereka selalu menggunakan rencana yang berjalan rapih disetiap perlombaan? Aku kira mereka juga akan melakukan hal itu sekarang."

"Benar juga..."

Zhoumi menyeringai, ini bagus sekali.

"Terima kasih informasinya sobat."

Oh. Oh. Apa ini artinya mereka akan pergi? Zhoumi segera berbicara lagi pada mereka, "Oh iya, aku lupa mengatakan suatu hal penting!"

Anak anak itu menahan langkah mereka untuk pergi dari tempat itu. Mereka menunggu Zhoumi melanjutkan kalimatnya lagi.

Zhoumi meneguk air liurnya sendiri, percakapan ini membuatnya haus, "Kalian harus waspada pada salah satu dari mereka."

"Siapa? Kim Kibum? Cho Kyuhyun?"

Zhoumi menghela nafasnya, "Bukan! Bukan mereka! Ada salah satu anak di antara mereka yang bertugas menjadi mata mata untuk kelas mereka."

"Huh? Aku tidak tahu, siapa itu?"

Zhoumi tersenyum, "Dia anak yang paling tinggi di antara mereka, paling jangkung, dan paling tampan... Aku serius dia memang tampan. Namanya Zhoumi."

"Kenapa kami harus waspada padanya? Sepertinya dia bukan orang yang pintar."

Zhoumi tertohok, kurang ajar batinnya, "Justru karena itu. Kalian tidak bisa meremehkannya, dia senjata rahasia kelas J selama ini. Dia yang mendapat semua informasi tentang perlombaan tanpa dicurigai oleh siapa pun. Aku dengar katanya, kali ini dia juga yang berusaha mencari informasi apa kalian ingin melakukan sesuatu atau tidak pada kelas J."

Anak anak itu terdiam, lalu salah satu dari mereka kembali bicara, "Kita harus memberitahu ini pada semuanya. Kalau sampai kelas J tahu kita akan melakukan rencana kita, nantinya kita bisa gawat."

Mereka berdiskusi cukup pelan, sial sekali Zhoumi tidak dapat mendengarnya.

"Baiklah. Sekali lagi terima kasih atas infonya, kawan! Dan juga, aku akan memberimu hadiah, tangkap!"

Anak itu melempar sesuatu pada Zhoumi dan berhasil Zhoumi tangkap dengan mulus. Belum sempat Zhoumi melihat apa yang anak itu berikan padanya, anak itu sudah beranjak pergi dari toilet, "Kurasa itu berguna untukmu! Kami pergi!"

Zhoumi menatap lekat lekat benda yang ada di tangannya, "Batu... Oke, terima kasih. Ini sangat berguna. Di saat seperti ini. Semoga sakit perutku hilang."

Zhoumi lalu menghela nafasnya, lalu menyandarkan tubuhnya lada closet. Pikirannya melayang, kira kira yang dia lakukan benar atau tidak. Dia juga tidak tahu.

"Bunuh diri yang terlalu berisiko."

Dia lalu menekan flush lalu membersihkan bagian tubuhnya yang kotor, tidak lupa pakai celana.

"Sebaiknya aku ke kelas."


*SuperJuniorDailySchoolLife*


Kembali ke kelas kesayangan murid murid kelas J, kelas mereka sendiri.

Ini aneh, tidak biasanya mereka seperti ini. Hening, tanpa suara sedikitpun, detak jantung mereka bahkan hampir terdengar. Mereka sedang memikirkan rencana apa yang akan mereka lakukan, mereka punya banyak rencana bagus tapi semua rencana itu terlalu berisiko.

Berisiko karena mereka diancam.

"Yo! Aku kembali." Sapa Zhoumi saat sampai di kelas. Batu itu benar benar berguna ternyata, terbukti sakit perutnya hilang entah kemana setelah dia menggenggam batu itu di balik kantung celananya.

"Kau dapat apa?" Siwon penasaran, ia yang paling tidak nyaman dengan situasi seperti sekarang, menunggu Zhoumi adalah hal yang ia lakukan sedari tadi.

"Dapat ini." Zhoumi mengeluarkan batu dari kantungnya sebentar lalu memasukkannya lagi ke dalam kantung celananya. Dia menatap teman temannya dengan malas, "Ini dari kelas G."

Anak jangkung itu membuat teman temannya kebingungan sendiri seakan ia tak punya dosa.

Shindong yang paling tahu apa fungsi batu itu, bertanya pada Zhoumi to the point, "Kau baru saja buang air lalu anak kelas G memberimu itu agar sakit perutmu hilang?"

Zhoumi mengangguk, "Iya, ku kira mereka akan memberiku obat anti bab atau sejenisnya, tapi mereka justru memberi ini padaku... Tapi manjur juga sih."

Kibum rupanya lebih to the point lagi dari Shindong, "Jadi apa yang kau dapat? Hanya itu? Kami menunggumu memberi informasi di sini."

"Sabar. Aku belum selesai bicara." Zhoumi menghela nafasnya lalu ia duduk di kursi miliknya, berusaha mengingat apa saja yang tadi dia alami, "Saat aku ingin mencari informasi, perutku tiba tiba sakit jadi aku pergi ke toilet. Saat aku di sana sedang buang air, mungkin... tiga orang masuk ke dalam toilet juga, mereka kelas G."

"Aku tahu mereka kelas G, karena mereka membicarakan kelas kita lalu mereka bilang, katanya rencana mereka berhasil. Mereka juga tahu kalau kita terancam dikeluarkan dari sekolah dari kelas I." Lanjut Zhoumi yang membuat teman temannya semakin frustasi, dari sini sudah jelas semua rencana mereka akan gagal.

"Dan juga..." Zhoumi kembali membuat teman temannya menatapnya lekat, "Aku di sana berpura pura menjadi anak kelas I karena keberadaanku yang sedang buang air ketahuan. Aku bilang pada mereka kalau kita juga berencana melakukan sesuatu pada mereka, dan aku menyuruh mereka untuk berhati hati... padaku karena aku mata mata."

"Gila, itu bunuh diri namanya!" Siwon bangkit dari kursinya sambil menggebrak meja. Kesabaran Siwon habis, habis sudah kesabaran seorang tuan muda choi family.

Kibum juga tidak percaya Zhoumi akan melakukan itu, "Ada apa denganmu?! Kau tahu rencana kita di sini gagal karenamu!" Kibum bahkan tidak bisa menahan rasa kesalnya.

"Iya aku tahu, aku minta maaf." Zhoumi kembali bicara, "Karena itu di sepanjang jalan aku membuat rencana. Kejadian di toilet itu tidak pernah ku prediksi, tapi karena sudah terlanjur jadi aku memikirkan sebuah rencana."

"Bagaimana jika nanti, aku pergi ke tempat dimana murid kelas G berkumpul. Mereka pasti akan mencurigaiku, lalu mungkin saja mereka akan memukuliku. Kalian, beberapa dari kalian maksudku, akan mengawasiku dari jauh lalu merekam aksi mereka." Tutur Zhoumi dengan pasrah.

Sejujurnya mereka tidak berpikir ini adalah ide yang bagus. Tapi karena mereka tidak memiliki ide lain yang lebih bagus dari ini, mereka juga sama pasrahnya dengan Zhoumi.

"Kita coba idenya?" Leeteuk mencari kesepakatan dari teman temannya. Tentu saja orang dengan semanagat juang yang tinggi bernama Kangin, berusaha meyakinkan Leeteuk, "Coba saja, kalau tidak dicoba kita tidak akan tahu."

Ryeowook kembali menjadi pemikir negatif, "Kalau tidak berhasil?" Entah sampai kapan dia akan terus seperti ini. Kibum menatapnya lekat, "Kita pikirkan cara lain. Sekalipun kita tidak mendapat hasil yang memuaskan, setidaknya dengan gerakan awal ini kita tahu bagaimana pola kerja mereka.

Menarik juga.


*SuperJuniorDailySchoolLife*


Zhoumi sudah berada di posisi menegangkannya. Ia masih bersembunyi di balik pohon yang besar, di daerah bukit kecil di belakang sekolah. Tempat ini adalah tempat yang paling sering dikunjungi murid kelas G untuk kabur dari kelas.

Di sisi lain, ada bagian gedung sekolah yang dapat menangkap spot tadi dengan jelas. Di sana sudah ada Donghae dengan ponsel berkamera bening milik Siwon, "Aku heran kenapa bukan Siwon saja yang melakukan ini... Tapi kalau dia repot juga sih. Akhirnya, ini pertama kalinya aku bersyukur punya tubuh yang mungil."

Zhoumi mengetik sebuah pesan di grup chat, 'Donghae, kau sudah siap di posisimu?'

'Sudah.' Balas Donghae dengan cepat melalui ponsel Siwon.

Setelah Zhoumi membaca chat dari Donghae tadi. Dia menghirup udara sebanyak dan sedalam yang ia bisa lalu menghembuskan nafasnya dengan pelan dan teratur. "Oke, ini adalah sebuah penghormatan sebagai murid kelas J, kalau kau dipukuli kita semua selamat..." Ucapnya pada dirinya sendiri.

Siapa juga orang gila yang rela dipukuli demi menyelamatkan teman temannya dari DO sekolah? Zhoumi bukan orang gila, tapi dia cukup gila karena berani melakukan hal itu.

Zhoumi mulai melangkahkan kakinya beranjak dari persembunyian itu. Berjalan mengendap ngendap ke semak semak, lalu sedikit mengintip beberapa murid kelas G yang sedang berkumpul di sana. Ini adalah hal terkonyol yang pernah dia lakukan dalam hidupnya selama 18 tahun. Sejak kapan Zhoumi menjadi mata mata dengan cara kacangan begini?!

Rambut, dahi, dan mata anak jangkung itu terlihat di balik semak semak. Dia sengaja melakukan itu agar kelas J menotis keberadaannya, tapi sepertinya nihil... Kelas G lebih tidak peka dari yang Zhoumi kira, "Kutu kutu ini... Mereka tidak akan dapat jodoh seumur hidup."

Drrrt...

Ponsel Zhoumi bergetar, ada chat masuk dari Siwon alias Donghae, 'Bro, posisiku tidak menguntungkan. Kakiku tertekuk agar tidak ketahuan. Jika aku berdiri, aku akan terlihat dengan jelas. Jika aku berjongkok, aku tidak dapat melihat apa apa. Masih lama?'

Zhoumi menghela nafasnya, 'Aku sedang menunggu momentnya! Kau punya ide yang lebih baik dari ini huh?!'

'Buang sesuatu seolah olah benda itu bergulir secara tidak sengaja, mereka pasti akan melihatnya.'

Tring!

Sebuah lampu bohlam menyala tepat di atas kepala Zhoumi, kenapa hal itu tidak muncul di otaknya dari awal? Repot repot menyumpahi mereka tidak punya jodoh, bagaimana kalau dia yang nantinya tidak punya jodoh? Ah apapun itu, sekarang saat yang tepat untuk mencari benda apa yang akan dia gunakan untuk menarik perhatian kelas G.

Zhoumi berpikir, dia melihat sekitarnya tapi tidak menemukan seusatu yang bagus. Dia merogoh semua kantung yang ada di seragamnya dan... menemukan harta karun.

"Tidak ku sangka kau akan berguna!" Seringaian tampan muncul tepat di bibirnya. Dengan cekatan, Zhoumi melempar batu hadiah tadi dengan lurus cukup jauh dari lokasi persembunyiannya.

Gludug...

Dan batu itu mendarat tidak jauh dari keberadaan murid kelas G. "Apa yang tadi itu?" Tanya salah aatu dari mereka.

Zhoumi tidak ingin membuang buang waktunya, dia segera beranjak dari tempat persembunyiannya. Menampakan dirinya yang jangkung dan dengan cepat mengambil batu itu, lalu kembali memasukannya ke dalam kantung celananya.

Cengiran konyol adalah hal pertama yang Zhoumi lakukan sebelum menyapa anak anak itu, "Eh... Yang tadi itu milikku, maaf kalau aku menganggu kalian." Setelahnya, ia beranjak pergi dari tempat itu dengan sengaja, ia tahu jika dia akan dipanggil oleh anak anak itu.

"Hey, tunggu dulu."

Benar kan?

Zhoumi memutar tubuhnya kembali menghadap anak itu. Matanya sedikit melirik ke arah gedung tempat Donghae bersembunyi, rekannya sudah siap mereka kejadian itu. Ini sudah dibuat naskahnya!

"Kau... Murid kelas J... Zhou... Zhoumi kan?"

"Iya, aku... Ada apa?"

Anak itu mendekati Zhoumi perlahan. Zhoumi sudah siap untuk dipukuli sama seperti Donghae yang sangat siap dengan recording.

"Kau di sini untuk memata matai kami?"

Oke, Zhoumi sangat siap dipukuli. Dia bahkan tidak sanggup berkata apa apa. Dia pasti akan dipukuli beramai ramai sampai babak belur.

Tap!

Anak itu menepuk bahu Zhoumi, "Tidak perlu melakukan itu, bung! Kami tidak memiliki rencana apapun seperti kelasmu, jadi apapun yang kau lakukan... itu percuma. Sebaiknya kembali ke kelasmu."

What?!

Ini bukan naskahnya! Ceritanya seharusnya bukan begini! Zhoumi bahkan tidak menyangka hal sekonyol ini terjadi! Apa apaan?!

Zhoumi mengerjapkan matanya beberapa kali, ia berusaha menyadarkan dirinya sendiri kalau ini bukan sebuah khayalannya saja. "Ah, iya... Aku juga tidak bermaksud begitu. Aku hanya kebetulan lewat sini."

"Tidak mungkin, apa iya temanmu yang bersembunyi di sana juga kebetulan lewat?"

Oke ini tidak bagus. Mereka ketahuan, dan tidak mendapat apa apa.

"Aku tidak kenal dia. Aku pergi dulu." Zhoumi pergi dari tempat itu secepat yang ia bisa, sekencang yang ia mampu dan senormal yang memungkinkan.

Pikirannya kalut, nasib baiknya berakhir sampai di sini. Dewi fortuna pergi meninggalkannya sendiri di sini. Jari jarinya menari di layar ponselnya demi mengirim sebuah chat pada Donghae.

'Kita ketahuan, kembali ke kelas.'


*SuperJuniorDailySchoolLife*


Keheningan di kelas XII-J

"Sekarang apa?" Pertanyaan Siwon seakan mewakili semua pertanyaan teman temannya.

"Aku tidak tahu... Aku sudah mati konyol!" Zhoumi yang masih tidak dapat menerima peruntungan nasibnya hanya dapat menghantukan kepala dengan mejanya.

Eunhyuk menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat Zhoumi, dia kasihan tapi juga geli, "Aku yakin setelah ini dia depresi lalu kehilangan semangat hidup."

"Kau tidak boleh bicara seperti itu, dia sudah berjuang demi kita." Sungmin mengingatkan Eunhyuk sekaligus membela Zhoumi, setidaknya dia sadar diri jika dia tidak melakukan apapun. Eunhyuk sebenarnya tahu diri, tapi karena gengsinya tinggi jadi begitulah dia, anak itu melirik Sungmin sekilas, "Iya, aku tahu. Maaf!"

Donghae memainkan pensil miliknya, "Tidak ada ide lain? Kurasa cara seperti tadi benar benar tidak ada gunanya." Dia bicara begitu seakan bukan dia yang ketahuan tadi.

"Membuntuti mereka juga bukan cara yang bagus, kita akan ketahuan." Zhoumi terus menghantuk hantukkan kepalanya di meja, kepalanya terasa sangat berat karena kejadian tadi.

Entah dapat ide darimana tapi Yesung yang biasanya tidak ingin mengutarakan idenya, tiba tiba bicara pada teman temannya, "Bagaimana jika kita mengawasi mereka lewat cctv sekolah?"

Wow, ada apa dengan otaknya Yesung?

"Gila, kau tahu kan cctv sekolah dijaga kelas A? Kita sudah punya masalah dengan kelas G hari ini dan kau ingin kita membuat masalah juga dengan kelas A?!" Zhoumi kalap, kepalanya terasa ingin pecah.

Yesung duduk santai di kursinga dengan kedua telapak tangan yang menopang kepalanya, "Aku tidak bilang begitu, aku hanya menyarankan sesuatu."

Oh, itu saran... bukan ide.

"Bagaimana kita melakukannya?" Kibum berusaha memancing Yesung agar ia lebih banyak bicara. Yesung tentu menjawabnya dengan santai, "Sabotase cctv? Kita pernah melakukannya waktu itu."

"Oke, aku yakin dia gila." Heechul bergumam pada dirinya sendiri. Tapi Heechul juga tidak sepenuhnya salah, dia ada benarnya. Temannya yang satu itu memang gila.

Zhoumi terkekeh, "Dia tidak mendengarkanku. Dia bodoh atau apa?" Dia benar benar muak hari ini. Hankyung menepuk nepuk bahu Zhoumi, setidaknya untuk menenangkan temannya itu, "Mungkin dia lapar, hanya itu."

"Yesung, itu bukan hal yang mudah. Setelah kita mengerjai murid kelas A saat itu, sudah pasti mereka akan memperketat pengamanan mereka. Seperti kata Zhoumi, kita sudah memiliki masalah dengan kelas G hari ini, kita tidak mungkin menambah masalah lagi dengan kelas A." Leeteuk dengan bijaknya menceramahi Yesung.

Heechul mendekatkan dirinya pada Leeteuk, "Kau tahu? Itu percuma." Dia membisikan kata kata itu pada mantan rivalnya. Leeteuk mengangguk pelan, "Aku tahu tapi setidaknya aku harus bersikap seperti ketua."

Heechul kembali ke posisi duduknya yang nyaman, "Teman temanku tidak ada yang waras. Satupun!" Dia bicara begitu seakan dia adalah satu satunya yang waras, padahal faktanya tidak ada satupun dari mereka yang waras.

Kibum berusaha menjelaskan sesuatu pada Yesung, "Melakukan sabotase cctv itu juga tidak mudah, kemungkinannya sangat kecil. Jika rencana bunuh diri Zhoumi saja tidak berhasil, apalagi saranmu tadi."

"Aku mohon! Tolong jangan bahas kejadian tadi!" Zhoumi histeris, dia sedang dalam keadaan yang tidak bagus. Sangat tidak bagus.

Kalau keadaan kembali berubah seperti ini, Kyuhyun lebih memilih pergi jauh dari tempat itu. Entah kemana, setidaknya pergi keluar untuk mencari angin daripada hanya berdebat tidak jelas dengan teman temannya.

Kibum menyadari kepergian Kyuhyun, "Kau mau pergi kemana?" Sejujurnya, kemana Kyuhyun pergi itu bukan urusannya, anak ini hanya berusaha menghilangkan rasa penasarannya saja.

"Ke toilet."

Singkat. Jawaban yang diterima Kibum sangat singkat. Dengn jawaban sesingkat itu juga Kyuhyun pergi meninggalkan kelas secepat kilat.

Toilet itu hanya alasan, anak itu juga tidak tahu harus pergi kemana. Setelah berjalan cukup jauh dari kelas, Kyuhyun menurunkan kecepatannya. Berjalan menyusuri jendela lorong yang dihias dengan pot tanaman, jari jarinya menempel pada kaca jendela. Bergerak dengan lembut seolah ia sedang menekan tuts piano.

Kyuhyun suka musik.

Tapi semangatnya di dunia itu hilang entah sejak kapan, game yang menggantikan posisi itu. Yah, walau bagaimanapun, anak itu tidak bisa memungkiri jika musik selalu berhasil menenangkannya.

"Unhappiness
Where's when I was young,
And we didn't give a damn,

'Cause we were raised,
To see life as fun
And take it if we can.

My mother, my mom,
She hold me, she hold me
When I was out there.

My father, my father,
He liked me, oh, he liked me.
Does anyone care?"

Anak itu bersenandung disepanjang lorong, suaranya merdu walau hanya dia yang tahu. Lagu milik 'Cranberries' yang berjudul 'Ode to my family' adalah lagu yang paling ia suka, entah sejak kapan.

Langkahnya terhenti, irisnya menatap keluar jendela melihat semilir angin yang lewat. Entah kenapa disaat seperti ini perasaan seperti itu muncul.

"Hah... Apa apaan ini?"

Tubuhnya merosot begitu saja. Lorong itu sepi jadi tidak ada orang yang lalu lalang di sana, jadi tidak ada yang melihatnya.

Helaan nafas terdengar sangat berat. Anak itu meremas dadanya yang terasa sesak padahal ia tidak punya penyakit dan juga bukan seorang gadis.

"Aku rindu ayah." Bukan sebuah tangisan yang ia munculkan, melainkan sebuah tawaan renyah yang mengejek. Anak itu mengejek dirinya sendiri.

"Astaga, drama macam apa yang aku lakukan sekarang? Ini menjijikkan." Kyuhyun bangkit lalu kembali berjalan tak tentu arah sambil mencari ide. Nah! Itu adalah tujuan yang sebenarnya! Mencari ide!

Dia kembali bermonolog pada dirinya sendiri, "Kalau diingat ingat, aku pernah memberitahu Donghae kalau aku tidak akan pernah dikeluarkan dari sekolah karena aku anak emas sekolah. Tapi kenapa sekarang aku ketakutan?" Setelah itu dia sadar kalau yang selama ini ia takutkan bukan keluar dari sekolah tapi berpisah dengan teman temannya di sini.

Dia terkekeh jika mengingat kejadian hari ini, "Si Kibum idiot itu juga ketakutan setengah mati, bodoh juga dia sama sepertiku."

Kyuhyun kembali bersenandung, kali ini lebih ceria. Hari ini ia merasa teman temannya begitu konyol, terutama Zhoumi, "Apa apaan juga si jangkung itu! Haish... kkk."

Tidak bisa berbohong, ia menyukai teman temannya di sini. "Kelulusan ya... Kita akan punya jalan masing masing." Harus ia akui, ini pertama kalinya ia benci dengan perpisahan sekolah yang bahkan belum berlangsung.

"Apa jadinya kalau hari ini kita dikeluarkan?" Itu yang sedari tadi ia pikirkan sampai ia lupa sampai ingat lagi. Pikirannya bercabang dan rumit untuk dijelaskan.

Ia terus bermonolog tanpa sadar langkah kakinya membawanya ke ruang kepsek. Telinga Kyuhyun memang bukan telinga penguping seperti Zhoumi, tapi ia dapat mendengar suara ribut dari dalam ruangan itu walau samar samar.

Ia mendekatkan telinganya dan suara itu pun mulai terdengar lebih jelas. Matanya membulat ketika mendengar sebuah bentakan dari kepala sekolah yang ditunjukkan untuk seseorang.

Tepat setelahnya seringaian tercetak jelas di wajah Kyuhyun.


*SuperJuniorDailySchoolLife*


BRAK!

"Kita harus ke kantin sekarang!"

Kyuhyun sampai di kelas dengan brutal. Nafasnya terpacu cepat terlihat dari dia yang terengah engah seperti di kejar anjing.

"Santai kawan, kau seperti di kejar anjing galak." Donghae juga bilang begitu, Kyuhyun mirip seperti orang yang baru dikejar anjing.

Kibum menatap temannya itu datar, "Kenapa kita harus ke kantin?" Di balik wajahnya yang kelewat datar seperti tembok itu Kibum sbenarnya sangat penasaran.

Kyuhyun tidak pernah tertarik pergi ke kantin, apalagi jika ia tidak lapar. Kibum tahu jika Kyuhyun lapar ia tidak akan sesemangat ini, pasti ada tujuannya kenapa anak itu ingin mereka pergi ke kantin.

"Ada apa di kantin? Jus mangga gratis?" Leeteuk terlalu lelah berpikir, candaannya bahkan sangat renyah. Tapi ia tidak bohong, ia ingin jus mangga.

Kyuhyun mengatur nafasnya. Tangannya bertumpu pada pintu masuk murid, "Ini lebih indah dari jus mangga di kantin!"

Huh? Bukankah ini menarik?

Kelas J penasaran. Mereka memang punya jiwa jiwa wartawan jika diwaktu waktu seperti ini. Kyuhyun jadi semakin bersemangat.

"Kelas G membuat masalah di kantin!"

Eh? Kenapa hening?

"Itu... Percuma..." Heechul memberikan kyuhyun ekspresi mengejeknya. Itu bukan ingin dan maksudnya, tapi keadaan sekarang yang membuatnya menunjukkan tampang itu.

Tunggu... Kemana semangat mereka? Oh iya, hilang sejak tadi pagi.

Sepertinya Kyuhyun harus lebih keras lagi membujuk semangat teman temannya agar kembali berkobar seperti api semangat muda, "Ayolah! Ini kesempatan kita! Kalian ingin dikeluarkan?! Baiklah! Kalian saja yang keluar! Biar aku yang lakukan ini untuk diriku sendiri!"

Gila. itu bukan bujukan.

"Lalu? Saat kita di sana mereka tidak akan menampakan iblis mereka." Zhoumi... Kasihan sekali dia, seperti sudah ingin mati saja.

"Kita kelas J kan? Kita pasti bisa kali ini, percaya padaku!" Kyuhyun terus berusaha meyakinkan teman temannya. 'Berubah pikiranlah kalian wahai teman teman yang terkutuk!' Batin Kyuhyun menjerit kurang ajar.

Kangin bangkit dari kursinya, "Ayo! Ini kesempatan kita! Coba atau tidak tidak sama sekali!" Seperti yang yang seharusnya, semangat 45.

Siwon dan Hankyung membujuk Zhoumi dengan sabar sampai anak itu menangngkat kepalanya lalu berkata, "Baiklah, baik. Aku ikut."

Kelas J tidak begitu semangat, tapi setidaknya mereka masih menunjukkan kemauan mereka dari cara mereka meninggalkan kelas mereka.

Kyuhyun memimpin jalan mereka, "Tolong jangan terkejut ya." Gumamnya sepelan mungkin dengan senyum yang menjanjikan.

Apa maksudnya?


*SuperJuniorDailySchoolLife*


Dan... Di sinilah mereka.

Kantin.

Yang tenang, seperti kantin pada umumnya saat di luar jam istirahat.

"Errr... Aku tidak melihat sebuah keributan di sini. Atau memang hanya mataku yang tidak melihatnya?" Sungmin mengusap matanya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Tapi anak itu benar. Tidak ada yang aneh di sini. Lalu kenapa Kyuhyun mengajak mereka kemari?

Kyuhyun menepuk bahu Kangin tapi ia bertanya pada Zhoumi yang ada di sebelahnya juga, "Itu murid kelas XII-G kan? Anak itu juga ketua kelas mereka, aku benar?"

Kangin dan Zhoumi mengangguk dengan kompak, tapi mereka masih tidak mengerti apa tujuan Kyuhyun yang sebenarnya. Kenapa dia mengajak mereka kemari? Kenapa dia menanyakan anak anak itu? Kenapa dia bertanya para Kangin dan Zhoumi apa anak itu ketua kelas atau bukan?

Kyuhyun mengangguk dengan keren lalu pergi dari posisinya, "Tunggu di sini, tahan saja mereka jangan menahanku." Hanya itu yang dia ucapkan sambil berjalan lurus mengarah ke tempat musuh baru mereka berada.

Kibum adalah orang yang oertama kali peka dengan maksud dan tujuan Kyuhyun, "T-tunggu dulu Kyuhyun! Apa yang kau pikirkan?!" Kibum tahu yang nanti Kyuhyun lakukan, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Kyuhyun tidak menggubris peringatan dari Kibum, dia terus berjalan semakin dekat dengan kelas G. Menjadi pusat perhatian dari mereka yang Kyuhyun tuju. Semakin cepat, wajahnya tidak menunjukkan persahabatan sama sekali. Kyuhyun mengepalkan tangannya, mencengkram kerah seragam incarannya, lalu...

"KYUHYUN!"

BUAGH!

Kyuhyun menghajar anak itu tepat di pipinya sampai terjatuh, ia seakan tidak mendengar teriakan Kibum. Belum berhenti sampai di situ, Kyuhyun kembali mengcekram seragam anak itu dengan kedua tangannya.

"KEMANA KEBERANIANMU DASAR PENGECUT?! MENGAKULAH PADA SEMUA ORANG JIKA KAU YANG MELAKUKAN SEMUA KEKACAUAN ITU! KENAPA KAU MENUDUH KAMI, KENAPA?!"

Histeris Kyuhyun pada anak itu. Banyak orang dari kelas G dan kelas J yang berusaha memisahkan mereka, tapi tenaga Kyuhyun yang murka tidak semudah itu dilemahkan.

"Kyu! Hentikan ini! Kita akan kena masalah lagi!" Kibum meneriakan kalimat itu pada Kyuhyun. Bukannya menurut Kyuhyun malah semakin tidak terkendali emosinya, "ITU BUKAN KESALAHAN KITA! UNTUK APA KITA BERTANGGUNG JAWAB?! ANAK ANAK SIALAN INI YANG SEHARUSNYA BERTANGGUNG JAWAB!"

Kelas G tentu tidak terima dengan ucapan Kyuhyun. Mereka berusaha mengeroyok Kyuhyun sampai babak belur, beruntung kelas J dengan sigap menahan mereka. Perkelahian sengit antara beberapa murid kelas G dan J tak terelekan lagi, tentu tidak semua dari mereka berkelahi karena sisanya lebih suka berteriak histeris untuk melerai daripada ikut berkelahi.

Salah satu murid culun menyebalkan dari kelas G yang ketakutan bertindak, "Aku harus memberitahu kepala sekolah!" Dengan cepat anak itu berlari menuju ruang kepsek.

"RYEOWOOK! KEJAR ANAK ITU!" Teriak Donghae yang sedang bergulat dengan anak kelas G di lantai, mereka benar benar sengit.

Ryeowook pun tersadar, ia mengangguk paham lalu segera berlari mengejar anak culun itu. Melesat cepat berusaha menahan anak itu lalu menyeretnya kembali ke kantin. Namun ada hal yang tidak Ryeowook ketahui, anak culun itu larinya cepat juga ternyata. Ryeowook sampai kelelahan mengejarnya, tapi bukan murid kelas J kalau menyerah hanya karena ini.

Mendaki tangga, melewati lorong yang diisi banyak orang. Tidak peduli apa yang Ryeowook lalui, dia hanya ingin menahan anak itu.

'Hampir dapat!'

Grab!

Ryeowook mendapatkan anak itu lalu dengan cepat ia menahan anak itu pada tembok. Tapi,

Ceklek.

Kepala sekolah keluar dari ruangannya.

Astaga, mereka berada tepat di depan ruangan kepala botak itu!

Kepala sekolah melihat mereka. Matanya memicing tidak senang ke arah Ryeowook, hanya pada Ryeowook! Ini tidak bagus!

"Dia ingin memukul saya, Pak!" Adu anak culun itu pada kepala sekolah. Ryeowook tercekat, "Aku tidak memukulmu! Aku hanya ingin menahanmu! Teman temanmu yang ingin memukuli Kyuhyun!"

"Dia yang memukul temanku lebih dulu!"

"Itu karena kalian menuduh kami, dasar tidak tahu diri!"

"Hentikan!" Kepala sekolah membungkan mereka berdua. Ryeowook ketakutan, tapi rasa takut itu tidak tercetak di wajahnya melainkan di genggamannya pada seragam anak itu. Sangat kuat.

"Dimana teman temanmu?"

Mau tidak mau Ryeowook dan anak itu menunjukkan lokasi baku hantam antara kelas G dan kelas J pada kepala sekolah.

Kembali ke kantin.

Kelas J menghajar kelas G telak. Jiwa jiwa berandalan mereka muncul lagi, bahkan Heechul yang awalnya tidak mau ikut campur, terpaksa ikut campur karena ponselnya ditendang dan terlempar jauh lalu mendarat dengan keadaan kaca yang retak.

"KAU HARUS MENGGANTI KERUGIANKU, SIALAN! KACA PONSELKU RETAK KARENA KEBODOHANMU!"

Setelah mendapat amukan dari Heechul, anak itu tetap tidak merasa bersalah. Dia bahkan masih dapat terkekeh lalu mengejek Heechul dengan tatapannya yang menyebalkan, "Dasar manja!"

Bugh!

Heechul kembali melayangkan pukulannya di wajah anak itu, "Kau yang manja! Menyalahkan orang lain atas kesalahanmu itu sama saja pengecut!" Saking kesalnya Heechul bahkan kembali memukul anak itu beberapa kali.

"Heechul hentikan itu! Kau bisa membunuhnya!" Teriak Siwon dari jarak yang cukup jauh menghentikan Heechul. Mereka bisa repot lagi jika Heechul tidak sengaja membunuh anak itu.

Selama pertarungan mereka dengan kelas G, ada beberapa orang yang merekam aksi mereka. Para penjaga kantinlah yang dengan cepat melaporkan kejadian ini pada kepala sekolah. Sudah dapat dipastikan, kelas J akan semakin terkenal lagi karena ini.

"Apa yang terjadi di sini?!"

Nah, kepala sekolah akhirnya sampai di kantin, bersama Bong Seonsaengnim, Ryeowook dan anak culun tadi pastinya.

Donghae -yang posisinya paling dekat dengan Ryeowook- menatap Ryeowook tidak percaya, "Kau gagal menangkapnya?" Tanyanya tanpa suara.

Ryeowook menggeleng, "Nanti aku ceritakan." Balas Ryeowook juga tanpa suara. Ini percakapan macam apa?

Bong Seonsaengnim menghela nafasnya sembari memijat keningnya, dia stres melihat pemandangan ini, "Apa kalian tidak kapoknya juga? Dua hari yang lalu kalian membuat ruang guru berantakan dan sekarang berkelahi?"

"Aku sudah bilang padamu dua hari yang lalu bukan kami yang melakukan itu!" Eunhyuk juga frustasi. Benar Donghae, andai saja hari itu ia langsung memergoki murid kelas G di toilet mungkin tidak akan begini kejadiannya.

"Hah... Lepaskan mereka." Perintah Bong Seonsaengnim dipatuhi kelas J, mereka melepaskan musuh mereka. Berat memang, mereka masih ingin menghajar anak anak itu habis habisan apalagi di saat seperti ini. Tapi setidaknya, mereka menjadi lebih rileks.

Kibum menghela nafasnya, "Lagipula untuk apa kami melakukan hal sebodoh itu..." Gaya cueknya tidak hilang juga rupanya, dia malah semakin cuek saja.

"Lalu untuk apa kalian hampir memperkosa guru kalian sendiri?"

Ah... itu lagi.

"Kalian ini berandalan ya?"

"Lama kelamaan aku bosan mendengar ini..." Kangin mengacak ngacak rambutnya. Dia benar juga, mereka terlalu sering dipanggil begini sejak masuk kelas J.

Kepala sekolah menatap anak anak itu satu persatu dengan tajam. Aura dingin muncul di sekitarnya. Dia bertanya pada anak anak itu, "Siapa yang pertama kali membuat masalah ini?"

Hening...

Kelas G tidak mungkin mengaku. Memang bukan mereka yang memulai perkelahian itu. Tapi jika kelas J mengakui kesalahan mereka, apa mereka tidak akan dikeluarkan? Tidak ada yang tahu.

"Ayo mengaku!"

Set!

Kyuhyun mengangkat tangannya, tinggi. Tanpa ragu. Membuat semua orang menatapnya.

Matanya terlihat sangat tegas, "Aku yang melakukannya. Aku yang pertama kali memukul dia, lalu kami berkelahi." Dia tidak takut.

"Dia berubah, dia benar benar menjadi seorang berandalan." Gumaman Bong Seonsaengnim tidak digubris oleh kepala sekolah. Kepala sekolah kembali bertanya kepada anak anak itu, "Siapa lagi? Hanya dia?"

Kembali hening. Mengakukah?

Heechul tiba tiba mengacungkan tangannya juga, "Aku sebenarnya tidak ingin berkelahi. Tapi cecunguk ini sudah menghajar temanku dan juga membuat layar ponselku retak. Jadi aku memukulnya." Ini seperti pengakuan anak sekolah dasar, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.

Kyuhyun dan Heechul belum menurunkan lengan mereka. Melihat dua temannya mengaku, satu persatu murid kelas J juga ijut mengacungkan tangan mereka.

"Kenapa kalian juga? Ini salahku!" Kyuhyun khawatir, rencananya dia hanya ingin dia yang dikeluarkan dari sekolah jika memang itu benar. Zhoumi yang menjawabnya dengan senyuman, "Tidak akan ada yang berkelahi jika kita tidak menolongmu, dasar sok jagoan."

Jika ini memang nyawa terakhir mereka, mereka akan sangat rela. Lebih baik diusir beramai ramai daripada melihat teman terusir dengan hina.

Kepala sekolah melipat tangannya, dia terlihat angkuh, "Kalian akhirnya mengaku juga, sekarang ikut aku ke ruang-"

"Kepala sekolah!" Suara seorang wanita berteriak menghentikan kalimatnya, guru wanita dengan salah satu muridnya itu berlari secepat yang mereka bisa.

Saat mereka sampai di tempat yang mereka tuju, mereka berusaha mengatur nafas mereka yang terengah. Guru wanita itu, Jung Seonsaengnim, dia mengambil banyak udara sebelum dia bicara, "Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda. Saya mendengar ada keributan di sini, saya dengar dari beberapa murid saya jika kelas XII-J akan dikeluarkan dari sekolah karena mengacak ngacak ruang guru. Apa itu benar?"

Kepala sekolah membenarkan pertanyaan Jung Seonsaengnim. Hal itu justru membuat Jung Seonsaengnim kelabakan, "Aduh bagaimana ini... Sebenarnya yang mengacak ngacak ruang guru itu bukan kelas J melainkan kelas G."

Kepala sekolah, Bong Seonsaengnim, kelas G dan beberapa orangyang ada di kantin terkejut mendengar penuturan Jung Seonsaengnim.

"Saya menyita barang milik kelas G dua hari yang lalu karena mereka fokus dengan barang itu dan tidak memperhatikan saya yang sedang mengajar di kelas mereka. Seusai jam pelajaran, saya kembali ke ruang guru dan menitipkan barang itu pada Huang Seonsaengnim karena saya tahu mereka pasti akan mengambil barang itu diam diam saat saya tidak ada."

Jung Seonsaengnim kembali menjelaskan, "Tapi karena saya menerima kabar jika orang tua saya dilarikan ke rumah sakit, saya meminta izin untuk pulang lebih cepat hari itu. Sampai akhirnya saya kembali mengajar hari ini, saya ingin memeriksa apa barang yang saya sita masih ada atau tidak setelah tahu kalau ruang guru sudah diacak acak di hari saat saya izin pulang lebih cepat. Dan ternyata barang itu hilang."

"Saya bukan ingin membela tapi... Kelas J tidak punya alasan melakukan hal itu, bukan mereka yang seharusnya bertanggung jawab. Kelas G lah yang harus bertanggung jawab, lalu juga..." Jung Seonsaengnim mempersilahkan murid perempuannya menjelaskan sesuatu.

Gadis itu memulai penjelasannya, "Kemarin, Saat sepulang sekolah. Saya tidak sengaja melihat beberapa murid kelas G sedang melakukan sesuatu di tempat parkir sepeda, mereka membocorkan sepeda murid murid lain dan hanya menyisakan satu sepeda yang tidak mereka bocorkan bannya. Saya tidak tahu itu sepeda milik siapa sampai tiba tiba murid kelas J berteriak pada murid kelas G, saya akhirya tahu sepeda yang bannya tidak bocor itu milik ketua kelas J."

"Lalu saya juga melihat ada seorang anak yang memotret kelas J saat mereka berkumpul di tempat parkir. Salah satu dari murid kelas J sadar akan hal itu lalu meneriaki anak itu, tapi anak itu kabur." Gadis itu tersenyum singkat lalu mengeluarkan ponselnya, "Tapi untungnya saya berhasil menangkap kejadian itu dengan ponsel saya. Ini fotonya."

Gadis itu menunjukan deretan foto kejadian hari itu. Kepala sekolah dan Bong Seonsaengnim memperhatikan gambar gambar itu dengan seksama. Gadis itu benar, bukan kelas J yang melakukan hal itu tapi kelas G lah pelakunya.

Kepala sekolah menegakkan tubuhnya kembali, menatap anak anak yang tadi berkelahi itu satu persatu, "Kelas XII-G, ikut denganku sekarang."

"Lalu kami?" Tanya Eunhyuk pada kepsek tanpa sopan santun. Kepala sekolah meliriknya sejenak lalu kembali menatap lurus ke langkahnya, "Lebih baik kalian siapkan alasan jika ada orang yang bertanya kenapa wajah kalian babak belur."

Kepala sekolah, Jung Seonsaengnim dan Bong Seosaengnim dan juga kelas G tentunya, mulai meninggalkan tempat itu. Lalu kelas J?

"Kita selamat? Kita tidak dikeluarkan benar?!" Donghae kegirangan setengah mati. Eunhyuk memeluk Donghae dengan erat, "Kita tetap sekolah, Hae! Kita tetap sekolah!"

Mereka semua benar benar senang. Sorakan itu terdengar sangat bahagia. Heechul bahkan hampir lupa kaca ponselnya sudah retak, saking senangnya.

Gadis itu belum beranjak dari tempatnya, penyelamat masa depan kelas J itu masih tetap berada di tempatnya melihat kelas J yang kegirangan dengan senyuman.

Kibum -yang tidak terlalu kegirangan- menatap gadis itu. Ternyata gadis itu bukan memperhatikan kelas J, dia hanya memperhatikan Kibum yang ikut senang karena teman temannya heboh. Kibum tersenyum ke arah gadis itu, tapi dia tidak mengucapkan apa apa selain tersenyum.

"Oh iya! Gadis itu!" Ingat Leeteuk tiba tiba. Benar juga, selain Kibum tidak ada satu pun murid kelas J yang ingat dengan pahlawan mereka. Kurang ajar.

Fokus mereka teralihkan pada gadis itu pada akhirnya. Henry tersenyum lalu melambai tinggi tinggi pada gadis itu, "Terima kasih ya! Karenamu kami selamat! Kami tidak jadi di drop out! Terima kasih!"

"Ey, tidak sopan begitu. Kita harus menghampirinya lalu berterima kasih dengan sopan." Leeteuk mengingatkan teman temannya tentang sopan santun, ini memang fungsinya ketua kelas.

Heechul mendekati Leeteuk yang ada di samping Kibum, "Daripada kita, lebih baik Kibum saja yang maju untuk berterima kasih. Gadis yang waktu itu, dia kan?" Heechul mendorong Kibum, kasar memang tapi ini kesempatan emas untuk Kibum.

Kibum yang terkejut sekaligus bingung protes pada teman temannya, "Kenapa hanya aku?" Dia mulai salah tingkah.

"Kalau kau tidak mau, aku dengan senang hati akan menggantikan posisimu." Tawar Yesung dengan penuh semangat. Dasar konyol, mana mungkin Kibum mau melakukan itu, "Tidak tidak... Aku akan melakukannya sendiri."

Dengan kalimat itu, Kibum berjalan menghampiri gadis itu. Sepanjang langkah itu sorak sorai dari kelas J terdengar sangat nyaring di seluruh penjuru kantin.

Sampai di sinilah Kim Kibum. Di depan gadis yang ia suka sejak hari valentine waktu itu, dengan segala keculunannya.

"Kacamatamu retak..."

Kibum terkejut, ia dengan cepat melepas kacamatanya, "Ah... Tidak masalah. Temanku juga pasti sama denganku." Kibum menoleh ke belakang menatap Kyuhyun, ia memicingkan matanya lalu ia sadar, Kyuhyun tidak memakai kacamata.

"Kacamataku di atas" Jelas Kyuhyun dengan isyaratnya tanpa bersuara. Kibum paham, sejak Kyuhyun keluar kelas dia melepas kacamatanya lalu meninggalkan benda itu di kelas. Sejak awal, Kyuhyun memang sudah merencanakan aksi mereka ini.

Kibum menghela nafasnya. 'Sialan kau Cho Kyuhyun.' Jika saja Kibum tidak ingat dia baru saja berkelahi Kyuhyun sudah dihantamnya sedari tadi.

"Hanya kau yang memakai kacamata..." Ujar gadis itu ragu, dia hanya ingin Kibum kembali bicara dengannya. Kibum tersenyum lagi, "Tidak masalah, aku bisa membelinya lagi." Balas anak itu dengan sangat jujur.

"Ngomong ngomong... Kalau tidak memakai kacamatamu, kau tampan juga."

"Terima kasih. Tapi aku tidak bisa melihatmu dengan jelas kalau tidak memakai benda ini. Wajahmu jadi terlihat blur di mataku."

Ah... Bodoh. Kibum memuat keadaan mereka menjadi canggung.

Kibum kembali memakai kacamata retaknya. "Ah iya... Untuk yang tadi terima kasih ya. Terima kasih karena telah menolong kami, karenamu kami tidak jadi dikeluarkan dari sekolah."

Gadis itu menggeleng dengan imutnya, "Tidak perlu berterima kasih. Aku melakukan itu karena memang itu yang seharusnya aku lakukan."

"Wajahmu memar, sakit tidak?" Tanya gadis itu pada Kibum, pertanyaan tidak penting karena jawabannya pasti sakit. Tapi setidaknya bagus untuk bahan basa basi.

Kibum salah tingkah, gadis itu manis sekali di matanya, "Tidak, aku baik baik saja." Jawab Kibum singkat.

Canggung lagi...

Kyuhyun berdecih jengah melihat sahabatnya yang satu itu, "Ck! Dasar tolol..." Beruntung Kibum tidak mendengarnya.

"Kau masih ada jam pelajaran? Kalau masih ada sebaiknya cepat kembali ke kelasmu. Jangan sampai kau melewatkan pelajaran karena menolong kami." Mengusir dengan cara halus lagi. Ini bukan salah Kibum, jantungnya yang tidak bisa dia kendalikan membuatnya melakukan itu.

"Ada, tapi rasanya aku ingin membolos hari ini."

"Hm? Itu bukan hal yang baik, kau yang tidak punya alasan untuk jadi anak nakal sebaiknya jangan lakukan itu."

Gadis itu menatap Kibum dengan lekat, "Kau sendiri punya alasan untuk membolos?" Tanya gadis itu to the point, sebenarnya karakternya dan Kibum memiliki banyak kesamaan.

Karena dia, Kibum tidak tahu harus menjawab apa, "Sudahlah ceoat kembali ke kelasmu. Jangan lewatkan jam pelajaran. Jangan membolos hari ini." Walaupun caranya tidak romantis, tapi Kibum itu ternyata sangat perhatian.

"Baiklah, aku akan menurutimu. Aku akan kembali ke kelasku." Gadis itu menunduk sedih sebelum akhirnya kembali menatap Kibum penuh harap, "Tapi sebelum aku pergi, apa kau tidak punya sesuatu yang ingin kau katakan padaku?"

Kibum bepikir keras, pikirannya bercabang, apa maksud gadis ini? Oh tidak isi pikirannya kata kata kasar semua. 'Cepat pergi sana, keringatku banjir!' Itu yang ingin Kibum katakan pada gadis itu, tapi tidak mungkin kan dia mengatakannya? Yang benar saja.

"Dia ingin kau ajak kencan bodoh! Dasar tidak peka!" Gamblang Heechul dari jauh. Kelas J semakin heboh karena Heechul, sedangkan Kibum... Wajahnya mulai memerah karena malu.

Gadis itu juga malu, tapi tidak bisa ia pungkiri, dia senang Heechul meneriakkan kalimat itu. Kibum menatapnya, "Kau ingin kencan denganku?"

"Iya!" Balas gadis itu dengan cepat, kata kata yang dia tunggu akhirnya muncul juga, "Tentu aku mau!"

"Maaf, tapi tidak dalam waktu dekat ya..."

Dan Kibum sendiri yang mengecewakannya. Kibum segera menjelaskan kalimatnya yang sebenarnya belum selesai, "Ujian semakin dekat dan aku ingin fokus pada ujian itu. Aku ingin masuk ke fakultas kedokteran. Jika kau rela menunggu sedikit lagi, aku pastikan kau akan memiliki kekasih yang bekerja sebagai seorang dokter. Kau... Mau menungguku kan?"

Gadis itu berpikir sejenak lalu dengan cepat ia menggelengkan kepalanya kuat untuk mengusir pikiran negatifnya, "Hm! Aku akan menunggumu!"

Senyumannya, Kibum suka. Gadis itu pun berjalan mundur sedikit demi sedikit menjauh dari Kibum, "Aku kembali ke kelasku. Rumah kita searah, apa pulang sekolah nanti... Kita bisa pulang bersama."

"Tentu. Jika kau butuh bantuan untuk belajar, aku juga bisa membantumu. Kita bisa belajar bersama nanti."

"Iya!" Gadis itu mulai beranjak pergi, ia berlari kecil lalu melambaikan tangannya pada Kibum, "Aku ke kelasku ya!" Dia benar benar senang. Ini adalah hari yang dia tunggu tunggu selama ia bersekolah di sini, akhirnya dia dinotice senpainya. Bahkan hasilnya sangat positif.

"Terima kasih untuk yang tadi!" Teriak Kibum padanya, dia juga senang. Senang, setengah mati, di balik wajahnya yang sok keren dengan seulas senyuman.

Lalu kelas J yang lain?

Mereka berjalan melewati Kibum dengan malas bahkan sengaja menbrak bahu Kibum. Iri?

"Kurang ajar."

"Keterlaluan dia."

"Bagaimana bisa kau punya pacar sedangkan teman temanmu tidak?"

"Dasar tidak setia kawan."

"Aku menyesal menyuruhnya untuk maju sendiri."

"Kesempatan dalam kesempitan."

"Nanti akan aku akan menikungmu."

Wah... Apa apaan mereka itu? Kibum menatap mereka tidak percaya sambil mengikuti langkah teman temannya kembali ke kelas, "Aku belum menyatakan perasaanku padanya! Aku masih single! Kami hanya some! Ayolah..." Kibum menyerah. Dia bahkan tidak mengerti, sebenarnya teman temanny aini mendukungnya atau tidak? Posisinya serba salah.


*SuperJuniorDailySchoolLife*


Jam pulang sekolah telah tiba.

Kibum menatap Kyuhyun sebelum mereka berpisah, "Ngomong ngomong, kau sengaja melakukan itu ya?"

"Melakukan apa?"

"Yang di kantin. Mereka tidak membuat masalah, tapi kau sengaja memukul ketua kelas mereka."

"Hmmm..." Kyuhyun balik menatap Kibum dengan mulutnya yang penuh dengan permen karet, "Kau hanya memastikan bukan? Aku yakin kau pasti sudah tahu"

"Kenapa?"

Kyuhyun memicingkan matanya pada Kibum, "Jatuh cinta membuat otakmu lamban ya? Perlu ku ingatkan sesuatu padamu? Senakal apapun kita, kepala sekolah tidak akan mengeluarkan kita."

"Aku tahu itu! Tapi yang lain? Bagaimana bisa?" Kibum benar benar penasaran rupanya. Mau tidak mau Kyuhyun harus menjelaskannya secara rinci, "Kepala sekolah juga tidak setega itu mengeluarkan mereka. Saat aku pergi ke toilet, aku melewati kantornya. Aku tidak sengaja mendengar percakapannya dengan Kim Seonsaengnim. Mereka ribut, mereka meributkan kita. Banyak guru yang meminta padanya agar sebaiknya kita di drop out dari sekolah, tapi ada beberapa guru yang tetap mempertahankan kita. Kim Seonsaengnim hanya ingin mempertahankan kita berdua sedangkan kepala sekolah... dia berusaha mempertahankan kita semua. Dia memiliki alasan tersendiri untuk itu."

Itu mutlak, tidak ada guru yang benar benar jahat.

"Kau pulang dengan gadis itu?" Kyuhyun mengunyah permen karetnya di sepanjang jalan menuju gerbang. Kibum mengangguk, dia juga sedang mengunyah permen karet sama seperti Kyuhyun, "Aku sudah janji."

"Oke. Aku duluan."

"Yo!" Sahut Kibum pada Kyuhyun. Mereka berbeda arah pulang hari ini, Kyuhyun menyusul yang lain, sedangkan Kibum masih harus menunggu 'some'-nya di sekolah.

Kelas J sudah menyebar ke arah pulang mereka masing masing. Ada yang berjalan kaki, naik bus walaupun berbeda jurusan, dan juga naik sepeda. Langit senja dan pemandangan sekolah yang mulai nampak sepi telah menjadi latar belakang mereka.

Seorang pemuda berseragam sedang meletakkan sebuah gelang glow in the dark pada dahan pohon yang menjalar keluar gerbang sekolah mereka. Dia berdoa dengan sangat tenang walau durasinya singkat. Helaan nafasnya terdengar sebelum ia menatap pohon itu sambil tersenyum. "Ini... Sudah dua tahun ya." Ujarnya dengan nada sedih di balik ketegarannya.

"Oy!"

Dia dikejutkan oleh panggilan dari temannya. Hankyung yang sedang memakan es krim memanggilnya, "Kau tidak pulang, Zhoumi?"

Zhoumi, anak itu, menyusul Hankyung secepat yang ia bisa dengan sedikit berlari kecil, "Iya aku pulang."

"Apa yang kau lakukan di sana?"

"Ah itu..." Zhoumi menunduk lalu kembali berjalan dengan riang, "Hanya iseng saja!"

Hankyung berdecih, bukan sebal melainkan ia tahu apa yang sebenarnya Zhoumi lakukan. Dia menatap Zhoumi dalam diam, dia tahu Zhoumi berusaha menyembunyikan sesuatu. Tapi biarlah, mereka semua, sama sama memiliki rahasia dalam hidup mereka.

'Does anyone care?'


*SuperJuniorDailySchoolLife*

*TBC*


Hehehe.
Ga terima protes buat adegannya Kibum yang itu, aku terbawa suasana baper karena mimpi pacaran sama Kibum.

Q : "Kapan lanjut kak?"
A : "Ini udah, cuma lama aja karena idenya mentok. Maaf ya, ekspektasiku bakal lancar aja lanjutnya karena udah lulus sekolah dan lagi nganggur juga, tapi malah ga lancar karena kehabisan ide :( Iyakali idenya ketinggalan di halte bus."

Q : "Selipin masalahnya Kyuhyun sama Kibum?"
A : "Sabar nanti kebongkar satu satu."

Q : "Kenapa partnya Kyuhyun sedikit?"
A : "Kyuhyun bukan karakter satu satunya, dear. Mereka ber-15 karakter utamanya, karena itu titlenya Super Junior Daily School Life."

Q : "Kok bisa kepikiran bikin certa kaya gini?"
A : "Aku juga gatau, aku pusing sama banyak hal di sekolah dulu :'( Jadi curhatkan diriku."

Dulu, juga ada yang pernah nanya di kolom review. "Ini dari pengalaman pribadi kah?" Dan saat itu aku jawab, "Engga." Karena saat itu masa sekolahku masih menyenangkan. Tapi di chapter ini, sebagian besar pengalaman pribadi. Memang ga persis seperi ini, chapter ini cuma perwujudan semua sisi negatifku di akhir tahun masa sekolah. Jadi curhat lagi kan hng :"(

Thanks to :
babybear930, Awaelfkyu13, Shofie Kim, NaverPsycho, cho kyunie, Dex Indra, yupiyupi, caramel machiato, Gyeo, masya25, July cutie, jiihyunkim, unname (Yang baru review pas aku ngetik ini haha :v kamu beruntung!) Dan semua guest yang jadi guest di kotak review capter kemarin. Terima kasih udah baca dan maaf kalo udah bikin kalian pusing, sama aku juga pusing bikin chapter itu hehehe.
Terima kasih juga buat yang udah review di chapter yang kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, dan kemarinnya lagi!
Terima kasih sangat buat yang udah fav dan follow ff ini ataupun akun ini, aaaaa~

Selamat datang buat yang baru baca! Baca terus ya, hihihi.

Maaf ya ga janji update cepet sekalipun aku lagi nganggur, melalang buana nyari ide di toilet aja ga cukup soalnya. Tapi sekalipun lama, aku berusaha ga ngecewain kalian. Aku tahu kok, dikecewain tuh ga enak :( Udah kenyang di phpin mulu ama SJ. Baper lagi kan.

Review ya! Chapter depan perlombaan terakhir soalnya, tapi jangan kecewa dulu endnya masih lumayan lama.

Dadah! Nanti ketemu lagi :D - Ryuuga, yang udah lulus sekolah.