The Bonds of Future
Disclaimer : Naruto punyanya MK !Dengerin tuh !*ngelirik pemuda raven*
Pair : SasuNaru (yang lain nyusul)
Rated : T
Genre : Romance
Warning : Shounen-ai /BL, gaje, typo, abal dan sebangsanya, bahasa terserah author. Nggak usah nyolot! #ngedeathglare
Author Note : Setelah kurang lebih setahun jadi silent reader *tapi kayaknya lebih deh!*. Akhirnya Fi bisa naik pangkat juga jadi author ^^ Yeeiiyy #nebar doujin SN Btw minna, Fi datang bermodalkan tekad biar bisa dapet review. Udah lama pengen ngerasain rasanya dapet review :'D *dibantai karna niatnya gak bener*. Oke, Fi Cuma mau bilang kalo fic ini idenya pasaran. Jadi kalo ceritanya hampir nyerempet kayak fic Author-san yang lain Fi mohon maaf #SujudSungkem. Tapi ini asli dari otak Fi. Sumvah deh!Ah iya, ini pun Fi pinjem leppie-nya temen Cuma buat publish XD .Arigatou my best friend Budi-chan #pyuk budi –di guyur tinta- . Yosh! Dari pada Fi banyak bacot. Mending langsung aja.. MULAI DESU!
\(^o^)/ HAPPY READING MINNA-CCHI \(^o^)/
Seorang bocah 5 tahun berjalan gontai di dalam hutan. Sesekali kaki-kaki mungilnya berhenti karena si bocah harus menimang arah mana yang sebaiknya ia tuju. Hembusan angin sepoi meniup lembut rambut jabriknya. Membuat helaian yang memang berantakan dari sananya menari tak tentu arah.
"Cial! Nggak bica kelual dali hutan, nih. Yang di atac pacti benci padaku! Huh!"
Dan bibir mungil itu sesekali mengerucut, lucu. Menambah kadar keimutan pada si bocah *author nyari tisu* Bocah itu kembali melangkahkan kakinya. Terus berjalan, berharap bisa menemukan tempat untuk singgah. Kedua tangan mungilnya menggenggam erat tas ransel berbentuk rubah. Tas yang memang sudah di gendongnya sedari tadi. Si bocah terus berjalan lurus ke depan.
LURUS
LURUS
LUR-
"Huh! Katanya kalo kita telcecat, kita haluc kembali ke jalan yang luluc. Tapi, gimana mau jalan luluc kalo di depan itu julang. Celamat enggak, mati iya!"
Helaan napas pasrah keluar dari bibir cherry-nya. Akhirnya bocah itu memutuskan untuk mengistirahatkan kakinya sejenak. Ia mendudukkan diri di atas sebuah batu besar. Kedua tangannya meraih ransel yang sedari tadi enak-enakkan(?) nangkring di punggungnya. Si bocah mengobrak-abrik tas ranselnya. Entah benda apa yang ia cari. Author tidak tau dan tidak tertarik untuk tau! Kini sebelah tangan mungilnya telah menggenggam sebuah ponsel flip berwarna hitam dengan corak merah seperti bara tangan yang satunya menyematkan sebuah headset ke kedua telinganya. Oh, ternyata si bocah sedang mendengarkan musik. Kedua kelopak mata si bocah terpejam. Menyembunyikan replika langit musim semi di dalamnya. Sesekali kepala dengan helaian lembut itu mengangguk-angguk. Sesuai dengan irama musik yang di dengarnya.
''Oleta awai tcubaca.. kimi wa cukochi aocugilu cola ni tcukaleta dake ca.. mou daleka no tameja nakute, jibun no tame ni walatte ii yooo…'' celoteh si bocah dengan suara cempreng. Ahh, lagu yang dipilihnya memang tidak salah. Sehati deh tuh lagu sama si bocah yang notabene emang lagi 'sendirian'. Pastinya reader juga nggak asing kan sama tuh lagu ? Itu tuh soundtrack-nya anime yang top uke-nya Ichigo Kuro- 'duagh' (grimmjow :nggak usah bawa-bawa nama uke gue !) Ok, back to the story !
''Hm.. hm… kiju guchi wa yagate kacabuta ni kawatte iku.. hm'' si bocah membuka matanya. Membuat shappier bulat di dalam nya terpampang nyata. Bersamaan dengan bibirnya yang terus melafalkan lirik lagu, ke dua kaki mungilnya kembali berpijak pada tanah. Si bocah sudah berdiri. Berniat untuk melanjutkan perjalanannya kembali.
.
.
.
di Kantor Hokage
'BRAK'
"Kurang ajar! Kemana perginya bocah itu, hah!?" sang hokage menggebrak meja kerjanya. Iris mata berwarna madunya kini memandang tajam si asisten. Menunggu jawaban. Membuat orang yang dipandang bergidik ngeri. Merasa dirinya tidak akan bisa hidup lebih lama lagi. 'Kami-sama, setidaknya aku akan mati sebagai pahlawan' batin Shizune sambil tersenyum miris. 'tok tok tok' 'CKLEK'
"Hokage-sam – 'SRET' 'SYUUT' 'PRAKK' malang nian nasib si pengetuk pintu. Begitu pintu terbuka, ia langsung di suguhi lemparan gulungan ukuran besar yang mengarah padanya. Mari kita doakan semoga-amal-siapa-pun-kau-yang-terkena-gulungan diterima oleh Kami-sama!
"Jika tidak penting, segeralah keluar! Aku sedang tidak ingin diganggu!" hokage ke 5 –tsunade- member deathglare terbaiknya pada si 'korban'. Yah, meski pun masih kalah sih sama deathglare legendaris uchiha bungsu.
"Ho- hokage-sama, ini mengenai misi 3 tahun lalu yang belum terselesaikan." ujar Yamato. Ketua dari tim Kakashi saat ini. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Sorot matanya tak henti-hentinya memperhatikan setiap pergerakkan sang hokage. Berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu cucu dari Hashirama Senju itu kembali melemparkan gulungan padanya. Atau yang lebih parahnya lagi, sebuah meja yang akan melayang ke arahnya.
"3 tahun lalu?" Tsunade mulai lola. Maklum mengingat dia adalah nenek-nenek –awet muda- yang sudah berkepala 5.
"… Misi pengejaran uchiha sasuke." Yamato mengingatkan.
"Hm.. jadi informasi apa yang sudah kau dapatkan?" tanya sang hokage. Sorot matanya memandang lurus pada iris obsidian milik yamato. Kedua punggung tangannya menopang dagu. Gestur yang biasa Tsunade lakukan apabila ia sedang serius. Entah kemana perginya kemarahan sang hokage tadi.
''Klon-ku memperoleh informasi jika Uchiha Sasuke beberapa kali terlihat di sekitar Konoha '' 'BRAK'
''Ini bukan hal yang bagus ! Ada kemungkinan Uchiha Sasuke akan menyusup ke dalam desa. Shizune! Perintahkan para ANBU untuk memperketat penjagaan di gerbang masuk Konoha!'' Tsunade menurunkan titahnya. Merasa was-was apabila keturunan terakhir klan elit Uchiha akan menyerang Konoha secara tiba-tiba. Walau bagaimana pun keadaan Konoha saat ini tidak memungkinkan untuk menerima serangan dari . Ia bahkan belum siap!
"Ha'i.. aku mengerti Tsunade-sama!" Sejenak, kepergian Shizune dari kantor Hokage menimbulkan keheningan antara Yamato dan sang Legenda Sannin.
"Apapun yang terjadi, pastikan Naruto tidak mengetahui apapun tentang informasi ini" ujar Tsunade dengan wajah gusar. Sorot matanya terlihat kosong untuk sejenak. Memang benar apa yang di katakana oleh sang Hokage tadi. Akan lebih baik apabila si pirang itu tidak mengetahui informasi mengenai Uchiha bungsu. Karena, walau bagaimana pun juga bagi Naruto, Sasuke lebih dari sekedar saudara. Sekalipun tidak ada ikatan darah di antara mereka. Bahkan terkadang Tsunade seringkali heran dengan ikatan di antara keduanya. Seperti ada sesuatu yang lebih dalam hubungan SasuNaru. Huh ? SasuNaru ? Tsunade mendengus kecil akan pemikirannya barusan. Dan sepertinya bukan hanya sang Hokage saja yang menyadari . Hanya saja.. apakah orang yang dibicarakan itu sadar akan perasaannya sendiri ?Segala tingkah dan tutur katanya yang selalu kelewat heboh jika menyangkut tentang Uchiha bungsu. Terkadang membuat urat si ninja medis berkedut kesal. Bahkan jika ditanya ''Kenapa kau begitu peduli pada Sasuke ?'' Si blonde akan dengan lantang menjawab ''Tentu saja karena Sasuke adalah temanku !'' di ikuti dengan cengiran lima jari andalannya. Jika sudah seperti itu Tsunade hanya bisa merasa ketar ketir. Tidak. Bukan karena hubungan tidak jelas antara si wadah Kyuubi dengan Missing-nin gila yang begitu terobsesi untuk membunuh kakaknya. Bukan. Melainkan karena sang Hokage takut apabila putra bungsu dari Uchiha Fugaku akan menyakiti baik fisik maupun hati bocah kesayangannya. Sungguh ! Tsunade akan benar-benar meremukkan setiap tulang yang ada pada tubuh si Uchiha apabila hal itu benar-benar terjadi.
.
.
.
.
Seorang bocah menghentikan langkah kedua kakinya. Iris warna berwarna shappier itu berbinar. Memandang kearah depan. Lebih tepatnya memandang sebuah gerbang masuk -sebuah desa- yang menjulang tinggi. Wajah dengan goresan halus mirip kumis kucing itu mendongak. Memanjang rentetan kanji yang tertera di atas gerbang.
"Ko..no..ha.. Ga..ku..leee…" eja si bocah dengan lafal cadelnya. Membuat author ingin mencubit pipi chubby itu keras-keras. Tidak berapa lama, pandangannya langsung tertuju pada kerumunan orang berpakaian aneh dengan topeng binatang yang menutupi wajah mereka. Entah karena feeling anak kecil memang tajam atau karena si bocah mewarisi kejeniusan sang Ayah. Si bocah beriris langit itu memutuskan untuk masuk tanpa berurusan dengan orang-orang aneh di gerbang desa. Tapi bagaiman caranya masuk tanpa diketahui? Si bocah masih cukup waras untuk tidak menampakkan dirinya secara gamblang dihadapan mereka. Entah kenapa ia merasa akan sangat berbahaya jika melakukan hal itu.
"Kalo caja aku bica menggunakan miccdilection.." si bocah agaknya menyesal. Kenapa ia tidak mempelajari salah satu tehnik keren dari seorang pemain basket favoritnya? Setidaknya itu akan membantunya dalam situasi seperti saat ini.
di lain fandom
''Hatchiii~ '' seorang pemuda baby blue bersin. Entah kenapa tiba-tiba hidungya terasa gatal.
''Hieee~ Kuroko-cchi Kau kenapa –ssu ?''
''Ryouta, menjauhlah dari Tetsuya. Kau hanya menyebarkan virus di sekeliling TetsuyaKU '' diikuti dengan sebuah gunting merah-sakti- yang melayang. Tolong abaikan suara makhluk pirang yang menjerit di sudut lapangan. Err.. balik ke fandom Naruto !
.
.
.
'GREK' Sebuah rombongan berkuda menghentikan laju kudanya di depan gerbang Konoha. Seorang yang ternyata adalah kusir, turun dari kereta kudanya dan berjalan menuju kerumunan ninja bertopeng. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Salah seorang dari mereka mengangguk kemudian si kusir kembali ke posisinya untuk menggerakkan kereta kuda. Rombongan kereta kuda dengan belasan orang (pria, wanita, bahkan anak-anak) yang setia mengikuti kereta, berjalan memasuki gerbang. Tanpa mereka ketahui, rombongan pengikut kereta kuda bertambah satu orang. Seorang bocah berjalan menyamakan langkahnya. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas. Memperlihatkan seringaian tipis yang tidak begitu kentara. Begitu rombongan berkuda sudah cukup jauh dari gerbang, si bocah memisahkan diri. Ia berjalan menyusuri keramaian aktivitas di Konoha.
"Uwwooo..keleeen~ meleka bica loncat di pohon-pohon!" binary di mata bocah 5 tahun itu semakin besar tatkala iris shappier-nya menangkap banyak hal mengagumkan di sepanjang jalan. Bibir mungilnya tak henti-henti menggumamkan pujian. Semua aktivitas yang terjadi di desa begitu menyita perhatian si bocah, hingga…
'bruk' "I-Ittai…" "Huh? Ah.. Ma-maaf ya adik kecil. Aku tidak melihatmu tadi." Shizune menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Merasa teledor karena tidak melihat bocah di depannya. Sedangkan si bocah, masih dalam posisinya. Terduduk di atas tanah. Ia memandang datar kearah Shizune. Berpikir kenapa perempuan dihadapannya ini tidak segera membantunya berdiri. Bukan malah cengegesan nggak jelas sambil garuk-garuk kepala.
" Ah.. gomen ne. Aku malah mendiamkanmu. Ayo, kubantu'' Hahh~ akhirnya sadar juga. Author nggak nyangka ternyata kau ini cukup tumpul ya, Shizu-chan ? Bgaimana bisa kau mendiamkan sosok malaikat imut yang terduduk di tanah dengan shappier biru bulat yang hampir berkaca? Eh, tunggu dulu! Bukannya tadi si bocah memandang datar Shizune? Lalu kenapa shappier itu hampir berkaca? Aiissh~ dasar bocah labil! Shizune membantu mantan korbannya berdiri. Tidak lupa, ia juga membersihkan beberapa bagian yang kotor pada celana si bocah dengan cara menepuk-nepuknya.
"Nah, sudah bersih.. eh?" begitu si bocah jabrik mendongakkan wajah, Shizune membelalakkan matanya. Terkejut dengan iris mata anak kecil di hadapannya. Murid dari Legenda Sannin itu pun memicingkan matanya. Mencoba meneliti lebih jauh baik fisik atau apapun tentang si bocah. Rambut jabrik.. check! Mata dengan iris berwarna shappier..check! Tiga garis halus serupa kumis kucing di masing-masing pipi..check!
'Astagaaa.. na-Naruto!' batin Shizune_horror.
"Elll.. nee-chan kenapa?" tanya si bocah yang mulai risih di pandang horror oleh Shizune. Si bocah memiringkan kepalanya dengan jari telunjuk yang menyentuh bibir bawah, khas anak kecil yang dilanda bingung. Menyebabkan sesuatu berwarna merah keluar dari hidung si ninja medis.
'Kawaiii~' teriak batin Shizune. Dengan segera ia langsung memencet hidungnya dengan tangan kanan –sambil mendongak-. Berharap cairan merah bernama 'nosebleed' itu bisa berhenti mengalir untuk sejenak.
"Huwaaa.. nee-chan jangan mati! Bica lepot, nih. Umm~ abic ini nee-chan pelikca ke doktel aja deh! Oke?" usai memberikan sedikit wejangan pada Shizune, si bocah pun berniat angkat kaki dari hadapan wanita beriris obsidian. Kedua kakinya hampir berlari menjauh. Sekali lagi, HAMPIR! Karena kedua tangan Shizune sudah terlebih dulu menggenggam kerah belakang si bocah. Menyebabkan anak tersebut hanya bisa berlari di tempat.
"Kau harus ikut aku menemui Tsunade-sama, Naruto!"
Tbc
Holaaa All \(^o^)/ Kyaaaaa~ tolong jangan todong Fi pake garpu rumput! #SembunyiDiBalikBrokoli(?) Tapi kalo reader ada yang gak puas sama nih fic silahkan lempar Fi pake duit-segepok-. Fi nggak akan marah kok :') Kalo ada yang mau ngeflame juga nggak papa. Tapi jangan pedes-pedes ya.. yang garing aja satu(?) \dirajam flamer Ano sebenernya fic ini mau di publish sebelum Fi UNAS, tapi gak jadi karena suatu hal. Jadilah Fic ini baru bisa publish sekarang ^_^ Bagi yang berkenan memberi kripik atau salam.. uhuk! Maksud Fi kritik dan saran silahkan kunjungi kotak review. Satu review dari anda sangat berarti untuk kami :D \woy, loe Cuma sendiri bocah! Mind to review?!
