Title : Road to Commander

Rated : M

Pairing : U. Naruto x H. Hinata

Disclaimer : saya hanya meminjam karakter ciptaan dari bapak Masashi Khishimoto.

Genre : Action, Drama, Romance, Hurt/Comfort, Family and Tragedy.

Summary :

Diremehkan, dipandang sebelah mata, dan diacuhkan, membuat dirinya muak!/ ajakan sang teman menjadi satu-satunya pilihan baginya untuk keluar dari kondisi tersebut!/ dia pergi meninggalkan semuanya, pergi menemui takdirnya/ dan sekarang inilah dia, LT. COL. Namikaze Naruto! Warn : Lime scene.

Fict ini terinspirasi dari video clip Katty Pary - part of me. Disini Naruto tidak memiliki garis diwajahnya.

.

.

.

.

.

"Ada mereka yang selalu hidup disisi yang terang, ada pula mereka yang hidup di sisi gelap..."

.

.Life...

.

.

.

.

.

Chapter 03

.

.

"Kenyataan"

.

.

.

.

.

"apa tujuanmu?"

Naruto tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai. ditodong oleh pertanyaan ketika dirinya baru saja selesai memakai pakaian bukan suatu hal yang menyenangkan bukan?

"kau terlalu tegang orang tua..." desis pria pirang itu sambil berbalik menatap lurus sosok pria paruh baya yang memiliki ciri fisik sepertinya itu yang sekarang tengah berdiri didepan pintu.

"jika kau datang hanya untuk menuntut permintaan maaf atau rasa penyesalan, maka kau salah besar..."

"aku tidak akan pernah menyesalinya! karena apa yang aku lakukan itu benar, dan kini kau pun pasti tahu!" balas Minato sambil menatap sosok putranya itu.

Naruto mendengus,

"tampaknya usia sama sekali tidak mengubahmu, orang tua... tidak ada bedanya dirimu dengan yang dulu... sikap egoismu itu.."

Naruto melangkah pelan.

"seolah-olah kau masih memiliki kuasa untuk bersikap demikian.." desisnya pelan dengan nada berat.

"dan aku sangat mengerti itu, kebencian yang kau tanam itu betul-betul sangat bekerja..."

Tap!

"tetapi kau harus tahu bahwa perbuatanmu itu sangat salah, dari segi manapun, dan aku hidup dengan kebencian itu!"

Minato agak mengadah, demi melihat sosok itu.

"bisnismu sekarang tidak akan mampu mempengaruhiku, orang tua!" desis Naruto pelan,

"aku bisa saja melakukan apapun sekarang, bahkan sangat mudah untuk menghancurkan keluarga ini beserta seluruh asetnya!"

"jadi, jangan pernah bermain-main denganku, aku bukan lagi bocah lemah yang dahulu dalam genggamanmu!" ujarnya lagi sambil menatap pria paruh baya itu dengan sorot dingin nan berbahaya.

saphire bertemu saphire.

Minato tersenyum.

"jika hanya menjadi seorang tentara saja sudah membuatmu besar kepala, bagaimana jika seandainya lebih?" balas Minato terkesan mengejek.

Naruto diam, tatapannya sekarang betul-betul datar.

"kita lihat, apa yang bisa dibuat oleh seorang tentara..." balas Naruto dingin.

xXx

"Kyuu-chan.." ujar Itachi lembut sembari mengusap surai lembut wanitanya itu.

"kau tidak apa-apa? kenapa murung begitu?" tanyanya cemas.

Gadis itu menggeleng,

"tidak apa-apa, Itachi-kun.." balas Kyubi sambil tersenyum kearah tunangannya itu.

Itachi tersenyum lembut.

"tetapi, aku betul-betul baru tahu, kalau kamu memiliki seorang adik laki-laki.."

kyuubi terdiam.

Itachi bisa menangkap sesuatu dari sikap gadisnya itu.

"tidak apa-apa, aku akan menunggumu untuk membicarakannya nanti!" balasnya sambil kembali mengusap lembut kepala kyuubi.

"sekarang beristirahatlah, aku dan yang lainnya akan kembali besok!" ujarnya lagi sambil mengecup kening gadis berambut merah itu, yang dibalasi anggukan.

xXx

"Naruko-chan, apa itu tadi benar-benar Naruto?" ujar Sakura di ikuti pandangan ingin tahu dari yang lainnya.

"a-aku belum tahu..." balas Naruko jujur, gadis berambut pirang itu betul-betul ingin segera pergi dari teman-temannya itu.

"tetapi serius jika itu betul-betul Naruto maka aku akan langsung menandainya!" ujar Ino dengan mata bebinar-binar.

"dia tampan sekali dan juga juga, hot~" ujarnya lagi sambil tersenyum tidak jelas sambil menjilat bibirnya sendiri.

"Ino! apa-apaan kau, ingat kau sudah ada Sai!" balas Sakura emosi sambil menatap nyalang sahabat bersurai pirang pucatnya itu.

"kenapa? kau iri?" balas Ino sengit, tidak terima.

"kau ini..."

jemari Sakura terkepal erat.

"lihatlah para gadis-gadis ini, hanya karena seorang pria bisa menjadi gi-"

"Diam kau, Kiba!" sentak Sakura-Ino, kompak.

"o-ok.." desis pria cokelat jabrik itu sembari mundur pelan-pelan.

"hey kalian, lebih baik segera pulang! kasihan Naruko-chan, dia mungkin sangat lelah sekarang!" ujar Ten-ten menengahi.

"ah, gomen-ne Naruko-chan..." ujar Sakura sambil menatap tidak enak sahabatnya itu. Ino mengangguk.

Sementara Naruko terlihat melamun, sebelum sebuah jentikan dikeningnya.

"aw-te-teme?" balas Naruko kaget, sambil memandangi teman-temannya yang kompak tengah menatapnya itu.

"hn, dobe..." balas Sasuke datar.

"sebaiknya kau istirahat Naruko-chan, kami juga akan segera pulang!" ujar Sakura lagi.

"iya.." balas Naruko sambil tersenyum.

"terimakasih sudah datang."

xXx

Minato masih duduk dikursinya itu, pembicaraannya dengan putranya itu masih terbayang olehnya.

diliriknya jam yang sudah menunjukkan pukul dini hari itu, sebelum deringan telephonenya menyentakkannya.

"pip!"

["Tuan Namikaze-sama saya sudah mendapatkan informasinya!"]

"bagus, sebutkan!" balas Minato sambil berdiri, moodnya membaik.

["dia bukan prajurit biasa, Namikaze-sama, dia seorang Perwira!"]

Alis Minato terangkat.

"Perwira?" desisnya kebingungan.

["iya, itu adalah strata tertinggi dalam militer!"]

["dan sekarang dia menjabat sebagai wakil komandan pangkalan militer AS untuk wilayah jepang!"] ujar suara ditelephone itu lagi.

Minato terdiam, kedua kelopak matanya melebar pelan.

["koneksinya itu sudah antar negara, dia bukan pejabat militer biasa!"]

["apalagi dia memegang jabatan yang sangat berpengaruh, salah-salah sedikit ini akan langsung menimbulkan efek antar negara!"]

"tapi dia masih muda, bahkan serasa kemarin dia pergi dari rumah ini.." ujar Minato tidak percaya, pikirannya serasa buntu sementara.

["memang tuan, tetapi karirnya sangat luar biasa! bacgroundnya juga tidak main-main, tetapi dari satuan elit, pasukan khususnya Militer Amerika dengan segudang prestasi gemilang!"]

["dan lagi dia sendiri yang meminta untuk ditugaskan dipangkalan amerika di jepang ini, dia bisa saja di Markas besar, tetapi kenapa? bukankah ini aneh, Tuan Namikaze-san? saya juga menemukan beberapa artikel mengenainya dari media eletronik!"]

["seolah-olah dia ingin berbuat sesuatu secara legal disini, karena memang jepang adalah domainnya, dan dengan jabatannya sekarang sangat mudah baginya untuk mengendalikan sesuatu!"]

keringat dingin mengaliri pelipis pria paruh baya itu. dengan nalarnya, Minato cukup bisa membayangkan betapa berbahayanya anaknya itu sekarang.

"apa kau bisa mengirimkan lebih detail informasinya?" balas Minato pelan.

["Maaf tuan, informasi ini saja hanya saya dapatkan dari wiki*dia! semua hanya informasi umum. anda sendiri bisa mengaksesnya di internet!"]

Minato kembali terdiam.

~NavalStudios~

Hembusan napas pendek cepat, mengiringi langkah pria berbadan tegap itu. kedua lengan kekarnya berselaras, terayun mengimbangi langkahnya.

sesekali uap panas mengepul dari hembusan nafasnya yang memberat.

kerikil-kerikil kecil disepanjang jalanan aspal seketika terhempas oleh langkah kuatnya.

Wajahnya yang dihiasi rahang tegas itu mengeras, menatap serius ke depan dengan sorot kuat, tak terbantahkah.

terus berlari, bak mesin yang telah diprogram, tak mengidahkan udara dingin, maupun kondisi langit yang masih lumayan gelap itu, dengan postur tubuh tegap.

#Naruto POV

Semula aku sempat mengira, bahwa hari-hariku yang seperti dineraka itu, hanya akan terjadi di dalam pendidikan.

yang mana, kondisi keras itu ditujukan untuk melatih fisik, akademik, dan mental para peserta didik.

tetapi, aku salah..

tepat setelah pelantikan dan dikirim ke medan konflik, menjalani rutinitas awal sebagai seorang prajurit, aku menyadari suatu hal..

ya.. aku baru saja memasuki Neraka itu. neraka yang hanya memberikan dua pilihan, membunuh atau dibunuh.

terdengar mengerikan memang, dan terkesan berlebihan. tetapi itu memang benar, dan mungkin terlihat biasa untuk Negara, yang selalu ikut campur dengan urusan Negara lain ini, yang secara tak langsung memaksa kami, para serdadunya untuk terlibat, mewujudkan ambisi para pemimpin itu.

ya, itu adalah resiko, beban yang kami pikul, sekaligus tanggung jawab sebagai Alat Negara, sebagai wujud sumpah yang setiap petang dan sore kami kumandangkan didepan kibaran bendera.

berkarir sebagai seorang prajurit, berarti harus siap menderita.

bergerak dimedan konflik, yang mau tak mau membuatku sering ditekan oleh kondisi super darurat, yang menuntutku untuk teliti dan hati-hati dalam mengambil kebijakan dan keputusan.

bak lempengan baja yang terus ditempa dan dipanaskan dalam tungku, lama-kelamaan hidup dalam kondisi itu membuatku menjadi berdarah panas, dengan emosi yang tak terkendali khas Perwira lapangan. keras dan tak suka dibantah. bagiku keberhasilan misi dan keselamatan Anggota adalah nomor satu.

dan ya, aku betul-betul lepas dari kehidupan sipil. seolah-olah aku merasa tak pernah merasakan kehidupan damai dan tentram dimasa lalu, seolah-olah itu hanya mimpiku takkala beristirahat sejenak dibawah rentetan peluru musuh.

selanjutnya terus, karena selalu sukses dan berhasil dalam menjalani misi, membuatku terus diembani misi-misi khusus, yang sangat berat, dan beresiko tinggi.

sementara itu karir militerku terus menanjak cepat. puluhan piagam, mendali dan lencana khusus Kehormatan telah kuterima. promosi kenaikan pangkat terus bergulir, hingga mengantarkanku ke pangkatku yang sekarang ini.

bisa dikatakan kehidupanku sekarang sudah sesuai dengan apa yang kuharapkan. dan sejujurnya, sama sekali tidak ada pikiran untuk kembali ke sini, atau bahkan, sama sekali tidak sudi, untuk menginjakkan kakiku dirumah itu. tempat yang menciptakan luka.

Neraka yang sebenar-benarnya Neraka...

tetapi mau bagaimana lagi.. setidaknya sampai semua 'itu' selesai!

#Naruto POV -end

"Tap!"

sosoknya berhenti. dipandanginya kondisi sekitar, yang telah mulai terang. kemudian diliriknya Jam tangan digital yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"06:30"

sosoknya terdiam, kemudian dilangkahkannya kakinya menuju gerbang gapura mansion besar itu.

"Se-selamat pagi, Tu-tuan!" sapa pria muda berseragam hitam khas petugas keamanan itu, dengan nada gugup. sambil tergopoh-gopoh membuka gerbang.

"Ya." balas Naruto datar, sambil sekilas melihat tag name didada pria itu.

kepala pirangnya mengangguk pelan kearah sang satpam, kemudian melangkah masuk kedalam ke perkarangan Mansion itu.

Naruto berjalan dengan langkah tenang, sambil memandang kesekeliling yang tampak mulai ramai. sesekali beberapa maid tampak tersentak dengan wajah bersemu merah dan cepat-cepat menunduk hormat kearahnya.

Naruto hanya tersenyum, pria pirang itu terus melangkah, menyusuri Mansion besar itu hingga tak sadar, dirinya telah sampai didepan kamarnya.

perlahan tangannya bergerak menyikap kain gorden besar itu, sontak sinar mentari yang baru muncul itu menerpa, menghujani tubuh tan eksotisnya yang basah oleh keringat.

kelereng birunya bergulir, sambil menyikap kaosnya keatas, dan melepaskannya. menampilkan punggung lebarnya yang dihiasi lekukan otot-otot itu.

sosoknya hendak ke kamar mandi, sebelum pintu kamarnya itu diketuk pelan.

"Tok... tok..."

"a-ano..."

alis pria pirang itu terangkat, nada suara yang terdengar cukup familiar dipendengarannya. kemudian tanpa pikir panjang, dengan hanya mengenakan celana training pendek, sosoknya berbalik, berjalan kerah pintu.

Ceklek...

jika saja gadis manis itu tengah minum, mungkin air yang diminumnya itu akan tersembur keluar. bagaimana tidak, belum selesai insiden semalam, sekarang dirinya kembali 'dipaksa', untuk melihat dari dekat tubuh tan eksotis yang sangat atletis itu, dengan lelehan keringat yang menghiasi setiap jengkal tonjolan otot-otot itu, Shit!

sontak saja paras ayu itu memerah, sampai ke kedua daun telinga kecilnya, kemudian sosoknya menunduk cepat, dengan tangan bergetar memegang napan kecil berisi segelas susu hangat.

tahu siapa yang didepannya, pria pirang maskulin itu tersenyum kecil.

suasana seketika menjadi canggung, Hinata sendiri tampak kikuk. "se-selamat pa-pagi, T-tuan.." balasnya terbata-bata, sambil menggigit bibir bawahnya yang kering, sosoknya tidak berani mengangkat kepala.

"ada keperluan apa kemari, hmm?" tanya Naruto pelan, pura-pura tidak tahu.

"atau.. jangan-jangan kamu kesini, untuk melanjutkan yang 'semalam' ya?"

gadis itu sontak mengadah, kedua kelopak matanya yang besar itu mengerjap. "bu-bukan se-seperti i-itu!" balasnya cepat.

"sa-saya... sa-saya..." gadis itu kebingungan. dirinya tidak tahu apa yang harus diucapkanya, otaknya tiba-tiba terasa buntu.

"ya?" desak pria pirang itu, sambil tersenyum geli. entah apa yang akan dikatakan bawahannya bila melihat komandannya yang selalu tegas dan penuh wibawa itu, tengah menggoda seorang gadis muda seperti sekarang ini.

"et-etto-i-ini, Su-susu-"

"susu? susu apa?" tanya Naruto gemas. kakinya melangkah, mendekati tubuh mungil itu. sekarang ingin sekali jemarinya mencubit lembut pipi putih bening yang memerah itu.

"e-etto, e-etto..."

Hinata semakin kebingungan. dirinya memang tidak terlalu pandai dalam merangkai kata-kata. dan selanjutnya bisa ditebak, kedua amestynya yang besar itu telah berkaca-kaca, sambil menatap pria yang sukses menggodanya itu dengan pandangan bak seorang anak kecil yang tertangkap mencuri.

Naruto sontak gelagapan, pria pirang itu sama sekali tak menyangka dengan respon gadis itu.

"o-ok, ok! tenang, tenang! jadi, kamu kesini mau mengantarkan susu, begitu?" tanya Naruto, meluruskan.

gadis itu mengangguk cepat-cepat, membuat helaian indigo halusnya bergoyang pelan.

"Mmmhh.." gumannya membenarkan, dengan sorot sayu.

Naruto menghela nafas, selanjutnya bibirnya kembali mengulum senyum.

"kalau begitu, minumlah.." ujarnya pelan, sambil menatap langsung kedua Amesty besar itu.

"e-eh? ta-tapi, i-ini..."

"tidak apa-apa, minumlah. kamu itu masih dalam tahap 'pertumbuhan', jadi harus minum susu setiap hari!" tegas pria pirang itu sambil menatap kearah sepasang gumpalan besar yang terlihat cukup mencolok itu, sambil meraih napan itu dari Hinata, dan gantian menyodorkan gelas berisi susu hangat itu kehadapan gadis itu.

kelopak mata besar itu mengerjab.

"ayo, atau perlu aku yang pega-"

Hinata tersentak, sosoknya menggeleng cepat, sambil meraih gelas itu dengan kedua tangan mungilnya.

dengan gerakan ragu-ragu diminumnya susu itu. menegaknya pelan, dengan kedua mata terpejam.

"glup-..."

"bagaimana?" tanya Naruto pelan, sambil menatap gelas kosong ditangan gadis itu.

"ma-manis..." lirih Hinata malu, sambil menjilati kecil pinggiran bibir merahnya yang dihiasi lelehan susu itu.

"tentu saja!" balas Naruto gemas, tanpa sadar tangannya bergerak mengusap pelan surai indigo gadis itu, yang sontak membuat Hinata tertunduk malu.

"oh, dan juga, jangan lupa dengan janjimu yang semalam ya?!" ujar Naruto mengingatkan.

"ja-janji?" lirih Hinata pelan, sambil mengadah kebingungan.

"ck, masa kamu bisa lupa? atau kamu ini memang tidak niat, ya?" tuduh pria itu sambil bersidekap.

sontak tubuh gadis mungil itu kembali bergetar.

"ck, aku paling tidak suka dengan orang yang pelupa." desis pria itu lagi, sambil menatap lurus kearah Hinata yang sekarang ketakutan.

"maka dari itu kamu harus dihukum, karena berani melupakan hal yang sangat penting." tegas Naruto agak kesal. kemudian lengan kirinya bergerak, menyusup, dan merangkul pinggang ramping gadis itu.

"tu-tuan-" cicit Hinata ketakutan. sontak gelas ditangannya jatuh, namun dengan cepat disambar oleh lengan kanan Naruto yang teranggur.

"hm. aku beri kamu kesempatan terakhir." desisnya.

"bila tidak juga, maka..." dekapannya makin erat.

Hinata kian gelagapan. apalagi setelah mendengar suara pintu tertutup dibelakangnya. namun lebih dari itu, demi tuhan! sekarang kedua telapak tangannya bersentuhan langsung dengan dada bidang itu! bahkan wajah manisnya hanya berjarak sejengkal.

ah, sekarang asap panas telah mengepul di puncak kepalanya, kepalanya terasa berputar-putar, gadis itu benar-benar akan pingsan.

"Satu..."

suara bernotasi berat itu sontak menyentakkan kesadarannya.

"ch-chotto-"

"Dua..".

Hinata kembali terbelalak. apalagi setelah menyadari wajah pria itu kian mendekat.

"Ti-"

"pe-pergi ke To-tokyo-" teriak gadis itu dengan mata terpejam.

Naruto tersentak pelan, seulas senyum tipis tercetak disudut bibirnya.

Puk!

gadis manis yang masih terpejam itu terkejut, apalagi ketika merasakan usapan halus di puncak indigonya. pelan dibukanya kelopak mata besarnya yang dihiasi bulu mata lentik yang indah itu,

"Kali ini kamu aku maafkan." ujar Pria pirang itu, yang sontak membuat Hinata bernafas lega.

"a-arigatou.." lirih Hinata pelan, wajahnya manisnya kembali berseri.

Naruto tersenyum.

"kalau begitu, selesai makan pagi ini, kamu sudah harus siap ya!" tegasnya, yang dibalasi anggukan patuh oleh gadis manis itu.

"sekarang kembalilah!" ujar Naruto lagi, sambil menatap Hinata yang membungkuk, disusul pelan-pelan mundur, lalu berbalik dan kemudian keluar dari kandang harimau itu.

"hah..." lirih pria kuning itu sambil menatap jemarinya.

"lain kali, aku harus mencubit pipi itu.." desisnya gemas.

.

-The Naval Studios-

.

[Mansion Namikaze, 07:30]

suasana di meja makan itu hening senyap. tak satupun dari anggota keluarga Namikaze itu yang berbicara, semuanya kompak terdiam. sedangkan para maid dan koki sibuk lalu lalang, menyajikan piring-piring berisi hidangan, di atas permukaan meja mewah itu.

Minato sendiri hanya terdiam, wajahnya yang telah dihiasi guratan khas pria paruh baya itu, termenung, begitu juga dengan yang lainnya.

hingga tanpa disadari, semua hidangan telah tersaji diatas meja. para maid dan sang koki juga terlihat telah berdiri bersejajar rapi disebelah kiri Meja makan, dengan kepala tertunduk, dekat dengan sang Namikaze Senior.

suasana kembali hening. hingga,

"tap!"

reflek semua mata menoleh kearahnya. kearah sosok yang tengah menuruni tangga itu, yang sekarang tengah berjalan dengan langkah tenang.

bisa dilihat bagaimana kelopak mata keluarga Namikaze itu melebar, takkala melihat sosoknya.

ya, Naruto tampil rapi dan gagah dengan balutan Jas Uniform putih khas Perwira Angkatan Laut A.S. dihiasi seabrek bintang tanda jasa, barisan lencana, monograf kepangkatan dan atribut pendukung lainnya.

ditunjang dengan tubuh proposalnya, yang secara keseluruhan membuat sosoknya kian gagah dan berwibawa.

Naruko meneguk ludah, memandang saudara lelakinya yang terlihat sangat jauh berbeda itu. apalagi setelah menatap wajah serius yang sarat akan aura khas pria dewasa itu. kemudian tatapannya beralih menatap ibunya, yang terlihat tampak juga tak mampu menyembunyikan raut takjub dari wajahnya yang cantik itu.

Kushina sendiri memang sangat takjub, tidak, lebih tepatnya sangat rindu dan sangat bahagia dengan puteranya itu. ingin rasanya memeluk, menyambut puteranya itu.

tetapi, takkala tatapannya jatuh, menatap sorot mata sang putera, hatinya berdesir.

apa yang telah dilaluinya? seolah tak tampak lagi, Naruto, Anaknya yang manja itu. yang tampak sekarang hanya seorang lelaki dewasa berpembawaan tegas dan serius.

"Kreeeettt..."

kursi paling ujung itu tertarik, Naruto kemudian duduk dengan tenang.

"apa kau bisa membuatkanku segelas kopi hitam, koki?" ujarnya tiba-tiba dengan nada berat nan bass, yang seketika membuat Kushina dan yang lainnya tersentak, lebih-lebih sang koki yang terlihat gelagapan.

"a-te-tentu tu-tuan!" balas sang koki gugup, sambil menurunkan topinya, dan bergerak ke dapur.

"hm, jangan terlalu banyak gula." tambah Naruto sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jasnya, yang dibalas anggukan oleh sang koki dibelakangnya.

suasana kembali hening.

Perwira Militer itu sendiri tampak mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya yang berwarna hitam merah itu. menyelipkannya kebelahan bibir tipisnya. disusul dengan petikan api biru dari pematik berbentuk kotak berlapis tembaga itu.

tak lama ujung rokok itu membara, pria itu menghisapnya, dan kemudian menghembuskan asapnya pelan. disadarinya semua tindakannya tak luput dari puluhan pasang mata di ruangan makan itu.

mendengus dalam hati, dirinya memilih acuh. sementara dikursi lain, sang kepala keluarga Namikaze itu tak mampu menahan keterkejutannya. kedua kelopaknya tak henti mengerjab.

bibir Minato bergerak. "sepertinya kau cukup sibuk sekarang ?" tanyanya kearah sang putera, memecahkan keheningan.

bergulir, kelereng saphire itu bergulir, menatap datar sang ayah.

"seperti yang kau lihat sekarang." balas Naruto tenang sambil kembali menghisap rokoknya. dan tak sengaja, tatapannya bertemu dengan sepasang permata Violet sang ibu, namun dengan cepat segera beralih.

bisa tampak raut kekecewaan diwajah sang nyonya Namikaze. kepalanya kemudian tertunduk, sambil meremas jemarinya. tanpa disadarinya, matanya memerah. namun segera ditahannya, agar terlihat biasa.

"kapan resepsi pernikahannya?" tanya Naruto tiba-tiba, yang seketika menyentakkan yang lainnya.

mengerjab, gadis berambut merah keorange'an itu tampak terkejut.

"De-desember nanti." balas Kyuubi gugup, sambil menatap saudara lelakinya itu, di ikuti yang lainnya.

"hm.." balas Pria pirang itu sekenanya. dan selanjutnya suasana kembali hening.

"I-ini kopinya, Tu-tuan." ucapan maid bersurai merah itu tiba-tiba, merusak keheningan.

"ya.." respon Naruto datar, sambil meraih gelas itu, dan menaruhnya diatas meja. namun tepat sesudah tangannya bebas, saku jas kirinya bergetar.

dengan wajah agak mengeras, diraihnya handphone itu, lalu didekatkannya di kuping kirinya

.

"hn, disini Leutenant Colonel. Namikaze Naruto." desisnya pelan.

susana kembali hening.

"tidak. aku rasa, Admiral sengaja melakukannya." desisnya lagi sambil mengambil piring kecil, alas gelas kopi itu, dan kemudian menekan ujung rokoknya kepermukaannya, yang seketika membuat batangan rokok yang tersisa setengah lebih itu, remuk.

kemudian segera diraihnya ganggang gelas kopi itu, menghembus selayang uap panasnya, lalu menyeruputnya pelan. menikmati sensasi pahit manis di indera pengecapnya.

"Hn. yang jelas aku akan segera ke pangkalan sekarang!" ujarnya, sambil meletakkan gelas kopi itu ke meja, disusul dengan memasukan bungkus rokoknya ke sakunya kembali dan berdiri dari kursinya, yang sontak membuat semua yang disana kaget.

"ok.." desisnya terakhir kalinya, sambil memasukan handphonenya ke sakunya.

"kalian bisa melanjutkan sarapannya!" ujar Naruto sambil berlalu, tanpa menunggu respon dari keluarganya. meninggalkan Minato dan yang lainnya, terutama Kushina, yang terlihat tidak rela.

Tap..

Naruto melangkah menyusuri beranda mewah itu, namun tak lama berselang saku kirinya kembali bergetar.

Pip..

"ya?" desisnya pelan, tepat setelah ponsel itu tertempel di telinga kanannya, kemudian sosok sibuk dengan telponnya tanpa menyadari sosok lain yang tengah berjalan mendekatinya.

"A-ano..."

pria kuning itu mendelik, kemudian dengan masih berbicara dengan telponnya, sosoknya berbalik,

"-setidaknya kau bisa mengi-" ucapanya seketika terhenti. kedua Saphirenya membola sesaat, dengan tatapan penuh takjub kearah sosok mungil didepannya itu.

dipandangi lekat-lekat begitu, tentu saja membuat gadia muda itu merasa tidak nyaman.

"A-apa a-ada yang sa-salah..." lirihnya sambil tertunduk malu, sesekali tatapan turun memeriksa tampilannya, mengecek ulang.

sementara itu Naruto masih asyik dengan kegiatannya. dipandanginya gadis itu dari atas kebawah, satu kata yang muncul dibenaknya, Manis...

["Hallo? Sir-"]

"pip!"

"kau sudah siap?"

Tbc...

A/N : hello readers-san semuanya, semoga kalian selalu dilimpahkan kesehatan yang baik dan dilimpahkan rezky yang banyak!

pertama saya mau meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada readers-san pembaca setia fict saya ini, atas keterlambatan updatenya (sangat!)

Mau bagaimana lagi, kesibukan di dunia nyata memaksa saya, dan sebenarnya chap 3 ini sudah saya buat ditahun 2018, dan sudah mau di update. tetapi waktu itu akun saya tidak bisa dibuka, dan mendadak ada panggilan tugas juga, jadi terpaksa saya tunda.

sampai akhir tahun 2019 saya kembali mencobanya, dan lagi-lagi ada saja kendala, filenya ketinggalan di hp saya dikampung. (T.T) jadi pas awal tahun 2020, saat cuti dikampung baru lah. dan iseng-iseng mau pindah ke wapp*d karena lebih praktis menulis, tetapi jadi sadar kalau yang membesarkan fict saya ini disini. jadi saya putuskan untuk update di dua situs itu.

kalau readers-san ingin membaca kelanjutannya dengan cepat bisa membacanya di wtp, tetapi wordnya sedikit. dan bila lebih bersabar bisa membaca disini, karena gabungan beberapa chap diwtp.

untuk akun di wtp, nama author tetap "TheNavalStudios", dan judul fict tetap sama, " Road to Commander ". namun nanti jangan heran ada fict yang mengambil judul yang sama dengan fict ini, entah termasuk unsur apa, tetapi tetap fokus dengan nama author.

dan saya akan konsisten untuk menamatkan fic ini, dan sedikit bocoran ada banyak hal yang akan membuat kaget, karena fic ini nanti akan ada drama pengkhianatan.

ok, sekian curcol tidak jelas saya, mohon maaf bila ada kesalahan selama dalam penulisan, dan terimakasih banyak, sebanyak-banyaknya untuk pembaca setia fic ini yang menunggu dari tahun ketahun, (*saya sangat sedih bila mengingat ini, dan mohon maaf sebesar-besarnya). see you next time!

tepat 2 hari setelah saya post ini fict, bulan mei lalu, saya mendapat kebagian tugas patroli, selama kurun waktu, 6 bulan kurang. Jadi dengan sangat terpaksa, fict ini saya anggurin dulu, (maaf sekali lagi).

Dan allhamdullilah, tugas saya telah sukses, seminggu yg lalu tepatnya. Jadi dalam waktu seminggu ini saya kebut-kebutan untuk menyelesaikan chapter 2nya. Jadi kalau ada kesalahan penulisan mohon dimaklumi.