SNATCHER LOVE STORY
By : Han Kang Woo
Cast : Xi Luhan, Oh Sehun, Exo Member, BTS Member, etc
Main Cast : HunHan
Genre : Romance, Friendship
Warning : BL (Boys Love)
Banyak Typo, FF ini hanya pinjam nama saja
Rated : M dan T (?)
DLDR
= Happy Reading =
O…O…O…O…O…O…O…O…O
"serahkan uangmu." bentak seorang pemuda, kepada pria paruh baya. Dia menodongkan pisau lipat yang tajam ke leher si pria tua korbannya itu.
"am.. ambil dompetku, a.. aa.. ambil semua isinya…" kata si pria tua, tergagap. Keringat membasahi dahinya, merasakan ujung pisau si pemuda di lehernya.
"aku tidak menginginkan dompetmu… aku hanya ingin sebagian uangmu." Pemuda membentak lagi.
"am... ambil saja dengan dom.. dompetnya…"
"sudah kubilang, aku hanya butuh sebagain uangmu, bukan seluruhnya. Berikan sekarang."
"ba.. baiklah…"
Si pria tua dengan gerakan takut-takut, mengeluarkan dompet dari balik saku belakangnya. Tangannya gemetar, lekas mengambil beberapa lembar uang won disana dan memberikannya kepada si pemuda.
Pemuda tersebut mengambil uang itu dengan cepat, menurunkan pisau dan tanpa menunggu waktu lama, dia berlalu seperti bayangan dan angin, meninggalkan korbannya. Itu memang adalah salah satu keahliannya selama ini.
Pemuda tersebut bernama Luhan. Seorang yatim piatu berkebangsaan China. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal di Korea, dengan penyebab kematian belum jelas. Namun Luhan tidak sendiri, dia saat ini bersama seorang adiknya, bernama Jungkook. Ibu Jungkook lah yang merawat Luhan hingga dewasa, tapi nasib baik lagi-lagi tidak berpihak padanya, karena ibu Jungkook alias ibu angkatnya itu beberapa bulan yang lalu meninggal karena suatu penyakit.
Jadi kini, Luhan dan Jungkook tinggal bersama, dirumah kontrakan kecil yang kumuh di salah satu sudut kota Seoul.
Luhan berlari kencang, berlari sejauh mungkin dari area korbannya tadi. Dengan menggenggam beberapa lembar uang won hasil rampasan dan penodongan. Dia hanya mengincar korban pria yang terlihat berduit dan berperut besar. Perut besar menurutnya adalah lambang kesejahteraan, dimana perut besar itu semakin membesar karena hasil korupsi. Jadi, dia tidak perlu merasa kasihan dengan korbannya.
Luhan selama ini hanya mengambil sebagian kecil uang dari sasarannya, dia tidak pernah sekalipun mengambil dompet secara utuh. Tidak juga barang, seperti mobil, motor dan sebagainya. Hanya beberapa lembar uang saja. pencuri yang unik dan aneh bukan?
Luhan terpaksa mengambil keputusan menjadi seorang pencuri, perampas, penodong atau apalah istilahnya. Dia sama sekali tidak mempunyai keahlian lain. tidak pernah sekolah, tidak ada keahlian akademik. Jalan satu-satunya yang terpikirkan olehnya adalah menjadi seorang pencuri dan penodong. Terlebih, dia harus membiayai sekolah adiknya, Jungkook.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Luhan memutuskan untuk pulang saja. pemasukan untuk hari ini dirasanya cukup. Walau hanya mendapatkan tiga korban saja. dia berjalan kaki menuju kontrakannya, berjalan cepat dan membelah malam.
Luhan tiba dirumahnya beberapa menit kemudian, membuka pintu rumahnya yang belum terkunci dan menutup kembali pintu itu. dia menarik nafas pelan, dan dikagetkan oleh kemunculan adiknya yang berdiri didepan pintu kamarnya, seperti patung.
"Jungkook-ah, kau belum tidur?" tanya Luhan, mengusap dadanya, kaget.
"hyung kenapa selalu pergi malam?" namja imut yang bernama Jungkook balik bertanya, mengabaikan pertanyaan kakak tidak sedarahnya itu.
"aku kerja." jawab Luhan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, setelah itu menghapus peluh didahinya.
"hyung selalu pergi malam dan pulang pagi. untung saja kali ini hyung pulang cepat." kata Jungkook, menoleh dan menatap jam dinding yang menunjukkan tepat tengah malam.
Luhan mendesah. Kemudian memegang kedua bahu Jungkook, meremasnya pelan.
"aku memang kerja malam Jungkook-ah. Maaf, aku tidak pernah ada waktu untukmu." Sahut Luhan, menampilkan wajah teduh. Dia menyesalkan sulitnya berkomunikasi secara personal dengan adiknya itu. jam tidur mereka berbeda, Jungkook tidur dimalam hari, sedangkan dia tidur dipagi hari, jadi selama ini mereka jarang berinteraksi.
Jungkook menundukkan wajahnya, ingin mengucapkan sesuatu, namun kata-katanya tidak bisa keluar. Luhan semakin meremas bahunya.
"aku menyayangimu, sama seperti omma menyayangimu. Kau satu-satunya yang kumiliki sekarang." gumam Luhan, mendadak matanya berkaca-kaca, setelah itu dia memeluk adiknya tersebut. Mellow.
Jungkook membalas pelukan Luhan, mengusap punggung kakaknya.
"aku juga menyayangi hyung." balas Jungkook, nada suaranya bergetar.
"terima kasih."
Luhan melepaskan pelukannya, wajahnya kini saling berhadapan dengan Jungkook. Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan uang hasil 'rampasan'nya, memberikan semuanya pada adiknya itu.
"bayar uang sekolahmu besok, jika masih belum cukup. Aku akan berusaha melunasi secepatnya." Kata Luhan.
Jungkook menerima uang tersebut, tidak menghitungnya, namja itu mengangguk singkat.
"terima kasih hyung, uang sekolahku memang sudah ditagih. Tapi, apa tidak sebaiknya aku pindah sekolah saja. disekolahku yang sekarang biayanya terlalu mahal." ucap Jungkook, ingin meringankan beban Luhan.
Luhan menggeleng cepat,
"tidak… kau pantas bersekolah ditempat yang mahal. kau harus mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas." Kata Luhan cepat, tidak ingin Jungkook bernasib sama dengannya, tidak mempunyai pendidikan. Yang berdampak dengan sulitnya mencari kerja.
"tapi hyung…"
"tidak ada tapi tapi… aku hanya meminta kau belajar dengan baik. Agar kelak berhasil dan mendapatkan pekerjaan yang bagus." Potong Luhan,
Jungkook tersenyum dan mengangguk. Namja imut itu kemudian teringat sesuatu.
"tapi hyung sebenarnya kerja apa? kenapa kerjanya selalu dimalam hari?" tanya Jungkook, pertanyaan yang selama ini mengusiknya.
Deg,
Luhan terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. namja keturunan China itu berpikir keras, mencari jawaban yang tepat.
"kerja apa hyung?" ulang Jungkook.
"ee... aku kerja disebuah kedai kopi. Aku selalu mendapatkan shift malam, maka dari itu aku selalu pergi malam." Jawab Luhan, terpaksa berbohong.
"kedai kopi? Hyung jadi karyawan?"
"y.. ya, jadi karyawan. Kenapa? Apa kau malu mempunyai kakak seorang karyawan biasa?"
"tentu saja tidak hyung. Aku tidak malu. Yang penting pekerjaan hyung itu baik, walau hanya menjadi karyawan." Sahut Jungkook, tersenyum. Akhirnya dia mendapatkan jawaban dari pertanyaan teman-temannya selama ini. dimana teman sekolahnya sering bertanya pekerjaan kakaknya.
"baiklah, kalau begitu cepat pergi tidur. kau besok bersekolah." Kata Luhan.
"ya hyung…" Jungkook mengantongi uang sekolah pemberian Luhan, beranjak dari tempatnya.
"tunggu, aku lupa sesuatu…" Luhan menghentikan langkah adiknya,
"ada apa hyung?"
"kalau kau punya pacar disekolah, berpacaranlah yang sehat. Jangan aneh-aneh. Aku tidak ingin kau menikah muda. Jalanmu masih panjang…" Luhan memberikan nasihatnya
"aku mengerti hyung." timpal Jungkook, wajahnya mendadak memerah, karena memang sudah ada seseorang disekolah yang menarik hatinya.
Dan akhirnya, percakapan singkat antara kakak dan adik itu berhenti. Jungkook masuk kedalam kamarnya, demikian juga dengan Luhan.
Luhan membaringkan dirinya diatas kasur, matanya tetap terbuka, memikirkan banyak hal. Terutama mengenai kebohongannya kepada Jungkook mengenai pekerjaannya.
'maafkan aku Jungkook-ah, kau tidak boleh tahu apa yang aku lakukan setiap malam…' batin Luhan, mendesah.
.
.
.
.
O…O…O…O…O
Besoknya,
Luhan kembali beraksi, dia saat ini berada disebuah bassement hotel, tempat dimana banyak mobil kelas atas parkir dengan rapi. Dia berhasil masuk kedalam bassement hotel itu dengan mengelabui petugas jaga.
Luhan berdiri tepat disamping tembok, pura-pura menerima telefon, matanya terus menatap mobil incarannya, tepatnya orang alias pria paruh baya yang sebentar lagi menjadi korbannya.
Ponsel Luhan menempel indah ditelinganya, namun dia dikagetkan oleh bunyi ponsel itu.
"halo…" angkat Luhan, masih kaget.
"halo Luhan. Kau dimana?" tanya sebuah suara diseberang sana,
"di TKP." Jawab Luhan.
"komunitas kita akan berkumpul sejam lagi, apa kau punya waktu?" tanya orang itu lagi.
"maaf Baekhyun. Aku tidak bisa. Aku harus mencari uang tambahan untuk biaya sekolah adikku." Tolak Luhan, halus.
"tapi Kyungsoo dan teman-teman lain sudah sepakat, hanya tinggal kau saja." kata namja yang bernama Baekhyun, memberikan info pada Luhan.
"maaf, aku betul-betul tidak bisa. Maafkan aku…"
"oh, baiklah kalau begitu."
"sampaikan permintaan maafku pada yang lain."
"ok."
Luhan menyimpan lagi ponselnya, menatap jam tangan murah dipergelangan tangannya, sudah pukul 9 malam. Dan pria tua incarannya belum juga datang dan masuk ke mobil.
'pasti ajuhsi itu sedang ML dengan yeoja bayaran…' batin Luhan, menebak dengan pasti.
Luhan meneliti keadaan sekitarnya, aman dan sepi. Dia tidak ingin menunggu lebih lama lagi, dia lelah berdiri lama-lama, kakinya kram. Namja cute itu berjalan biasa, mendekati mobil incarannya, matanya 'celingak-celinguk', memantau keberadaan petugas jaga.
'aman, aku bersembunyi didalam mobilnya saja.'
Luhan bergerak cepat, merogoh sakunya. Mengeluarkan sebuah kawat yang dibengkokkan. Dia menggunakan kawat itu untuk membuka pintu bagian belakang mobil. Tanpa susah payah, Luhan berhasil membuka pintu dan lekas masuk ke jok bagian belakang mobil itu.
Beres, Luhan berencana mengagetkan korbannya saat masuk mobil, menodongkan pisau keleher si korban dan meminta beberapa lembar uang, setelah itu kabur. Selama ini rencana itu selalu berhasil.
Sekarang hanya tinggal menunggu, Luhan membaringkan diri di jok belakang. Dia tidur dibagian bawah kursi, agar tidak kelihatan. Namja itu mendesah pelan,
'aku harus mendapatkan uang malam ini.' Luhan membatin, semua dilakukannya demi adiknya. Juga kelangsungan hidupnya di tengah ibu kota Korea Selatan yang terkenal keras.
Luhan terus menunggu, dan menunggu. Tahu sendirikan bagaimana tidak enaknya menunggu? Membosankan dan membuang waktu. Dia sudah menunggu selama hampir sejam.
Luhan tidak sadar tertidur pulas di dalam mobil calon korbannya.
.
.
.
.
O…O…O
Luhan terbangun, membuka pelan kedua mata rusanya. Posisinya masih sama, dibawah jok mobil. Namun ada yang berbeda, mobil tersebut bukan lagi diparkiran basement hotel, namun berada didepan sebuah rumah besar yang sangat mewah. Belum dimasukkan kedalam bagasi.
Luhan duduk dan meregangkan ototnya pelan, memandang keluar jendela mobil. Halaman luas terhampar diluar, dengan deretan bunga-bunga yang terpangkas indah.
'ah, sial… aku ketiduran.' rutuk Luhan, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Luhan tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Dia harus membawa uang malam ini. dia berencana memanjat dan memasuki kamar utama si pemilik rumah, mengambil beberapa uang dan lekas pulang.
"harus berhasil.." gumam Luhan, walau kali ini adalah yang pertama memasuki rumah orang, sebelumnya tidak pernah.
Tanpa berpikir lama lagi, dia beranjak dan keluar dari mobil. Melangkah pelan dan mengamati keadaan sekitarnya. Ada dua penjaga gerbang di pos jaga. Namun sepertinya penjaga itu tidak melihatnya. Luhan secepat kilat berlari dan menuju ke tembok disamping rumah mewah itu.
Luhan bersembunyi dibalik tembok, nafasnya terengah-engah, berkeringat. Dia mendongak, dan menatap jendela sebuah kamar yang terbuka, dilantai dua.
'ah, sepertinya kamar itu adalah kamar si pemilik rumah.' batin Luhan, sangat yakin.
Luhan mengamati lagi keadaan sekitarnya, dan kemudian tidak membuang waktu, dia lekas memanjat tombok menuju arah kamar, dia sedikit terbantu dengan adanya tangga kecil yang sepertinya digunakan untuk mengecat tembok oleh pembantu disana.
Dengan susah payah dan mengerahkan seluruh tenaganya, Luhan akhirnya berhasil sampai dilantai dua, tepat disamping jendela yang terbuka itu. nafasnya semakin memburu, antara takut ketahuan dan lelah. peluhnya menetes.
Hening,
Tidak ada penampakan atau suara-suara didalam kamar. Luhan menunggu lagi, ingin memastikan si penghuni kamar memang tidak ada didalam. Setelah yakin keadaan aman, Luhan dengan gerakan pelan memasuki kamar melalui jendela yang terbuka itu.
Aksinya sejauh ini lancar dan mulus seperti jalan tol. Tidak ada hambatan yang berarti. Dia berhasil memasuki kamar tanpa ketahuan. Matanya tertuju kesana kemari, mencari tempat penyimpanan uang.
Luhan tentu saja mengabaikan interior ruangan yang indah, yang dipenuhi lukisan abstrak yang harganya mahal. Dengan beberapa bingkai foto yang semuanya tidak dipedulikan olehnya.
Luhan menarik nafas dalam, mendekati lemari pakaian. Namun setelah beberapa langkah, mendadak pintu kamar terbuka.
Deg.
Dengan keahlian berlarinya, Luhan berhasil bergerak dan menggulingkan dirinya, bersembunyi dibawah tempat tidur. Telat sedikit saja, dipastikan dia akan ketahuan. Luhan menggulung diri ditempat persembunyiannya itu.
Si pemilik kamar masuk dan tidak sadar bahwa ada seseorang yang bersembunyi didalam kamarnya. Dia kembali menutup pintu dan menguncinya. Kemudian berjalan pelan menuju ke tempat tidur.
Luhan hanya bisa melihat penampakan kaki si pemilik kamar yang putih dan bersih. Sama sekali tidak bisa melihat wajah orang itu. dia masih setia meringkuk dibawah ranjang.
Si pemilik kamar duduk sejenak disisi ranjangnya, tidak lama, dia mempelorotkan celana pendeknya, berikut celana dalamnya.
Deg.
Luhan mematung dibawah ranjang, dia bisa melihat dengan jelas celana dan CD seksi si pemilik kamar yang tersangkut dimata kaki.
'dia namja. jadi ini kamar namja?' batin Luhan, bertanya-tanya dalam hati. Dia memang salah kamar, kamar yang dimasukinya bukanlah kamar tuan rumah, namun kamar 'anak tuan rumah'.
"ahh…"
Terdengar desahan dan lenguhan si namja. desahan seksi yang menggetarkan dan membuat bergairah.
Deg,
Luhan menahan nafasnya, berharap dia salah dengar.
"ahhh… ahh.. ohh…." Si namja kembali mendesah-desah keenakan.
Sudah bisa diduga bahwa namja pemilik kamar itu sedang melakukan onani alias masturbasi sendirian, karena sama sekali tidak ada yeoja dikamar itu.
"ahh… yeah… ohh…"
Luhan masih menahan nafasnya, merasa kena sial dengan memasuki kamar seorang namja yang memuaskan diri sendiri dengan ber-onani ria. Selain terganggu dengan lenguhan seksi si namja, dia juga terganggu dengan debu yang ada dibawah ranjang. Sebisa mungkin dia menahan bersinnya.
'tahan Luhan, tahan…' Luhan menguatkan dirinya sendiri.
Tapi, doa Luhan tidak didengarkan oleh Tuhan,
Dan
"hatchiii…"
Luhan bersin dengan sangat keras, bisa dipastikan bahwa bersinnya itu terdengar oleh namja pemilik kamar.
Hening sesaat,
"siapa itu?"
Deg.
Luhan menutup mulutnya rapat, tapi sudah terlambat. Suara bersinnya sudah terdengar jelas.
Namja pemilik kamar memakai cepat celana dalamnya, dan menunduk kebawah ranjang. Matanya beradu pandang dengan mata si penyusup. Kejantanannya masih mengeras hebat, namun dia tidak mungkin melanjutkan aksi masturbasinya itu.
Luhan terdiam dibawah ranjang, tidak mengatakan apa-apa.
"keluar sekarang, jangan bersembunyi dibawah sana…" seru si namja, matanya beradu tatap dengan Luhan sekarang.
Deg.
Luhan melongo, dia menatap dengan jelas wajah tampan seorang namja, tampan dengan ekspresi poker face yang dingin. Entah mengapa jantungnya mendadak berdetak dengan cepat, seperti genderang yang mau perang.
"keluar kataku…" ulang si namja, nadanya meninggi.
Mau tidak mau akhirnya Luhan keluar juga, namja itu beringsut keluar dari bawah ranjang, dengan sebagian bajunya sedikit kotor karena debu.
Si namja menatap Luhan dengan pandangan menusuk,
"siapa kau? Berani-beraninya memasuki kamarku…" lanjut si namja, dia bertelanjang dada, dengan hanya mengenakan celana dalam, celana luarnya masih berada dimata kaki. Penampilannya sangat seksi dan menggoda.
Luhan menelan ludahnya, dia jadi salah fokus, tidak memperhatikan pertanyaan dari si namja, tapi malah memperhatikan body seksi yang maskulin didepannya.
Si namja melangkah pelan, menyempitkan jarak dari Luhan.
"kau sudah lancang, aku akan…" kalimat si namja terhenti, karena mendadak Luhan menodongkan pisau ke lehernya,
"akan apa? katakan…" seru Luhan, berhasil fokus sekarang, ujung pisau lipatnya berjarak 1 cm dari leher si namja, dia mengancamnya.
Si namja malah tersenyum, sama sekali tidak takut dengan todongan pisau tersebut.
"kalau begitu kita berkenalan dulu. Namaku Oh Sehun. namamu siapa?" kata namja itu, bernama Sehun. namja tampan anak pemilik rumah.
Luhan mendengus, tidak memperkenalkan dirinya.
"jangan banyak bicara, serahkan uangmu… sekarang…" kata Luhan, mendapatkan keberaniannya, berusaha mengucapkan kalimat dengan tegas. Dan tentu saja berusaha tidak memandang tubuh setengah telanjang Sehun yang menggoda dan seksi.
"oh, jadi kau butuh uang?"
"jangan banyak bicara, berikan saja." bentak Luhan, tidak ingin berlama-lama.
Sehun tertawa cetar,
"kalau aku tidak mau, bagaimana?" Sehun bertanya balik,
"ka.. kau harus mau. kalau tidak, pisau ini akan memutus urat lehermu." ancam Luhan, berseru dengan sedikit tergagap.
"lakukan, aku tidak takut…" kata Sehun, seraya bersmirk seksi. Dia malah meniup wajah Luhan dengan nafasnya.
Luhan mendadak tersihir, dia tidak sanggup mengucapkan apa-apa. wangi nafas Sehun masih terasa dihidung dan wajahnya.
Sehun tersenyum lagi, kemudian menggenggam keras tangan Luhan yang memegang pisau.
"kau tidak akan bisa melakukannya… dan aku akan memastikan, bahwa kau akan tinggal disini, sampai waktu yang tidak ditentukan." tukas Sehun, mantap dan sangat jelas.
"mungkin selamanya…"
.
.
.
.
.
.
.
TBC
O…O…O…O…O…O…O
Han Kang Woo disini. FF ini khusus buat pembaca yang menantikan FF HunHan. Mudah-mudahan cerita di FF ini bisa disukai ya. Maka dari itu, aku mengharapkan Reviewnya, untuk bisa mengetahui respons pembaca semua. Agar kedepannya bisa update cepat…
Salam Cinta.
Hang Kang Woo
