An Act of Love

Chapter 2

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Words Count : 1,383


Malam itu Hinata berjalan pulang ke rumahnya dengan perasaan bahagia meskipun 'lelah'. 'Misi terakhir ini benar-benar menyenangkan…'

Kedua kakinya, yang meskipun masih terasa ngilu, ia paksakan untuk berjalan senormal mungkin. Wajahnya memerah mengingat 'hal' apa yang telah membuat kedua kakinya terasa sakit seperti ini. 'Aku harap Kakashi-sensei tak mengatakan apa-apa pada siapapun.'

Tanpa terasa, ia telah tiba di gerbang kediaman Hyuuga. "Hinata-sama, Anda telah kembali dari misi Anda?" Sambut Kou yang tengah berjaga di depan gerbang.

"Ah, ya, Kou-san. Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini." Ucap Hinata mengapresiasi Kou yang telah menjaga keamanan klan Hyuuga. Hinata lantas segera bergegas masuk ke dalam kediaman Hyuuga, ingin segera melepas lelah dan kotoran yang melekat pada tubuhnya akibat misi kemarin.

Hinata agak heran melihat keadaan rumah yang tampak agak sepi tanpa tetua dan juga ayah serta adiknya. Hinata lalu berjalan keluar dan menemui Kou sekali lagi.

"Kou-san, apa kau tahu di mana Otou-sama, Hanabi, dan para tetua?" Tanya Hinata sopan.

"Hinata-sama, baik Hiashi-sama maupun Hanabi-sama kini sedang tidak berada di rumah. Mereka sedang menjalankan misi diplomatis ke Kirigakure."

Hinata tidak terkejut mendengar jawaban Kou. Ayahnya memang telah memutuskan untuk mengangkat Hanabi sebagai pewaris resmi klan Hyuuga. Dalam waktu beberapa tahun ke depan, Hanabilah yang akan menggantikan ayahnya sebagai kepala klan Hyuuga. Oleh karena itu, Hanabi harus diperkenalkan kepada kehidupan politik klan sebelum ia resmi menjadi ketua klan.

"Kapan mereka akan kembali?"

"Mungkin mereka akan kembali dua hari lagi, Hinata-sama."

"Baiklah, Kou, arigatou."


Hinata kini sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Pikirannya terus beralih kepada ayah dan adik perempuannya. Meskipun Hinata sama sekali tak cemburu atas pengangkatan adiknya sebagai calon ketua klan Hyuuga, tak dapat dipungkiri ada sebuah perasaan ingin diakui yang masih tinggal dalam hati Hinata.

Sejak dulu, Hinatalah yang menjadi putri tunggal dan diharapkan menjadi pewaris klan Hyuuga. Akan tetapi, jiwanya yang terlalu lembut mencegah ayahnya untuk mengangkatnya menjadi pewaris jabatan ketua klan. Ayahnya malah mengalihkan perhatiannya pada adiknya yang memang lebih menyerupai ketegasan dan kekuatan ayahnya, sementara Hinata lebih menyerupai kelembutan ibunya. Akan tetapi, Hinata merasa setidaknya ayahnya harus menghargai usahanya selama ini. Ia telah berperan dalam Perang Dunia Shinobi 4. Ia juga telah diangkat menjadi jounin sebagai bukti kemahirannya sebagai kunoichi. Tanpa terasa, setetes air mata telah mengalir melewati pipi gembilnya. Hinata segera mengusapnya dan bangkit dari tempat tidurnya.

'Mungkin sebaiknya aku mengunjungi Naruto-kun. Hanya Naruto-kun yang selalu bisa mengobati kesedihanku.'

Hinata lalu membuka jendela kamarnya dan tanpa pikir panjang segera melompat keluar melintasi atap-atap menuju apartemen kekasihnya.


"Baka ero Hokage." Gerutu Naruto pelan. 'Dasar Kakashi-sensei mesum! Bisa-bisanya ia menanyakan secara 'detil' hal apa saja yang kulakukan pada Hinata-chan!'

"Gara-gara Hokage mesum itu, laporan singkat yang harusnya bisa selesai dalam waktu setengah jam harus ditunda hingga semalam ini."

Seperti yang bisa diduga, begitu mengetahui 'apa' yang telah dilakukan sepasang kekasih itu dalam misi, Kakashi tidak akan membiarkan Naruto pulang sebelum ia menceritakan 'detil'nya. Tentu saja, Naruto takkan mau menceritakan apapun tentang hal itu. Sebagai orang yang tidak mudah menyerah, Kakashi terus memaksa Naruto untuk menceritakannya. Hanya ketika Naruto berhasil mencuri Icha-Icha Tactics-nyalah dan mengancam akan membakarnya jika Kakashi masih terus mengganggunya baru Kakashi mengizinkannya pulang dengan terpaksa.

Naruto benar-benar lelah. Saat ini yang diingankannya hanyalah mandi air hangat lalu tidur. Dimotivasi oleh kedua hal ini, ia mempercepat langkahnya ke apartemennya.


"Baka Hinata! Bisa-bisanya aku tidak membawa baju apapun." Gerutu Hinata pelan. Dalam kesedihannya, Hinata segera berlari menuju apartemen Naruto tanpa membawa apapun. Ia bahkan melupakan kenyataan bahwa kekasihnya sedang melapor pada sang Hokage tentang misi mereka. Dan sialnya bagi Hinata, ia bahkan belum sempat membersihkan dirinya dari debu serta kotoran yang melekat di tubuhnya sejak misi kemarin. Akhirnya Hinata mengambil keputusan untuk menumpang mandi di tempat sang calon Hokage. Dan hal inilah yang membawanya pada kondisi krisisnya saat ini.

Hinata tak berhasil menemukan sepotong bajupun dalam lemari milik Naruto. Sang putri Byakugan mulai merasa panik. Ia melirik jam dan agak kaget menemukan angka 9.30 tertera pada jam weker di nakas samping tempat tidur Naruto. 'Sebentar lagi Naruto-kun pasti pulang. Aku harus mencari pakaian dimana…'


Naruto merogoh-rogoh kunci apartemennya dari dalam kantongnya. Panik melanda dirinya ketika ia tak menemukan apapun di kantong kanannya. Kelegaan menyusul ketika akhirnya ia menyadari kuncinya ternyata terletak di kantong kiri. 'Hmm, aku mulai terbiasa dengan menggunakan tangan kiri.'

Naruto agak kaget mendapati seisi rumahnya yang terang benderang. 'Ah ya, Hinata-chan kan memiliki kunci apartemenku-ttebayo.'

"Hinata-chan, tadaimaaa!" Teriak Naruto keras dari depan pintu apartemennya.

"Kyahh!" Terdengar sebuah teriakan feminim dari arah kamar tidurnya. Naruto segera berlari takut terjadi apa-apa pada sang kekasih.

"Hinata-chan, kau tidak apa – " Naruto tertegun melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Sang kekasih yang sangat cantik, hanya dalam balutan sebuah handuk hitam yang seolah membuat kulit putih semakin putih lagi.

"N-N-Naruto-kun…" Cicit Hinata pelan. Pikirannya terbayang ke terakhir kali Naruto melihatnya dalam kondisi seperti ini, mereka berakhir dalam suatu malam panas yang penuh cinta. Tatapan Naruto yang seperti predator mendapati mangsanya tak membantu kegugupan Hinata.

Naruto mengambil selangkah ke depan dan Hinata berjalan mundur, dan terus demikian hingga tanpa terasa tubuhnya telah menubruk lemari sang jinchuuriki. Naruto segera menutup jarak di antara mereka dengan melingkarkan tangannya di pinggang ramping Hinata.

"Hinata-chan…" Bisik Naruto pelan, yang terdengar begitu menggoda di pendengaran sang Hyuuga.

"N-Naruto-kun… A-Ano.."

"Hmm..?" Gumam Naruto yang kini tengah menghirup aroma yang menguar dari tengkuk sang gadis.

"A-Ano.. N-Naruto-kun.. B-Bolehkah aku meminjam pakaianmu? Aku tak membawa pakaian apapun.." Ujar Hinata pelan.

"Kau tak butuh pakaian jika aku akan segera 'memakanmu', Hime." Seolah untuk membuktikan hasratnya, Naruto memberikan gigitan kecil di perpotongan lehernya yang meninggalkan bekas kemerahan di kulit mulus Hinata.

"N-Naruto-kun, kumohon.. Ada yang ingin kuceritakan…" Balas Hinata pelan sambil mendorong pundak kekasihnya pelan.

Naruto menangkap nada kesedihan dalam permintaan sang gadis. Dengan tak rela ia melepaskan pelukannya, lalu menatap ke dalam kedua bola mata Hinata. Hinata menghindar dengan menundukkan kepalanya, salah satu tindakan yang dilakukannya dalam kondisi gugup atau tertekan.

"Baiklah, Hime. Aku akan mengambilkan pakaian untukmu. Tunggulah disini."


Hinata kini duduk di hadapan Naruto mengenakan kaus putih dengan lambang klan Uzumaki pada bagian belakangnya. Naruto meneguk ludah melihat kaus tersebut yang cukup sering tergelincir dari pundak mulus Hinata karena ukurannya yang jauh lebih besar dari tubuh kecil wanitanya.

Hinata lalu menceritakan semuanya pada Naruto tentang perasaannya pada sang ayah dan adik perempuan satu-satunya. Di akhir cerita, Hinata masih tetap menunduk tanpa berani menatap wajah Naruto, dan hal ini membuat Naruto resah.

"N-Naruto-kun.. Apa aku adalah anak dan kakak yang tidak baik?" Tanya Hinata pelan.

"Tidak." Jawab Naruto yakin. "Kau adalah wanita terhebat yang pernah kukenal."

"Mengapa begitu, Naruto-kun?"

"Kau tahu, kau itu mirip sepertiku. Kita sama-sama diremehkan sejak kecil. Dikatakan sebagai calon ninja tak berbakat yang kelak hanya bisa menjadi Genin. Akan tetapi, kau berhasil mematahkan pendapat-pendapat buruk tentangmu. Bahkan, menurutku, kau bahkan lebih hebat daripadaku."

"A-Apa?" Hinata terheran-heran mendengar curahan hati kekasihnya. "Lebih hebat dari Naruto-kun?"

"Tentunya." Ucap Naruto sambil memberikan cengirannya. "Aku memiliki guru Sannin legendaris dari Konoha, bahkan Sensei-ku kini telah menjadi Hokage. Aku mengandalkan Kurama dalam tubuhku, sementara kau, Hinata, kau bahkan berjuang lebih keras daripadaku. Tak ada sedikitpun dalam dirimu yang lemah."

"Dan mengenai perasaanmu tentang keputusan ayahmu; menurutku itu adalah hal yang manusiawi. Hinata, kau sudah melakukan begitu banyak pengorbanan untuk memperoleh pengakuan dari ayahmu. Dan sampai sekarang, tak ada tanda-tanda ia menyadari 'keberadaan'mu, Hinata. Normal bagimu jika kau merasa tertekan. Jadi, tak ada satupun hal dalam dirimu yang membuatmu menjadi anak ataupun kakak yang buruk."

Hinata memberikan senyuman lebar bagi Naruto. "Arigatou, Naruto-kun.. Kau… memang hanya Naruto-kun yang bisa mengobati kegundahan hatiku." Hinata lalu beranjak dari kursinya dan memeluk erat tubuh bidang sang Sage katak.

Naruto lalu mengangkat dagu Hinata dengan jemarinya. "Hime-chan, karena kau kini sudah baikan.. Bisakah kita melanjutkan 'hal' yang tadi tertunda?" Ucapnya sembari memberikan sebuah senyuman penuh makna pada sang wanita.

"Eh? Hal apa Naru – Kyaah!" Pekik Hinata kecil ketika merasakan sepasang lengan kokoh menopang tubuhnya bridal style, lalu merasakan empuknya kasur Naruto.

"Hmm, sebaiknya aku membuatmu ingat kembali, Hinata-chan." Naruto lalu memberikan ciuman dalam yang mampu membuat sekujur tubuh Hinata seolah meleleh. "Betapa aku menyukai tubuhmu ini, Hime." Dengan mudahnya Naruto membuka kaus kebesaran yang menutupi lekuk-lekuk indah tubuh sang putri Hyuuga. "Aku akan memberikan kenikmatan padamu malam ini, Hyuuga-sama."

"Ahhnn.. Naruto-kun…"

Dan demikianlah malam yang panjang bagi sepasang kekasih ini dimulai. Tindakan penuh cinta dari dua orang shinobi yang saling mencintai, mewarnai malam itu.

END


Hai, minna-san! Saya sendiri tak menyangka akan menulis lanjutan dari cerita ini. Sebenarnya cerita ini sendiri sebagai promosi bagi para author NHL yang ada di Indonesia untuk turut serta berpartisipasi dalam NaruHina Smut Month (NHSM)!

NHSM sendiri adalah event baru pada bulan Agustus 2015 yang dicetuskan oleh beberapa tetua (?) NHL yang sudah sering membuat doujin Rate M NaruHina, yaitu onemerryjester, tachipaws, naruhinafandom, dan rene-kun. Saya sungguh berharap, para author sekalian mau menyempatkan diri untuk berpartisipasi membuat beberapa fanfic untuk meramaikan NHSM mengingat jarangnya fanfic smut Rate M berbahasa Indonesia ;_;

Bagi para author yang berniat ikut, berikut prompts selama 1 bulan penuh ini

1. Fun with Clones

2. Hokage Desk

3. Good Cop and Bad Criminal

4. Not in Front of the Kids!

5. Friends with Benefits

6. Creative Use of Ninjutsu or Chakra

7. Birthday Sex

8. Ramen

9. Cinnamon Rolls

10. Groping or Dry Humping

11. In Public

12. Hokage Media Scandal

13. Gender Swap

14. Exhibitionism or Voyeurism

15. Private Dancer

16. His Belly Tattoo

17. Her Upper Arms

18. "Hokage-sama!"

19. "Mrs. Uzumaki!"

20. Role Play

21. Toys

22. Boredom or Married Life

23. Girl Talk or Guy Talk

24. The Neighbors Know My Name

25. One Night Stand

26. School Days

27. Sex on the First Date

28. BDSM

29. The Ointment

30. The Red Scarf

31. The Last

Bagi para authors yang ingin bertanya, bisa PM ke saya. Saya akan usahakan jawab sebisa saya. Arigatou, minna-san!