Aldnoah Zero (c) A-1 Pictures. Troyca
certain song (c) Umetora
Tidak ada keuntungan yang diambil dari fanfic ini, semuanya murni untuk senang-senang dan menumpahkan delusi.
.
Mungkin saya mabok beneran waktu bikin yang ini. Bagian dari kegiatan #NulisRandom2015 yang kayaknya asik aja buat di post.
(Btw saya cuma ingat dilarang masukin lirik mentah-mentah, tapi saya lupa tentang lirik terjemahan, jadi... uuh, YOLO?)
Deception dalam perjalanan. Kalau lancar tanpa hambatan, mungkin minggu depan di post, jadi tolong janag timpuk saya-
Warningnya standar; typo, yaoi/BL, humor? A/Z Gakuen Parodi. OOC
Btw saya nggak tahu ini InaSure apa SureIna, sesuaikan dengan persepsi masing-masing aja ya.
DLDR, Enjoy.
.
"Jadi katakan lagi kenapa aku mau mengikutimu kemari?"
"Karena kau orang baik hati yang kalah begitu orang yang kau suka mengajakmu?"
Slaine memberi Inaho pandangan tak senang. "Hei, itu cerita lama. Aku sudah tidak menyukai Asseylum lagi."
"Mmhm. Tapi dia memang orang yang kau suka'kan? Pernah suka?"
Alis pucat terangkat ketika mendengar balasan ketus. "Butthurt?"
"Bukannya itu kamu?"
"Bukan secara literal, sialan," Slaine sekali lagi mendesah. Ini anak kenapa sih, kok ngomongnya mendadak pedas amat. Habis dikasih makan apa dia, jalapeno 10 biji? "Kau kenapa sih, seperti wanita PMS saja."
"Slaine-kun~"
Suara manis si kakak Kaizuka membuat Slaine menoleh. Nah, setidaknya yang ini lebih sedap dipandang—bukan, bukan berarti wajah Inaho tak sedap dipandang buat Slaine. Tapi mulutnya Inaho itu bikin Slaine ilfeel dan nuraninya tersentil. Berani sekali dia menyinggung cerita lama itu. Hati ini masih terpotek-potek gara-gara kena NTR Asseylum tahu.
"Iya, kenapa Yuki-san?"
"Biarkan saja Nao-kun. Dia lagi sensi soalnya kalah suit."
EH CIYUS?
"Lalu?" jiwa tukang gosip Slaine bangkit. Efek samping didikan sang ayah yang menyuruhnya jadi gentlemen dan terpapar terlalu lama bersama Inko dan Nina, diam-diam Slaine jadi lumayan suka mendengarkan berita terbaru dari orang-orang di sekeliling. Lumayan menghibur dan kalau tepat bisa dijadikan bahan black mail. Tee-hee~
Yuki melanjutkan dengan nada bangga luar biasa. "Jadi Calm-kun dan yang lainnya menyeret Nao-kun untuk karaoke. Dan Nao-kun harus menyanyikan satu lagu yang mereka pilihkan."
Ketahuilah bila bayangan pertama yang muncul di kepala Slaine adalah Inaho menyanyi enka. Entah kenapa. Tapinya lagi...
"...Inaho-san bisa nyanyi?"
"Karena kami tidak pernah dengar dia nyanyi makanya kami penasaran!"
Okojo berbaik hati menjawabkan untuk Slaine. Dia menunjuk Inaho yang berdebat panjang kali lebar kali tinggi dengan Rayet, Inko, Nina, dan Calm tentang lagu apa yang harus dia nyanyikan. Rayet jelas sekali kelihatan menikmati menyodorkan pilihan pada Inaho dan membantah argumennya. Yuki, Slaine, Okojo menonton mereka berdebat beberapa lama sampai akhirnya Nina mengambil tindakan. Dia mengambil remote untuk memilih lagu dan menyerahkannya pada Slaine.
"Slaine-kun! Kami serahkan padamu untuk memilih lagu!"
Slaine mengerjap.
"Eh?"
"Sudahlah, pilihkan saja. Biar adil."
Slaine mengerjapkan mata lagi.
"Eh? Aa, gitu."
Entah respon Slaine maksudnya nge-pun** atau apa. Yang lain menatap dengan berdebar-debar ketika Slaine mulai mengetikkan judul lagu. Yuki dan Okojo yang mengintip terkikik geli begitu melihat judulnya. Inaho memutuskan untuk pasrah dan berusaha percaya pada kemungkinan 50% kalau Slaine tak akan begitu tega pada kekasih sendiri.
Salah besar kamu memutuskan percaya pada Slaine, nak.
Intro lagu yang sangat familiar muncul. Wajah Inaho memucat ketika dia sadar ini lagu kampret yang dia pernah kedapatan mendengar Slaine iseng menyanyikannya**. Teman-teman Inaho yang lain sih sudah bersorak heboh. Dan si sialan itu berani-beraninya menatap Inaho dengan wajah polos dan senyum manis bak malaikat.
"Inaho-san, nyanyinya dengan gaya, ya?"
Iblis mesum terselubung sialan. Dia menyuruh Inaho menyanyikan lagu ini? Baiklah. Kamu minta seduktif, nih Inaho beri seduktif.
Dalam tindakan yang tumben terlihat tak sabar dan jengah, Inaho melepas sweater yang biasa dia kenakan. Teman-teman yang lain bersorak ramai. Calm dan Okojo menambahkan siulan. Brengsek memang mereka. Dasar pengkhianat.
Intro dimulai, Inaho menahan malu dan berusaha menjaga agar wajahnya biasa saja ketika mulai menyanyi.
"Aah, aah, aah, aah"
Sweater dilempar sembarang ketika berjalan ke tengah ruangan. Si pemuda dengan wajah kelewat lempeng setengah mati menahan rasa puas melihat ekspresi 'dafuq' di wajah penontonnya selagi dia berimprovisasi dengan menambahkan desahan lagi di intro lagi, lengkap sambil melonggarkan dasi.
"Bite down from time to time, let me remember what pain feels like," Inaho merasa konyol mencoba melenggokkan tubuh yang berkesan sensual. Tapi hei, kenapa tidak sih. Sekalian. "Stain my entirety with that overflowing fluid."
Dengan sengaja dia merendahkan suaranya di akhir, mengakhiri baris pertama lagu dengan nada rendah dan mata setengah menutup-dengan ujung bibir tertarik keatas sedikit. Wajah penonton masih plongo? Bagus.
"Drowning in the sensations made to run up from the tips of my toes, lead my body and heart. Having bitten down on a finger trying to bear it, is what is desired an ideal?"
Slaine merasa wajahnya panas ketika Inaho setengah menari. Sialan, sejak kapan Inaho bisa melakukan ini? Langkahnya lincah tapi seduktif, Slaine merasa wajahnya makin panas. Woy, ini kenapa tidak ada yang bilang Inaho bisa se-seksi ini.
"I don't need it, don't need it at all, a shined-up obtrusive pride, as for the rules of this meaningless world, it's pointless to describe them,"
Slaine tsukkomi dalam hati. 'Ndasmu, itu dusta! Sama kamu mah adanya main harga diri doang!'
"Your style is hidden away, but you should dive in with it all laid bare,"
'Apaan dibiarin telanjang—KENAPA KAMU LIAT KESINI WOY. JANGAN KESINI—' Slaine tsukkomi lagi. Sayang dia tidak bisa telepati. Inaho sudah setengah jalan ke sofa yang diduduki Slaine.
"What's born is hope, it's not a mistake, the smile at the peak."
Punggung Slaine sudah kepentok punggung sofa. Tapi Inaho makin mendekat. Slaine berkeringat dingin ketika Inaho menghimpitnya. Satu lutut menekuk, berisitirahat di sofa sebelah kaki Slaine, menunduk dengan tangan menopang di dinding sebelah kepala Slaine. Inaho terang-terangan menyeringai sekarang ketika dia mendesah sebelum verse pertama berakhir.
"Ahh ahh ahh ahh.."
Dan dalam sekejap Inaho menarik kepalanya mendekat, mata Slaine membelalak ketika bibir mereka bertemu sekejap. Hanya beberapa detik, lalu Inaho menarik diri lagi. Mengeluarkan tawa rendah seduktif, agak terengah, lalu melangkah lagi ke tengah setelah melempar tatapan menantang pada Slaine.
Slaine hanya bisa mengumpat dalam hati.
'Bajingan seksi sialan itu—!'
.
.
.
END
** 'E? Aa, gitu.' = 'E? Aa, Sou.'
**Ono Kensho memang pernah menyanyikan Ifuu Doudou.
