Chapter 7 : Hyoudou Mikie

A/N :

Oke, sebelumnya saya minta maaf. Saya tahu Desember kemaren saya bilang "Januari". Sungguh mohon maaf. Desember kemaren, waktu liburan ke Melaka, saya ditabrak mobil waktu nyebrang jalan. Dan saya masih sadarkan diri di jalan ke rumah sakit. Luka yang saya alami diantaranya tungkai kaki kiri patah, tempurung lutut kanan bergeser ke paha, lengan atas kanan patah, rusuk patah 2 pasang, 2 pasang lagi retak. Saya masih duduk di kursi roda sampai bulan lalu. Sekarang saya sudah bias beraktivitas seperti biasa. Hanya saja kesibukan kuliah yang menyiksa saya. Karena sebulan ga masuk, sebulan tugas numpuk. Makanya saya baru bisa update hari ini.

Tanpa banyak omong, kita lanjutkan cerita!

Sebelumnnya di [Meet the Devils!]

"Sepertinya sudah waktunya aku mengakhiri semua ini." Mario kembali memainkan serulingnya. Kali ini muncul monster besar berwujud naga panjang berwarna hitam legam. Tidak hanya satu, tapi banyak. Monster-monster naga itu menyerang Ise bersamaan.

Dan Ise yang tidak melihat monster itu terkena serangan telak.

DHUAR!

"ONII-CHAAAAAAAAN!"

STORY START!

Miki sangat membenci onii-chan.

"ONII-CHAAAAAN!"

Onii-chan selalu mendapat perhatian ojii-chan dan obaa-chan.

Tubuh Ise terlempar jauh. Terlempar sampai menembus gedung di belakangnya. Pakaian Ise compang-camping dan setengahnya hangus terbakar. Tubuhnya dipenuhi luka bakar. Ia tidak bernapas. Ia tidak bergerak. Denyut nadinya berhenti. Ia terbaring tak sadarkan diri.

Onii-chan juga lebih hebat dari Miki dalam segala hal.

"Onii-chan, bertahanlah! Miki ada disini, onii-chan!" Miki berusaha menyadarkan Ise. Memberinya pernapasan buatan, mengejutkan jantungnya, dan beberapa pertolongan pertama darurat lainnya. Nihil. Ise tetap tak sadarkan diri. Miki mulai meneteskan air mata.

Semua orang memuji onii-chan.

Tidak pernah ada yang melihat usaha Miki.

"Onii-chan, bangun dong… Mi-Miki janji ga… nakal lagi… Miki janji… ga bakal godain onii-chan lagi *sniff* ne, onii-chan… ini ga lucu… bangun dong… BANGUN ONII-CHAN!" Miki putus asa. Ise tidak menunjukkan tanda-tanda akan membuka mata.

Semua orang memuji hasil kerja onii-chan.

Tidak pernah ada yang menunjukkan dan membenarkan kesalahan Miki.

"Maaf, aku terlambat Miki. Bagaimana—oh, oh no… Ise…" Ellie yang baru datang mulai meneteskan air mata.

Miki benci onii-chan.

Onii-chan lebih baik lenyap saja.

Onii-chan lebih baik tidak ada.

"Ellie-chan, onii-chan tidak mau bangun… bagaimana ini…? K-kita harus segera p-pulang! Anime kesukaan o-onii-chan mau mulai, kita harus… kita harus segera pulang…!" Miki bicara sesenggukan. Wajah cantiknya basah oleh air mata dan keringat.

Kalau tidak ada onii-chan, mereka pasti melihat Miki.

"Miki, Ellie! Apa yang terjadi pada Ise?" tanya kelompok ORC yang baru datang. Miki cuma menggeleng.

Ojii-chan dan obaa-chan pasti akan lebih memperhatikan Miki.

Ya, itu lebih baik.

Onii-chan… mati saja…

"Tidak mungkin… Ise…" Rias menitikkan air mata. Begitu pula Koneko dan Akeno. Kiba menggenggam erat pedangnya. Kemudian berteriak dan menerjang ke arah naga hitam yang memporak-porandakan kota. Koneko ikut menyerang bersama Kiba. Sayangnya usaha mereka sia-sia. Naga itu bahkan tidak melihat ke arah mereka. Seolah-olah mereka berdua cuma lalat pengganggu kecil.

"Mati. Semua harus mati." Miki berdiri. Golok kukri di tangannya berubah warna menjadi ungu gelap dan bertambah besar.

"Miki! Jang—

DHOOOM!

Aura gelap keluar dari tubuh Miki. Pandangan matanya kosong. Tapi air matanya tetap mengalir. Dari punggungnya keluar sesuatu seperti tentakel berduri berwarna merah. Sklera matanya berubah dari putih menjadi hitam. Bola matanya menjadi merah.

"Miki! Jangan! Hentikan itu!" sayangnya teriakan Ellie tidak terdengar oleh Miki.

"Siapapun yang macam-macam dengan onii-chan-ku tercinta, mati."

Miki menghilang dari tempat berdirinya. Dan naga hitam yang memporak-porandakan kota tadi terbelah dua sepanjang tubuhnya. Begitu pula dengan Gargoyle dan monster-monster lainnya. Tidak ada yang tersisa. Kemudian Miki melihat ke puncak gedung yang ditunjuk Ise tadi. Melihat ke arah Mario Ziennes.

Mario yang melihat kejadian tadi membelalakkan matanya. Monster yang dia panggil dari dunia lain, yang sanggup melawan satu pasukan besar iblis tingkat tinggi, dihabisi oleh seorang gadis kecil. Keringat dingin mengalir di pipinya saat Miki menatapnya.

"Signore Mario, gadis itu…"

"Aku tahu Gregor. Bunuh gadis itu."

Gregor menghilang dan kembali muncul di belakang Miki. Siap mengayunkan kapak besarnya. Yang lain kaget. Sejak kapan ada orang muncul di belakang Miki?

Miki tidak bergerak. Bahkan saat kapak Gregor akan membelahnya Miki tidak bergerak. Justru kapak Gregor-lah yang terbelah. Bersamaan dengan tangannya.

"AAARGH! K-kau… BASTARDO…!" sebelum Gregor berbalik, Miki sudah membelah kepalanya menjadi enambelas bagian.

"Satu mati." Miki menghilang dari tempat berdirinya dan muncul tepat di belakang Mario. Mario menyadarinya dan menghindari serangan dari golok kukri Miki. Gedung tempat mereka berdiri langsung terbelah.

'Kekuatan macam apa…' Mario kembali memainkan serulingnya. Memanggil beberapa gargoyle lainnya. Delapan gargoyle yang dia panggil dihabisi oleh Miki dengan tentakel merah berduri di punggungnya.

"Kau yang membunuh onii-chan"

TRANG!

Kedua golok Miki tertahan oleh sebilah belati dari lengan jubah Mario. Miki melompat mundur kebelakang. Dengan satu putaran tubuh, Miki menghantam Mario dengan kedua tentakel berdurinya. Mario terpental ke gedung sebelah. Miki mengejar dan langsung menebas Mario dari kedua sisi. Satu sisi berhasil ditahan oleh belati Mario, dan sisi satunya berhasil ditahan Mario dengan serulingnya. Sayang dia lupa kalau Miki masih punya dua senjata. Tentakel berduri yang tadi menghantam dan mencabik-cabik perutnya, kini kembali mencabik dan menembus perutnya. Mario memuntahkan darah ke wajah Miki. Miki yang sedikit terkejut melonggarkan serangannya dan ditendang ke samping oleh Mario. Mario mengambil sesuatu dari kantong jubahnya.

Air mata Phoenix.

Dari bawah, Ellie dan yang lain tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di atas sana. Rias dan Kiba mulai khawatir. Sementara Koneko terus-terusan menggigit kuku jempolnya. Asia dan suster Griselda menjaga Ise.

"Sebenarnya apa yang terjadi di atas sana? Kenapa Miki bisa sampai menjadi seperti itu?" tanya Rias. Tidak ada suara yang keluar. Bahkan dari Ellie sekalipun.

"Ellie, kamu pasti tahu sesuatu." Ujar Kiba. Ellie tidak bergerak.

"Kumohon, Ellie. Beritahu kami apa yang terjadi pada Miki?" pinta Rias. Ellie tetap tidak membuka mulutnya.

"Adoi… sakitku perut…." Terdengar suara Ise.

"ISE-KUN! Kamu masih hidup!" Rias yang lega melihat Ise bangkit langsung menerjang Ise dan menjatuhkannya.

"ADOI! Sakit! Ya iyalah aku hidup! Wong aku abadi kok…" ujar Ise.

"Ah, benar juga. Aku lupa itu." Ujar Ellie polos.

"Dasar… ya sudah. Ellie, bantu aku menyegel Miki kembali." Ujar Ise sambil mengeluarkan sebuah gulungan kertas entah dari mana.

"HA!? Gila apa!? Miki yang udah kaya gitu cuma bisa ditahan oleh kau, ketua, dan Renata!" hardik Ellie.

"Makanya bantu aku! Tolonglah!" Ise memohon. Ellie bersikeras menolak.

"Dengar Ise, yang punya kemampuan menyegel tingkat tinggi cuma kalian bertiga! Bahkan Mikaze—yang notabene punya chakra alami—kesulitan menyegel Miki!"

"Aku tidak memintamu menyegelnya, tapi menahannya. Itu saja! Aku yang akan menyegel Miki!" sela Ise. Ellie hendak menyela tapi menyerah melihat tekad dari Ise.

"ARRGH! Dammit, lad! Jangan salahkan aku kalau Miki sampai terluka, oke!?" Ellie langsung mengeluarkan [Aqua Trident]. Baru dia hendak terbang ke tempat Miki, yang dimaksud malah nongol di sebelahnya. Wujudnya yang kelihatan seperti monster mengejutkan Ellie.

"WHOAO!" Ellie langsung menunduk saat golok kukri Miki mengayun ke arahnya. Terdengar bunyi logam berbenturan, ternyata golok Miki terarah ke Mario Ziennes yang entah sejak kapan ada di belakang Ellie. Mario menahan satu golok Miki dengan belati kecilnya. Miki hendak mengayunkan golok satu lagi sebelum Ellie membekukan semua area sekitarnya—termasuk Mario dan Miki.

'Ini…? bukan es biasa.' batin Mario. Miki yang terjebak seluruh tubuhnya—kecuali kepala—mulai memberontak. Tentakel berdurinya menghancurkan es yang dibuat Ellie dan berusaha menyerang Ellie. Ellie menghindar dan tentakel Miki mengenai es yang menahan Mario sehingga Mario terbebas.

"ARGH! Such a fucking pain in the ass!" umpat Ellie sambil melompat mundur.

"Bertahan sebentar lagi, Ellie! Aku hampir selesai menulis segelnya!" seru Ise dari kejauhan.

"It's easy for you to say! Miki terlalu kuat!" balas Ellie. Jadinya pertarungan berubah menjadi pertarungan tiga arah dengan Miki yang mendominasi pertarungan. Ellie sudah terluka di beberapa tempat. Sementara luka di tubuh Miki sembuh secepat dia terluka.

"Cih, kalau begini aku tidak bisa mengehentikannya tanpa membunuhnya!" seru Ellie.

"Sudah siap! Menjauhlah, Ellie!" Ellie langsung melompat mundur. Sementara Mario dan Miki masih beradu senjata. Ise langsung menepukkan tangannya ke gulungan kertas di tanah.

"Fuuinjutsu : Tekko Fuuin!" dari bawah tanah tempat Miki berdiri, muncul pilar-pilar baja mengelilinginya. Pilar-pilar baja itu mengurung Miki dan Mario Ziennes di dalamnya.

"Ah, aku lupa ada orang itu…" ujar Ise sambil menepuk jidatnya.

"Jadi, kita keluarkan dia?" tanya Ellie.

"Tidak perlu. Setidaknya aku sudah dapat yang kubutuhkan." Ujar Ise sambil mengambil sesuatu dari tanah. Sebuah seruling.

"Itu…?"

"[Demon's Whisper] yang dicurinya dari seorang penyihir Finlandia." Jawab Ise. Ia memperhatikan seruling sepanjang 20 cm itu.

"Sekarang, gimana caranya mengembalikan Miki seperti semula?" tanya Akeno.

"Sebelum itu, kita keluarkan pria itu sebelum Miki memakannya."

"Memakannya?"

"Ya. Akan kujelaskan nanti." Dengan beberapa segel tangan, Ise mengendalikan penjara pilar itu, mengeluarkan Mario Ziennes, dan mengikatnya. Setelah itu ia menulis segel lain di gulungan lain.

"Semuanya, harap tutup telinga kalian karena Miki akan berteriak sangat keras." Ujar Ise. Lalu menepukkan kedua tangannya di depan dada.

"Fuuinjutsu : Kami no Ryou!" segel yang ditulis Ise menjalar ke tubuh Miki. Mengikat tubuh kecilnya. Segel itu bercahaya, dan Miki pun berteriak dengan sangat keras.

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA—

Melihat adik kecilnya kesakitan, Ise hanya bisa mengalirkan air mata. Sebenarnya kalau bisa dia tidak ingin menggunakan fuuinjutsu ini. Sayangnya hanya ini fuuinjutsu yang bisa menyegel kembali Miki.

"Ise…" Yuuma hanya bisa melihat Ise mengalirkan air mata dan Miki berteriak kesakitan. Ia tahu Ise sangat tidak menginginkan ini. Teknik penyegelan yang hampir setara dengan Shikifuujin ini tidak menyakiti atau membunuh pengguna, tapi menyakiti yang disegel. Wajar, ini adalah teknik penyegelan yang dikhususkan untuk menyegel iblis tingkat tinggi. Bahkan sang Lucifer atau Satan sekalipun akan sangat kesakitan jika disegel dengan fuuinjutsu ini.

"GRAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH—

"Sedikit lagi… Miki…! Tahan dulu… sebentar…!" Ise membuka tangannya, lalu menepukkannya kembali. Ia melakukan itu berulang kali. Dan setiap ia melakukan itu, Miki merasa sakit yang dialaminya bertambah berkali-kali lipat. Air mata Ise bertambah deras. Setelah menepukkan tangannya beberapa kali, ia menepukkan tangannya ke gulungan penyegel tadi. Cahaya menyilaukan menutupi daerah sekitar. Saat cahaya menghilang, di tempat Miki berdiri tadi hanya ada… bekas darah yang sangat banyak.

"Dimana… Miki…?" tanya Rias. Saat ia melihat ke arah Ise, dipangkuannya sudah ada Miki yang tertidur pulas seperti bayi. Ise mengelus kepala Miki dengan sangat lembut. Disertai dengan air matanya yang turun mengalir di pipinya.

"I-Ise…?" agak ragu, Rias mendekati Ise yang mengelus kepala Miki.

"… ya… buchou?" jawab Ise.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Rias. Ise mengangguk kecil sambil menghapus air matanya.

"Apa… apa ini pernah terjadi sebelumnya?" tanya Akeno ragu-ragu.

"Kalian bisa bertanya pada Yuuma-neechan." Jawab Ise.

"Nah, sekarang. Apa yang akan kita lakukan pada pria ini?" tanya suster Griselda sambil mengacungkan pedangnya ke Mario.

JLEBB

Belum sempat Mario menengadah, sebuah anak panah menembus kepalanya dari samping. Ise yang tadi membaringkan Miki di tanah berdiri dan menghadap ke pemanah. Seorang pria besar yang tinggi. Di punggungnya tersampir tombak halberd. Dia menggunakan armor yang kalau dilihat dari depan seperti wajah monster yang menggeram. Helm yang dipakainya memiliki dua buah sesuatu seperti antena yang panjang. Ise akhirnya buka suara,

"Lama tidak jumpa, Master Lu Bu."

[Meet the Devils!]

Di sisi lain kota Lilith, kelompok Sona Sitri dikejutkan dengan kedatangan seorang pria tinggi berambut panjang yang dikuncir. Dia menggunakan armor berwarna biru metalik dengan ikat kepala biru. Dengan bersenjatakan tombak, pria itu menghabisi sejumlah besar iblis dihadapannya.

"S-siapa…?" Saji tergagap.

"Maaf, sebelumnya aku ingin tanya. Apa kalian kenal pemuda berambut coklat berkacamata kecil? Kalau tidak salah namanya… Hyoudou." Tanya pria itu.

"A-ah, Hyoudou-kun mungkin ada di sisi lain kota di sana." Tunjuk Tsubaki. Pria itu membungkukkan badan dan bersiap pergi.

"T-tunggu!" cegah Sona. "Sebelum itu… beritahukan namamu…"

"Ah, maaf soal itu. Namaku Zhao Yun." Pria itu melesat terbang.

[Meet the Devils!]

"L-Lu Bu!? Maksudmu Lu Bu yang dari "Romance of the Three Kingdom" itu!? Lu Bu yang menjinakkan kuda merah liar dengan tangan kosong dan menghabisi satu pasukan lawan seorang diri tanpa terluka itu!?" tanya Rias bertubi-tubi.

"…" Ise tidak menjawab, hanya menatap lurus ke Lu Bu.

"Fufufu, ternyata aku terkenal juga. Sayangnya, aku orang yang berbeda."

"Maksudmu?"

Ise menjawab, "Dia cuma keturunan langsung dari Lu Bu." Ise menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.

"Keturunan langsung?" tanya Kiba.

"Begitulah, dan dari kelihatannya dia tidak sendiri." Ujar Ise. Beberapa orang pun muncul dari kabut asap di belakang Lu Bu. Seorang gadis muda dengan senjata seperti shuriken raksasa, seorang pria paruh baya dengan dua buah kapak, serta seorang pria lain yang menggunakan selendang sutra Cina yang kelihatannya mahal.

"Perkenalkan, perwira kepercayaanku, Lu Lingqi, Zhang Liao, dan Chen Gong." Lu Bu dengan seringaian di wajahnya memperkenalkan satu per satu bawahannya.

"Ho? Bukannya itu si Xiao Lingqi? Hoho, sudah besar ternyata ya? Mau ikut main perang-perangan dengan papa ya?" ujar Ise dengan cengirannya. Sebelum Lingqi sempat menarik senjatanya, Lu Bu sudah lebih dulu menahannya.

"Omonganmu besar juga untuk bocah kecil yang tidak bisa bertarung lagi." Ujar Lu Bu

"Siapa yang kau panggil bocah, pak tua. Aku lebih tua darimu, sialan." Umpat Ise. Cengiran Lu Bu menghilang dari wajahnya.

"Apa kau tidak bisa membaca situasi? Jelas kami yang akan menang kalau melawanmu sekarang." Lu Bu mengacungkan tombaknya ke Ise. Tentunya Ise panik. Dia sudah kelelahan, tidak mungkin bisa bertarung melawan Lu Bu tanpa terluka lebih parah. Tapi Ise tetap mengulur-ulur waktu.

"Jangan percaya diri dulu, sialan. Kau pikir siapa yang memberi luka di perutmu itu?"

"Heheh, baru bisa memberi luka kecil saja kau sudah berpikir kau menang? Kau pikir aku tidak berlatih selama ini, hah?"

Tiba-tiba dari samping Lu Bu meluncur tombak berwarna perak dengan hiasan naga. Lu Bu menangkisnya dan melompat dari tempat dia berdiri tadi.

"Cih, ternyata kau masih hidup, bocah naga." Umpat Lu Bu melihat penyerangnya tadi. Zhao Yun.

"M-Master Zhao—

"Yo! Lama tak jumpa, paman!" sapa Zhao Yun.

"Hehe, jangan panggil aku paman, aku tidak mau dipanggil paman oleh guruku." Ujar Ise. "Jadi, bagaimana kau bisa sampai kesini?" tanya Ise.

"Tentu saja dengan [Dragon Gate]. Begitulah cara Lu Bu bisa kesini."

"[Dragon Gate]? Bukannya gerbang itu cuma bisa dibuka oleh kelima Dragon Kings?" tanya Rias.

"Ya. Lu Bu memaksa Yu Long membuka gerbang."

"HEH!? Naga sepanjang tali baruak itu dipaksa oleh pak tua sialan di sana!?"

"Siapa yang kau panggil pak tua, bocah bebuyutan!?"

"Paman, mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi kita harus segera pergi." Sela Zhao Yun.

"Kenapa?" tanya Ise. Ia mulai merasa tidak enak.

"… Master Cao Cao… dikalahkan."

Perasaan tidak enak Ise terbukti. Lu Bu yang mendegarnya menyengir lebar, dan tertawa keras.

"HAHAHAHAHAHA! Jadi bangkainya sudah ditemukan ya. mah, tidak masalah. Setidaknya kalian bisa memakamkannya di samping sepupu sialannya itu. HAHAHAHA!"

Ise hendak memenggal kepala Lu Bu, tapi Zhao Yun dan Kiba menahannya.

"Ise-kun, kita harus segera pergi. Maou Leviathan dan Maou Beelzebub yang akan menghadapi mereka." Ujar Kiba.

"Ho~? Raja iblis sendiri yang akan turun tangan? Hehehe, menarik. Mungkin aku akan bisa mencoba ini nanti." Lu Bu mengeluarkan sesuatu dari lingkaran sihir disampingnya. Dan mata Ise membelalak.

"K… Kau… sialan…! APA YANG KAU LAKUKAN PADA MASTER CAO, BANGSAT!?" Ise menggeram dan menggenggam [Blaze Katana]. Bersiap hendak menyerang. Sebelum akhirnya ia dan yang lain di teleport bersama ke tempat lain.

[Meet the Devils!]

Mereka muncul kembali di kediaman Phenex. Aula tempat pesta tadi sudah disulap menjadi bilik perawatan darurat. Beberapa iblis perawat terlihat sibuk bolak-balik. Bukan cuma kediaman Phenex, kediaman Gremory juga menjadi rumah sakit darurat karena rumah sakit wilayah Sitri sudah penuh. Ajaibnya, kejadian ini tidak memakan korban jiwa (Selain Mario Ziennes dan Gregor tentunya.)

"Semua korban terluka sudah dirawat. Hanya saja stok air mata Phoenix yang kami miliki tidak cukup untuk semua." Ujar seseorang dari klan Phenex pada Sirzech.

"Terima kasih. Sekarang kalian istirahat saja dulu." Iblis tadi membungkukkan badan dan pamit. Sirzech kemudian menuju ke ranjang Miki.

"Bagaimana dengan adikmu?"

"Setidaknya kami tidak akan mati."

"Heh, jawaban macam apa itu?"

"Yah, sebenarnya kami sudah biasa menghadapi situasi ini. Tapi ini baru ketiga kalinya kami harus menyegel Miki kembali."

Sirzech mengambil bangku dan duduk menghadap Ise, "Tolong beritahu aku, apa sebenarnya adikmu?"

"… ini ada hubungannya dengan keabadian kami." Jawab Ise. Ia menengadah menatap langit-langit aula, memejamkan mata, dan bertanya, "Kau tahu Magia Erebea?"

"Kalau yang kamu maksud [sihir yang memberikan keabadian pada pengguna dan mengutuknya tidak bisa mati sampai kiamat] itu aku tahu." Jawab Sirzech.

"Bukan. Bukan sihir palsu itu. Ini lebih kompleks lagi." bantah Ise. Kemudian melanjutkan, "Magia Erebea adalah sihir yang memberikan keabadian dengan mengorbankan anggota tubuhmu yang paling berharga."

"!? Maksudmu…?"

"Saat kami terkena kutukan ini, kami dipaksa menyerahkan anggota tubuh yang paling berharga dari kami. Dalam kasus Miki, dia mengorbankan rahimnya." Mata Sirzech membelalak.

"Bagaimana denganmu?" tanya Sirzech. Ise membuka jaket dan kaosnya. Memperlihatkan bekas luka di punggungnya. Bekas luka di kedua bahunya yang terlihat seperti sesuatu ditarik paksa dari sana.

"Sebelumnya, aku mendapat sayap setelah berhasil membangkitkan [Balance Breaker]. Sayap ini tidak menghilang dariku dan tetap menempel. Aku tidak mempermasalahkannya. Malahan sayapku sangat membantuku dalam berbagai hal. Dan inilah yang diambil dariku."

Sirzech tidak bisa berkata-kata. Ia bahkan tidak bisa membayangkan dirinya berada di posisi Ise.

"Apa teman-temanmu yang lain juga begitu?"

"Tidak. Hanya kami berdua." Ise menjawab sambil memasang kaos dan jaketnya. "Aku permisi dulu, aku mau mencari buchou dan yang lain." Ise bangkit dari bangkunya dan berjalan keluar aula.

[Meet the Devils!]

Di ruangan lain kediaman Phenex, terlihat Zhao Yun yang sedang membalut luka Kiba, juga Ellie yang sedang menyeduh teh. Di sudut ruangan, Sister Griselda dan Asia tidur bersandaran.

"Dimana buchou?" tanya Ise. Ellie menunjuk ke arah balkon. Di sana Rias duduk menatap langit malam dunia bawah. Lengan bawah kanan, paha kanan, kepala, dan lehernya dibalut perban.

"Bagaimana, buchou?" tanya Ise menghampiri Rias. Rias menoleh sebentar, lalu kembali memandang langit.

"… entahlah. Aku tidak tahu… bagaimana denganmu?" Rias bertanya balik.

"…" Ise tidak menjawab.

"Duduklah." Ise duduk di kursi di sebelah Rias.

"… ne, buchou. Apa yang akan buchou lakukan kalau salah satu anggota peerage buchou mati?" tanya Ise frontal.

"… balas dendam. Aku iblis, jadi merelakan kematian mereka bukanlah sifat iblis. Siapapun yang membunuh bawahan imutku, akan kuburu sampai dapat." Jawab Rias mantap. "Kalau kamu sendiri? Apa yang akan kamu lakukan kalau temanmu mati?" Rias balik bertanya.

"… entahlah. Yang jelas saat ini aku merasa murka. Aku benar-benar ingin keluar dan memburu Lu Bu sekarang." Lirih Ise.

"Ne, Ise… kalau boleh tahu… apa hubunganmu dan Lu Bu itu?" tanya Rias.

"… Kami dulu teman minum." Jawab Ise. Rias menatap Ise tak percaya. "Hei, hei, hei, ingat kan aku berumur lebih dari 6 abad…"

"Maaf, soalnya dengan fisik sepertimu, aku lupa usia aslimu." Ujar Rias.

"… Dulu dia adalah orang yang kukagumi. Mulai dari gaya bertarungnya, kemampuan memanahnya, kekuatannya, dan sebenarnya dia adalah penyair yang hebat. Persis seperti Lu Bu dalam novel "Romance of the Three Kingdoms" itu. Sayangnya… dia berubah sejak kak Diao Chan…" Ise menggantung kalimatnya. Rias melirik ke Ise dan melihat air mata mengalir di pipi Ise. "… Kak Diao Chan tewas di peperangan karena melindungiku." Ise menghapus air matanya.

"Ise…"

"Jadi kurang lebih aku adalah target balas dendam Lu Bu. Wanita yang dicintainya tewas karena melindungiku. Jadi wajar dia mengincarku." Ise bangkit dari tempat duduknya. "Di sini dingin lho, buchou. Kita masuk saja." Rias menurut dan mengikuti Ise ke dalam.

[Meet the Devils!]

"Hehe, memang hebat cucuku!"

"Tentu saja, adiknya saja sehebat ini, apalagi kakaknya! Kalau begini kita pasti bisa menggulingkan pemerintah korup itu!"

"Semua berkat Ise! Kalau tidak ada dia, mungkin kita tidak akan bisa menang!"

"HIDUP ISE! HIDUP ISE!"

Onii-chan… mati saja…

"Oh, Miki? Kebetulan! Ini, berikan ini untuk kakakmu! Nanti jatah Miki ambil di belakang saja. Kakek sibuk."

"… Dimengerti…"

Kalau tidak ada onii-chan… jii-chan dan baa-chan pasti akan…

"Oh, ini dia adik cantikku! Ayo, kemari! Kita makan bersa—URK!"

"ISE! MIKI! APA YANG KAU LAKUKAN!?"

"TAHAN DAN KURUNG DIA! JAUHKAN ISE DARINYA!"

"BERTAHAN, ISE! KAU PASTI SELAMAT!"

lho? Bukannya harusnya...

"Gawat! Ise kehilangan banyak darah!"

"GAAAAH! Cepat! Bawa dia ke rumah dokter Kureha!"

Seharusnya onii-chan mati, kan?

KENAPA KALIAN MENOLONGNYA!?

"Apa yang—GUOHOK!"

"Miki! Berhen—URRGHH!"

"TAHAN MIKI! APA YANG KALIAN LAKUKAN!?"

KENAPA KALIAN MENOLONGNYA!? DIA SEHARUSNYA MATI—

"Miki."

Miki membuka matanya. Di sebelahnya terdapat Ise yang tengah mengelus kepalanya.

"Onii-chan…?"

"Syukurlah. Kamu baik-baik saja, sayang?" tanya Ise.

"… Un… Miki baik-baik saja kok." Miki mencoba untuk bangkit. Ise membantunya duduk perlahan.

"… Apa ada yang mati?" tanya Miki.

"Kalau dari pihak kita tidak ada. Hanya saja kerusakan kota sangat parah. Beberapa gedung pencakar langit runtuh termasuk Hotel milik keluarga Gremory. Dan dari pihak musuh ada dua. Mereka berdualah dalang dari kejadian ini."

"… Apa Miki yang…?"

"…" Ise tidak menjawab.

"Berarti benar ya…"

"Maaf. Kalau saja aku tidak lengah—"

"Itu bukan salah onii-chan. Justru Miki-lah yang seharusnya…" Ise mengambil tangan kanan Miki. Menggenggamnya dengan erat. Lalu menatap lekat ke mata Miki.

"Berjanjilah, setelah ini jangan membuat kakak tercintamu ini menyegelmu lagi, sayang…" Ise lalu memeluk Miki. Mendekap kepala Miki di dada bidangnya. Miki hanya mengangguk di pelukan Ise.

Dari luar, kelompok Gremory plus Riea dan Zhao Yun mengintip mereka melalui celah pintu.

"Benar-benar dua bersaudara yang akrab." Komentar Riea.

"Fufufu, begitulah adik kecilku." Timpal Yuuma.

"Jadi? Apa akan kita biarkan mereka begitu terus?" tanya Kiba.

"Biarkan saja dulu, nanti malah merusak suasana." Jawab Zhao Yun dengan senyum di wajahnya.

"Kami mendengar kalian, lho…" seru Ise. Dan si pengintip masuk ruangan sambil tersenyum kikuk.

"Yaah, maaf, takutnya kami malah merusak suasana dan membuat suasanya jadi ga enak." Ujar Rias.

"Tidak masalah kok. Jadi, bagaimana? Sudah tiga hari kita di sini. Suster Griselda dan Asia juga sudah kembali ke Vatikan." Tanya Ise.

"Kita kembali ke Kuoh. Di sana akan diadakan pertemuan antar Tiga Fraksi Besar dan kita diminta untuk menjadi saksi dalam kejadian ini." jawab Rias.

"Kenapa harus di Kuoh?" tanya Miki.

"Tidak tahu. Yang jelas ketiga pimpinan besar sudah memutuskan begitu. Kita akan kembali ke Kuoh sore ini." jawab Rias. Mereka kemudian bergegas dan bersiap menuju kembali ke Kuoh.

[Meet the Devils!]

Di rumah, Miki hanya duduk diam di sofa. Segelas susu coklat ditangannya dibiarkannya dingin. Dia hanya duduk termenung. Saat itulah Ise datang dan duduk di sampingnya.

"Miki?"

"… Onii-chan…?"

"Kenapa? Apa yang mengganggu pikiranmu?"

"… Miki… Miki kepikiran…" genggaman Miki di gelasnya menguat. Terlihat dari tangan dan permukaan susu di gelas yang bergetar. Ise lalu merangkul Miki.

"Kita sudah bersama selama lebih dari enam ratus tahun. Jadi kenapa kamu masih ragu curhat ke kakakmu?" tanya Ise.

"… Miki kepikiran… apa yang Miki lakukan dulu… pada Onii-chan…"

"… Yang mana satu? Kau melakukan banyak hal padaku. Mulai dari menciumku saat tidur, memainkan "Little Ise" saat aku mandi, menggesekkan kemaluanmu padaku, menelanjangi dan meraba serta menjilati seluruh tubuhku, bahkan menghisap—

"Saat Miki menusuk Onii-chan…"

Ise terdiam. Bangkit dari sofa, lalu memukul kepala Miki dengan harisen.

PLAKK!

"AW!"

"Sudah berapa kali kukatakan, lupakan soal itu. Aku bahkan sudah lupa kejadian itu. Berapa kali kukatakan, maafkanlah dirimu sendiri! Kalau kau tidak bisa memaafkan dirimu sendiri, bagaimana aku mau memaafkanmu?" Miki terdiam. Menatap ke dalam gelas susunya yang tumpah sebagian.

"Maaf… onii-chan… hiks…" Miki mulai terisak. Ise pun kembali duduk dan merangkul kembali adik tercintanya.

"Sudah, yang jelas sekarang kita baik-baik saja. Habiskan susumu, dan tidur. Oke? Besok kita masih sekolah." Ujar Ise. Miki mengangguk dan menenggak habis susu coklat yang tadi dibiarkannya dingin.

"Onii-chan."

"Ya—

Baru saja Ise berbalik, Miki sudah meraih kepala Ise, memeluk lehernya, dan mempertemukan bibir mereka. Bukan ciuman bernafsu yang diberikan Miki, tapi kecupan lembut seperti seorang kekasih mencium pasangannya. Setelah beberapa detik, Miki melepaskan pelukannya dan tersenyum ke kakak tercintanya.

"Onii-chan, daisuki!"

Ise tertegun. Kemudian tersenyum dan memeluk Miki dengan erat.

END

A/N :

Selesai! Maaf kalau tidak sepanjang yang diharapkan. Saya masih sangat sibuk, jadi waktu menulis makin berkurang.

Hohoho~ apakah route Miki akan terbuka? Atau gadis-gadis lainnya juga akan mendapat route masing-masing? Hehe, sabar dulu. Ini baru permulaan. Saya ga tau bakal sampai berapa chapter fic ini nantinya, yang jelas ending-nya sudah saya pikirkan. Untuk chapter depan adalah satu chapter komedi keseharian Ise dan kawan-kawan. Ga full comedy, tapi setidaknya menghibur. Dan chapter depan akan update bersamaan dengan cerita flashback side story Ise dan kawan saat belajar… ninjutsu! Ya, saya akan menulis fic crossover dengan Naruto! Jadi tunggu tanggal mainnya!

Dan semoga sukses buat adik-adik yang akan melaksanakan SBMPTN besok! Semoga diterima di universitas yang terbaik!

TO BE CONTINUED TO CHAPTER 8 :

Onii-chan no XX

fazrulz21, logging out