Happy Reading!

.

.

"Hyung."

Suara dari arah pintu mengusiknya yang tengah membaca buku. Meski tidak ada panggilan ke-dua, kegiatannya membaca langsung terhenti. Menutup buku di hadapannya dan mendorongnya sedikit menjauh.

"Hyung, ayo kita mencari udara segar!"

Kepalanya menoleh. Mendapati seorang remaja yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Wajah manis dan kekanakan itu menampilkan senyum cerianya.

Ia berdiri dari duduknya. Membuat senyum indah di wajah remaja manis itu semakin terkembang. Namun senyum itu langsung luntur saat ia justru beralih ke ranjang. Mendudukkan dirinya tanpa melihat wajah tertekuk di depan pintu.

"Hyung."

Ia tahu remaja itu mulai kesal. Terbukti dengan semakin memperpendek jarak di antara mereka. Mendekatinya yang justru lebih memilih membaringkan tubuh.

"Ayo kita keluar! Jangan bersikap seperti orang tua."

Kekesalan itu tidak digubris. Ia justru memejamkan matanya. Menganggap suara dan keberadaan itu tidak ada di dalam kamarnya. Dengan keadaan mata terpejam, ia bisa merasakan ranjangnya bergoyang. Tanpa melihat, ia tahu remaja itu ikut merebahkan tubuh di sampingnya.

"Hyung." Nada kekesalan itu berubah menjadi rengekan.

Lagi-lagi ia tidak mengacuhkannya. Masih betah memejamkan mata seolah telah menggapai mimpi indah. Dengan sengaja, ia memiringkan tubuhnya. Membelakangi sang remaja manis yang ia yakini semakin merajuk kerana ulahnya.

"Hyung," ulangnya sekali lagi. Menggoyangkan tubuhnya tidak sabaran namun tidak dengan brutal.

"Bum Hyung menyebalkan," ucap remaja itu kesal karena tidak kunjung mendapat respon. Ia berdiri di atas ranjang dengan wajah tertekuk. Melangkahi tubuh remaja yang lebih tua darinya beberapa menit tanpa rasa bersalah.

"Ya sudah kalau Hyung tidak mau. Sepertinya aku akan meminta dia untuk menemaniku."

Remaja manis itu berdiri di tepi ranjang. Membelakangi remaja yang lebih tua sembari memasang senyumnya. Tangannya merogoh ponsel di saku celananya. Mulai mencari sebuah nama yang tersimpan di daftar kontaknya.

Belum sempat tangannya tergerak untuk meletakkan ponsel ke telinga, pergerakan tangannya langsung terhenti. Bahkan ponsel itu sudah berpindah tangan.

"Bersiap-siaplah!"

Seringaian penuh kemenangan langsung ditampilkan. Namun dalam hati ia sudah tertawa bahagia. Karena ia tidak akan kebosanan menghabiskan waktunya di rumah.

"Hyung tahu? Hyung yang terbaik," ucapnya girang. Berniat memeluk remaja yang berdiri di depannya. Namun hanya angin yang berada dalam pelukannya. Karena remaja yang ia sebut 'hyung' langsung berlalu ke kamar mandi.

"Hyung harus temani aku ke manapun," teriaknya dari depan kamar mandi.

"Hem." Ia bisa mendengar deheman.

"Janji?" teriaknya sekali lagi.

"Lakukan apapun yang kau suka, Kyu."

Onyx kembar itu terbuka. Mengerjap lamban untuk menyesuaikan cahaya yang menyapa retinanya. Langsung menyadari ia berada di kamar yang berbeda. Bukan di kamar itu bersama remaja yang memiliki usia yang sama dengannya.

Matanya kembali terpejam. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Membuat seseorang yang duduk di seberang ranjangnya semakin intens menatapnya.

"Kau bermimpi indah? Kau terlihat sangat senang saat tidur tadi. Bagaimana aku mengatakannya ya? Em ... yah terlihat damai."

Mata yang baru terpejam kembali terbuka. Pertanyaan itu membuat tubuhnya tergerak. Beranjak dari ranjang dan berlalu ke kamar mandi. Tidak menoleh apalagi menjawab. Mengabaikan makhluk lain yang sedari tadi memperhatikannya.

"Kyuhyun sangat tertutup," gerutu Ryeowook dengan wajah tertekuk.

"Aku ingin berteman baik dengan teman sekamarku. Tapi bagaimana caranya? Aku juga tidak satu kelas dengannya."

Helaan nafas ke dua terdengar. Ia berulang kali mendengus mengingat hubungan mereka yang tidak ada perubahan. Bahkan ia yakin Kyuhyun belum pernah mau menatap matanya.

.

.

.

Eunhyuk berlari sekuat yang ia mampu. Dasi yang tersampir belum terpasang dengan sempurna. Bahkan tali sepatunya terlepas yang membuatnya semakin kesulitan berlari. Sesampainya di depan kelas, ia berhenti dan memegangi lututnya. Nafasnya yang memburu menarik perhatian teman-teman sekelasnya.

"Aku masih selamat," batinnya senang. Berjalan ke kursinya sembari memasang dasi.

Tepat saat ia mendudukkan dirinya, bel langsung berbunyi. Membuat seluruh penghuni kelas mulai sibuk kembali duduk di tempat masing-masing. Namun hal itu tidak berlaku bagi siswa baru di kelas itu.

Remaja yang memakai seragam serupa dengannya sedari tadi tidak mengubah posisinya. Duduk dengan tenang memandangi jendela.

Perhatian Eunhyuk teralihkan dengan remaja itu. Entah apa yang menarik dari pemandangan di luar sana. Remaja yang ia tahu bernama Kyuhyun seolah tidak bisa mengubah atensinya.

Keheningan mulai menyelimuti saat sang guru mulai memasuki kelas. Kyuhyun yang memandangi jendela langsung melipat tangannya. Merebahkan kepalanya dan memejamkan mata.

"Lagi-lagi dia tidur meski baru jam pertama," batin Eunhyuk. Dan setelahnya ia menggeleng keras. Mengusir pemikiran yang singgah di kepalanya.

"Untuk apa aku mempedulikannya. Seharusnya aku mengabaikannya karena sama sekali tidak ada hubungannya denganku."

Perhatian Eunhyuk benar-benar teralihkan saat sang guru berdehem. Berdahi lebar dengan kaca mata yang merosot di ujung hidungnya. Para siswa tidak ada lagi yang mengeluarkan suaranya. Mulai fokus memperhatikan sang guru yang tengah memberikan materi di depan kelas.

"Lagi-lagi aku memperhatikan hal yang tidak penting." Eunhyuk merutuki matanya yang teralihkan oleh siswa di dekat jendela. Lagi-lagi ia penasaran dengan apa yang siswa baru itu pikirkan. Tetap menelungkupkan wajahnya di meja seolah tidak ada siapapun di kelas itu.

"Kim Kyuhyun."

Bukan namanya yang disebut, tapi Eunhyuk tersentak dari duduknya. Tidak hanya dirinya, seluruh siswa juga ikut menoleh ke arah Kyuhyun.

"Silakan ke depan dan selesaikan soal nomor satu," ucap sang guru setelah Kyuhyun mengangkat kepalanya. Tanpa perlu diperintah untuk ke dua kalinya, Kyuhyun langsung berdiri dari duduknya. Berjalan ke depan yang lagi-lagi menarik perhatian banyak siswa.

"Aku kira perlu beradu tinju untuk memintanya maju," monolog Eunhyuk dari tempat duduknya.

Di depan sana, Kyuhyun sudah berdiri di dekat sang guru. Memegang sebuah kapur untuk menuliskan jawabannya di papan tulis.

"Kenapa dia mendapat pertanyaan yang mudah? Padahal aku berharap dia mendapat pertanyaan sulit yang tidak bisa dijawab dengan mudah. Aku ingin melihat ekspresi lain dari wajahnya."

Dalam diam, Eunhyuk menyetujui kalimat siswa lainnya. Berpikir hal yang sama tentang sang siswa baru. Karena sampai saat ini, Kyuhyun sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan siapapun di kelas itu.

"Hah? Dia tidak bisa mengerjakannya?"

"Apa dia sedang bercanda?"

"Aku baru tahu dia sebodoh itu."

Bisik-bisik mulai terdengar saat tangan Kyuhyun tidak bergerak di papan tulis. Hanya diam memandangi papan tulis tanpa melakukan apapun. Beberapa kali tangannya terangkat, namun tampak begitu kesulitan untuk menuliskan jawaban.

Dari tempat duduknya, Eunhyuk bisa melihat Kyuhyun meremat benda putih di tangannya. Meski tidak sampai menghancurkannya menjadi serpihan.

"Setidaknya aku tahu satu hal tentangnya," gumam Eunhyuk yang masih terus memperhatikan Kyuhyun yang berdiri membelakanginya.

"Dia bodoh."

.

.

Obrolan beberapa siswa di asrama lantai dua terhenti begitu saja. Perhatian mereka teralihkan pada siswa baru yang berjalan tanpa senyuman di wajah. Tidak menyapa mereka yang tengah berkumpul bersama.

"Selain menampilkan wajah datar dan dinginnya, apa kalian pernah melihat Kyuhyun tersenyum?"

Pertanyaan Shindong membuat salah satu dari mereka menundukkan kepalanya. Memasang wajah sedih yang tidak ada satupun yang menyadarinya.

"Entahlah! Bahkan aku jarang melihatnya." Kangin membalas dari tempatnya duduk yang sedikit menjauh dari anak-anak lainnya. Matanya melirik ke arah adiknya yang memasang wajah sendunya. Tanpa bertanya ia menyadari ada hal yang tidak diharapkan dari teman sekamar sang adik.

"Kau masih belum bisa berkomunikasi dengannya?" Pertanyaan Shindong mewakili pertanyaan Kangin dan anak-anak lainnya. Namun di saat bersamaan, Kangin menyesalkan pertanyaan yang membuat wajah Ryeowook semakin murung.

"Dia terlalu pendiam dan tertutup. Aku tidak bisa berbicara dengannya. Padahal aku ingin tahu banyak hal tentangnya."

Sungmin yang duduk di samping Ryeowook mencoba menguatkan. Menepuk pundak siswa mungil itu dengan senyum menenangkan miliknya.

"Tapi Hyung tenang saja. Aku tidak akan menyerah. Aku ingin berteman dan dekat dengannya. Aku pikir hanya masalah waktu. Lagi pula dia pasti kesepian karena tidak memiliki teman. Jadi aku akan berteman baik dengannya."

Kalimat penuh semangat itu membuat yang lainnya tersenyum. Menyemangati Ryeowook yang dikenal ceria dan memiliki sikap yang supel. Membuat siapa saja menyenanginya dan mau berteman dengannya.

"Ryeowook-ah, kau tidak usah terlalu baik dengannya. Abaikan saja orang yang tidak tahu tata krama dan sopan santun sepertinya. Di lantai dua ini, masih ada Eunhyuk dan Donghae yang seusia denganmu."

Suara yang muncul tiba-tiba membuat semuanya menolehkan kepala. Mereka tidak tahu sejak kapan Heechul berdiri di dekat mereka. Bersandar di dinding dan menatap Ryeowook yang sepertinya menolak keras pendapatnya.

"Hyung tidak boleh berbicara seperti itu. Aku yakin Kyuhyun adalah orang yang baik. Dia seperti itu karena belum terbiasa dengan asrama ini. Lambat laun aku yakin bisa berteman baik dengannya," jawab Ryeowook optimis. Tersenyum meyakinkan yang justru membuat Heechul mendecih.

"Aku peringatkan supaya kau tidak terlalu naif," balas Heechul sembari melangkah. Masuk ke kamarnya tanpa memedulikan teguran Leeteuk.

"Jangan dihiraukan Wookie-ya. Hyung yakin kau bisa akrab dengan teman sekamarmu." Sungmin menambahi yang membuat Ryeowook mengangguk semangat.

Sedangkan di dalam kamar, Kyuhyun duduk di tepi ranjang. Memandangi name tag yang tersemat di seragam sekolahnya.

"Kyu, kembalikan name tag itu!"

"Tidak mau. Aku mau memakai nama Hyung untuk hari ini."

"Tidak bisa Kyu. Kita bukan kembar identik. Semua orang bisa membedakan kita meski sekali pandang."

"Memiliki kembaran sepertimu tidak menyenangkan Hyung. Kenapa wajahmu harus seperti itu? padahal aku ingin melakukan banyak hal yang menarik."

Kyuhyun menghembuskan nafasnya. Merebahkan tubuhnya di kasur tanpa melepas seragam sekolahnya. Menutup mata dan menutupnya dengan sebelah lengan.

.

.

"Kau tidak sarapan Sungmin-ah?" Leeteuk bertanya saat melihat Sungmin langsung memakai sepatu.

"Aku akan membeli di kantin saja Hyung. Aku harus buru-buru ke kelas." Tanpa menunggu jawaban dari ketua asrama, Sungmin langsung berlalu. Meninggalkan para penghuni lantai dua yang masih melakukan sarapan pagi.

"Teman sekamarmu tidak sarapan lagi, Wookie-ya?"

Mulut yang masih tersumpal dengan nasi membuat Ryeowook menggeleng. Hanya matanya yang memperhatikan Shindong yang duduk di depannya.

"Kalau aku tidak salah, Kyuhyun juga tidak pernah makan siang dan makan malam bersama kita Hyung." Donghae bersuara.

"Lebih tepatnya tidak pernah makan bersama kita," koreksi Eunhyuk yang duduk di samping Donghae.

"Kalian yakin dia bisa bersuara?" pertanyaan Kangin membuat semua anak terdiam. Dan semua pandangan langsung teralihkan ke arah Ryeowook. Membutuhkan penjelasan selaku teman sekamar.

"Aku tidak pernah mendengarnya bersuara Hyung. Semua pertanyaanku tidak pernah dijawab," lapor Ryeowook yang membuat anak-anak itu mulai memikirkan banyak hal.

"Kalian tidak usah berpikir hal aneh-aneh. Mungkin saja dia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun. Kalau aku tidak salah, aku pernah melihat orang seperti Kyuhyun. Dia sangat pintar dan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk belajar." Yesung yang lebih dulu menyelesaikan sarapannya bersuara. Berjalan ke tempat penyucian piring dan langsung mencucinya.

"Aku yakin Hyung salah ingat." Celetukan Eunhyuk membuat Shindong terkekeh. Bahkan Yesung yang dijuluki 'si pelupa' juga tidak membantah.

"Kenapa kau seyakin itu Eunhyuk-ah? Orang pintar terkadang memiliki sikap yang berbeda dari orang pada umumnya." Sang ketua asrama bersuara.

"Hyung, Kyuhyun tidak seperti yang kau kira. Anak itu benar-benar bodoh. Dia tidak pernah bisa mengerjakan tugas. Bahkan menyelesaikan soal matematika yang paling mudah, dia tidak bisa."

Kunyahan Ryeowook langsung terhenti. Menatap Eunhyuk yang justru mengangguk meyakinkan. Meski terkejut, Ryeowook tidak bisa mengatakan sepatah katapun. Entah itu pembenaran atau penolakan. Karena pada kenyataannya, ia tidak bisa mengenali teman sekamarnya dengan baik.

"Jadi, apa yang disombongkan dari orang bodoh sepertinya?" Ucapan Shindong mendapat teguran dari Leeteuk. Membuat Shindong langsung menutup bibirnya. Kembali fokus pada makanan di hadapannya.

"Untuk siswa peringkat rendah sepertimu, tidak pantas menilai orang bodoh," cibir Donghae. Membawa mangkuknya yang sudah kosong ke tempat penyucian piring.

"Kau akan mengatakan hal yang sama denganku kalau kau juga melihatnya Hae-ya. Bahkan aku jauh lebih baik darinya."

Saat Donghae dan Eunhyuk masih berdebat, Ryeowook justru menghela nafasnya. Menyesali jarak yang cukup jauh antara dirinya dan teman sekamarnya.

"Padahal aku akan dengan senang hati membantunya belajar. Tapi jangankan membantu, berbicara dengannya saja masih tidak bisa?" keluh Ryeowook dalam hati.

.

.

Sungmin berlari di koridor sekolah yang masih tampak sepi. Langkahnya memelan saat hampir mencapai halaman belakang. Dengan berjalan tanpa menimbulkan suara, Sungmin membawa dirinya semakin mendekat ke halaman sekolah.

Ke dua matanya bisa melihat keberadaan siswa lain di taman itu. Duduk sendiri tanpa melakukan apapun. Namun matanya menyipit saat mendapati pergerakan lain. Siswa itu menunduk sembari menggenggam sesuatu.

"Dia makan roti lagi," gumamnya. Masih memerhatikan Kyuhyun yang duduk seorang diri.

"Aku tidak pernah melihatnya memakan makanan lain selain roti."

Beberapa hari ini tanpa sepengetahuan anak-anak lainnya, Sungmin memutuskan mengikuti Kyuhyun. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tergerak. Rasa ingin tahunya tentang si siswa baru membuatnya melakukan hal di luar kebiasaannya.

Sungmin masih bertahan di tempatnya sampai Kyuhyun menyelesaikan sarapannya. Namun siswa itu masih bergeming di tempatnya. Tidak terlihat Kyuhyun ingin bergabung dengan siswa lainnya.

"Apa dia selalu sendiri seperti itu? atau hanya di sekolah ini saja?" batinnya penasaran. Namun pertanyaannya tidak akan pernah terlontar. Apalagi mendapat jawaban seperti yang diinginkan.

Kyuhyun baru bergerak dari tempatnya saat para siswa mulai ramai berdatangan. Dengan gerakan cepat, Sungmin langsung menjauh. Tidak ingin Kyuhyun mengetahui keberadaannya dan semakin menutup diri.

.

.

Malam itu begitu sunyi. Para penghuni asrama sudah berada dalam alam mimpi masing-masing. Lampu setiap kamar tampak redup. Menyisakan lampu di lorong asrama guna memberikan penerangan.

Ryeowook membuka mata saat jam masih menunjukkan pukul satu dini hari. Tenggorokannya terasa kering yang memaksanya untuk beranjak dari ranjang. Menyibak selimut yang sudah membungkus tubuhnya.

Baru beberapa teguk air yang membasahi tenggorokannya, Ryeowook langsung menyudahinya. Tertegun saat baru menyadari hanya berada di kamar seorang diri. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Meski dalam keadaan minim pencahayaan, ia yakin tidak menemukan keberadaan Kyuhyun di manapun.

Gelas di tangannya diletakkan di meja belajar. Berjalan ke kamar mandi untuk memastikan keberadaan teman sekamarnya. Dan ia juga tidak menemukan Kyuhyun di dalamnya.

Tangan yang baru tergerak untuk menutup pintu kamar mandi langsung terhenti. Menggantung di kenop pintu dengan pikiran berkecamuk.

Ingatannya kembali saat ia seperti mendengar pintu terbuka dalam tidurnya. Semakin diingat, semakin yakin kalau yang ia dengar adalah nyata.

"Jadi benar Kyuhyun keluar malam ini?" batinnya.

Pikirannya semakin tidak menentu saat menyadari selama satu minggu Kyuhyun selalu menyelinap keluar. Siswa baru itu baru akan kembali ke kamar saat menjelang pagi. Awalnya ia mengira hanya imajinasinya saja Kyuhyun selalu menyelinap saat malam hari.

Tidak ingin rasa penasarannya semakin menumpuk, Ryeowook memutuskan untuk menunggu Kyuhyun. Ingin memastikan kalau perkiraannya selama satu minggu ini adalah kesalahan. Karena menyelinap keluar adalah sebuah pelanggaran di asrama.

Namun semuanya terkalahkan oleh rasa kantuk. Ryeowook tertidur saat tengah menunggu Kyuhyun di ranjangnya. Dan saat membuka mata, ia sudah menemukan Kyuhyun di ranjang lainnya. Tidur tenang dengan wajah damainya.

.

.

Malam ini, Ryeowook memutuskan untuk tidak tidur. Ia ingin memastikan pergerakan Kyuhyun dengan mata kepalanya sendiri. Bahkan ia sengaja meminum kafein untuk menunda rasa kantuknya.

Tepat saat asrama mulai sunyi, ia bisa mendengar suara pergerakan. Kyuhyun turun dari ranjang dan membuka lemari. Tidak ingin ketahuan pura-pura tidur, Ryeowook bertahan dalam diamnya. Hanya telinganya yang berusaha ditajamkan untuk mendengar setiap pergerakan kecil.

Tidak membutuhkan waktu lama, Kyuhyun mulai keluar dari kamar. Berjalan dengan sangat halus tanpa menimbulkan suara berisik. Bahkan pintu berhasil dibuka tanpa menghasilkan suara decitan.

Tidak ingin kehilangan jejak, Ryeowook beranjak dari ranjangnya. Menjaga langkahnya agar tidak menyentuh benda apapun di sekitarnya.

Kyuhyun tampak memakai topi berwarna hitam. Jaket warna senada yang membuat wajahnya sulit terlihat. Apalagi penutup jaketnya sengaja ditutupkan ke kepalanya. Siswa baru itu menuruni tangga masih dengan penuh kehati-hatian.

"Ryeowook-ah."

Ryeowook tersentak di tempatnya berdiri. Tanpa melihat, ia tahu Leeteuk berdiri di belakangnya. Ia menelan salivanya susah payah. Takut niatnya ketahuan dan menghancurkan rencananya.

"Apa yang kau lakukan?" kali ini Leeteuk sudah berdiri tepat di sampingnya. Memerhatikannya yang justru tersenyum hambar.

"Aku hanya ingin ke kamar Kangin hyung. Mengambil buku yang aku tinggalkan di kamarnya. Aku kesulitan tidur Hyung. Jadi aku pikir bisa tidur setelah membaca buku."

Ryeowook merutuki setiap kalimat yang terlontar. Ia merasa dirinya bagai pelakon drama yang begitu mahir. Bahkan ia tidak tahu sejak kapan pandai berkilah seperti saat ini.

"Kau mau aku membangunkannya?" tawar Leeteuk tanpa menaruh curiga sedikitpun.

"Tidak jadi Hyung. Aku baru ingat masih memiliki novel yang lain."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Reowook langsung kembali ke kamar. Mengunci pintu karena takut Leeteuk menyusulya ke kamar. Ia tidak ingin Kyuhyun ketahuan dan mendapat hukuman.

"Beruntung Leeteuk hyung adalah orang yang sangat naif. Kyuhyun jadi selamat malam ini," batinnya sembari merebahkan tubuhnya. Dan kembali merutuk karena tidak bisa memejamkan mata. Efek kafein yang ia minum benar-benar bekerja dengan baik.

"Tapi apa yang Kyuhyun lakukan di luar sana? Kenapa setiap malam Kyuhyun selalu menyelinap keluar?" Ryeowook mendesah dengan pertanyaannya sendiri. Begitu banyak pertanyaan, tapi tidak satupun yang terjawab.

"Atau dia menemui seseorang? Tapi siapa? Dan kenapa hanya di saat malam hari?"

.

.

.

.

TBC

Aku tahu ff ini sudah terlalu lama. Wajar kalau kalian semua sudah lupa dengan jalan ceritanya. Aku tidak akan memberikan alasan apapun atau penjelasan apapun. Kalau masih ada yang mau membaca kelanjutannya, akan aku lanjutkan.

Untuk ff 'Baby' juga akan aku lanjutkan. Tapi aku tidak yakin kalian masih mengingat jalan ceritanya. Tapi sekali lagi, aku maklumi karena memang sudah terlalu lama.