Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi

.

I gain no profit from this fic


Musim panas tiba, hanya satu tempat yang terhindar dari terik sinar matahari selain rumahnya. Minimarket.

Minimarket full AC itu hanya berjarak beberapa blok dari kediamannya memang menjadi destinasi tepat untuk menghentikan kulit kepala yang produktif menghasilkan keringat, mengakibatkan rambut Nijimura Shuzo yang tampan dan berani jadi lepek.

Sapaan selamat datang yang khas dari seorang penjaga Nijimura acuhkan, langsung dengan cepat meraih keranjang belanja dan berjalan ke arah kumpulan barang kebutuhan rumah tangga.

Nijimura sesaat memikirkan apa benda yang seharusnya ia beli, sedikit bingung karena tidak membuat catatan kecil terlebih dahulu sebelum pergi ke swalayan versi mini.

Sepuluh menit dihabiskan hanya untuk berjalan mengitari rak-rak yang berisikan kebutuhan mandi, Nijimura hanya membawa dua benda ke dalam keranjangnya. Sebenarnya sengaja dibuat lama karena masih ingin dimanjakan belaian hawa dingin dari air conditioner yang menerpa permukaan leher belakangnya sepoi-sepoi.

Ia merutuki kenapa pendingin ruangan serupa di kamarnya tiba-tiba rusak saat cuaca lagi panas begini.

Tidak ingin terus-menerus berdiri di tempat yang sama, nanti malah dituduh mengutili barang, Nijimura dengan segera menapaki lantai berkeramik sampai ke tempat pembayaran.

Hanya perasaannya saja, atau, udara di sini terasa lebih sejuk, menyegarkan, menenangkan, mendamaikan... Ah, Nijimura sampai kehabisan kata-kata saat melihat pegawai kasir bersurai merah sedang tersenyum ramah kepadanya.

Jangan baper, ia menasehati diri sendiri. Kan, bukan cuma gue yang pernah disenyumin sama dia.

Pegawai dengan tag nama 'Akashi' mengeluarkan barang belanjaan Nijimura yang hanya berjumlah dua buah.

Ia dengan telaten mengarahkan kode batang yang tertera pada tiap barang ke arah scanner, mengernyit saat melihat layar komputer.

Mengendus adanya kesalahpahaman, Nijimura buru-buru bersuara.

"...Itu, titipan temen."

Mas kasir hanya melirik sekilas. Bagaimana tidak curiga kalau barang yang dibeli hanya tisu dan sabun. Nijimura mengingatkan diri sendiri, lain kali ditambahkan dengan kraker beras. Ia membuka dompet dan memberikan satu lembar uang dengan nominal yang cukup besar, Akashi menerimanya tanpa protes minta uang kecil.

Struk belanja disatukan dengan uang kembalian berikut belanjaan milik Nijimura. Tidak langsung diambil olehnya.

"Kembaliannya, Tuan."

"...Kau tidak meminta donasi atau apalah itu?"

Dalam hati, Akashi memuji sifat dermawan pembeli satu ini. "Karena kembalian uang Tuan bukan recehan."

"Tapi aku ingin memberikan donasi," Nijimura memasang tampang tulus. "dan juga aku kekurangan uang receh."

Akashi ingin sekali menolak kalau tidak ingat pepatah berkata pembeli adalah raja. Uang receh yang diperlukan terlalu banyak, mengingat kembalian milik Nijimura.

"Tuan, di belakang Anda ada yang mengantri." Akashi mengingatkan. Nijimura melirik ke belakang dari pundaknya, terkejut saat mendapati memang ada eksistensi selain dirinya di sana. Orang ini kapan masuknya?

"Ayolah, aku hanya ingin menyumbang, kok. Memangnya salah, ya?"

Berusaha menahan untuk tidak menghela napas, mengingat posisinya sedang bekerja sekarang.

"Tolong tunggu sebentar."

Sembari menunggu sisa kembalian—yang sebenarnya hanya modus belaka agar bisa berada di sana sedikit lebih lama memandangi seorang kasir—Nijimura dengan gesit mengambil secarik kertas dan pena dari sakunya.

Akashi berjongkok, membuka laci bagian bawah konter kasir, mencari kumpulan uang logam yang sudah dibungkus rapi. Dengan terpaksa, memisahkan beberapa untuk ditukar, Akashi menghitung recehan yang jumlahnya sesuai dengan kembalian pembeli di depannya.

Kumpulan kepingan logam Nijimura terima dengan bungkusan plastik bening. Mengeluarkan segenggam dari dalam, ia menaruhnya di atas konter kasir.

"Untuk didonasikan." Senyum ganteng terukir.

"Terima kasih. Silakan datang lagi." Akashi berusaha membalas ramah walau hatinya gondok setengah mati.

Nijimura menarik pintu kaca dengan perasaan campur aduk. Berharap-harap cemas Akashi menyadari sepotong kertas bertuliskan nomor telepon miliknya yang ia selipkan di antara sela-sela keyboard meja kasir.


fin. (1)


a/n :

ngomong2 bagian tisu sama sabun itu terinspirasi /cielah/ dari komiknya tahilalats.