"Ah ini teman nya Kyuhyun!"
"Haiiiiii~"
Anak-anak itu menyapaku dengan riang gembira seperti biasa nya dengan senyuman polos khas anak-anak itu. Aku membalas mereka dengan senyuman terbaik ku yang memperlihatkan kedua dimple ku.
"Kau datang lagi tahun ini." Seorang wanita tiba-tiba saja muncul dan memegangi kedua anak-anak yang nampak tak bisa diam itu.
"Ya."
"Setiap tahun kau datang, pasti Kyuhyun sangat bahagia."
Wanita itu tersenyum lembut yang juga di balas tak kalah lembut oleh Siwon. Tangan nya semakin menggenggam erat buket bungga daisy yang terus ia bawa jika berkunjung. Bunga kesayangan seseorang.
SparWonKyu present...
.
.
What Is Love?
.
.
Rate T / Hurt or Comfort, Romance, Drama
Boys x Boys
Typo(s)
Cast:
Cho Kyuhyun /Marcus
Choi Siwon /Andrew
Shim Changmin atau Max
Park Chanyeol (7)
Byun Baekhyun (5)
Pair: WonKyu
(Di cerita ini tulisan yang bercetak miring berarti cerita masa lalu/flashback.)
Don't like don't read!
ENJOY
.
.
.
PART 1
"Aku menemukan nyaaaaa!" Teriak Marcus setelah keluar dari dalam air laut yang asin itu. Tangan nya terangkat keatas bangga karena telah menemukan sesuatu yang menarik bagi nya.
"Marcus! Apa yang kau lakukan?" Max, sahabat Marcus datang melewati nya dengan sepeda yang ia gunakan. Menatap sahabat nya Marcus dengan bingung. "Dimana Andrew?"
"Aku tak tau." Marcus berjalan keluar dari dalam air dalam keadaan basah kuyup. Menyimpan barang temuan nya ke dalam kantung celana nya.
"Aneh. Padahal baru saja dia disini" ucap Max kebingungan dengan kepergian Andrew. "Mungkin dia terlalu bosan menunggu mu yang terlalu lama berada di air."
"Kalau begitu aku pergi mencari nya duluuuuu!" Marcus berucap ceria sembari berlari meninggalkan Max yang menatap nya terkejut.
"Oi! Marcus!"
Tak dihiraukan nya teriakan Max itu. Kaki nya terus berlari mengitari perkotaan yang kecil ini. Retzien, itulah nama kota kecil ini. Berisi kan sumber daya manusia yang paling banyak bekerja sebagai nelayan disini. Alam-alam disini masih sangat asri, berbeda dengan perkotaan yang sudah kumuh dengan banyak nya bangunan dan kotor nya asap kendaraan. Alam di Retzien ini masih sangat terjaga.
"Andrewwwwww!" Teriak Marcus senang saat berhasil menemukan sahabat sekaligus kekasih nya itu tengah diam memandangi kota Retzien dari atas bukit. "Darimana saja kau? Kenapa menghilang begitu saja?"
"Maafkan aku, Marcus." Andrew masih fokus menatap pemandangan kota Retzien. Mata nya tak kuasa untuk menatap kekasih nya itu.
"Hey Andrew lihat! Aku menemukan mutiara hitam pertama di dunia!" Marcus dengan semangat mengeluarkan mutiara itu dari dalam kantung celana nya yang ia temukan tadi dan memperlihatkan mutiara itu pada kekasih nya. "Hitam kelam seperti warna langit malam yang selalu aku lihat di mata mu."
Mata Andrew terpejam. Sungguh menyayat hati semua yang ia dengar dari kekasih nya itu. Tidak. Ia tidak membenci Marcus. Ia membenci sesuatu yang ada di dalam Marcus.
"Begini.. aku mendengar semua nya dari Max. Kalau penyakit mu hanya akan bertahan sebulan lagi."
Andrew benci diri nya sendiri. Ia tega meninggalkan kekasih nya dengan penyakit jantung nya itu. Ia lebih memilih bekerja di kota nan jauh dari kampung halaman nya. Tapi itu tak lebih untuk mengobati Marcus. Kekasih nya.
"Indah bukan?" Marcus menatap kota Retzien dengan pandangan yang menyayat hati Andrew. "Aku akan sangat merindukan kota ini. Memang turis kadang kesini tapi tetap saja kota ini terlihat sunyi sekali."
Tangan Marcus terangkat untuk menggenggam tangan kekasih nya dengan erat. Dan dengan sekuat tenaga Andrew menahan air mata nya agar tidak keluar di momen itu.
"Semua di kota pasti akan melakukan pemakaman dan berkabung untuk ku nanti. Tapi aku sangat senang, bukankah berarti aku akan kembali bersama Tuhan? Dan Andrew jangan pasang muka seperti kau sudah kehilangan semua nya."
"Aku memang akan kehilangan semua nya. Kau adalah segala nya bagi ku" ucap Andrew terbata dan menatap Marcus lekat. "Dan jangan berbohong, Marcus. Aku tau kau ketakutan sekarang."
Marcus menghela nafas nya kemudian berbalik menatap mata Andrew yang berkaca-kaca. Sudah berapa lama ia tak melihat kekasih nya menahan air mata semenjak kekasih nya itu bekerja di kota besar itu?
"Aku tak bohong, Andrew. Aku memang tidak takut."
.
.
.
.
Marcus diam terapung di atas air laut yang saling bertabrakan itu. Mata nya menatap ke arah langit malam yang selalu mengingatkan nya dengan kekasih nya. Tangan nya terangkat mengangkat mutiara hitam yang tak kalah indah dengan langit malam disana.
"Ku harap Tuhan cepat mengambil nyawa ku." Tangan Marcus kembali terkulai lemas bahkan mutiara hitam itu terlepas dari tangan nya, membuat nya kembali di telan lautan itu.
"Aku tak ingin berlama-lama disini. Aku tak ingin melihat wajah Andrew yang terus-terusan sedih. Aku ingin dia bahagia. Kuharap Andrew membeci ku, tapi jangan sampai... karena aku mencintai nya. Selalu."
Lidah Marcus terdiam kelu setelah berucap entah pada siapa. Mungkin pada langit malam yang setia menemani nya itu?
"Aku ingin lebih menderita. Aku selalu membuat semua menderita... terutama kau, Andrew."
Marcus memejamkan mata nya dan tersenyum saat tiba-tiba saja kesadaran nya hilang.
.
.
.
.
"Kau sudah bangun?"
Suara itu. Suara yang sangat Marcus sukai. Bukankah ia sudah berada di Surga?
Dengan berat hati Marcus membuka mata nya dan mendapati Andrew yang menatap nya dengan khawatir.
"Apa yang terjadi?" Tanya Marcus polos kemudian menegakan tubuh nya.
"Kau tadi pingsan di pinggir pantai. Kau tak mengingat nya?"
"Ah, ya aku ingat."
"Bagaimana keadaan mu sekarang?"
"Aku baik sekarang."
"Kau tau semua nya khawatir dengan mu."
Marcus tersenyum pahit. Lagi-lagi ia membuat semua orang menderita karena nya. Kaki nya terjulur kebawah kemudian berjalan keluar di balkon teras rumah Andrew.
"Ahhhh... angin disini memang sejuk sekali." Marcus memejamkan mata nya merasakan semilir angin yang menerpa wajah nya. Mata nya kembali terbuka untuk menatap langit malam yang belum berubah cerah itu. "Andrew."
Panggilan Marcus barusan membuat Andrew kembali pada pikiran nya yang sempat melayang entah kemana.
"Berjanjilah pada ku, jika aku nanti sudah tiada kumohon jangan tangisi aku. Juga jangan pernah menangisi apapun karena kau itu kuat." Marcus membalikan tubuh nya sehingga dapat menatap kekasih nya untuk terakhir kali nya itu. "Aku sangat senang bisa bertemu dengan mu Choi Andrew."
Dan setelah kejadian itu Cho Marcus menghilang tanpa kabar juga jejak. Tak ada pemakaman. Tak ada air mata yang jatuh dari mata Andrew karena ia sudah berjanji tak akan menangisi nya. Walaupun ia sangat ingin menangisi nya. Dan setiap Andrew menatap lautan hati nya teriris. Bagaikan ia dapat melihat Marcus dengan riang nya bermain di laut sana. Dengan senyuman manis nya itu.
.
.
.
.
5 tahun telah berlalu. Akhir nya Andrew kembali ke kampung halaman nya di Retzien. Setelah lelah bekerja di kota besar itu akhirnya ia memutuskan untuk cuti beberapa hari. Mata nya menatap kesekitar. Tidak ada yang berubah. Kota Retzien masih sama seperti dulu.
"Bunga mana lagi yang harus disiram?" Samar-samar Andrew dapat mendengar percakapan dari arah toko bunga yang segera akan ia lewati itu.
"Jangan yang luar saja! Di dalam juga!"
"Eh! Aku lupa!"
Lelaki itu segera membalikan tubuh nya bertepatan dengan Andrew yang melintas di depan nya. Sehingga selang yang mengalirkan air itu mengenai Andrew.
"Astaga! Maafkan aku! Aku akan mengambilkan mu handuk!" Lelaki itu mendekati Andrew, menyentuh jas Andrew yang basah kuyup. Tapi Andrew diam tak bergeming menatap pemuda di depan nya. Mata caramel itu. Pipi Chubby itu. Rambut kecoklatan nya itu.
GRAB
"A-apa? Tuan! Apa yang kau lakukan?!" Pemuda itu terkejut dengan perlakuan Andrew yang tiba-tiba saja memeluk nya erat. Seperti tak ingin melepas pergi pemuda itu.
.
.
.
.
"Maafkan aku tapi kau benar-benar mirip kenalan ku."
"Tidak apa-apa, dia pasti teman dekat mu ya? Aku sangat ingin bertemu dengan nya."
Andrew dan pemuda yang mirip seperti kekasih nya Marcus itu tengah berada di dalam toko bunga tempat bekerja pemuda itu. Andrew yang sedari tadi mengeringkan rambut nya tertunduk lesu dengan memegang erat handuk kecil di tangan nya.
"Maaf tapi... kalian tidak bisa bertemu."
"A-astaga! Maafkan aku! Aku tidak tau sungguh. Sekali lagi aku minta maaf."
"Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Nama ku Cho Kyuhyun." Bahkan marga nya sama seperti Marcus.
"Nama yang indah."
"Terima kasih dan siapa nama mu?"
"Aku? Aku Choi Siwon." Andrew tersenyum masam dengan jawaban nya barusan. Entah apa yang sedang dipikirkan nya. Benar-benar kacau.
"Jadi tuan Choi Siwon? Apakah kau turis disini?" Tanya Kyuhyun sambil menghidangkan teh hangat agar Andrew yang mungkin lebih baik di panggil Siwon sekarang menjadi hangat.
"Tidak. Aku dulu tinggal disini, hanya sedang liburan dari pekerjaan ku di kota besar. Dan kau bisa panggil aku Siwon saja." Balas Siwon tersenyum kemudian meminun teh buatan Kyuhyun.
"Wah! Dari kota besar? Pasti di sana keren."
"Tidak biasa saja. Ngomong-ngomong Kyuhyun kalau kau tak keberatan.. maukah kau menemani ku jalan-jalan? Kurasa Retzien tidak terlalu banyak berubah."
"Tentu." Kyuhyun tersenyum senang mendengar pertanyaan Siwon. "Lagipula aku malas hanya menyiram tanamanan."
Dan akhirnya Siwon berjalan berdampingan dengan Kyuhyun yang terus menjelaskan apa-apa saja yang telah berubah selama Siwon tak lagi disana. Tapi Siwon sama sekali tak menggubris semua ucapan Kyuhyun. Otak nya benar-benar bingung. Bagaimana ada seseorang yang bisa semirip Marcus? Kekasih nya.
"Baiklah kalau begitu sampai disini saja kita bertemu." Kyuhyun tersenyum manis kemudian berlari pelan berbeda arah dengan Siwon. "Sampai jumpa lagi!"
Siwon membalas lambaian tangan Kyuhyun dan juga ikut tersenyum. Tubuh nya berbalik arah kemudian berjalan pelan. Lalu langkah kaki nya semakin berat dan kemudian ia berlari dengan cepat. Ia tak ingin orang-orang melihat mata nya yang berkaca-kaca. Tidak. Ia sudah berjanji pada kekasih nya agar tidak menangis lagi.
Jika benar ini sebuah candaan dari Tuhan ini benar-benar tak lucu. Mengapa engkau mengambil nya kemudian memberikan nya lagi padaku dengan semua nya perbedaan ini? Kemana Marcus ku? Apakah kau Marcus, Kyuhyun? Lubang di hati ku makin membesar bukan mengecil saat melihat nya. Sungguh menyakitkan. Ini benar-benar tak lucu.
.
.
.
.
"TADAAAAAA!"
"A-Apa ini, Marcus?"
Andrew menatap makanan yang sudah sejak tadi Marcus buat dengan sepenuh hati. Senyum mengembang di bibir Marcus dan dengan lembut tangan nya terangkat untuk mengelus rambut Andrew.
"Itu Lasagna~ Jessica yang mengajariku dan jangan cemburu."
Andrew tersenyum kecil saat Marcus mencium pipi nya lembut. Dengan perlahan Andrew mulai memakan Lasagna buatan kekasih nya. Rasa nya sungguh lezat.
"Kau bawa bunga itu lagi?"
Andrew mengalihkan pandangan nya pada Marcus yang tengah menyirami bunga kesukaan nya. Bunga daisy.
"Oh ayolah aku tau kau juga suka."
Setelah itu Marcus memakai kembali jaket nya kemudian mengecup pipi Andrew yang nampak mengembung karena sedang makan.
"Aku pergi dulu, sampai jumpa."
Andrew memakan habis seluruh lasagna buatan Marcus kemudian kaki nya beranjak mengambil sebuah buku usang dan membuka beberapa halaman.
"Daisy. Bunga yang melambangkan keindahan dan juga kebahagiaan." Andrew menutup kembali buku itu dan menyimpan nya kembali. Senyuman mengembang di wajah tampan itu. "Sama seperti dia."
.
.
.
.
"Baekhyun! Chanyeol! Berhenti berlari!"
Kyuhyun nampak kelelahan karena harus menemani anak-anak yang super lincah itu bermain. Dengan nafas tersengal Kyuhyun terdiam di tempat, berusaha untuk mengembalikan kembali pernafasan nya. Tapi mata caramel itu dapat melihat sesuatu yang menarik perhatian nya yang datang dari laut.
"Kalian tunggu sebentar ya?" Kyuhyun mengusap sekilas kepala Baekhyun sebelum meloncat masuk ke dalam air laut yang dingin itu. Tangan nya mengambil sesuatu yang sejak tadi menarik perhatian nya.
Mutiara hitam?
"AAAAHHHHH!"
Tiba-tiba saja teriakan Baekhyun terdengar membuat Kyuhyun segera mengeluarkan tubuh nya dari laut dan mendapati Chanyeol yang nampak sedang menendang-nendang kecil kaki seseorang yang ia kenal.
"Kyuuuuu hikssss ada orang bermuka jahat!" Baekhyun berucap polos sambil menunjuk ke arah Siwon yang sedang kesusahan untuk memberhentikan tindakan Chanyeol.
"Dia bukan orang jahat." Balas Kyuhyun kemudian mengacak pelan rambut Baekhyun dan Chanyeol yang akhirnya bersembunyi di balik tubuh nya. "Dia teman ku."
.
.
.
.
"Wah wah aku tak sangka kalau akan datang secepat ini hehe itu membuat ku senang."
Kyuhyun berucap senang sambil sesekali bersenandung. Sedangkan Siwon hanya dapat memandang punggung Kyuhyun yang sedang asyik memasak makan malam untuk mereka berdua. Tanpa sadar Siwon tersenyum hanya karena pandangan nya itu.
"Ini dia Lasagna~"
Siwon sangat terkejut karena apa yang diucapkan Kyuhyun dan makanan yang dihidangkan di depan nya. Kyuhyun kemudian ikut mendudukan tubuh nya di depan Siwon dan menatap lapar pada Lasagna buatan nya.
"Kau... pandai memasak."
"Jangan dulu bilang aku pandai memasak kalau kau belum mencoba nya."
Kyuhyun mulai menakan lasagna nya sedangkan Siwon ia masih ragu-ragu untuk mencoba nya. Namun akhirnya Siwon memakan lasagna nya.
"Nah bagaimana rasa nya Si-"
Kyuhyun terkejut karena Siwon yang tiba-tiba menangis tertunduk. Tangan Siwon dengan kasar berusaha menghapus air mata nya yang terus keluar.
"A-apa selezat itu?" Kyuhyun berucap pelan. "Ah... aku dan teman mu itu... apakah kita sangat mirip?"
Siwon masih menundukan kepala nya, tak kuat untuk berbicara atau hanya untuk menatap Kyuhyun. Bahkan masakan nya terasa mirip seperti buatan Marcus.
"Jika masakan ku dan masakan teman mu itu sangat mirip bagaimana kalau kau makan saja setiap hari disini? Ya lagi pula aku selalu kesepian karena tidak ada teman mengobrol. Jadi apa kau mau?"
"Te-tentu."
Jawab Siwon terbata. Kyuhyun berdiri dan mendekati Siwon. Tangan nya lembut itu mengangkat dagu Siwon perlahan dan kedua mata mereka saling bertukar pandang.
"Hey. Ayolah jangan menangis."
Kyuhyun tersenyum manis sembari menghapus air mata Siwon. Siwon memaksakan tersenyum. Terlalu dekat. Siwon terlalu dekat melihat Kyuhyun. Hati nya terlalu sakit melihat nya.
"Terima kasih, Kyuhyun. Kau memang pandai memasak."
"Kau tau apa yang membuat makanan terasa lezat?" Kyuhyun masih memasang senyuman nya kemudian menarik pelan tangan Siwon untuk berdiri. "Itu karena kita memakan nya bersama seseorang. Semakin banyak orang yang menemani kita makan semaki lezat juga makanan itu."
Siwon masih terdiam dan hanya saling berhadapan dengan Kyuhyun. Mata nya memandang dalam diam sebuah pot di belakang Kyuhyun yang terisikan oleh bunga daisy. Bunga itu. Bunga yang selalu teringat di dalam benak nya Siwon.
Dengan dituntun oleh Kyuhyun, Siwon berjalan agak gontai menyusuri jalanan kota Retzien. Kota sudah sangat sepi karena ini sudah larut malam.
"Kita mau kemana?"
"Ke tempat favoritku."
Mereka berdua hanya diam selama perjalanan itu. Tak ada yang berniat untuk membuka suara. Tapi ada sesuatu yang mengganjal hati Siwon seperti ia sudah hafal jalanan ini. Dan benar saja. Ia hampir menangis lagi.
"Ini tempat favorit ku. Karena aku bisa melihat langit malam yang sangat indah itu."
Siwon menatap pemandangan kota Retzien dalam diam. Hati nya lagi-lagi tersakiti. Bukit ini. Bukit tempat favorit nya dulu bersama Marcus menghabiskan waktu bercanda ria.
Lemas. Kaki Siwon benar-benar terasa lemas. Dengan perlahan Siwon mendudukan tubuh nya di atas rerumputan, diikuti Kyuhyun duduk disebelah nya. Kedua nya terdiam menatap langit malam yang begitu indah.
"Siwon, sampai kapan kau akan ada di Retzien? Kau tau di musim dingin nanti akan di adakan festival dan aku sangat ingin mengajakmu" ucap Kyuhyun memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Sebenar nya... aku berniat untuk tidak kembali lagi ke Retzien setelah kepergian teman ku. Dia menghilang bagaikan di telan angin. Tak ada pemakaman. Tak ada tulang. Tak ada apapun untuk diingat." Siwon tertunduk. Merasa bodoh kenapa malah perkataan seperti itu yang keluar dari mulut nya.
"Kau tau.. menurutku dia hanya tak ingin jika orang-orang seperti mu nanti menatap makam nya dengan sedih, air mata yang bercucuran. Kurasa dia sangat benci dengan yang nama nya tangisan."
Siwon tertegun dengan apa yang baru Kyuhyun ucapkan. Dia benar. Marcus nya sangat membenci yang nama nya tangisan. Siwon sekarang merasa kalau ia sedang berbicara dengan Marcus, bukan Kyuhyun.
"Ah ini lihat!" Siwon semakin di buat tertegun oleh Kyuhyun. Saat dia memperlihat benda yang dulu kekasih nya juga pernah perlihatkan pada nya. "Mutiara hitam."
Kyuhyun mengambil tangan Siwon dan menyimpan mutiara hitam itu disana.
"Mutiara ini sama seperti mata mu, indah juga menawan. Aku ingin kau menyimpan nya."
Mata Siwon harus berusaha lebih keras agar tidak menitikkan air mata. Semua yang ada pada Kyuhyun benar-benar mirip dengan Marcus. Bahkan perkataan nya mirip seperti 5 tahun yang lalu. Tapi akhirnya Siwon tersenyum dan menggenggam erat mutiara hitam di tangan nya. Tak ingin itu menghilang kembali untuk kedua kali nya.
.
.
.
.
TBC/END?
Annyeong semua maaf saya malah membawa cerita baru nan geje ini tapi entah kenapa tangan saya ingin sekali menulis ff ini^^
Jadi gimana nih readers?
Apakah ff ini perlu di lanjut atau tidak? Kalau ingin dilanjut jadi tolong tinggalkan komentar kalian di review ya^^
Saya pasti tunggu review kalian semua tentang kelanjutan cerita ini.
Ahh dan ff ini terinspirasi atau omake dr doujinshi gitu jd klo ada yg pernah baca pasti tau^^
Kamsahamnida sudah mau membaca dan meninggalkan review /bow
