Sebelumnya author minta maaf huhuhu karena update chap3 sangatt telat (kemaren author ujian dulu hehehe)

dan mungkin ceritanya agak aneh atau gimana ya ~ intinya sih i hope you like aja lah ~ hehe

enjoy minna !

oh iya, seputar Sectoral Heterochromia , karena ini fanfic jadi author nambahin (cuma fiksi) kalo mata Shirozaki bisa berubah warna sesuai keadaan Normalnya heterochromia di kedua matanya, tapi dalam kondisi tertentu bakal berubah jadi pink-kemerahan, kebalik sama Akashi.


KRRRIIIINGG

Bel tanda istirahat pun berbunyi, seorang laki-laki berlari menghampiri Kagami yang masih duduk di tempatnya, wajahnya pucat seperti melihat hantu.

"K-Kagami-kun, seseorang mencarimu"

"eh ? siapa ?"

"i-itu..."

"Oi hiisashiburi Bakagami !" Ia mengangkat tangan kanannya. Padahal baru saja kemarin mereka bertemu.

"KITSUNE ! dia ada di kelas kitaa !"

"hee ? benarkah ? mengerikan ! apa dia akan mengutuk kita ?"

"ih ! aku tidak akan masuk kelas !"

"tak tahu malu ! kudengar ia mendekati Kiseki no Sedai, sekarang ia disini mendekati yang lain, ia benar-benar mengibaskan ekornya dimana-mana"

Kagami benar-benar terkejut dengan respon yang diberikan teman-teman sekelasnya ( minus Kuroko dan Aomine -yang udah keluar dari kelas-). Ia sendiri merasa risih dan siap-siap meledak-ledak, ia mengepalkan tangannya dengan keras.

"HEY KAL-"

HUP

Sebuah tangan yang dingin menyebrangi pundak kagami dan menutupi mulutnya dengan tepat. Kagami sendiri merinding dengan gerkan Shirozaki yang tiba-tiba dan begitu cepat.

"Sepertinya kau sangat bersemangat untuk belajar hari ini, Bakagami-kun" Shirozaki tersenyum manis, lalu melepaskan tangannya.

"Kurasa lebih baik kita belajar di perpustakaan , disana tidak banyak ngengat ~" Shirozaki tersenyum dan mengatakannya dengan riang.

kelas itu hening seketika.

Mereka berdua pun pergi ke perpustakaan. Shirozaki menjepit poninya ke atas menggunakan klip kertas yang ia bawa di saku jaket-merah-nya, Kagami hanya terpaku melihatnya, ia mengamati wajah Shirozaki yang terlihat sangat serius.

'disaat seperti ini dia terlihat manis' Wajah kagami pun bersemu merah saat menatapnya. Tapi ia segera menggelengkan kepalanya.

'Tidak tidak ! ada yang salah dengan kepribadiannya ! mungkin aku terlalu berimajinasi !'

Kagami menyadari sesuatu hal yang sedikit janggal. Mata Shirozaki kini dominan berwarna pink-merah (dominan merah), sedangkan warna mata birunya tidak terlihat terlalu jelas , tidak seperti waktu pertama kali mereka bertemu.

"Wah ! warna matamu berubah !"

"benarkah ?"

Kagami mengangguk , Shirozaki menarik napas panjang, ia memejamkan kedua matanya, lalu kembali membukanya, sekarang terlihat jelas kalau kedua matanya memiliki dua warna yang berbeda -seperti waktu pertama kali mereka bertemu-.

"b-bagaimana bisa ?"

"entahlah, mungkin karena terlalu fokus" Shirozaki tidak menjawab dengan serius.

Mereka duduk di sebuah sudut disamping jendela. Shirozaki terlihat membalikkan halaman demi halaman dengan serius, lalu menandai beberapa halaman dengan memo berwarna biru muda. Kagami menopang wajahnya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya membuka-buka halaman tanpa membacanya sambil mencuri-curi pandang ke arah Shirozaki yang masih saja serius, ia pun menguap, harus ia akui, kegiatan seperti ini benar-benar membosankan.

"Hey apa kau tidak terganggu poni sepanjang itu ? kenapa kau tidak memotongnya saja ?"

"Bakagami, sepertinya kau harus belajar dengan sedikit lebih serius, kau tahu kan, sebentar lagi ujian tengah semester, aku akan membantumu, jadi kali ini kumohon, lakukanlah yang terbaik" Shirozaki mengabaikan perkataan Kagami dan mengatakan hal ini dengan serius, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ada di tangannya, sesekali ia mengerutkan kedua alisnya.

Kagami menghela napasnya.

"aku tahu, aku juga mengerti kalau kau ingin segera terbebas dari hukuman ini , tapi aku har-"

BAM

Shirozaki menutup buku yang ia baca dengan cukup keras.

"aku tidak masalah meskipun aku harus menghabiskan tahun-tahun di SMA ku dengan hukuman seperti ini, hanya saja ..." shirozaki menghentikan kata-katanya, sepertinya ia mengucapkannya secara tidak sadar. Kemudian ia membuka buku yang ia tutup lagi dan mulai mencari-cari halaman terakhir yang ia tandai.

"..."

"Kalian terlalu berisik, ini perpustakaan , Nanodayo"

Seorang lelaki berambut hijau muncul dibalik tingginya rak buku , ia membenarkan kacamatanya, pandangannya beralih antara Shirozaki -yang masih asyik dengan bukunya- dan Kagami. Lalu dengan ekspresi datarnya yang serius ia kembali menghilang dibalik rak buku. Kemunculan yang sia-sia *batin author*

"Hey apa kau tidak lapar ?"

"..."

"hey"

"..."

Shirozaki tidak mendengarkan Kagami, ia masih sibuk dengan bukunya, lalu menyerahkan buku yang selesai ia tandai ke Kagami.

"aku sudah menandainya, aku harap kau -membaca- mempelajarinya, kudengar besok ada ulangan bab 3 , jadi aku menandai bab 3 sedikit lebih banyak dari yang lainnya"

"bagaimana kau tahu jadwalnya ?"

"ah .. aku meminta jadwal pelajaran mu pada Moriyama sensei kemarin"

"oh begi- UNTUK APA !?"

"ssshh! kau berisik Bakagami" Shirozaki segera menutup mulut kagami menggunakan tangannya, lalu dengan setengah berbisik ia menegur kagami, mata -hetrochromia- nya memandang langsung ke dalam mata Kagami, untuk beberapa alasan , mata itu terlihat begitu menenangkan, berbanding terbalik dengan sikap si pemilik yang cukup 'aneh'. Tanpa berkata apapun lagi, Kagami segera menuruti apa yang Shirozaki katakan dan mulai mempelajari buku itu.


Pulang sekolah ~

Riko meniup peluitnya, seketika itu juga pandangan semua orang tertuju padanya. Beberapa orang mulai berkumpul dan mengerumuninya.

"Hey kalian semua dengar ! Hari ini seseorang akan masuk dalam klub basket ini"

"hee ? benarkah-ssu ! bagaimana orangnya-ssu !?"

"kuharap dia tidak merepotkan sepertimu , nanodayo" Midorima tidak antusias, terlihat kalau ia tidak tertarik *maklum dia Tsundere*

"huaaa midorimacchi hidoi !"

"hee kalau begitu aku tidak sabar bertanding dengannya !" seorang lelaki derang rambut biru tua tersenyum menyeringai.

"eh siapa dia ? Rinko senpai ?" seorang wanita berambut pink menyambut dengan antusias.

"kalau soal itu..."

Tiba-tiba Karasuma sensei masuk Gymnasium, ia menggulung lengan kemeja putihnya, tangan kanannya yang kurus dan berotot terlihat -membawa- menggusur sesuatu. Terlihat pertigaan urat di pelipisnya.

"Kau itu kan masih muda ! nikmati saja masa mudamu !"

"Kita masih berada di sekolah sensei-san" Shirozaki berbicara dengan nada yang tenang, namun ia menekankan nadanya.

"Untuk itulah, sebagai seorang sensei, aku memerintahkanmu untuk masuk salah satu klub!"

"aku menerima tugas , bukan perintah"

"ANGGAP SAJA SAMA!" dan begitulah seterusnya, mereka berdua terus berargumen, sosok Karasuma sensei yang keren dan dingin tiba-tiba saja hilang, daripada Guru dan Murid , mereka lebih terlihat seperti kakak dan adik.

"aku juga tidak mengerti kenapa Klub lain menolakmu, bahkan klub Kyudo" Karasuma sensei menghela napasnya, ia terlihat depresi. Ia baru tersadar kalau seluruh perhatian terpusat pada mereka berdua, ia segera melepaskan pegangannya pada kerah baju Shirozaki dan berdeham. Shirozaki berdiri dan mulai berjalan pergi, namun tangan cekatan Karasuma sensei berhasil menarik kerah bagian belakang baju Shirozaki, memaksanya untuk kembali ke tempat semula.

"Ahem, Aida, ini orang yang kumaksudkan" Karasuma sensei menepuk pundak Shirozaki. Kemudian Karasuma sensei memberikan isyarat pada Riko untuk berbicara dengannya di bagian lain dari Gymnasium itu.

"Ah, namaku Akira Shirozaki, kelas 1-C-" kata-katanya terpotong.

"ki-kits" Kise segera menutup mulutnya sendiri, ia menatap Shirozaki dengan horror.

Shirozaki tersenyum hambar.

"Kau benar, aku adalah si kitsune , kalian pasti mengenalku kan, kalau begitu mohon bantuannya "Shirozaki membungkukkan badannya dengan anggun dan sopan nadanya berubah datar, tidak seperti saat ia berbicara dengan Karasuma sensei tadi.

Suasana disana tiba-tiba menjadi mencekam. Momoi tersenyum ceria.

"Kalau begitu, salam kenal Shirozaki chan ! namaku-"

"Satsuki Momoi, kelas 1-A , iya kan ?"

"eh ? bagaimana kau ?"

"semua orang sering membicarakanmu, kau populer" Shirozaki mengatakannya dengan nadanya yang datar, tapi kemudian ia tersenyum hangat kepada Momoi.

Momoi pun membalasnya degan senyuman manis. Wajahnya bersemu merah, lalu mereka mulai bercakap-cakap. Dalam waktu yang singkat, mereka menjadi akrab. Beberapa orang yang mengerumuni mereka juga sudah pergi.

"kitsune ? ya ? spertinya ia tidak terlihat buruk, nanodayo"

"Heh ! kita lihat saja ! apa yang anak itu bisa lakukan !"

Seorang lelaki bertubuh tinggi datang menghampiri Shirozaki, kulitnya yang cokelat tua berbanding terbalik dengan kulit putih pucat milik Shirozaki. Lelaki itu membungkukkan badannya, dan mulai mengamati Shirozaki.

"hah tak kusangka yang bergabung adalah wanita !" ia terlihat sedikit kecewa. Aomine terkenal akan reputasinya sebagai 'lelaki menyebalkan' , tidak ada seorang wanitapun (kecuali Momoi) yang tahan berada di dekatnya, selain itu beberapa wanita juga berkata kalau Aomine lelaki mengerikan.

"memangnya kau bisa melihat dengan poni panjang seperti itu ?" Aomine masih membungkukkan badannya , ia mendekatkan wajahnya ke Shirozaki dan mengamatinya lagi, tangannya mencoba meraih poni Shirozaki, yang langsung menepis tangannya menggunakan buku yang ia bawa. Aomine sedikit terkejut. Kemudian ia menyeringai.

'hee ? apa apaan respon ini ... menarik'

"Kenapa ? apa kau takut disentuh ? atau kau tidak percaya diri dengan wajahmu ?" ia masih menyeringai, nadanya pun sangat mengejek. Shirozaki tidak menghiraukan Aomine, ekspresinya tetap datar. Sekali lagi Aomine mengamati Shirozaki.

'tch ! ada apa dengan gadis itu ! kenapa dia mengabaikanku!'

"e-eto , Aominecchi, tidak seharusnya kau memperlakukan wanita seperti itu-ssu!"

"Hah ! apa kau yakin dia wanita ? dadanya saja begitu rata, sebagai laki-laki aku kasihan padanya" Aomine menghela napas, ia menunggu reaksi Shirozaki.

Shirozaki tersenyum dari hatinya , senyumnya begitu manis dan hangat. Pupil mata Aomine melebar. Shirozaki menghela napas panjang dan mulai berbicara.

"untuk sesaat aku berpikir untuk memotong poniku, tapi setelah aku pikir-pikir poniku berguna untuk menghalangi pandanganku dari mu, ahomine san, dengan begitu mataku tidak akan sakit saat memandangmu" Ia mengatakannya dengan nada yang riang dan sedikit tertawa.

Aomine lupa akan tujuannya 'mengerjai' gadis itu. Kini pelipisnya dihiasi perempatan urat.

"APA MAKSUDMU !" Midorima dan Kise menahan Aomine.

Punggung Shirozaki gemetar. ia menundukkan wajahnya , tangannya menutupi mulutnya.

"Sepertinya kau membuatnya menangis, nanodayo"

"Hah ! tak kusangka ia begitu ceng-"

"Pffffttt"

"eh ?" Semua orang yang berada disana heran, tidak ada yang berani berkata seperti itu kepada Aomine, meskipun bercanda, dan biasanya wanita akan menangis atau paling tidak menampar jika ada seseorang yang berkomentar seperti itu pada mereka.

Shirozaki menarik napas panjang, ia berhasil menahan tertawanya, tapi masih sedikit terkekeh.

"Kau mungkin benar Ahomine san, dadaku memang rata, tapi aku masih beruntung, setidaknya dadaku tidak serata otakmu" Gadis itu mengusap bulir air mata yang ada di pelupuk matanya,lalu mengatakannya dengan santai sambil sedikit tertawa.

"NAMAKU AOMINE !"


Seorang lelaki berambut merah hanya mengamati mereka dari kejauhan.

"Shirozaki.. ya? Dia benar-benar berubah" Lelaki itu menghela napasnya. Lalu tersenyum hambar.


Kuroko membalikkan badannya. Ia menatap Gymnasium yang berada tak jauh dari tempatnya berada.

"ada apa Kuroko ?" Kagami menghentikan langkahnya.

"tidak, kurasa aku mendengar sesuatu"

"tentu saja, sepertinya mereka bermain dengan semangat ! aku jadi tidak sabar ingin bermain" Kagami antusias.

Kuroko mengangguk.

"iya, setelah kita membeli minuman"

"haah jika dipikir-pikir bukankah ini tugas manager atau semacamnya ?"

"entahlah"