Disclaimer: Jelas, One Piece bukan milik Little Chomper. Buktinya? Tak ada yang melibatkan Little Chomper dalam pembuatan movie terbaru One Piece yang akan rilis tahun depan~ *pundung di pojokan kamar*


CHAPTER VI

Rencana Jangka Panjang

Menurut pendapat Usopp yang didukung oleh Chopper, Knocked Up Stream masih sama menakutkannya dengan saat pertama kali mereka menaikinya dahulu.

"GYAAAAA!"

"UWAAAA!"

Usopp dan Chopper berteriak bersamaan saat Knocked Up Stream melemparkan mereka ke atas langit. Usopp memeluk tiang kapal dan Chopper memeluk Zoro yang dengan tidak pedulinya masih tidur siang.

"Hahahaha!" Luffy tertawa riang. "Ini sangat menyenangkan!"

Sungguh, kalau saja mereka tidak berada dalam situasi hidup dan mati, Usopp akan memukul kepala kaptennya.

OoO

Mereka menyusun rencana sementara Shoujo dan Mashira memperbaiki Merry-Go. Duo orang utan itu datang setelah Cricket menghubungi mereka dan dengan antusias membantu menawarkan bantuan untuk mempersiapkan kapal mereka agar bisa bertahan dalam 'perjalanan mustahil' yang akan mereka lakukan.

"Jadi, apa rencana kita?" mulai Usopp.

"Kita masih butuh rencana?" Luffy menatap teman-temannya dengan ekspresi polos. "Kita hanya tinggal datang, kalahkan orang-orang aneh seperti kambing dan laki-laki yang mengaku dewa, bunyikan bel, lalu kembali pulang."

Nami memegang dahinya, sementara Robin tersenyum kecil.

"Tentu Luffy, jika kau mengatakannya seperti itu, semuanya terdengar mudah. Tapi kenyataannya tidak akan semudah itu. Kau ingat orang-orang Shandia? Menurutmu apa mereka akan membiarkan kita berkeliaran di Skypia begitu saja?"

"Karena itu, kita harus melakukannya dengan cepat!" Luffy berkata dengan riang. "Datang, kalahkan mereka, bunyikan bel, dan kembali ke laut. Setelah itu kita bisa mengantarkan Robin dan kemudian menjemput Franky serta Brook."

Mereka semua menggeleng-gelengkan kepala mereka. Luffy selalu bisa membuat apa saja terdengar simpel, tapi pelaksanaannya pasti tak akan selancar apa yang sudah dikatakan Luffy.

"Baiklah, kalau begitu bagaimana kita akan melakukannya dengan cepat?" Nami menyerah untuk sementara dan memutuskan untuk mendengarkan rencana Luffy (kalau itu bisa disebut rencana).

Luffy menundukkan kepalanya dan memberi isyarat agar teman-temannya mendekat. "Kita serang langsung tempat tinggal dewanya."

"APAA?"

"Luffy, mereka bisa menggunakan haki." Robin berusaha menengahi. "Yang menguasai haki dengan sempurna disini hanyalah dirimu, Zoro, dan Sanji. Kita semua sama-sama tahu kalau orang-orang Shandia dan para dewa itu bisa menggunakan kenbushouku haki."

"Karena itu . . ." Luffy menggoyangkan jarinya. "Robin akan mencari po-po-.."

"Poneglyph." Bantu Usopp.

"-ya, itu maksudku. Batu dengan tulisan itu sangat penting artinya bagimu bukan?" Luffy menghitung dengan jarinya. "Nami bisa mencari harta karun, sementara aku, Zoro, Sanji, Usopp, dan Chopper akan menyerang tempat dewa itu tinggal."

"Ta-tapi kami masih belum menguasai haki, Luffy." Usopp berkata pelan.

"Kalian bisa belajar sambil bertarung!" Luffy berkata penuh semangat. "Rayleigh meninggalkanku di hutan yang dipenuhi hewan-hewan misteri dan menutup mataku dengan kain untuk membuatku mempelajari haki. Terkadang dia melempariku dengan batu, atau memukulku dengan tongkat kayu."

"Semuanya dilakukan dengan mata tertutup?" Usopp dan Chopper bertanya penuh horror.

"Yep!" Angguk Luffy.

"Taka no Me menutup mataku dan berusaha menebasku dengan pedang." Tambah Zoro.

Mereka kemudian menatap Sanji.

"Tidak!" Sanji menggelengkan kepalanya. "Aku tak akan bilang bagaimana aku berlatih haki!"

"Huuuu! Sanji tidak seru!" koor Luffy, Usopp, dan Chopper.

"Intinya kalian semua dipaksa berada dalam situasi hidup atau mati saat kalian tak bisa menggunakan penglihatan kalian?" Tanya Nami.

"Begitulah." Jawab Zoro.

Nami menepukkan tangannya dan tersenyum manis. Tiba-tiba saja Usopp dan Chopper merasakan angin dingin disekitar mereka. "Kalau begitu, ini adalah metode latihan yang tepat bagi kalian."

"TIDAAK!"

OoO

Ace hanya tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Ia berencana untuk berlayar dengan kapalnya sendiri, dan bukan mengikuti kapten lainnya. Tapi disnilah ia, berlayar bersama dengan Shirohige. Ace hanya ingin menyelamatkan anak buahnya dan menantang Shirohige untuk bertarung satu lawan satu dengannya, tapi bukan hanya ia dikalahkan dengan mudah, anak buahnya juga menolak kabur meninggalkannya.

Ace mengira ia akan mati, tapi Shirohige membuat penawaran yang mengagetkannya.

'Jadilah anakku!'

Ace tak pernah punya ayah. Figure orang tua dalam hidupnya hanyalah Garp, Dadan dan gerombolannya, serta Makino. Diantara mereka semua, hanya Makino lah yang bisa dikatakan normal. Ace bahkan bisa menyebut Makino seperti kakak perempuan baginya dan Luffy. Awalnya tentu saja Ace menolak, bahkan ia berusaha menyerang Shirohige berkali-kali. Tapi anggota bajak laut Shirohige hanya tertawa dan mengailnya kembali saat ia jatuh ke laut.

Ace akhirnya mengakui, ia mulai betah berada di kapal ini. Orang-orang diatas kapal ini begitu bersahabat, dan mereka semua terlihat seperti keluarga besar. Setelah ia mengatakan siapa ayahnya dan khawatir Shirohige akan menendangnya dari kapal (walaupun hal itu tidak terjadi), Ace menjadi bagian dari bajak laut Shirohige.

Ace bertanya-tanya, apa yang sedang dilakukan Luffy saat ini? Apa dia sedang menghitung hari keberangkatannya? Walaupun bajak laut Shirohige adalah keluarganya saat ini, tapi bagi Ace, Luffy tetap nomor satu dalam daftar prioritasnya. Ia sudah berjanji pada Sabo dan juga pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga Luffy. Yah, walaupun mustahil menjaga Luffy jangan sampai terluka, tapi paling tidak Ace bisa menjaga agar adiknya tetap hidup dan bebas berlayar di lautan.

"Whoa! Lihat ini! Kalian tak akan percaya!" Thatch berteriak sambil membaca Koran. Ia kebetulan berhasil mendapatkan Koran lebih dulu hari ini (hanya karena Izo sedang sibuk mencoba kimono barunya).

"Ada apa?" Jack, yang sedang berada di dekat Thatch menjulurkan kepalanya, ikut membaca Koran dari balik bahu Thatch. Beberapa saat kemudian, ia bersiul kagum. "Aku tak percaya ini."

Marco yang mulai kesal menyambar Koran dari tangan Thatch. Ia membaca berita hari itu dengan serius sebelum mengerutkan keningnya. "Shichibukai dikalahkan oleh segerombolan remaja? Aku tak tahu kalau standar Shichibukai saat ini begitu rendah."

Perkataan Marco membuat lebih banyak orang tertarik. "Siapa yang kalah? Siapa yang mengalahkannya?"

"Crocodile. Dan yang mengalahkannya adalah seorang remaja berusia 16 tahun bernama Monkey D. Luffy."

Ace hampir terjungkal ke laut saat mendengar jawaban Thatch. Untunglah Namur yang sedang lewat di dekatnya sempat menyambar lengannya.

"Hati-hati."

Ace masih ternganga. Luffy? Harusnya dia saat ini masih berada di Gunung Colubo bersama Dadan. Pasti ada yang salah dengan berita itu. Ace berjalan ke arah Marco dan mengambil Koran itu, berusaha mencari kesalahan dalam artikel Koran hari ini. Tapi harapan Ace pupus saat melihat foto adiknya yang sedang tersenyum lebar terpampang di halaman depan. Walaupun tanpa topi jeraminya (dan itu aneh, karena Luffy tak pernah meninggalkan topinya), jelas remaja berambut hitam dengan bekas luka di bawah mata itu adalah adiknya yang ceroboh.

"Apa yang sedang dilakukan Luffy di Alabasta?"

"Kau mengenalnya, Ace?"

Ace tersentak saat menyadari Haruta duduk berdiri disampinya. Ace ternyata mengucapkan pertanyaannya dengan keras, karena saat ini seluruh orang yang berada di dek menatapnya penuh tanda tanya. Ace menghela napas sebelum akhirnya menjawab.

"Dia adikku."

"ADIKMU?" beberapa suara bertanya serentak.

"Tunggu. Apa dia adikmu yang polos, baik hati, dan ceroboh yang selalu kau ceritakan pada kami?"

Ace mengangguk.

"Dilihat dari fotonya, ia memang kelihatan polos dan baik hati. Tapi jelas tidak ceroboh kalau ia berhasil mengalahkan seorang shichibukai."

"Oh ya? Aku ragu kau akan berkata seperti itu jika kau harus menyelamatkannya tiga kali seminggu dari perut buaya." Ace berkata sambil melipat tangannya di dada. Ada sesuatu yang salah disini. Ace yakin Luffy tak akan pernah melanggar janjinya kecuali jika ada sesuatu yang terjadi. Dan dimana topi jeraminya? Luffy selalu membawa-bawa topi itu kemanapun.

"Tapi Ace, kau bilang adikmu ingin menjadi bajak laut kan? Disini dalam wawancara, ia mengatakan ia akan bergabung dengan angkatan laut, mengikuti jejak kakeknya."

"HAAH?" Ace mengepalkan tangannya. Jadi ini ulah jiji. Apa yang sudah dikatakan oleh jiji sampai-sampai Luffy mau bergabung dengan angkatan laut?

Orang-orang yang berada di dekat Ace mundur teratur saat merasakan hawa disekitar mereka mulai panas. Mereka bahkan bisa melihat api menjilat bahu Ace dan mereka juga bisa mendengar Ace menggeretakkan tinjunya. Marco menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan mendekati Ace. Ia kemudian menepuk bahu Ace pelan.

"Kendalikan dirimu, Ace."

Efeknya langsung terlihat. Hawa disekitar dek kembali normal dan semua orang bernapas lega.

"Ma-maafkan aku." Ace berkata terbata. Ia berbalik dan meninggalkan dek. Ia ingin sendiri dan mengumpati Garp sepuas hatinya.

OoO

"Dia tahu siapa ayahku."

Ace tidak berbalik, tapi ia tahu Thatch dan Marco berdiri dibelakangnya. Tampaknya mereka khawatir karena Ace tidak muncul saat makan malam, dan itu adalah sesuatu yang gawat, karena Ace tidak pernah melewatkan waktu makan.

"Dia selalu bertanya kenapa aku membenci ayahku, padahal aku memiliki ayah yang paling hebat diantara kami bertiga."

Tak ada jawaban, tapi Ace tahu mereka berdua mendengarkannya.

"Bagaimana aku tidak membencinya? Dia mungkin adalah bajak laut yang terburuk sampai-sampai orang-orang selalu berkata jika ia memiliki anak, mereka akan menyiksa anak itu sebelum membunuhnya."

Terdengar suara tercekat dibelakangnya.

"Aku selalu bertanya-tanya apakah aku pantas untuk hidup, dan tak peduli seperti apapun jawaban yang diberikan jiji, aku tak pernah yakin. Tapi Luffy lah yang memberiku alasan untuk hidup." Ace berbalik dan bertanya dengan nada menderita. "Bagamana jika Luffy melakukan semua itu karena aku?"

Thatch dan Marco akhirnya mendekat. Mereka duduk disamping Ace. Thatch mengalungkan tangannya di bahu Ace. "Kau berpikir terlalu jauh. Mungkin saja adikmu hanya tertarik untuk menjadi angkatan laut karena selalu dicecoki oleh kakekmu."

"Luffy bukanlah seseorang yang mudah dipengaruhi seperti itu. Tak ada yang bisa menggoyahkankannya dari keinginannya untuk menjadi bajak laut. Tapi bagaimana jika Garp memanfaatkan statusku sebagai putra Roger untuk menggoyahkan Luffy?"

"Tak ada gunanya mengira-ngira." Marco mengacak rambut Ace. "Jika kau begitu khawatir, kau bisa menemui adikmu dan bertanya langsung padanya. Sekarang sebaiknya kau segera ke ruang makan atau kau akan kehabisan jatah makan malammu."

Ace masih tidak bergerak, tapi Thatch kemudian menyeretnya.

"Apa sebenarnya yang kau rencanakan sampai-sampai membuat kakakmu khawatir seperti ini, Ace no otouto?"

OoO

"Kau mengenal anak itu bukan?"

Dragon mengangkat kepalanya dari laporan yang sedang dibacanya.

"Kuma?" Dragon heran. Kuma adalah salah seorang agen Pasukan Revolusi yang mereka susupkan ke Angkatan Laut untuk menjadi salah seorang shichibukai. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku sudah menyetujui proposal Vegapunk."

"Kenapa?"

"Kau tahu umurku yang tersisa bisa dihitung dengan jari."

"Tapi masih ada jalan lain. Ada Iva dan Pasukan Revolusi memiliki banyak dokter yang berpengalaman." Dragon berusaha membujuk Kuma menghentikan ide gilanya. "Kau adalah asset yang berharga bagi Pasukan Revolusi. Dan kau juga adalah sahabatku. Menurutmu bagaimana perasaan Iva jika ia harus bertarung denganmu suatu hari nanti?"

"Kau juga tahu penyamaranku akan terbongkar jika aku menolak rencana ini. Paling tidak Vegapunk tidak bisa menggunakan kemampuan akuma no mi milikku nantinya."

"Tapi,-"

Kuma mengangkat tangannya dan duduk disalah satu kursi di ruangan Dragon.

"Aku masih punya waktu selama beberapa bulan, dan jika ini bisa membuatmu sedikit tenang, aku bisa meminta Vegapunk memasukkan satu program sesuai permintaanku saat ia mengubahku nantinya. Sekarang, kau bisa menjawab pertanyaanku. Apa anak itu keluargamu?"

Dragon menunduk saat ia menyadari ia tidak bisa mengubah pikiran Kuma.

"Ya. Dia putraku yang kutitipkan pada ayahku."

"Jadi Monkey D. Garp yang sudah membesarkannya? Kenapa kau tidak membawanya bersamamu?" Untuk seseorang yang baru saja diberi tahu bahwa ketua organisasinya ternyata memiliki seorang anak, Kuma terlihat tenang, dan Dragon bersyukur untuk itu. Jika itu Iva, mungkin satu gedung akan segera tahu berita ini.

"Aku ingin memberinya pilihan." Dragon tersenyum kecil. "Dia bisa memilih jadi apa saja yang diinginkannya jika ia dibesarkan di lingkungan yang netral."

"Meninggalkannya bersama ayahmu yang seorang angkatan laut adalah sesuatu yang netral?"

"Begitulah. Ayahku walaupun seorang angkatan laut, tapi ia selalu bersikap adil, jadi aku yakin dia tidak akan melakukan sesuatu seperti mencuci otak anakku."

"Tapi ia sekarang memilih menjadi angkatan laut."

"Maka itulah kebebasan yang dipilihnya sendiri. Dan aku yakin ia akan menjadi angkatan laut yang hebat nantinya."

"Kau yakin?"

Dragon mengangkat bahunya. "Dia adalah anakku dan cucu dari ayahku. Aku percaya pada jalan apapun yang dipilihnya."

"Yah, kau dan ayahmu memang memiliki rasa keadilan yang tinggi. Hanya saja kalian memilih jalan yang berbeda untuk mewujudkannya."

Dragon tertawa pahit. Ia tak pernah menyesali pilihannya, tapi ia menyesali keadaan yang membuatnya menjauh dari ayahnya. Jika saja ayahnya mengerti dengan apa yang diperjuangkannya. "Kuma, kalau begitu, apa boleh aku meminta sesuatu padamu? Ini adalah permintaan terakhirku."

Kuma tetap memasang ekspresi datar seperti biasanya. "Jangan terlalu dramatis, Dragon."

Dragon menatap lurus ke arah mata Kuma. "Lindungi anakku. Aku tak mempercayai siapapun di angkatan laut, dan walaupun dengan dukungan dari ayahku, aku yakin akan banyak yang berusaha menyakiti Luffy nantinya."

"Maksudmu Akainu?"

"Kita sama-sama tahu Akainu memiliki pemikiran yang sesat tentang keadilan." Dragon mendengus kesal. "Ia tak akan segan memakai cara-cara licik untuk menyakiti Luffy hanya karena ia berstatus sebagai putraku."

"Jika kau begitu khawatir, kau seharusnya membawanya kesini sejak awal." Ulang Kuma.

Dragon menggeleng. "Ada sesuatu yang salah, Kuma. Aku bisa merasakan itu. Sampai setahun yang lalu ia masih ingin menjadi bajak laut dan sekarang tiba-tiba ia ingin menjadi angkatan laut. Ini terlalu bertolak belakang."

Ekspresi Kuma sedikit berubah.

"Kau curiga anakmu merencanakan sesuatu?"

Dragon menunjuk tumpukan Koran diatas mejanya. "Kurasa ia sedang mengumpulkan sekutu. Kerajaan Drum? Kerajaan Alabasta? Belum lagi desa-desa kecil yang disinggahinya."

"Apa kau tidak terlalu paranoid, Dragon?"

"Ayahku selalu bercerita Luffy adalah seorang anak yang simpel dan tidak berpikir panjang, tapi jika ia menginginkan sesuatu, ia tak akan pernah mengubah pendiriannya. Merencanakan sesuatu seperti ini bukanlah sesuatu yang biasa dilakukan oleh anak itu. Kurasa seseorang mempengaruhinya untuk melakukan ini."

"Baiklah." Kuma mengangguk. "Aku akan berusaha mengumpulkan informasi sebisaku."

"Terima kasih, Kuma."

OoO

Sabo menatap dua poster buronan ditangannya. Ia benar-benar penasaran siapa yang mengiriminya pesan ini. Apa tujuan mereka? Dan kenapa harus menggunakan poster buronan Hiken no Ace? Sabo yakin menggunakan poster yang sama bukanlah hanya sekedar kebetulan.

"Koala?"

"Hmm?"

"Apa kau memiliki informasi tentang Hiken no Ace?"

"Tak banyak, Sabo. Hanya dia mantan kapten dari Spade Pirates dan sekarang bergabung dengan Shirohige."

"Hanya itu?"

"Yep." Koala mengambil salah satu map dari lemarinya. "Tapi aku punya informasi tentang gerombolan bajak laut Shirohige."

Sabo mengambil map itu. "Terima kasih, Koala."

"Sama-sama." Koala melirik poster buronan yang dipegang Sabo. "Kau ingin menyelidikinya?"

Sabo mengangguk. "Apa menurutmu aku harus menemui Hiken no Ace? Siapapun yang meninggalkan pesan ini mungkin ingin aku bertemu dengan Hiken no Ace."

"Mungkin juga ini jebakan, Sabo. Apa kau tidak memperhitungkan kemungkinan itu?" Koala terlihat tidak setuju dan menggoyangkan tangannya.

"Ayolah Koala, siapa yang ingin menjebakku?" Sabo berkata sambil tertawa, tapi langsung berhenti saat melihat ekspresi Koala.

"Coba kulihat. Siapa yang mungkin begitu membencimu sampai-sampai ingin menjebakmu ya?" Koala pura-pura berpikir sambil memegang dagunya. "Bagaimana kalau Angkatan Laut?"

"Menggunakan bajak laut?" Sabo bertanya dengan nada tak percaya.

"Aku hanya memperingatkanmu. Percaya atau tidak, itu pilihanmu." Koala meninggalkan ruangan itu dengan cemberut.

Sebenarnya Sabo mempertimbangkan kalau ini hanya jebakan, tapi ia sudah menetapkan pilihannya untuk menemui Hiken no Ace. Pesan yang kedua ini terasa familiar, walaupun Sabo tak tahu kenapa. Ia harus mengecek, karena siapa tahu, Hiken no Ace adalah jawaban dari teka-teki masa lalunya yang terlupakan.

OoO

"Kita serang langsung?"

"Kita serang langsung."

"Kita selesaikan dalam waktu dua jam?"

"Kita selesaikan dalam waktu dua jam."

"Bagaimana dengan emasnya?"

"Kita rampok saja!"

"Kita minta baik-baik."

"Oke, rencana penyerangan rumah dewa dimulai, sekarang!"

"Aye-aye, kapten!"


Sejujurnya, Little Chomper sudah menulis untuk beberapa chapter kedepan tapi masih melewati bagian Skypiea karena belum yakin Enel harusnya diapakan. Mungkin nanti Little Chomper bakal dapat ilham, doakan saja.

Little Chomper berusaha melibatkan Dragon dalam cerita, karena Little Chomper baru satu kali membaca cerita dengan kisah Dragon dan Luffy (cek author Sky Gem). Secara pribadi sih, menurut Little Chomper posisi Dragon satu level dengan Ging dari HunterxHunter.

Thanks as always to , Blank, Kitsune857, fans, sgiariza, one piace, monkey d nico, virgo31, Muhammad Abyan, yahdy b, dan Ayuni Yuukinojo untuk reviewnya.