O.o

.

Disebuah hutan tak jauh dari perbatasan gerbang utama sebuah desa. Seorang pemuda berambut reven dan memakai jubah hitam sedang berjalan berlawanan arah dari desa tersebut. Itu membuktikan bahwa pemuda itu telah meninggalkan desanya. Pemuda tersebut tiba-tiba berhenti saat dia melihat seorang pemuda lain yang berambut jabrik berwarna pirang cerah, memakai jaket panjang oranye berkerah hitam, mengenakan hitae ate berlambang daun dikepalanya tengah berdiri didekat pohon sedang menunggunya.

"Huh... aku tak berpikir kau akan kemari." Pemuda berambut reven itu membuka suaranya.

"Mmm..."

Pemuda berambut reven itu memasang wajah menyesal ketika pandangan matanya tertuju pada lengan baju pria didepannya yang tak nampak keberadaannya. "Lagi dengan ini. Kau bertarung untuk mengehentikanku sampai ketitik kau kehilangan tangan karena kau temanku. Kau telah menyelamatkanku." Dia berkata penuh penyesalan.

"Kita yang dulu bertarung dan bertengkar karena hal-hal kecil, tapi sekarang kita mampu berbagi rasa sakit yang sama dari hati masing-masing. Dalam perjalananku didunia aku tersadar... segala perasaanku ini bukan hanya tentang kita, tapi aku yakin ini sama dengan segalanya. Tapi tak banyak orang sepertimu dan sesuatu tak berjalan sesuai rencana, lihatlah kita. Terutama saat sesuatu yang lebih besar." Lanjutnya

Pemuda pirang itu tersenyum mendengarnya. "Ini aku kembalikan." Kata pemuda pirang sambil menyerahkan hitae ate berlambang daun yang terdapat goresan horizontal ditengahnya.

"Aku akan menyimpan ini sampai kita benar-benar menyelesaikan segala sesuatu tentang kita. Aku rasa ini sama dengan berdoa dan sampai aku melakukannya, aku akan tetap kuat. Makluk yang telah dipercayakan dengan harapan... itulah kita. Itulah yang membentuk kita sebagai ninja." Kata pemuda berambut reven itu sambil memegang salah satu sisi hitae ate yang diberikan olehnya, saling tersenyum satu sama lain.

.

Kaichou wa Ojou-sama

Chapter 1 : Prolog

Disclaimer : Yang pasti bukan punya saya

Author : ini baru saya~ Anggarda sang El23

Rating : T

Pair : Sona X Naru,Sasu,Saji

Warning : Crack, gaje, aneh, OOC (mungkin), typo(tak luput), mungkin masih ada yang lain jadi waspadalah.

.

.

.

Ruang OSIS Kuoh Academy

Seorang gadis muda berambut hitam sebahu dengan mata yang berwarna ungu violet dan kacamata yang bertengger diatas hidungnya, kini sedang memandang datar buku yang tergeletak disalah satu meja yang ada diruangan tersebut.

Naruto chapter 699

Tulisan itu tertera pada sampul buku tersebut, dan dapat diartikan judul buku yakni Naruto, edisi ke 699.

"Saji." gadis itu berdesis.

Cklek

Pintu terbuka dan menampakkan seorang pemuda berambut pirang asal-asalan dengan wajah penuh keringat dingin sedang bergumam tak jelas. "Aduh celaka, bagaimana ini, kalau sampai komikku ketahaun Kai-," Gumamannya berhenti ketika dia melihat gadis yang sedang dibicarakannya sedang berdiri di dekat mejanya dan menatapnya dengan tatapan tajam.

.

.

"-chou." lanjutnya

Glek

Pemuda itu meneguk ludahnya dan semakin berkeringat dingin karena merasa terintimidasi oleh sang Kaichou. 'Kuso, aku kalah cepat dengan Kaichou.'

"Kaichou. Ka-kaichou ti-tidak istirahat makan siang?" Pemuda berambut pirang itu bertanya dengan penuh kegugupan sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.

Mata gadis itu semakin menyipit mendengar pertanyaan dari pemuda didepannya yang sudah sangat kentara sekali sebagai pengalih perhatian.

Tidak mendengar satu balasanpun dari sang Kaichou membuat pemuda itu semakin berkeringat dingin. "A-ada a-apa ya?"

Mendengar ucapan sok polos dari sang pemuda membuat Gadis bernama panjang Sona Sitri itu akhirnya membuka suaranya. "Kau mungkin sudah tahu, kan saji?"

"A-apa ya, aku tidak mengerti maksudmu Kaichou." Jawab saji masih mencoba menghindar.

Mendengar laki-laki didepan pintu itu masih ngeles, Sona menggeser tubuhnya kesamping kiri

Glek

Saji langsung meneguk ludahnya melihat apa yang ada diatas mejanya. 'Kuso, kenapa bisa ketinggalkan disitu. Argh seharusnya kan itu ada dilaci.' Katanya dalam hati.

Sona tersenyum sambil memiringkan kepalanya. "Jadi?"

Saji langsung berlutut dan menyatukan kedua telapak tangannya. "Mohon pengampunanmu Kaichou."

"Kau seharusnya sudah tahu semua peraturan yang berlaku diruangan ini. jadi kenapa kau bisa membawa komik kemari?" Tanya Sona seraya membenarkan posisi kacamatanya.

"Maafkan aku Kaichou, aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Oh tentu, Itu sudah pasti. Karena komik itu tak akan ada lagi didunia ini."

Saji langsung memasang wajah syok mendengar perkataan Sona. "A-apa?"

Sriiing

Muncul lingkaran sihir berwarna biru diatas meja saji, siap mengeluarkan apa saja untuk mengenai benda dibawahnya.

"Kaichou jangan!"

"ERO HENTAI!"

"Matsuda cepat!"

BRAAAAK

"eh."

Sona yang sedang berkonsentrasi dengan lingkaran sihirnya memekik pelan dan sinar berwarna biru transparan muncul dari lingkaran sihir itu, menurun lurus tepat kekomik diatas meja tersebut.

Ciuuuu sriiing

"Waaaa!"

Braak bugh bugh

Dari komik tersebut muncul 2 orang laki-laki yang tepat jatuh didepan kaki Sona.

"Kalian, apa yang kalian lakukan?!" Bentak Saji kepada 3 orang pemuda mesum yang mendobrak masuk keruang OSIS tanpa ijin.

"Cahaya apa itu tadi?" Seorang pemuda berkepala botak yang merupakan salah satu dari pendobrak tadi bertanya.

"Ittai tai tai." Sona yang masih setengah syok dari apa yang telah terjadi kini kembali memekik pelan ketika mendengar rintihan dari pemuda berambut pirang yang terjatuh didepannya.

Pemuda itu megusap-ngusap kepalanya. Dan ketika pria itu mendongkak, sepasang mata biru yang lebih indah dari langit cerah tertangkap mata violet dibalik kacamata iblis cantik clan sitri itu.

Pemuda itu menaikan alisnya melihat tatapan penuh pesona Sona yang dia artikan sebagai pengganti kata 'Ada sesuatu diwajahmu'.

Dilain tempat, sepasang mata yang berbeda yakni onyx kelam dan mata ungu berpola riak dengan 9 tomoe disekitarnya tanpa berkedip terarah lurus kewajah Sona. 'si-siapa dia' batin pemuda berambut reven pemilik mata tersebut.

"Teme, kita ada dimana?" Tanya pemuda berambut pirang kepada pemuda berambut reven disampingnya yang masih mematung memandang wajah Sona.

Melihat pemuda disamping yang ditanyainya itu tidak menjawab, perempatan urat muncul didahi pemuda berambut pirang. "OII SASUKE!"

"Eh. Hn ada apa?" Pemuda yang dipanggil Sasuke itu menoleh kepada pemuda pirang yang memanggilnya.

"Kau mendengarkanku tidak sih?" Kata pemuda berambut pirang kesal.

"Mereka... Naruto, Sasuke." Saji berkata dengan memasang wajah syok.

"Orang itu keluar dari komik yang terkana cahaya tadi." Kata Motohama, pria berkacamata salah satu dari pendobrak tadi.

Sona menoleh ke Motohama dan Sona tersadar bahwa ada orang luar yang melihat kejadian tadi.

"Saji, Hyodou-kun urus mereka berdua." Kata Sona sambil memberikan tanda pada Saji.

"Ha'i Kaicho. Ayo Hyodou."

"A-ah iya." Hyodou Issei yang merupakan salah satu dari mereka dan juga salah satu dari spesies seperti Sona berkata dengan penuh gelagapan.

Kemudian Saji dan Issei langsung menggiring Matsuda dan Motohama keluar ruangan dan melakukan apa yang harus dilakukan terhadap manusia biasa yang sudah menonton fenomena supranatural seperti mereka.

Selanjutnya dengan segera Sona menciptakan lingkaran sihir kecil berwarna biru yang merupakan tipe komunikasi disamping kanannya.

"Tsubaki, cepat datanglah keruang OSIS sekarang." Sona sedang berkomunikasi dengan wakilnya melalui lingkaran sihir tersebut.

Kemudian dia merentangkan tangan kanannya kesamping dan seketika lantai,dinding dan langit-langit dalam ruangan tersebut terselimuti es tebal berwarna biru.

Dia kembali memasang wajah datarnya dan mengarahkannya pada kedua pemuda didepannya. Sona telah kembali pada Sona yang tenang nan elegan namun tak kenal ampun pada lawan dan juga pelanggar peraturan. Dia sadar bahwa menatap penuh pesona pada seorang yang tidak dikenal adalah suatu hal yang konyol dan tidak bermutu.

"Siapa kalian?"

"Aku punya pertanyaan yang sama untukmu." Pemuda berambut pirang itu berkata sambil menunjuk-nunjuk wajah Sona.

"Tenanglah Naruto." Pemuda disampingnya menginterupsi sambil memegang bahu kirinya.

Kemudian pemuda itu, Sasuke menghadap kearah Sona. "Kami bukanlah orang jahat. Kami sendiri juga tidak tahu kenapa kami bisa berada disini. Tadi kami tiba-tiba saja tersedot lingkaran aneh berwarna biru dengan simbol aneh didalamnya dan seketika kami berada disini." Lanjutnya.

'Apa mungkin maksud mereka itu lingkaran sihirku?' Batin Sona.

"Alasanmu tidak cukup kuat untuk meyakinkanku."

"Hey itu memang benar tau." Bentak Naruto.

Sriiiing

Tiba-tiba muncul lingkaran sihir berwarna biru diatas mereka . Dari lingkaran sihir tersebut keluar sosok gadis berkacamata, berambut hitam panjang yang sedang mengarahkan tebasan Naginata kearah Naruto secara vertikal dari atas kebawah.

Triiiing

Naginata itu ditahan Naruto dengan menggunakan kunai yang dipegang tangan kirinya.

Kemudian mereka berdua melompat mundur secara bersamaan.

"Tsubaki." Gumam Sona menyebut nama gadis yang menyerang Naruto yang ternyata adalah wakilnya Tsubaki Shinra.

Tsubaki sama sekali tak menanggapi Kingnya. Dia masih dalam mode siap tanding, dia menatap Naruto dengan tatapan yang dingin. "Siapa kau? beranni-beraninya kau membentak Kaichou" Tanya Tsubaki wakilnya.

Lain dengan Naruto, dia melihat lawannya itu dengan tatapan kesal. "Kau sendiri siapa? Nongol begitu aja." Bentaknya.

"Kau." Desis Tsubaki. Lalu dia kembali melaju menyerang Naruto.

"Jadi kau memang ingin bertarung ya." Naruto berkata dengan wajah kesal seraya mengambil posisi kuda-kuda.

Karena sudah seperti ini mau tidak mau Sona akan ikut bertarung. Sedangkan Sasuke dia hanya mendesah melihat semua itu.

Tsubaki menebaskan Naginatanya secara horizontal keleher Naruto, namun dengan refleknya sebagai ninja Naruto melakukan salto kebelakang membuat lehernya selamat dari tebasan Naginata Tsubaki.

Setalah posisinya sudah menjauh dari Tsubaki, Naruto langsung melemparkan kunai yang berada ditangan kirinya kearah Tsubaki. Melihat kunai yang mengarah padanya Tsubaki hanya memiringkan kepalanya kesamping kanan dan-.

Poff

Kunai yang melewatinya itu berubah menjadi Naruto yang mengarahkan tusukan kunai kepunggungnya. Kunai itu adalah bunshin Naruto yang sudah disiapkan disela-sela waktu percakapan dirinya dengan Tsubaki tanpa sepengetahuan Tsubaki dan Sona karena posisi mereka yang berada didepan Naruto sehingga mereka tak nampak apa yang terjadi dibelakang punggung Naruto.

Byaar

Poff

Seekor harimau air menerkam bunshin Naruto dan bunshin itupun lenyap menjadi kepulan asap.

Naruto yang asli yang berada dihadapan Tsubaki menatap lurus kebelakang Tsubaki, kearah seorang gadis Berkacamata dengan rambut pendek yang memasang wajah datar untuknya.

Gadis itu kemudian berkata. "Jika kau bertarung dengan pelayanku, maka kau juga harus bertarung denganku."

Setelah mengatakan itu Sona menyerang Naruto dengan Harimau tadi yang kini melaju menerjang Naruto dengan terkamannya. Karena ruangan tempat pertaruangan ini memang tak cukup luas, saltonya yang digunakan untuk menghindari tebasan Tsubaki tadi membawa Naruto terpojok disudut ruangan. Belakang dan samping adalah tembok. Jalan yang ada hanyalah didepan, namun Jalannya sudah terblokir oleh Harimau air yang semakin mengeleminasi jarak padanya.

Byuuur

Harimau itu bertabrakan dengan dinding sudut ruangan.

Melihat itu Sona dan Tsubaki tersenyum puas.

"Huh, tadi itu hampir saja."

Mendengar suara itu spontan saja kepala Sona dan Tsubaki menengadah keatas. Dan ketika mereka melihat apa yang ada diatas sana, satu-satunya yang mereka lakukan adalah melebarkan kedua kelopak mata mereka. Diatas Sana ada Naruto yang sedang berjongkok dengan posisi terbalik menghadap kebawah memandang Sona. Namun tak berselang lama mata Sona menajam. Kemudian Sona mengubah es dilangit-langit tempat Naruto berpijak menjadi air yang membentuk ular dan ular itu melilit Naruto membuatnya tak bisa bergerak. Kemudian lingkaran sihir tercipta dari tangannya, dari lingkaran sihir itu keluar Naga air yang cukup besar yang melaju keatas mengarah pada Naruto.

Wussh

BAAAAANG

Naga air itu menabrak Naruto.

Kepulan uap air menutupi tempat Naruto, membuat pandangan Sona terhalang. Sona menatap tempat Naruto tanpa berkedip, menunggu uap itu menghilang dan menampakkan apa yang ada diatas sana. Momen ketika Naga air tadi bertabrakan, Sona sempat melihat kilauan cahaya oranye yang serasa memenuhi ruangan meskipun hanya sekilas. Dia merasa serangan tadi tertahan oleh cahaya itu, karena kalau dilihat cahaya itu seperti kejutan gelombang energi yang diledakan dari pancaran kekuatan Naruto.

Uap air itu semakin menipis, Sona menyipitkan matanya berusaha memfokuskan pandangannya pada titik dimana Naruto berada tadi. Dan ketika uap air itu menghilang, nampak Naruto yang masih berdiri terbalik dilangit-langit kini tubuhnya terselimuti oleh aura kuning keoranye-oranyean menatap Sona dengan pandangan tajam.

"Kalian, sudah cukup."

Sona,Tsubaki dan Naruto mengarahkan pandangnnya keasal Suara.

"Apa maksudmu teme?" Naruto meneriaki orang yang berbicara tadi yakni Sasuke.

"Sudahlah Naruto. Kenapa kau malah bertarung dengan mereka."

"Tapi kan mereka yang mulai duluan."

Mendengar itu Sasuke menghembuskan nafas berat. Kemudian dia mengarahkan pandangannya pada Sona. "Kau, kumohon dengarlah. Kami sungguh tak bermaksud mencari masalah, kami hanya tak sengaja terdampar ditempat ini."

Sona menatap lekat-lekat kedua mata Sasuke, berusaha mencari kebohongan disana. Namun berapa lamapun dia melakukannya, Sona sama sekali tak menemukan kebohongan disana.

"Baiklah. Perkenalkan nama kalian."

"Uchiha Sasuke." Sasuke berkata dengan nada kelem nan cool.

Sementara Naruto dia berkata dengan ekspresi cemberut. "Uzumaki Naruto."

"Aku Sona Sitri ketua OSIS Kuoh Academy, dan dia adalah wakilku Tsubaki Shinra."

"Jadi, ini dimana?" tanya Sasuke

"Kalian berada di ruang OSIS Kuoh Academy." Jawab Sona.

"Ruang OSIS? Kuoh Academy? Aku tak pernah ingat ada tempat seperti itu!" Kata Naruto, kemudian dia menghilangkan mode Kyuubinya dan turun kebawah kesamping Sasuke.

Sona mengangkat telapak tangannya yang terbuka kedepan dan aura air tecipta disana. Kemudian es yang menyelimuti seluruh bagian dalam ruangan tersebut menghilang meninggalkan kilauan kelap-kelip sebagai jejak. Es itu tadi merupakan sebuah kekkai khusus ciptaan Maou Leviathan yang merupakan Onee-san nya. Serafall Leviathan menciptakan itu untuk mencegah kerusakan area jika terjadi penyerangan dari musuh yang mungkin menyusup ke ruang OSIS, bagaimanapun ruang OSIS di Kuoh Academy itu merupakan pangkalan iblis, jadi sudah wajar bila ada musuh yang mencoba membuat ulah. Dan yang bisa mengaktifkan kekkai tersebut hanyalah mereka yang merupakan iblis murni clan Sitri.

Melihat itu Naruto menoleh kehadapan Sasuke dengan aura pundung menyelimuti bagian belakang tubuhnya, seolah berkata 'Aku dikacangin.'

Sasuke yang melihat Naruto seperti itu hanya mendesah.

"Tsubaki, pergi panggil Saji kemari." Perintah Sona kepada wakilnya Tsubaki.

"Ha'i Kaichou." Tanggap Tsubaki. Kemudian dia segera menuju pintu dan segera pergi keluar ruangan.

Setelah itu Sona menciptakan Lingkaran sihir kecil didepannya, lalu gambar hologram diproyeksikan diatasnya dan menampakkan wajah seorang gadis manis berambut hitam twintail yang mengenakan jass hitam panjang perempuan.

"Sona-chan, aku merindukanmu. Aku tahu kamu pasti juga merindukan Onee-chan kan? " Suara kekanak-kanakan itu berasal dari gadis tadi.

"Onee-sama, apa kau punya waktu sebentar." Tanya Sona. Yahh, gadis itu adalah Serafall Leviathan.

"Mou So-tan, setidaknya katakan aku juga merindukanmu." Serefall berkata sambil memayunkan bibirnya.

Mendengar itu rona merah tipis tercipta di masing-masing pipi Sona dan terlihat setetes keringat jatuh menuruni pelipisnya.

"A-a-aku juga me-merindukanmu." Kata Sona dengan memalingkan wajahnya.

Melihat itu Naruto dan Sasuke sweartdrop ditempat.

"Aku sangat-sangat merindukanmu, apa kamu sehat-sehat saja? Rasanya sepi gak ada kamu. Disini sangat membosankan, Sirzech-chan keluar bersama Ajuka-chan, sedangkan Falbi-chan, dia tidur dikursinya. Aku sebal, kenapa hanya aku yang masih aktif disini, aku kan juga pingin refresing dan bla bla bla. . . . ." Serafall mengeluarkan semua uneg-unegnya dengan beragam ekspresi.

Naruto dan Sasuke yang melihat itu kembali sweatdrop ditempat. 'Dia adalah spesies yang benar-benar langka.' Batin keduanya.

Sona kini wajahnya semakin memerah karena tingkah dari Onee-sannya yang bertolak belakang darinya. Kemudian dia berkata. "Onee-sama, kumohon tolong dengarkan aku."

"Are. Ada apa?" Serafall berkata sambil memasang wajah bingung.

Bisakah kau datang kemari? Aku membutuhkanmu disini."

"Hee, jadi kau benar-benar rindu ya sama Onee-chan. Tentu saja aku akan segara kesana." Kata Serafall penuh keceriaan. Kemudian hologram dirinya menghilang.

Sona menahan suaranya karena Onee-sannya yang narsis itu.

Kemudian dia melangkah pada sofa yang ada di ruangan tersebut sambil berkata. "Kalian berdua, duduklah."

Naruto dan Sasuke duduk berdampingan didepan Sona. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, Saji dan Tsubaki datang dari pintu tersebut.

"Kaichou... dan Na-Naruto, Sasuke, jadi tadi itu-,"

"Ano, maaf apa kita pernah bertemu?" Naruto memotong perkataan Saji seraya mengacungkan tangan.

Mendengar itu Saji mengeluarkan ekspresi tenang. "Huh, kau adalah bocah ramen bodoh yang mengalahkan Madara. Aku tak percaya orang sepertimu berhasil mengalahkannya. Sialan kau Masashi." Saji berkata dengan kemarahan diakhir kalimatnya.

"Hee? Apa maksudmu pirang? Selain itu, siapa yang mengalahkan Madara? Kakek tua itu mati karena mengeluarkan nenek kelinci kedunia ini. jangan-jangan kau adalah sisa anak buahnya!" Naruto langsung loncat dan berdiri diatas Sofa dengan memasang kuda-kuda bertarung.

"Siapa yang kau panggil pirang, kau sendiri juga pirang. Huu, aku adalah penggemar berat Madara. Kau, berani-beraninya kau memanggil Madara-sama dengan sebutan kakek tua."

"Kau benar-benar tidak waras. Apa yang kau gemari dari psikopat gila itu? Dan tentu saja dia pantas dipanggil kakek tua, dia hidup dizaman dimana desa Konoha belum ada, dia bahkan jauh sekali lebih tua dari Sandaime-jiji."

"Memangnya kenapa kalau aku menggemarinya hah? Dia tentunya lebih hebat darimu. Dia menghabisi satu batalion dibawah pimpinan Kazekage dan Tuchikage sendirian hanya dengan 10% kekuatannya." Saji berkata sambil memajukan wajahnya pada Naruto yang berada diatas Sofa dengan ekspresi menantang.

"Oh ya? Tapi sayangnya aku pernah menendang bokongnya." Naruto juga melakukan hal yang sama pada saji yang berada dibawahnya.

"Huh, kau hanya melakukannya sekali. Tak sadarkah kau sudah berapa kali Madara menendang bokongmu dan rubah kecilmu!?"

Naruto sedikit gelagapan mendengarnya, kemudan dia menunjukan ekspresi kesal. "Kau ingin berkelahi ya?"

"Ayo, siapa takut." Kata Saji seraya menyincingkan lengan bajunya.

"Ada da da daw daw!/Itta ta ta tai tai!"

Saji dan Naruto merintih kesakitan ketika Sona yang menjadi penengah datang dengan menjewer telinga mereka. "Apa kalian bisa berhenti?"

"Ha'i" jawab mereka serentak.

Sona melepaskan tangannya dari telinga mereka dan kembali ketempat duduknya. Saji dan Naruto mengelus-ngelus telinga mereka yang memerah. 'Sialan, dia wanita yang menyeramkan' Batin Naruto.

'Huh, Kaichou sungguh menakutkan.' Batin Saji.

Disela-sela kesakitan Saji dan Naruto, sebuah lingkaran sihir berwarna biru muncul didepan pintu dan dari lingkaran sihir itu keluar gadis berjass yang tadi berkomunikasi dengan Sona.

"Soooo-tan, Onee-chan mu yang imut ini sudah datang." Suara kekanak-kanakan bin Narsis itu keluar dari mulut gadis penggemar mahou Shojou itu. Dia berlari ketempat Sona duduk sambil membuka kedua tangannya lebar-lebar. "Berikan Onee-chan pelukan hangat."

Tapi bukannya pelukan yang didapat, namun malah sebuah telapak tangan yang menutupi wajahnya, menahannya muju kedepan lebih dekat lagi. Serafall dalam posisi tidak elit itu, hanya bisa mengoyang-goyang kan kedua tangannya kedepan, berusaha sebisa mungkin meraih pelukan sang adik. "Onee-sama, kumohon jangan mulai." Sona berkata dengan telapak tangan yang masih berada diwajah Serafall sambil memalingkan wajahnya kesamping yang sudah merah padam menahan malu. Setelah beberapa saat setelah mengatakan itu, Sona menarik kembali telapak tangannya dari wajah Serafall.

"Mou, Sona-chan jahat banget, tak bisa melihat Onee-chan senang dikit, Onee-chan jadi sedih." Rajuk serafall sambil mengucek-ngucek matanya berpose menangis.

Sasuke dan Naruto sweatdrop melihatnya.

"Dia cocok denganmu, sama-sama konyol seperti anak kecil" Bisik Sasuke ketelinga Naruto.

"Apa maksudmu seperti anak kecil. Kau itu yang seperti anak kecil." Naruto meneriaki Sasuke penuh kekesalan.

Perhatian Serafall tersita mendengar teriakan Naruto. Serafall memandang Naruto dengan pandangan kosong dan mulai berjalan mendekatinya seperti Zombie. Naruto menoleh kewajah Serafall. Dan ketika pandangan mereka bertemu, kerutan tercipta didahinya.

Ketika Serafall sudah berada didepan Naruto yang duduk dikursi, dia mengangkat tangan kanannya dan menaruhnya dipipi sebelah kiri Naruto. Dengan masih memandang kosong seperti Zombie, dia Mengelus pipi yang terdapat 3 kumis kucing itu dengan lembut.

Lembut dan hangat. Itu yang dirasakannya ketika telapak tangannya bergesekan dengan pipi Naruto.

Sasuke,Tsubaki dan Saji yang melihat itu hanya bisa sweatrop ditempat, jadi tadi Serafall berjalan seperti Zombie seperti itu hanya untuk mengelus pipi Naruto. Sedangkan Sona, entah kenapa hatinya sedikit merasa nyeri melihatnya.

Dari pipi, kini tangan Serafall berpindah kebawah dagu Naruto. Membelai dagunya seperti Kucing. Kemudian menggelitiknya.

"Hmppf, hahahahaha geli tau?" Naruto yang diperlakukan seperti itu, tentu tak bisa untuk tidak tertawa menanggapinya, namun tak berselang lama dia berdiri dari kursinya dan menjitak keras kepala Serafall. "Apa yang sedang kau lakukan, menjijikan."

Tsubaki dan saji yang melihat itu kini melebarkan matanya, mereka kaget melihat seorang Raja Iblis seperti Serafall dijitak oleh manusia pirang seperti Naruto. Sedangkan Sona, dia juga terbelalak kaget melihatnya, namun dalam hatinya ada rasa puas yang tercipta setelah melihat itu.

"Apa yang kau lakukan brengsek?!" Saji menegur Naruto dengan ekspresi penuh kemarahan.

"Harusnya kau bilang itu padanya!" Naruto ganti membentak Saji sambil menunjuk kearah Serafall yang mengelus-ngelus kepalanya.

"Sona-chan, kau tak pernah bilang punya boneka yang bisa bicara semanis ini, kyaa imutnya!" Serafall yang sudah kembali dari acara mengelus-ngelus kepalanya kini memeluk Naruto dari belakang dan mencubit pipinya gemas.

"Hoiw, lewpaskwan." Ujar Naruto sambil meraih kedua tangan Serafall dan melepaskan dari pipinya.

"Onee-sama, dia bukan boneka. Dialah alasanku memanggilmu kemari." Sona menghamipiri kedua orang yang berpelukan itu dan menengahinya.

"Hee? Kalau bukan boneka terus apa?" Tanya Serafall dengan wajah polos.

"Tolong dengarkan cerita mereka." Sona mempersilahkan Naruto dan Sasuke untuk bercerita. Serafall duduk disamping Sona dan mendengar semua cerita yang dituturkan Naruto dan Sasuke, Sona juga menambahkan sedikit cerita melalui sudut pandangnya.

"Hee? Kau semakin hebat saja So-tan." Setelah mendengar semua kronologi yang terjadi dari Naruto dan Sasuke, Serafall hanya berkomentar seperti itu.

"Onee-sama, ini bukan waktunya untuk itu. Aku sendiri tadi tak tahu apa yang kulakukan. Bagaimana menurutmu?" Sona meminta pendapat dari sang kakak.

"Yah, itu jelas kekuatan iblismu." Jawab Serafall.

"Aku tak pernah tau kekuatan iblis bisa mengeluarkan tokoh komik."

"Yah, aku juga baru tahu kali ini. aku tak menduga kemampuan kita bisa diterapkan pada komik."

"Jadi, bagaimana ini bisa terjadi?"

"Prinsipnya sama dengan ini." Serafall membuka telapak tangannya didepan dan lingkaran sihir tercipta diatasnya, dari lingkaran sihir itu Seekor burung es tercipta dan terbang kesana kemari didalam ruangan. "Sama seperti kau yang memanipulasi air dan membentuknya menjadi apa yang kau mau. Dan kau selain membentuknya, kau juga bisa memberikan energi kehidupan padanya, membuatnya mempunyai pikirannya sendiri." Serafall berkata sambil menunjuk burung es yang terbang kesana kemari keliling ruangan pada kalimat mempunyai pikirannya sendiri.

"Jadi itu sebabnya." Gumam Sona.

"Ano, sebenarnya aku tak paham dengan kata komik, iblis, tokoh komik, apa itu semua." Naruto berkata dengan memasang wajah bego.

Sona mengambil buku yang terletak dimeja kerja Saji dan menyerahkannya pada Naruto.

"Heee, lihatlah Teme, kita berdua ada dibuku." Naruto berkata dengan girang sambil menunjukan gambar komik yang terdapat dirinya dan Sasuke yang saling memegang sisi hitae ate pada Sasuke.

"Dobe, ini bukannya waktu tadi ketika aku pergi." Tanya Sasuke.

"Iya betul. Siapa ya, yang menggambarnya?" Naruto berkata dengan ekspresi takjub.

"Mana kutahu. Siapa yang menggambar ini?" Tanya Sasuke pada Sona.

"Tanyakan itu pada Saji. Aku tak terlalu mengerti soal manga." Jawab Sona.

Sasuke menoleh pada Saji. "Itu Masashi Kishimoto, dialah penciptamu." Kata Saji.

"Penciptaku?" Tanda tanya besar muncul diatas kepala Sasuke.

"Yah, kau adalah karater fiksi karangan Masashi Kishimoto. Kau tidak benar-benar ada, kau bisa berada disini karena Kaichou." Kata Saji.

"Yang benar saja, aku tak mungkin mempercayai hal seperti itu."

"Itu benar, kau tidaklah nyata."

"Tidak mungkin. Semua yang sudah kulalui, Kebencian, dendam, pertarungan dan perjuangan yang kualami semuanya kau sebut tidak nyata?"

"Itulah kenyataannya. Semua itu adalah kisah yang dikarang oleh penciptamu." Sona ikut masuk dalam percakapan.

"Aku tak percaya." Kata Sasuke

"Itu benar Sasu-tan. Kalau kau tak percaya kau bisa bertanya langsung pada penciptamu." Perempatan urat yang muncul dipelipis Sasuke berkedut mendengar panggilan Serafall padanya. "Tapi." Serafall memberikan ekspresi serius dengan kata 'tapi'nya.

""Tapi?"" Tanya Sona dan Sasuke serentak.

"Kau takkan bisa bertahan sehari didunia ini." Kata Serafall membuat semua yang ada disana melebarkan kedua matanya.

"Apa maksudmu?" tanya Sasuke.

"Kau akan lenyap karena kemampuan Sona tak akan bertahan lama." Jawab Serafall.

"Apa maksudmu Onee-sama?"

Serafall menaruh telapak tangannya kedepan dan burung es yang berkeliaran diatas mereka turun hinggap diatas telapak tangannya. Lalu burung es itu tiba-tiba lenyap meninggalkan kelap-kelip sisa-sisa es darinya.

Kemudian Serafall berkata. "Seperti halnya burung tadi, burung itu tak akan bertahan lama berada didunia ini. apalagi kalau dia semakin menjauh dari penciptanya."

"Jadi mereka akan menghilang." Lirih Sona.

Serafall yang melihat ekspresi Sona yang seolah sedih jika kehilangan 2 orang ciptaannya itu segera menambahkan. "Tapi, jika kau mau. Kau bisa menghidupkan mereka seutuhnya dengan evil pieces."

"Benarkah?" Tanya Sona dengan ekspresi tak percaya.

"Yah, aku tidak tau sih. Tapi apa salahnya mencoba." Kata Serafall sambil menggaruk pipinya dengan telunjuknya.

"Tunggu dulu, aku benar-benar tidak mengerti apa yang kalian bicarakan." Naruto yang tadinya fokus membaca komik Saji kini bertanya.

"Kalian akan lenyap karena kekuatan iblis So-tan menguar secara perlahan dan pada akhirnya tidak tersisa dan kalian lenyap." Jawab Serafall.

"Iblis?" Tanda tanya besar muncul diatas kepala Naruto.

"Yah, kami semua adalah iblis." Yang berkata adalah Sona, kemudian sepasang sayap kelelawar keluar dari belakang punggungnya, begitu juga dengan Saji dan Tsubaki. Sedangkan Serafall, dia hanya tersenyum melihatnya.

Naruto yang melihat itu melotot tak percaya, sedangkan Sasuke dia tidak menunjukan ekspresi sama sekali.

Sona yang melihat Naruto menunjukan ekspresi tidak percaya seperti itu segera berkata. "Aku tau menurut kalian ini memang tak bisa dipercaya, tapi-."

"Ba-bagaimana?" Sona menaikkan alisnya melihat Naruto yang bergumam dengan memundurkan kakinya selangkah.

"BAGAIMANA BISA KALIAN SEKEREN INI, DATTEBAYOO?!"

Seketika Sasuke dan Saji terjungkal kebelakang ditempat mereka. Serafall hanya tersenyum. Sedangkan Sona dan Tsubaki menatap tak percaya Naruto yang memandang mereka dengan tatapan berbinar-binar dengan hati berwarna merah muda yang mengelilinginya sambil bergumam. "Haa?"

"Lihat Sayap-sayap ini, bolehkah aku memilikinya?" Naruto berkata sambil memegang sayap Sona dan mengepak-ngepakkannya dari belakang. Seketika Saji,Tsubaki, Sasuke sweardrop melihatnya.

Saji yang masih sweatdrop, melihat Sona yang berusaha melepaskan pegangan penuh antusias Naruto pada sayapnya berbisik pada Tsubaki. "Dia bilang ini keren?"

Tsubaki tersenyum mendengarnya. "Seleranya cukup bagus."

Serafall yang melhat antusiasme Naruto langsung mengahampirinya dan bergelayut pada lengannya. "Jika kau mau, kau bisa memilikinya Naru-tan."

"Bagaimana aku memilikinya?" Tanya Naruto penuh antusias.

"Kau bisa memilikinya jika kau mau direnkarnasikan menjadi iblis dengan menggunakan Evil Pieces." Kata Serafall.

"Ho benarkah? Kalau begitu, apa yang kutunggu? Segera bawa makanannya."

"Evil pieces itu bukan makanan Naru-tan. Tapi, So-tan cepat lakukan." Kata Serafall sambil menyuruh Sona untuk segera merenkarnasikan Naruto.

"Tunggu dulu."

Semua orang disana menolehkan kepalanya pada Sasuke yang menginterupsi.

"Aku tak tahu apa yang kalian rencanakan dan aku tak percaya dengan semua omong kosong ini. iblis, tokoh fiksi, apa itu. Aku tak percaya jika semua yang kualami hanyalah karangan seseorang." Sasuke berkata dengan penuh kekesalan. Dia sebenarnya juga ada rasa ingin untuk bersama gadis bermata Violet yang mengenakan kacamata itu, namun dengan semua perkataanya tentang dunianya dia tak bisa melakukannya. Kalau begitu apa arti pengorbanan Itachi, apa arti perangnya kemarin, dan lalu apa arti desa dan teman-temannya disana, apa. Dia tak mungkin menerima kenyataan yang membuat semua kejadian-kejadian yang dialaminya itu hanyalah fiksi belaka.

"Apa maksudmu Teme? Jika kau tak mau, biar aku saja." Protes Naruto.

"Buka matamu bodoh. Apa kau bisa menerima semua perkataan mereka? Tentang perjuangan kita selama ini, tentang perang yang kita alami, tentang teman-teman kita. Apa kau akan menerima bahwa mereka tidak ada." Sasuke berkata sambil memegang kerah jaket Naruto.

Naruto nampak melebarkan matanya, dia memikirkan perkataan Sasuke. Iya itu benar, Naruto tak mungkin bisa menerima semua itu. Semua yang dijalaninya, perjuangannya menyadarkan Sasuke dan perjuangannya mencari kedamaian, tak mungkin itu hanya karangan belaka.

"Kumohon dengarkan, mungkin memang kalian tak bisa menerimanya. Tapi itulah kenyataan. Kami disini siap menjadi pengganti untuk semuanya." Sona berkata sambil memberikan senyumannya pada Naruto dan Sasuke.

"Maaf, kami belum bisa meninggalkan mereka begitu saja." Sasuke berkata tanpa membalas senyuman Sona. Kemudian dia menarik tangan Naruto dan berkata pada Sona. "mohon maaf, tapi kami harus pergi, permisi."

"Hey tunggu. Kau tak boleh jauh-jauh dariku. Kau akan lenyap kalau berada jauh dariku." Sona berkata untuk mencegah mereka pergi.

"Kalau memang itu terjadi, tak apa. Mungkin aku bisa kembali." Kata Sasuke sambil menolehkan sedikit kepalanya kebelakang.

"Itu bukan jaminan. Kau mungkin saja lenyap dan menjadi unsur-unsur terkecil diudara." Sona berteriak pada Sasuke yang kini sudah sampai didepan pintu.

Mendengar itu Sasuke berhenti.

"Aku tak peduli." Katanya setelah beberapa saat, kemudian dia memegang kenop pintu dan keluar sambil menarik tangan Naruto.

"Tunggu teme, apa kau tidak mau memiliki sayap. Aku ingin bisa terbang." Naruto berkata sambil tangannya bergoyang-goyang berusaha menggapai sayap yang masih diperlihatkan anggota OSIS.

"Baka, kau sudah bisa terbang dengan menggunakan mode rikudou bodoh." Sasuke kembali menarik Naruto menyeretnya keluar.

Naruto berpegangan pada dinding pintu.

"Naruto ayo." Sasuke berkata sambil menarik paksa Naruto dari sana.

"Sayap kuuuu!" jerit Naruto.

Tsubaki dan Saji sweatdrop melihatnya. Serafall terkikik geli. Sedangkan Sona, dia berteriak pada mereka. "Hey tunggu!"

"So-tan."

Sona berniat berlari mengejar Naruto dan Sasuke, namun sebuah panggilan membuatnya berbalik dan melihat keasal suara.

Serafall yang memanggil Sona, menyodorkan sebuah komik padanya sambil berkata. "Onee-chan mau kau memanggil Milky, Mohou Shojou seven arternative untuk bermain." Katanya sambil mengeluarkan jurus pupy ayes.

Sona hanya bisa menatap tak percaya pada permintaan kakaknya.

.

.

.

TBC

A/N :

1 fic lagi dari saya karena request dari salah satu reader yang ingin karakter Naruto sebagai pemeran utama. Jadi semoga terhibur.

Untuk yang Madara DXD, chapter 5 nya udah jadi. Kalau gak nanti malam, ya besok selasa saya updatenya. Ada sedikit kesibukan dihari minggu dan senin.

Terima kasih yang sudah baca, kalau anda berkenan tolong tinggalkan review sebagai jejak.