Touch

Disclaimer: Harry Potter © J.K Rowling

Author: VJMalfoy

Rated: MA (Please be careful)

Pair: Dramione

Warning: this book has an 18+ content so please be wise. Typo, OOC, Muggle World

Tidak ada keuntungan apapun yang saya ambil dalam pembuatan fic ini.

Summary: Dan ketika Draco menjadi orang yang dipilih oleh Hermione dan teman-temannya sebagai partner s*eks Hermione, Draco mendapati dirinya tak pernah merasa cukup dengan Hermione. Lalu Hermione mulai tak bisa berhenti memperhatikan Draco jika Draco muncul di sekitaran. Sebaiknya dibaca dengan bijak oleh mereka yang cukup umur. No judge please.

Touch

Hermione berlari kecil masuk ke gedung Asrama Gryffindor ─asrama perempuan─ , menghindari hujan rintik-rintik yang baru saja membasahi kawasan sekitar Hogwarts High School. Dia tidak sendiri, siswi lainnya juga sama dengannya. Mereka berlari cepat membuka pintu besar gedung asrama, masuk ke dalam. Di atas mereka ada buku yang mereka jadikan sebagai paying darurat.

Hermione mendesah, tiba tepat waktu karena hujan belum turun dengan deras. Dengan lelah dia menaiki tangga gedung, naik ke lantai tiga, tempat dimana kamarnya berada. Saat berpapasan dengan beberapa adik kelas, dia mendapat sapaan yang Hermione balas dengan ramah.

Hermione membuka pintu kamarnya, lalu langsung menghempaskan tubuhnya yang kelelahan di ranjang. Di sisi lain kamar, ada Ginny Weasley, sahabatnya. Gadis berambut merah itu tampak sedang santai membaca novel. "Kau dari mana saja?" Ginny bertanya tanpa mengalihkan matanya.

"Aku ke perpus dulu saat kelas selesai." Hermione menoleh padanya. "Kau baca novel apa?"

"Kau tahu, Mr. Grey dan Miss Steele. Aku baru meminjamnya dari Lavender. Dia sudah selesai membacanya."

"Aku tidak tahu Mr. Grey dan Miss Steele, Ginny. Kau tahu aku jarang membaca novel. Apa kisahnya seru?"

"Oh, seru sekali! Tapi sebaiknya kau tidak membacanya, 'Mione."

Hermione mengerutkan dahi. Dia bangkit duduk dan bersandar pada dipan ranjangnya. "Kenapa begitu?"

"Ini novel tentang cinta dan seks. Kau pasti takkan mau membacanya."

"Ew. Kau benar." Hermione menampilkan ekspresi jijik. Tidak, dia bukan sok suci. Dia hanya masih perawan, dan belum mengenal seks. Sama sekali. Dia belum mengerti hal-hal tentang itu. Jadi ketika temannya bicara soal itu, Hermione tidak mau mendengarkan. Maksudnya, itu terlalu pribadi.

Ya … meski terkadang dia juga penasaran bagaimana rasanya…. Siapa pula yang bisa mengelak jika hormon negatifmu ─begitu menurut Hermione─ sedang berkembang? Hermione hanya tidak mengerti seberapa dalamnya rasa puas itu hingga membuat orang-orang, bahkan teman-temannya sendiri begitu menyukainya.

Hermione menelan ludahnya, menggaruk tengkuknya merasa canggung dengan dirinya sendiri yang sedikit membayangkan adegan kotor itu.

Pintu kamar mereka lalu terbuka lagi dengan derakan yang keras, dan muncullah sosok Astoria yang sedang tertawa. Teman Astoria baru saja lewat di depan kamar mereka, Hermione melihatnya sekilas. Ginny berhenti membaca dan memindahkan atensinya pada Astoria. "Hei, aku menginap disini ya." Astoria berjalan masuk lalu menjatuhkan pantatnya di sebelah Hermione. Ginny dan Hermione memperhatikannya bergerak.

"Ada apa dengan kamarmu?" Kening Hermione mengerut.

"Luna dan Neville. Mereka ingin make out nanti malam. Ew, tentu aku tidak mau berada disana untuk menonton mereka."

Hermione menganga. "Kau bercanda!"

Ginny tergelak dengan reaksi Hermione. Ginny meletakkan bukunya di atas perut. "Oh, dear, kenapa kau begitu terkejut? Apa kau tidak tahu bahwa murid laki-laki sering menyelinap kemari malam-malam? Kadang kami para perempuan juga membantu mereka menyelinap masuk."

"Kau terlalu fokus pada pelajaran, Herm." Astoria menggeleng, menatap Hermione prihatin. Padahal Hermione termasuk aset Hogwarts High School yang bisa dipamerkan. Maksudnya, bukan dari segi kepintaran, tapi dari segi fisik. Dia cantik. Satu kata untuk menggambarkannya secara keseluruhan.

Hermione melotot, tak menyahut apa pun sementara Ginny kembali tertawa. "Sudahlah, aku mau mandi." Hermione turun dari ranjangnya, dan dia membuka lemari pakaiannya.

"Uh, kau tidak akan bisa mandi, 'Mione. Satu-satunya cara mandi adalah pergi ke Asrama Slytherin (Asrama laki-laki) karena seluruh kamar mandi di asrama kita rusak. Pihak sekolah sedang membetulkannya sekarang, dan itu membutuhkan waktu yang lama."

Hermione menoleh pada Astoria yang memberi tahunya, menganga sekali lagi dengan raut terkejut dan tak percayanya. "Kau bercanda!"

"Tidak, Astoria benar. Aku juga tadi pergi mandi kesana. Kami pergi kesana bersama-sama, jadi tidak perlu merasa canggung." Ginny menyahut, membela Astoria, yang semakin membuat Hermione terkejut.

Bagaimana caranya dia mandi? Bagaimana dia akan yakin jika disana aman dan tidak akan ada yang mengintip? Bagaimana jika pakaiannya hilang saat mandi? Bagaimana jika ada yang mengerjainya dengan mematikan lampu?

"Oh, tidak. Tidak." Hermione mengerang malang, merasa kesialan baru saja menimpanya.

"Kalau kau mau mandi, sebaiknya pergi sekarang sebelum hujan berubah deras. Lagi pula asramanya tidak jauh dari sini bukan?"

"Bukan itu, Astoria. Aku merasa tidak akan aman berada disana." Hermione menjawab lesu, duduk di kursi meja belajarnya. Dia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

Ginny mengangguk mengerti. "Aku tidak bermaksud menakutimu, 'Mione. Tapi beberapa murid laki-laki terkadang suka memperhatikan tubuhmu."

"What?! The hell?! Ini gila."

"Kau harus mandi dengan cepat, 'Mione. Kau tidak mungkin bisa memonopoli kamar mandi laki-laki untuk waktu yang lama, terlebih hanya untuk satu orang." Ginny menyahut lagi.

"Kusarankan kau memilih kamar mandi di lantai tiga. Penghuni lantai tiga adalah murid-murid di angkatan kita, kan? Well, setidaknya itu lebih baik dari pada di lantai senior. Kau tidak akan tahu apa yang bisa mereka lakukan saat kau mandi. Atau ─oh! Aku bisa minta tolong seseorang untuk menjaga di luar pintu saat kau mandi." Timpal Astoria.

Hermione mengernyit. "Siapa?"

"Malfoy. Draco Malfoy."

"Dia?! Kau bercanda?!" Itu untuk yang ketiga kalinya Hermione bilang 'kau bercanda'. Dia terlalu banyak terkejut dalam waktu yang singkat.

Tentu saja Hermione terkejut. Nama yang Astoria sebut barusan adalah nama seorang murid laki-laki yang terkenal, tampan, panas, namun dia murid bermasalah. Draco Malfoy seorang bad boy di Hogwarts High School.

"Kenapa dia?!" Hermione tegang, tidak santai sekali.

"Aku kenal dengannya, Hermione. Dia temanku. Aku bisa minta tolong padanya. Di samping itu, mungkin murid-murid akan berpikir dua kali jika ingin mencari masalah dengannya. Dia pasti bisa mengusir murid-murid yang akan mencoba masuk ke kamar mandi selama kau berada di dalam."

"Astoria benar. Cara itu masuk akal."

"Bagaimana jika dia macam-macam?"

"Err, aku tidak tahu jika mengenai hal itu, 'Mione. Tapi Draco jarang menunjukkan ketertarikan terhadap lawan jenis. Maksudku, bukan berarti dia gay, aku melihatnya jarang berhadapan dengan sesuatu yang mengandung romance. Kupikir bukan masalah. Itu yang aku tahu sepanjang aku sering bertemu dengan Draco dan mengenalnya."

"Patut dicoba, kurasa." Hermione mengangguk dengan ragu. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya yakin, tapi mungkin ini satu-satunya cara.

"Baiklah, siapkan pakaian gantimu, aku akan menghubungi Draco."

"Kau akan menemaniku bukan?"

"Uh, aku tidak tahu, Hermione. Aku sedang menghindari Nic." Nic adalah kekasih Astoria. Dan mereka sedang tidak akur sekarang, itu sebabnya Astoria menghindari Nic untuk sementara ini. Dia tidak ingin memperpanjang pertengkaran yang mereka miliki sekarang.

Hermione terlihat kecewa. Namun dia tidak menjawab dan mulai mempersiapkan pakaian gantinya. Dia kembali berdiri, membuka lemari pakaiannya sementara Astoria mulai menghubungi Draco melalui ponselnya.

Hermione tidak mendengar bagaimana cara Astoria meminta tolong pada Draco karena pikirannya kemana-mana. Di satu sisi tangannya sibuk mempersiapkan pakaian ganti dan peralatan mandinya, di sisi lain dia memikirkan kemungkinan terburuk apa yang bisa terjadi kepadanya.

Merlin! Tidak! Jangan sampai!

Hermione memasukkan pakaian ganti dan peralatan mandinya ke dalam kantung karton dan mengemasinya rapi. Ketika beres, Hermione menoleh pada Astoria yang juga telah selesai. Ginny hanya diam memperhatikan keduanya. Sesekali dia memainkan ponsel, membalas pesan dari Harry Potter, kekasihnya.

Ya, Hermione adalah yang satu-satunya tak memiliki pasangan. Agak mengenaskan.

"Kau bisa ke Asrama Slytherin sekarang. Lantai tiga, kamar 339. Ketuk saja pintunya. Itu kamar Draco."

Hermione hanya membiarkan helaan nafasnya keluar. Dia keluar dari kamar, berjalan sendiri meninggalkan Asrama Gryffindor dan pergi ke gedung lain yang masih berada dalam satu kawasan lingkungan sekolah; Asrama Slytherin.

Hermione berlari-lari kecil ketika dia keluar dari gedung asramanya dan pergi ke asrama laki-laki. Dia tak ingin kehujanan. Atau itu akan semakin membuatnya kesal. Ketika dia membuka gedung asrama untuk yang pertama kalinya, Hermione merasa gugup. Dia takut melihat reaksi para siswa yang menyadari bahwa seorang Hermione, berada di asrama lawan jenis.

Dan memang benar, ruang santai di lantai dasar penuh dengan anak laki-laki. Hermione menelan ludah, gugup. Apa yang harus dia katakan? Hai? Atau sebaiknya dia diam saja? Bagaimana dia harus berekasi?

"Apa yang kau lakukan disini, Granger?" Salah satu menyahut. Hermione termasuk dalam kalangan anak populer, karena dia bersahabat dengan Astoria dan Ginny. Hanya saja, kepopuleran Hermione sedikit berbeda.

"Mandi?" Hermione menjawab dengan nada yang menggantung. Hermione tak yakin. Mungkin dia mulai menyesali keputusannya untuk masuk kemari. "Uh, bye." Hermione memutuskan untuk segera pergi dari sana. Dia tak mau situasi menjadi lebih awkward lagi bagi dirinya. Hermione langsung menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Dia tidak menghiraukan murid-murid yang bingung yang berpapasan dengannya di tangga.

Hermione menghela nafas lagi ketika dia sampai di lantai tiga. Dia mulai berjalan di sepanjang lorong, mencari nomor kamar yang Astoria beri tahukan tadi. Lalu dia menemukannya. Nomor 339, tepat berada di tengah lorong. Hermione membuang nafasnya berat, mengusir ketengan yang tidak dia mengerti. Hermione menoleh ke kiri-kanan, memeriksa sekitaran. Lorong sedang kosong, sepi.

Setelah memastikan keadaaan, Hermione mulai mengetuk pintu. Beberapa kali, hingga pintu terbuka, dan muncul sosok Draco. Draco yang berdiri dengan mata yang menatapnya, Draco yang berdiri hanya dengan selembar handuk melilit di pinggangnya, dan Draco yang terlihat panas.

Hermione tersentak, mundur satu langkah lebar ke belakang. Matanya terkunci menatap Draco. Dia terkejut. Tidak, ini di luar ekspetasinya. Hermione pikir dia akan bertemu dengan seorang bad boy sekolahnya dalam kondisi yang wajar. Tidak dalam kondisi dimana Draco tanpa menggunakan apa-apa, kecuali selembar handuk.

"Ha─hai."


The end of chapter 1

hai. another FanFic for Dramione lovers ^^ lagi-lagi mengusut muggle world. but that's okay, right?

i hope you enjoy this book.

Dan untuk rated, ya. Saya menempatkan ini di rated MA karena akan ada chapter yang mengusut hal dewasa, kotor, dan tidak untuk dibaca bagi mereka yang berada di bawa umur. Sebenarnya, terserah sih. Saya hanya mengikuti peraturan. Jika kalian ingin tetap membaca, tolong kebijakannya ya :) Semuanya kalian yang tanggung. Saya hanya menyuguhkan cerita. Dan hal dewasa itu bukan inti dari buku ini. Hal dewasa itu hanyalah bumbu cerita saja. No judge,sekali lagi. Dan jika kalian ingin meninggalkan protes atau apa, tinggalkan komen dengan bahasa yang beradab dan layak untuk dibaca semua orang. Jangan gunakan bahasa yang tidak pantas.

Saya mengecam keras penggunaan bahasa kasar yang tidak sesuai.

tolong jangan jadikan cerita ini sebagai ide atau contoh untuk melakukan hal buruk di kehidupan nyata kalian.

RnR please

Thank you,