It's Because of Game !

Sehun mengutuk siapapun yang menciptakan truth or dare. Karena permainan gila itu, ia terhisap dalam masa lalu Jongin yang tak pernah ia duga sebelumnya.

.

.

Warning! YAOI inside

Kaihun

Top! Kai and Bottom! Sehun.

.

NO FLAME NO BASH

.

FLASHBACK START HERE

Happy Reading!

.

.

.

Jongin melangkahkan kakinya ke dalam sebuah toko bunga yang terbilang cukup sederhana. Matanya menyisir setiap sisi toko itu, melihat berbagai jenis bunga di dalam toko mungil itu. Bahkan ia tak sadar jika di sampingnya telah berdiri pegawai toko yang amat manis.

"Anda mencari bunga apa, tuan ?" suara lembut itu mengalir ke dalam pendengaran Jongin

Jongin mengalihkan seluruh perhatiannya pada atensi di sampingnya, menelisik namja itu dari atas hingga bawah. Sebelum akhirnya berdehem untuk mengendalikan dirinya.

"Bisa kau rekomendasikan untukku bunga yang melambangkan mmm.. perasaan seseorang ?" ucap Jongin berantakan

"Ah, anda ingin menyatakan perasaan anda pada seseorang ?"

"Y-ya kurang lebih seperti itu"

"Bagaimana dengan gillyflower ? Bunga ini melambangkan ikatan kasih sayang" tunjuk namja itu pada setangkai bunga berwarna peach

"Baiklah, tolong bungkuskan untukku"

Namja itu mengangguk kecil dan mulai merangkai beberapa tangkai bunga. Jongin memperhatikan gerak gerik namja itu tanpa sedetikpun berkedip. Jongin mendekat saat namja itu selesai merangkai bunga, ia mengeluarkan sejumlah uang saat namja itu menyebutkan nominal yang harus ia bayar. Namja itu menyerahkan rangkaian bunga yang tadi dibuatnya tanpa menghilangkan senyum di bibirnya.

.

.

Jongin masuk ke dalam sebuah cafe yang terbilang cukup mewah. Manik karamelnya terpaku pada sesosok namja yang tengah meletakkan kepalanya di atas meja sembari meniup poninya. Sosok itu spontan mengangkat kepalanya saat melihat kedatangan Jongin.

"Jongin-ah.." sosok itu tersenyum manis

"Hai, Baekhyun-hyung" Jongin mengecup lembut dahi namja bernama Baekhyun itu

"Ini untukmu, hyung" lanjut Jongin seraya menyodorkan rangkaian bunga di tangannya

"Eumm, gomawo"

"Ada apa, hyung ?" tanya Jongin saat melihat kilatan kesedihan di mata Baekhyun

"Aniya" Baekhyun menggeleng lemah

"Kau mengingat dia lagi ?" desis Jongin

"A-aniya"

"Kau tau apa yang akan terjadi pada mereka yang berani bermain api denganku kan, hyung ?" ucap Jongin rendah tanpa melepaskan tatapannya pada manik kembar Baekhyun

"A-aku tidak akan mengkhianatimu, Jongin" suara Baekhyun bergetar- ia ketakutan

"Pilihan bagus, hyung" Jongin mengarahkan tangannya, mengusak pelan rambut Baekhyun

"Nah, berhubung aku sudah membolos demi dirimu bagaimana kalau kita bersenang-senang sekarang ?" Jongin bangkit dan mengulurkan tangannya pada Baekhyun

Baekhyun menarik nafas dalam-dalam kemudian tersenyum menyambut uluran tangan Jongin.

.

.

Matahari tak lagi menampakkan eksistensinya, sinar lembut dari sang bulan kini menggantikan tugasnya. Di bawah langit malam, dua namja dengan usia yang terpaut dua tahun memandang jauh ke atas, mencari sesuatu yang hilang dari diri mereka. Tak ada yang bersuara, hanya desah nafas yang terdengar. Salah satu dari mereka muak, muak dengan drama yang tengah dimainkannya sekarang. Berhenti ? Tidak, tidak, ia tidak punya kuasa untuk berhenti dari perannya. Tidak jika akibat yang harus ditanggungnya adalah kehilangan orang yang paling berharga untuknya.

"Apa yang tengah kau pikirkan ?"

Baekhyun tersentak kecil begitu suara Jongin menyapa gendang telinganya. Perannya dimulai lagi. Ia menatap Jongin sembari menampilkan senyum yang penuh kepalsuan.

"Tidak ada"

"Kau lelah ?"

"Eumm, s-sedikit"

"Baiklah, ayo pulang. Ini sudah terlalu larut, lagipula kau harus bekerja besok"

Baekhyun berlari kecil, menyamakan langkahnya dengan Jongin yang telah berada jauh di depan. Jongin membukakan pintu mobil untuk Baekhyun dan memutar untuk masuk ke dalam kursi pengemudi.

Keheningan merambat di antara kedua namja ini. Baekhyun memilih menatap keluar jendela, memperhatikan kilauan lampu-lampu gedung di luar sana. Terkadang ia merasa iri pada dunia, mengapa dunia begitu menyilaukan dengan sinarnya. Seolah dunia ini sedang mengejek kehidupannya yang kelam.

Setitik liquid bening lolos dari manik bulatnya. Bolehkah ia berharap hidupnya akan berubah ? Ia ingin seperti orang lain yang memiliki kebebasan atas diri mereka sendiri.

"Sudah sampai"

Baekhyun tersentak kaget saat mendengar suara Jongin. Ia menoleh dan mendapati Jongin yang tengah menatap penuh padanya disertai kerutan samar di dahi.

"Kau terlihat tidak biasa hari ini" ucap Jongin yang lebih terdengar sebagai pernyataan dibanding pertanyaan

"M-maaf, aku hanya-" ucapan Baekhyun terpotong saat Jongin tiba-tiba mengecup singkat dahinya

"Masuk dan beristirahatlah"

Baekhyun keluar dari mobil setelah mengucapkan salam perpisahan pada Jongin. Ia baru beranjak dari tempatnya saat mobil Jongin tak lagi terlihat. Ia memasuki rumahnya, baru saja ia meletakkan sepatu, sebuah suara yang sangat dirindukannya tiba-tiba saja menyapa gendang telinganya.

"Kau sudah pulang ?"

"C-chanyeol ? A-apa itu kau ?" Baekhyun menatap sosok di hadapannya tanpa berkedip

"Hei, kita hanya beberapa hari tidak bertemu dan kau sudah melupakan wajahku ?"

Baekhyun tak sanggup berkata apapun, liquid bening menggenang di pelupuk matanya. Ia masih terpaku di tempatnya dengan pandangan yang tak sediktipun teralihkan dari sosok di depannya.

"Kemarilah, kau tidak merindukanku hmm ?"

Baekhyun berlari, merengkuh tubuh namja jangkung yang begitu dirindukannya. Isakannya semakin keras saat Chanyeol balas memeluknya erat.

"Ssshh, semua akan baik-baik saja. Percaya padaku"

"Hiks, kenapa ? Kenapa harus aku yang menjadi target Jongin ?"

"Maafkan aku. Aku berjanji akan memperbaiki semuanya"

Chanyeol melepaskan pelukannya, menatap penuh pada namja mungilnya. Ibu jarinya terarah untuk menghapus jejak air mata di pipi gembil Baekhyun. Ia membawa Baekhyun ke kamarnya untuk beristirahat.

"Tidurlah" Chanyeol menaikan selimut Baekhyun sebatas leher

"Apa kau akan menginap ?" tanya Baekhyun penuh harap

Chanyeol tak menjawab, ia hanya menggerakan telapak tangannya menutupi mata Baekhyun. Baekhyun sangat paham gestur Chanyeol, Chanyeol tak ingin menjawab pertanyaannya. Chanyeol bertahan pada posisi itu hingga ia mendengar desah nafas Baekhyun yang mulai beraturan, menandakan kekasihnya sekaligus mantan calon pendamping hidupnya telah tertidur.

Jongin. Rasanya kemarahan dalam dirinya memuncak setiap mendengar nama itu. Bagaimana tidak ? Namja itu seenaknya merebut kekasihnya dan ia tak bisa berbuat apapun. Ia membenci keadaannya saat ini, ia tak bisa berbuat apapun karena Jongin bisa saja menghancurkan bisnis keluarganya dalam satu kedipan mata jika ia menghalangi keinginan Jongin untuk menjadikan Baekhyun sebagai pendampingnya. Bukan berarti ia tak menyayangi Baekhyun, akan tetapi ia juga tak bisa membiarkan keluarganya hidup dalam penderitaan.

Jadi di sinilah Chanyeol berada, menunggu di dalam bayangan, menyerang saat Jongin lengah. Menjatuhkan namja itu tanpa disadarinya.

.

.

Few days later

.

.

Baekhyun mengerjapkan matanya, senyumnya merekah melihat Chanyeol berada di sampingnya, merengkuh erat pinggangnya. Pipinya merona hebat, saat ia menyadari apa yang baru saja mereka lalui semalam.

Beberapa hari ini Jongin tak lagi menghubungi Baekhyun, kesempatan itu dimanfaatkan oleh Baekhyun untuk menikmati waktunya bersama kekasihnya, Chanyeol. Hanya beberapa hari, namun mampu mengembalikan senyuman dan kebahagian Baekhyun untuk sesaat. Karena ia tak tau apa yang akan terjadi padanya saat Jongin kembali memasuki hidupnya.

Baekhyun melepaskan tangan Chanyeol dari pinggangnya, ia berniat membuatkan sarapan untuk Chanyeol. Ringisan kecil lolos dari bibirnya saat ia mencoba berjalan. Dengan langkah tertatih, Baekhyun berjalan menuju dapurnya.

Baekhyun fokus menata masakannya hingga tak menyadari ada seseorang di belakangnya. Tiba-tiba saja sepasang lengan membalik badannya. Manik bulatnya melebar melihat Jongin berada di hadapannya. Amarah terlukis jelas di wajah Jongin melihat penampilan Baekhyun saat ini. Kemeja yang Jongin yakini bukan milik Baekhyun melekat di tubuh mungilnya. Karena ukurannya yang besar, beberapa bagian yang tereskpose menampilkan banyak kissmark.

Baekhyun terdiam saat rasa panas dan perih menjalar di pipinya. Telinganya berdengung karena tamparan Jongin yang terlampau keras. Jongin menarik Baekhyun menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah Baekhyun. Ia membuka pintu dan menghempaskan Baekhyun ke dalam. Setelahnya, ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tidak dapat dikategorikan normal.

"J-jongin, pelankan mobilnya. A-aku takut" cicit Baekhyun sembari meremas kemeja Chanyeol yang dikenakannya

"Diam ! Kau pikir siapa dirimu hah ? Mengkhianatiku seperti ini, tch"

"J-jongin, kumohon" Baekhyun menyentuh lengan Jongin

Jongin menyingkirkan tangan Baekhyun dari lengannya dengan wajah sinis, seakan Baekhyun adalah parasit. Jongin dengan cerobohnya mengalihkan perhatiannya dari jalanan di depannya. Dan disitulah awal dari segalanya...

.

.

.

Jongin menatap nanar pada pusara di depannya, ia merunduk dan meletakkan rangkaian bunga di atas pusara itu. Tidak ada lagi Jongin yang egois, tidak ada lagi tatapan mengintimidasi di matanya. Jongin berubah semenjak kecelakaan yang ia alami dan mengakibatkan seseorang harus meregang nyawa.

Tanpa disadarinya, seseorang memperhatikannya dari jauh dengan tatapan dan aura membunuh yang kuat.

.

.

Hari demi hari berlalu semenjak kematian Baekhyun. Jongin hampir tak pernah lagi tersenyum semenjak hari itu, hingga seseorang kembali mencoba memperbaiki hatinya.

"Jongin-ah.."

"A-ah, Kyungie. Ada apa ?" Jongin berusaha menutupi keterkejutannya

"Hmm, kau memikirkan sesuatu ?"

"Aku membuatkan makan siang untukmu" lanjut Kyungsoo saat tak ada tanda-tanda Jongin akan menjawab pertanyaannya

"Gomawo" Jongin mengusak surai hitam kelam milik kekasihnya

Kekasih ? Ya, setelah kepergian Baekhyun, Jongin menjadi namja tanpa semangat hidup. Hari-harinya selalu diawali dengan membeli bunga dan mengunjungi makam Baekhyun. Karena kebiasaan itulah, ia menjadi mengenal namja penjaga toko bunga yang selalu didatanginya.

Jongin merasa nyaman berada di dekat Kyungsoo. Berawal dari rasa nyaman itulah, Jongin berani menceritakan seluruh kisah hidupnya pada Kyungsoo. Namun reaksi Kyungsoo di luar perkiraan Jongin. Kyungsoo hanya tersenyum lembut dan membisikkan kata-kata penenang pada Jongin. Ia mengira Kyungsoo akan meninggalkannya setelah mengetahui sebejat apa dirinya.

"Enak ?" tanya Kyungsoo

"Seperti biasa, Kyungie. Kau calon istri yang sempurna"

"Jangan bicara macam-macam, Jongin. Kita masih di lingkungan sekolah"

"Apa peduliku"

Kyungsoo membeku saat merasakan kedua belah bibir Jongin menempel ringan pada pelipisnya. Rona merah menjalar di pipinya. Jongin terkekeh melihat reaksi Kyungsoo yang terlampau innocent itu.

"Kyungie-ah.." panggil Jongin di sela kegiatan makannya

"Nde ?"

"Aku masih harus mengikuti latihan basket sepulang sekolah. Kau ingin menungguku atau ?"

"Eumm, kurasa aku pulang saja. Aku harus belajar untuk ulangan besok"

"Kau yakin akan pulang sendirian ?" Jongin menatap Kyungsoo

"Tentu saja"

Percakapan mereka berakhir saat bel masuk berbunyi, Jongin menyerahkan kotak bekal yang tak bersisa pada Kyungsoo. Tak lupa mengucapkan terima kasih dengan caranya sendiri, mengecup wajah Kyungsoo bertubi-tubi.

"Jongin-ah, hentikan"

Jongin terkekeh dan menjauhkan wajahnya dari Kyungsoo. Ia menggamit jemari Kyungsoo menuju kelas mereka.

.

.

Langit mulai merubah warnanya, orange keemasan. Di bawah sebuah halte, terdapat atensi seorang namja mungil. Ia menggerakan kakinya resah, bus yang ditunggunya tak kunjung tiba padahal bus itu seharusnya tiba dua puluh menit yang lalu.

Keresahan Kyungsoo semakin memuncak di saat sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Maniknya membulat saat melihat namja yang keluar dari mobil itu.

"Mau kuantar pulang ?" tawar namja itu saat berada di depannya

"Terima kasih, Chanyeol-ssi. Tapi kurasa, aku akan menunggu bus saja"

"Sayang sekali aku tidak menerima penolakan"

Chanyeol membekap Kyungsoo dengan saputangan yang telah ia teteskan obat bius. Kyungsoo yang tak siap dengan gerakan tiba-tiba Chanyeol tak sempat melawan. Chanyeol membopong tubuh Kyungsoo ke dalam mobilnya. Mobil hitam mewah itu melaju membelah jalanan di bawah langit jingga.

.

.

.

TBC or END ?

.

.

.

Ada yang masih mengingatku dan cerita ini ? Maafkan aku yang mengabaikan cerita ini hingga hampir setahun. Bukan berarti aku tak lagi peduli dengan cerita ini hanya saja kehidupan yang berbeda membuatku berpikir dua kali untuk melanjutkan cerita ini. Namun entah kenapa akhir-akhir ini pikiranku tersedot ke dalam cerita ini, karena itulah aku memutuskan untuk mencoba melanjutkannya.

Aku harap kalian masih ada di sini, menunggu cerita ini. Aku menunggu kalian di kotak review. Terima kasih