-Happy Reading-

A Little Secret : Siswi Teladan dan Pembuat Onar

Naruto Masashi Kishimoto

A Little Secret Rin Mizuki

Genre : Romance & Friendship

Rate T

Cast :

Haruno Sakura x Sasori

.

.

.

.

.

"Sakura !"

Mendengar namanya dipanggil, gadis bersurai merah muda itu pun menoleh diiringi senyum ramah yang seolah tak pernah lepas dari wajahnya. Haruno Sakura, gadis yang kini duduk di kelas 3A itu memang terkenal ramah dan suka menolong siapa saja. Selain itu, Sakura terkenal akan kepadaiannya dengan selalu menduduki peringkat pertama di seluruh ujian yang pernah dilaksanakan di Sekolahnya. Jika bisa digambarkan, Sakura adalah sosok murid teladan yang sempurna.

"Apa kamu sudah mengerjakan tugas Fisika Minggu lalu ?", tanya Hinata.

"Tentu saja", jawab Sakura riang.

"Sakura – chan bisakah kamu mengajariku ? Sepulang sekolah nanti ?", pinta Hinata.

"Tentu saja"

Mendengar jawaban itu Hinata merasa lega karena dia akhirnya akan dapat menyelesaikan tugas mengerikan itu, mengingat besok adalah deadline terakhir pengumpulan tugas itu.

"Baiklah kalau begitu, sampai nanti", pamit Hinata yang kemudian bergegas kembali ke kelasnya yaitu 3B.

"Wah – wah. Seperti yang diharapkan dari siswa teladan"

Mendengar komentar itu, Sakura berbalik dan mendapati sahabatnya tengah berdiri di depannya sambil memberi tatapan menyindir.

.

.

Sakura dan Ino berdiri di atap sekolah sembari mengamati kegiatan sekolah dari atas. Ino menatap sahabatnya itu, seolah bertanya – tanya apa yang ada dipikiran sahabatnya ini. Menyadari dirinya tengah ditatap, Sakura pun menoleh.

"Apa sekarang kau berniat menelanku hidup – hidup Ino?", canda Sakura yang tidak membuat Ino tertawa sedikitpun.

"Apa tidak lucu ?", tanya Sakura.

"Sama sekali tidak lucu", jawab Ino tanpa ekspresi.

"Aneh, padahal teman – teman dikelasku selalu tertawa mendengar candaanku", ucap Sakura yang kemudian mengalihkan pandangannya.

"Apa kau akan tetap seperti ini ?", tanya Ino.

"Maksudmu ?", tanya Sakura tidak mengerti.

"Kau tau maksudmu dengan jelas. Kenapa kau tidak berhenti menjadi orang lain ?"

"Menurutmu, aku terlihat seperti apa ?"

"Sakura, Sakura yang aku kenal dulu adalah gadis yang bersikap apa adanya dan selalu menunjukkan apa yang dirasakannya dan sekarang kau terlihat seperti menggunakan sebuah topeng", ucap Ino dengan nada sedih.

"Apa ini yang benar – benar kau inginkan ? Sakura ?", tanya Ino dengan nada yang melembut.

"Aku rasa ini memang yang terbaik Ino. Aku. Aku tidak ingin merasa kesepian lagi dan aku sudah bosan menjadi satu – satunya yang dijauhi"

"Sakura, itu bukanlah sesuatu yang harus -"

"Sudahlah Ino, aku tidak apa - apa"

"Baiklah kalau itu yang memang kau inginkan. Asal kau tahu, aku akan selalu ada untukmu, disini", ucap Ino sembari memberikan pelukan hangat untuk sahabatnya itu.

"Oh Iya Ino, aku dengar ada murid baru di kelasmu ? Bagaimana ? Aku dengar dia cukup tampan", tanya Sakura antusias.

"Dia bahkan tidak pernah sekalipun menunjukkan batang hidungnya di kelas", jawab Ino malas.

"Begitu .."

"Hey, berhentilah mengkhawatirkan orang lain. Sesekali pikirkan saja dirimu sendiri"

"Aku kan hanya penasaran Ino"

.

.

Seorang pria bersurai merah tengah memasuki area sekolah dengan santai meski jam sudah menunjukkan pukul 15.00 pm dan dengan tenang, ia memasuki ruang kelas yang pada saat itu memang tengah berlangsung kegiatan belajar – mengajar.

"SASORI !"

Mendengar hal itu, pria bersurai merah itu berbalik dan mendapati Kakashi sensei tengah memandangnya dengan tatapan tajam dan memintanya untuk pergi ke ruang guru saat ini juga. Sasori tidak melakukan perlawanan sedikitpun dan hanya mengikuti langkah Kakashi sensei dengan tenang diiringi tatapan dari seisi kelas.

"Wah – wah. Sepertinya rumor itu memang benar"

"Rumor apa ?"

"Kalau murid pindahan itu memang si pembuat masalah, aku dengar di sekolahnya yang sebelumnya dia pernah memukul seorang guru dan kemarin aku juga mendengar kalo dia menghajar beberapa murid Suna"

"Murid Suna ? Apa dia ingin membuat Konoha dan Suna terlibat masalah ?"

"Hey kalian ! Tutup mulut kalian sekarang juga !", bentak Ino selaku ketua kelas.

.

.

Di kantor guru, Kakashi mencoba meminta penjelasan pada muridnya tersebut mengenai alasannya tidak masuk selama ini dan juga tentang keterlambatannya hari ini. Namun, jangankan mendapatkan jawaban, Sasori malah mengacuhkannya dan bahkan tidak berniat menjawab pertanyaan. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dan seorang gadis memasuki ruangan tersebut. Sakura. Dengan senyum seperti biasa, Sakura datang menghapiri Kakashi dan menyerahkan setumpuk buku.

"Sensei, ini adalah tugas Matematikan hari ini, saya kemari untuk mengumpulkannya", ucap Sakura yang kemudian membungkuk dan berniat untuk pergi meninggalkan ruangan saat ia menyadari ada sebuah tatapan yang tidak bersahabat mengarah kepadanya.

"Kalau begitu saya permisi", pamit Sakura.

Selepas keluar dari ruangan itu Sakura berhenti sejenak dan berbalik memandangi ruangan itu dan mencoba merasakan kembali pandangan yang tidak bersahabat yang baru saja ia terima.

"Apa – apaan orang itu. Sudahlah, tidak ada urusannya denganku", ucap Sakura yang kemudian bergegas kembali ke kelas.

.

.

Sakura dan Hinata tengah berdiri di depan sebuah took selama lebih dari 2 jam lamanya akibat hujan yang tak kunjung reda. Mereka hanya terdiam, sembari memperhatikann perubahan langit yang kini sudah mulai berganti malam.

"Maaf, Sakura – chan. Seharusnya aku tidak mengajakmu pergi hari ini", sesal Hinata.

"Tidak masalah. Aku senang kita bisa belajar bersama. Sungguh"

"Kamu memang baik, Sakura – chan"

"Sepertinya sudah agak reda. Ayo kita pergi", ajak Sakura.

Sakura dan Hinata kemudian berjalan berdampingan, namun sejak meninggalkan toko tadi Sakura merasa tidak tenang sama sekali. Sesekali ia menoleh ke belakang seolah sedang memastikan sesuatu.

"Ada apa Sakura – chan ? Apa ada yang tertinggal"

"Hm. Sepertinya. Apa kau tidak kebaratan Hinata, jika kau pulang terlebih dahulu ?"

"Tidak apa Sakura – chan. Aku akan membantumu mencarinya"

"Ah, tidak perlu. Jika kau ikut membantu mencariku itu akan memerlukan waktu yang cukup lama dan kau bisa terlambat untuk pulang. Aku juga tidak ingin membuatmu terlibat dalam masalah Hinata"

"Tapi, Sakura – chan. Kau kan sudah membantuku mengerjakan tugasku-"

"Sudahlah Hinata. Aku tidak apa – apa. Lagi pula rumah ku jauh lebih dekat dari sini, berbeda denganmu kau masih harus naik kereta bawah tanah kan ?"

Mereka berdua terdiam sejenak.

"Baiklah kalau begitu, hati – hati Sakura – chan"

"Kau juga, Hinata", pamit Sakura yang kemudian berbalik meninggalkan Hinata.

Menyadari Hinata yang sudah menjauh dan tak terlihat Sakura menghembuskan nafasnya dengan lega.

"Sampai kapan kalian akan mengikuti kami ?", tanya Sakura.

"Wah, aku tidak menyangka kau akan menyadari keberadaan kami, nona Manis"

"Cihh. Aku bahkan sudah bisa mencium bau busuk kalian sejak dua puluh menit yang lalu saat kami berteduh di toko itu"

"Wah, ternyata nona manis ini memiliki mulut yang tidak terduga"

"Jangan kau pikir aku akan melepaskan dirimu begitu saja. Apa yang sebenarnya kau incar dari kami ?", selidik Sakura.

"Hm, entahlah. Kami hanya ingin bermain – main dengan gadis manis sepertimu", ucap orang itu sembari meletakkan tangannya di pundak Sakura.

"Singkirkan ! atau akan kupatahkan sampai kau tidak bisa meletakkannya kembali disana !", ancam Sakura.

"Nona manis ini sungguh menakutkan !", ucap orang itu diiringi dengan tawa.

Merasa kehilangan kesabarannya, Sakura menarik tangan itu dan kemudian berbalik dan membanting orang tersebut sebelum orang itu membuat perlawanan. Melihat temannya mendapatkan perlakuan seperti itu, para preman yang lainnya datang membantu membalas Sakura.

Tidak memerlukan waktu yang lama, para preman itu kini tengah tergelatak tak berdaya dan Sakura bersiap – siap untuk meninggalkan tempat itu saat ia mendengar sebuah tepuk tangan.

"Wah kau benar – benar mengagumkan. Aku tidak menyangka. Murid teladan sepertimu bisa mengalahkan segerombolan preman bahkan hanya dengan satu kali pukulan"

Saat Sakura berbalik, ia dapat melihat siapa gerangan yang tengah berbicara. Pria bersurai merah dan dengan tatapan tidak bersahabat.

"Ini aneh sekali, yang aku dengar ku adalah orang yang ramah, lemah lembut dan suka menolong orang lain. Tapi apa ini ? Ternyata kau juga senang berkelahi, Haruno – san"

"Itu bukan urusanmu !", ucap Sakura yang hendak pergi meninggalkan tempat itu.

"Bagaimana ?. Bagaimana jika semua orang tahu akan hal ini ? Bukankah itu akan sangat hebat ? Seorang siswi teladan berkata – kata kasar dan juga berkelahi di malam hari"

"Tutup mulutmu !"

"Aku tidak begitu yakin, bisa melakukannya !"

"Lalu aku akan meyakinkanmu", ucap Sakura sambil melayangkan pukulannya ke arah Sasori namun gagal.

"Kau pikir bisa melukaiku dengan cara seperti itu ?"

"…"

"Kau ! aku pikir kau sama membosankan dengan yang lain, tapi aku rasa, aku akan mulai menikmatinya mulai sekarang", ucap Sasori riang.

"Katakan saja apa maumu !"

"Sakura Haruno. Mulai sekarang kau akan menjadi mainanku. Hanya milikku. Sasori. Sampai aku, memutuskan untuk membuangmu", ucap Sasori dengan seringai di wajahnya.

"Dasar gila !"

"Aku akan menganggap itu sebagai pujian darimu. Dan sebagai tanda bahwa kau adalah milikku aku akan meemberikanmu sebuah hadiah"

Sasoripun mendekatkan wajahnya ke arah Sakura. Mengamati segala perubahan yang ada di raut wajah Sakura dan kemudian…

.

.

.

.

.

-to be continued-